[Resensi] Blues Merbabu - Gitanyali



Blurb & identitas buku
"Om merasa sial sebagai anak PKI?"
"Aku tidak pernah berefleksi merasa sial atau beruntung dengan hidupku. Aku menjalani apa yang bisa kujalani."
...
"Om komunis mall atau kapitalis?"
"Tak ada bedanya. Di bawah kapitalisme, orang mengeksploitasi orang. Komunisme, tinggal dibalik saja..."

Sebagai anak PKI, Gitanyali dipaksa menerima kehidupannya tidak lagi sama sejak akhir 1965. Ia masih SD di kota kecil di kaki Gunung Merbabu ketika menyaksikan sang ayah diambil aparat, dan tak pernah ketahuan lagi rimbanya. Ibu dan sanak saudaranya menyusul ditahan tanpa tahu kapan akan dibebaskan karena dianggap terlibat peristiwa G30S.

Diasuh oleh sang paman di Jakarta, dunia Gitanyali terbuka lebar. Ia menempa diri untuk tidak kalah pada nasib. Ia menikmati kehidupan sebagai anak kebanyakan yang penuh godaan, termasuk dalam kehidupan seksual, tanpa terbawa arus. Ia memilih bertahan tanpa harus "melawan'.

Judul buku : Blues Merbabu
Penulis : Gitanyali
Perancang sampul : Gianni Messah Tjahjadi
Penataletak : Wendie Artswenda
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Terbit : Februari 2011
Ukuran buku : vi + 186 hlm; 13,5 x 20 cm
ISBN : 9789799103154

Review
Novel Blues Merbabu merupakan novel yang ceritanya selalu membuat saya tersenyum. Blues Merbabu seperti nostalgia pada masa lalu. Ya, plotnya memang mundur. Mengikuti Blues Merbabu mengingatkan saya pada salah satu judul drama korea yang sedang saya tonton, Reply 1988, yang dibintangi Hyeri, Go Kyung Pyo, Park Bo Guem, Ryu Joon Yul, Lee Dong Hwi. Persamaannya berada pada konsep cerita. Di Blues Merbabu, dikisahkan pria bernama Gitanyali sedang diwawancari oleh jurnalis bernama Nita. Sedangkan di drama korea Refly 1988, pasangan Sung Duk Sun dan Taek sedang diwawancari oleh sebuah stasiun TV.

"Yang kami dengar orangtua Om PKI. Kami juga ingin menulis bagaimana kehidupan anak-anak PKI." - Nita

Maka meluncurlah kisah Gitanyali mulai dari masa kanak-kanak hingga ia menjadi pria dewasa. Namun kalau pengertian dewasa ini merujuk ke urusan biologis, saya kurang setuju soal penentuan kedewasaanya, sebab Gitanyali ini sudah dewasa sebelum waktunya.

Saya membagi menjadi bagian-bagian kecil seluruh cerita Blues Merbabu agar memudahkan memberikan gambaran ada apa saja di dalamnya. Kehidupan keluarga PKI. Gitanyali adalah anak bungsu dari bapak yang tulen PKI. Rumahnya bahkan menjadi markas untuk rapat. Namun sejak kecil, Gitanyali tidak peduli dengan urusan partai. Yang ia tahu hanya menikmati masa kanak-kanaknya. Ia pun mengalami kehilangan ayah yang pada suatu hari digiring tentara hingga hilang kabar entah dimana. Kemudian ibunya pun ikut dipenjara. Mengenang kejadian itu, membuat Gitanyali memisahkan ingatan PKI dari jatidirinya.

Percintaan dan seks. Gitanyali ini sejak kecil sudah mempunyai kebiasaan mengintip tetangga perempuan mandi. Bayangan tubuh mereka menjadi imajinasi menjelang tidur hingga membangunkan burungnya. Lucunya, gara-gara kebiasaan mengintip ini, Gitanyali harus disunat pada saat dirinya baru kelas 4 SD. Pada saat itu, umumnya anak laki-laki akan disunat menjelang kelulusan SD. Bagi pria, ejakulasi pertama kali menjadi sejarah yang akan diingatnya, seharusnya. Gitanyali melalui proses 'itu' kala rumahnya kedatangan gadis sekaligus guru taman kanak-kanak, Mbak Kadarini. Dan sepanjang novel ini, akan diceritakan kisah Gitanyali yang menyetubuhi banyak tubuh perempuan. Saya kira dia ini tipe pria hypersex.

Perjalanan cintanya bertautan dengan perkenalannya dengan banyak perempuan. Ia sempat merasakan cinta ketika bertemu "malaikat kecil" bernama Li Hwa. Namun entah siapa cinta sejatinya, sebab Gitanyali lebih menikmati sisi petualangan. Gitanyali suka berkenalan dengan banyak perempuan namun selalu saja mengkrucut pada sesi 'bercinta'.

...ketika kanak-kanak aku tidur dengan perempuan berusia sekitar 30 tahun. Aku jatuh cinta padanya. Ketika usia belasan, aku bercinta dengan perempuan usia 30 tahun. ketika umur 20-an aku bercinta dengan perempuan usia 30 tahun. ketika umur 30-an aku bercinta dengan perempuan usia 30-an. Ketika umur 40-an lagi-lagi aku bercinta dengan perempuan 30 tahun.

Keahlian dan mimpi. Gitanyali terbilang anak yang cerdas. Ini mungkin efek didikan ayahnya yang berorientasi  pada pendidikan. Ketika usia kanak-kanak, bakat Gitanyali sudah terlihat dari bagaimana ia membuat kalimat-kalimat puitis. Dia juga senang bermain dengan kalimat-kalimat manis ketika mengirimkan kartu pesan ke radio. Beberapa kali pula karya tulisnya terpampang di majalah. Gitanyali sudah mempunyai bakat jurnalis sejak kanak-kanak. Bersamaan proses kedewasaanya, bakat itu semakin terasah.

Keunggulan novel ini, setting pada jaman tersebut bukan tempelan semata. Ada banyak aksesoris-aksesoris kenangan pada tahun itu yang membuat cerita menjadi lebih nyata. Contohnya penyebutan seniman yang terkenal pada masa itu, penyebutan judul film yang tayang di bioskop Rex pada masa itu, dan narasi visualisasi setting daerah yang memang sangat terasa kejadulannya.

Dan akhirnya, novel ini sangat direkomendasi bagi pembaca yang menyukai cerita dengan setting jadul dan dibumbui sejarah negeri. Blues Merbabu bukan hanya bercerita soal politik, sejarah, seks, tetapi lebih luas, tentang kemanusiaan sebagai seorang manusia.

Rating yang saya beri untuk Blues Merbabu adalah 4,5 dari 5.

Catatan

  • ... nyaris mutlak bahwa orang cantik selalu bernasib baik-setidaknya lebih baik dibanding yang kurang cantik.-hal.13
  • Pengarang suka meniduri perempuan dalam tulisannya memang. -hal.26
  • Dua unsur utama dunia di mataku adalah hidrogen dan kebodohan. -hal.58
  • Sesuatu yang ingin didengar sendiri, cenderung diceritakan berulang-ulang oleh si pencerita. -hal.96
  • Orang menjadi tua karena berhenti bermimpi. -hal.167
  • Menyatakan cinta itu modern, mengajak menikah itu kuno. -hal.169

2 komentar:

  1. wih, kalau alurnya ngeflashback emang selalu sendu-sendu nostalgia gimana gitu yak. dan senyuman di saat membacanya menunjukkan kalau buku itu emang top markotop. reply 1988? gue tau tuh.. tapi belum pernah nonton, cuma sekedar tau..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Murni mundur plotnya dan mengenang yang berhasil. Saya senyum soalnya banyak kejadian yang diceritakan blak-blakan dan bagi otak saya, kejadiannya ajaib.

      Harus segera ditonton dan bakal dibuat nangis, ketawa geli, dan merenung..

      Hapus