Judul buku: Badut Oyen
Penulis: Marisa Jaya, Dwi Ratih
Ramadhany, Rizky Noviyanti
Ilustrator: Staven Andersen
Editor: Anastasia Aemilia
Penerbit: PT Gramedia Pustaka
Utama
Terbit: April 2014
Tebal buku: 224 halaman
ISBN: 97860203499
Harga: Rp 49.000 (sebelum diskon, gramedia.com)
Kejahatan memiliki kesamaan
dengan kebohongan. Kebohongan akan selalu diikuti oleh kebohongan yang lain.
Kejahatan yang dilakukan akan diikuti kejahatan yang lain. Semua bermula dari ditemukannya
tubuh Oyen yang tergantung di dalam kamar oleh Suparni. Suparni sendiri adalah
teman kuliahnya yang sudah sangat membantu Oyen selama persiapan menjadi badut
dan menjaga toko perlengkapan pesta. Oyen si badut yang dikenal baik, ramah,
dan suka dengan anak-anak, tidak pernah terlintas di pikiran para tetangganya
akan nekad bunuh diri. Kasak-kusuk kencang menyebut tewasnya Oyen bukan bunuh
diri tapi dibunuh.
Tersangka utama adalah Syamsul,
rentenir yang beberapa hari sebelum ditemukannya jasad Oyen pernah memukuli
Oyen ketika menagih hutang. Beruntung pada saat itu Pak RT membantu sehingga Oyen
baik-baik saja. Beberapa hari kemudian justru Syamsul ditemukan tewas
mengenaskan. Dugaan orang-orang patah. Dan tanpa bisa dibendung rumor hantu
badut Oyen menyebar menghantui lingkungan sekitar. Teror kehadiran hantu Oyen
mulai meresahkan warga. Apalagi setelah ditemukan tubuh telanjang bocah bernama
Rudi yang sebelumnya dikabarkan hilang sudah dua hari. Warga bertambah takut.
Pak RT pun akhirnya melakukan rutial pengusiran hantu yang sebenarnya keputusan
itu sangat bertentangan dengan nuraninya. Pak RT melakukan itu atas keputusan
warga.
Siapakah sebenarnya hantu badut Oyen itu? Lalu siapa yang membunuh
Oyen, Syamsul dan Rudi?
Ketiga penulis berhasil membuat
saya bergidik selama membaca bagian teror hantu badut Oyen. Deskripsi mengenai
kondisi rumah Oyen pasca meninggal, kehadiran hantu yang tiba-tiba, dan reaksi
warga terhadap kemunculan hantu, dikemas dengan apik dan mampu membuat sensasi
ketakutan. Pada awalnya, saya sudah menduga kalau Oyen dibunuh oleh si ‘dia’ (biar
tidak spoiler). Ekspektasinya, saya ingin kasus pembunuhan ini terungkap ala
detektif. Namun menjelang akhir, kemunculan hantu itu justru menodai cerita
dengan telak. Apalagi penulis membuat drama untuk mengungkapkan psikologis si
pembunuh.
Kejahatan yang dilakukan si ‘dia’,
dipicu oleh hubungan yang memang tidak jelas. Sehingga harapan yang berujung
salah paham memunculkan niat kejahatan. Nyatanya, kejahatan yang dilakukan akan
dibuntuti kejahatan berikutnya untuk menutupi kejahatan sebelumnya. Kejahatan itu
terus bergulir tidak berhenti sebelum terungkap. Pesan yang sangat gamlang yang
disampaikan oleh penulisnya.
Pandangan orang terhadap satu objek bisa berubah drastis karena situasi. Oyen yang dikenal ramah dan baik akhirnya menjadi korban gunjingan sebagai tokoh jahat atas teror yang muncul. Lingkungan memang bisa membalik opini.
Dan kadang ketidakbenaran bisa
menjadi benar ketika mayoritas yang memutuskan. Tercermin dari keputusan
memanggil cenayang (menurut saya dukun) untuk mengusir hantu badut Oyen. Pak RT
sendiri sadar jika memanggil cenayang adalah ketidakbenaran. Namun jika suara
terbanyak mengatakan perlu, Pak RT mengabaikan nilai benar-salah. Bukan tidak
mampu melawan keputusan tersebut, Pak RT sadar betul perannya untuk meredakan
keresahan warganya.
Struktur cerita yang dibuka
prolog ketika ditemukannya tubuh Oyen yang tergantung, cukup menyita perhatian
saya. Dilanjutkan oleh flasback pada kehidupan sehari-hari Oyen dan Suparni.
Lalu selanjutnya kisah mengalir pada teror-teror hantu badut Oyen. Struktur
yang bagus untuk membuat pembaca betah dan bertanya-tanya kebenaran pada kasus
badut Oyen.
Ending cerita yang disajikan
ketiga penulis tidak mudah ditebak. Terutama mengenai detail bagaimana pembunuh
melakukan kejahatannya. Penulis menahan sedikit mungkin petunjuk yang mengarah
kepada pembunuh sejak dari awal-awal cerita. Dan saya terkesima pada ide pembunuhan
itu yang baru diungkap penulis menjelang akhir buku.
Buku ini sangat saya
rekomendasikan untuk yang menyukai cerita hantu dan cerita yang membuat
bertanya-tanya. Sebab narasinya sangat menghanyutkan. Akhirnya, saya memberikan
rating 3 bintang dari 5 bintang.
Jarang banget ada novel genre horror yang aku baca din
BalasHapusTapi pas ngliat pembukaan yang kamu ulas aku kok jadi bayangin, jangan jangan ini nanti akan difilmkan, menginngat film2 indonesia saat ini banyak bersumber dari buku
Kayaknya alurnya cepet gitu ya din model penceritaan buku ini
Aku jadi pnasaran sama tokoh 'si dia', apa ada hubungan kekerabatan yang deket apa engga gitu. Biasanya sih klo suspect cerita ginian didalangi orang deket. Cuma pas kamu bilang akhir cerita jadi hancur gegara kemunculan badut hantunya jadi sayang ya..padahal dari awal uda menarik perhatian
Seru banget jika buku ini jadi difilmkan. Tapi saya tetap tidak menyukai bagian kemunculan hantunya. Saya lebih suka jika kelak difilmkan tetap bergenre thriler. Menegangkan, bikin penasaran.
Hapuskeren juga ini sepertinya
BalasHapusBuat saya keren Mas. Boleh lah kapan-kapan dibaca.
Hapusaku sih fine-fine aja kak sama keberadaan si hantu badut oyen-nya, ckck, andai aja aku sebelumnya gak tau keberadaan hantu itu, berhubung udah kena spoiler, hmmm... ya udah deh kepalang
BalasHapusNggak tau kenapa saya justru kurang suka dengan keberadaan hantunya. Jadi menghilangkan twist-nya.
Hapus