Penulis : Anggun Prameswari
Penyunting :Ayuning
Proofreader: Jia Effendie
Desain dan ilustrasi sampul : Levina Lesmana
Penata letak :Landi A. Handwiko
Penerbit : GagasMedia
Terbit : 2014 (cetakan keenam)
Ukuran buku : viii + 324 hlm; 13 x 19 cm
ISBN : 9797806596
Mungkin aku dibutakan
oleh cinta, sebab akalku dikacaukan olehmu. Seberapa banyak pun aku meminta, kau
takkan memilihku.
Inikah yang kau sebut
cinta?
Menunggumu bukan
pilihan. Izinkan aku meninggalkanmu, dengan serpihan hati yang tersisa. Dan jika
ternyata dia yang ada di sana, sama-sama menanggung keping-keping hati yang
berhamburan, saat kami saling menyembuhkan-salahkah itu?
Review. Sebenarnya buku ini sudah saya pinjam dari rekan kantor
sudah lama sekali. Sempat membaca beberapa bab di awal namun mentok kembali.
Dan keinginan membaca buku ini muncul kembali setelah membaca review novel Perfect Pain dari salah satu blogger
buku (saya lupa nama blognya, pas sedang blogwalking).
Di review tersebut disebutkan jika penulis memunculkan genre
baru; Romance Depresi. Karena genre
inilah saya langsung membabat After Rain.
Bercerita mengenai proses move on seorang perempuan 26 tahun
bernama Serenade Senja. Ia menjalin hubungan dengan rekan kerjanya yang juga
cinta pertamanya; Bara, selama sepuluh tahun. Namun Bara ini bukan tipe pria
yang loveable, sebab dia sudah
beristri dan beranak; Anggi-Lily. Hubungan mereka yang tersembunyi terusik oleh
satu pertanyaan saja.
“Kalau aku memintamu memilih aku atau Anggi, siapa yang kau pilih?” –After Rain, 19.
Jawabannya, Bara memilih Lily. Otomatis Seren terluka dan
merasa terpuruk. Sepuluh tahun menunggu Bara, berakhir dengan pilihan yang
tidak sesuai keinginannya.
Seren memilih resign dari tempat kerja dan memilih menjadi
guru di sekolah tempat Nola, keponakan Kean yang merupakan sahabat baik Seren.
Dan di sinilah ia bertemu kedua kalinya dengan Elang, pria bersorot mata tajam. Pertemuan pertama terjadi di Panti Asuhan. Sayangnya, saat itu Seren hanya melihat Elang sepintas saja.
Bagaimanakah Seren menyembuhkan luka hatinya? Lalu takdir
apa yang mempertemukan Seren, Bara dan Elang?
Plot. POV. Gaya bercerita. Secara garis besar, plot-nya menggunakan plot maju. Ada sih
beberapa bagian yang kilas balik menceritakan bagaimana Seren dan Bara ketemu,
percakapan soal awal mula Seren kerja di tempat kerja yang sama dengan Bara, bagaimana dialog ketika Bara menceritakan mengenai perjodohannya. Namun bagian kilas
balik tersebut porsinya sangat sedikit dan dibuat beda dengan jelas
melalui penggunaan font yang berbeda. Jadi saya menganggapnya kilas balik itu hanya
sisipan cerita saja agar gambaran jalan cerita lebih jelas.
Cerita dipaparkan dari sudut pandang orang pertama. Sehingga
kemampuan penulis terungkap jelas dalam menyelami tokoh ‘Aku’ ini. Dan saya
menilainya, penulis berhasil menggunakan POV-nya.
Saya memiliki pendapat sendiri mengenai gaya bercerita
penulis ini. After Rain yang memiliki genre romance, memang berhasil menghadirkan
unsur percintaan. Biar pun harus diawali dengan kesedihan yang dalam, saya
masih menganggap ending-nya sangat romance banget.
Lalu saya harus jujur jika genre tersebut sepertinya berpengaruh terhadap penyampaian cerita. Kalau saya menganalogikan dengan gambar grafik, novel ini bercerita dengan datar dan tenang. Mungkin tepatnya mendayu-dayu. Ada kesan penulis menggunakan cara tersebut sebagai jalan memaparkan dan menggali sebanyak mungkin rasa sedih yang dialami Seren; kebodohan, kesedihan, kerapuhan dan ketidakbisaan menerima keputusan. Dan lagi-lagi ini sukses. Namun jangan salahkan jika saya harus meloncat beberapa kalimat di setiap paragrafnya.
Lalu saya harus jujur jika genre tersebut sepertinya berpengaruh terhadap penyampaian cerita. Kalau saya menganalogikan dengan gambar grafik, novel ini bercerita dengan datar dan tenang. Mungkin tepatnya mendayu-dayu. Ada kesan penulis menggunakan cara tersebut sebagai jalan memaparkan dan menggali sebanyak mungkin rasa sedih yang dialami Seren; kebodohan, kesedihan, kerapuhan dan ketidakbisaan menerima keputusan. Dan lagi-lagi ini sukses. Namun jangan salahkan jika saya harus meloncat beberapa kalimat di setiap paragrafnya.
Karakter yang muncul di novel ini sangat hidup. Serenade Senja; perempuan dewasa yang
masih mengagungkan cinta, susah move on, pemikir dan menyukai pendidikan. Tokoh
utama ini semacam ulat yang berubah menjadi kepompong. Yang awalnya begitu
susah melupakan Bara, kelamaan menjadi kuat dan mampu memutuskan yang terbaik bagi
dirinya. Proses perubahan inilah yang saya sukai dari karakter Seren. Semacam proses
penyembuhan hati dari luka masa lalu.
Bara; pria
berkeluarga pecinta anak, tidak tegas, egois dan bukan pria bertanggung jawab.
Karater Bara ini menjadi antagonis. Sebab apa yang dilakukannya di mata saya
keliru sekali. Tidak adil mengikat perempuan tanpa dimiliki. Dan usianya yang
sudah kepala tiga, rasanya tidak pantas memiliki keegoisan sangat tinggi yang lebih mementingkan perasaan dan keamanan rumah tangganya saja. Wajar kan
seandainya saya kurang suka dengan Bara?
Elang; semacam malaikat
dan bersifat cool. Ini sangat disayangkan sekali, sebab karakternya sangat tidak tergali.
Baik dari sisi kelam luka hatinya yang terdahulu maupun dari kelegaan hatinya setelah
menemukan rumah baru. Saya menduga karena penulis terlalu fokus pada tokoh
Seren sehingga posisi Elang ini kurang perhatian. Padahal dari segi peran,
seharusnya Elang memiliki porsi yang sama besar karena menyangkut akhir
penyembuhan luka hati Seren.
Kean; sahabat
terbaik dan dapat diandalkan. Mungkin ini menjadi gambaran jika kebanyakan
perempuan pasti memiliki satu atau lebih sahabat seperti Kean ini. Yang bisa
diandalkan dalam kondisi apa pun.
Bagian favorit. Saya
sendiri tidak paham kenapa menyukai adegan yang ada di halaman 231. Tiga
kalimat yang menurut saya sangat dramatis. Kejadiannya ketika Bara mencium bibir
Seren dan Seren merasa ciuman itu sudah berubah rasanya.
“Cukup, Bara. Cukup.”
“Seren, kenapa?”
“Aku nggak bisa.”
Petik-petik. Saya
menangkap benang merah jika mencintai seseorang butuh kepastian mutlak. Jika
iya, perjuangkan dan dapatkan. Jika tidak, tolong untuk dilepaskan agar bisa
menemukan bahagia di lain suasana.
Cuplikan.
- Senyum adalah perhiasaan terbaik yang mempercantik wanita (14).
- Biasanya orang punya kualitas mengajar , akan punya kemampuan storry telling yang bagus (85).
- Kita semua punya pilihan, Cuma kadang kita malas melihat kemungkinan yang ada (90)
- Semakin lo cinta sama seseorang, semakin besar ketergantungan lo sama dia (194).
- Patah hati bukan vonis mati (189).
- Mengajar itu seni. Seni mendidik manusia tanpa perlu terasa seperti mendidik (240).
- Tapi kita perlu melakukan hal yang sulit, agar hidup ke depannya lebih gampang (240).
- Lelaki dinilai bagaimana dia bisa bertanggung jawab atas apa yang dia sudah lakukan (291).
Final. Rating.
Novel ini pas dibaca ketika hujan dan oleh pencari bacaan romance yang ada
drama-dramanya. Akhirnya saya memberikan rating
4 dari 5.
Penulis. ANGGUN
PRAMESWARI. After Rain adalah novel debut Anggun Prameswari. Sebelumnya, cewek
gemini yang juga pecinta bulan purnama ini, sering menulis cerpen di
banyak media nasional. Selain menulis, kesehariannya diisi dengan mengajar
Bahasa inggris di SMP-SMA Harapan Bangsa, Tangerang.
Anggun bisa dihubungi di;
@mbakanggun (twitter),
mbak.anggun (at)gmail (dot)com.
Puisi "Serenade Senja"
Aku menemukanmu di sana. Tersenyum dan berbinar. Seakan seisi dunia percaya. Kau gembira, kau bahagia. Matamu mata kesedihan. Mataku pun dulu begitu. Jadi, siapa yang mau kau tipu.
Di senja ini, duduklah di sini. Rebahkan kepala, dan isi hati. Matahari berjanji kembali. Jadi, cukup, jangan tangisi. Ada aku di sini, menemani.
(Puisi ada di halaman 323)
Waaww udah cetakan keenam? Bagus kayaknya ya..
BalasHapusKeren banget. Kalo suka bacaan romance yang ada drama-dramanya, langsung diburu aja atuh. Hehe
HapusKlo jadi seren dan dah di usia 26, pestinya bakal galau berat ya din..10 tahun penantian akhirnya pilih anggi, huhu tega bener si bara
BalasHapusJauhi tuh pria macam Bara yang PHP. Saya aja merasa kasihan sama Seren. Tapi emang perempuan usia segitu selemah itukah perasaannya.. sampai nggak tegas soal hatinya.
HapusSalah satu penulis yang temen-temen gue rame omongin nih kalo udah bhas romance. Baru tahu kalo dia pengajar bahasa inggris. Komplit pula euy reviewnya. \(w)/
BalasHapusIya nih. Romance nya dapet banget. Dan saya perhatikan mbak anggun ini rentang menerbitkan novel antara yang satu dengan yang lainnya tidak berdekatan. Jadi ada kesan menggarapnya dengan lebih hati-hati. Hasilnya, widih... mengharukan.. hahaha. Atau justru karena sibuk ngajar ya?
HapusTerima kasih, saya hanya berusaha memberi gambaran novelnya versi kacamata saya.
Ini buku pertama Mbak Anggun yg saya baca, Bang, dan saya langsung suka dengan gaya penulisan blio... Pengin baca jg yg Perfect Pain (cos ratingnya bagus), tapi waktu itu ikut GA nggak menang haha.
BalasHapusOh ya, ini gaya nulis reviewnya sedap dibaca cos pakai semacam subbab, jd pembaca bisa memahami dg cepat dan mudah, lengkap pula, sip! :D
Saya juga sempet ikutan GA nya dan sayang sekali enggak menang. Senasib ternyata.
HapusReview saya kepanjangan nggak sih? Takutnya apa yang saya tulis dengan bentuk yang sekarang menjadikan temen-temen nggak mau mampir
Tokoh Bara itu ngeselin, tapi Seren lebih ngeselin. Yah, awalnya aku kesel sama Seren.
BalasHapusTokoh-tokoh lain dari awal aku udah suka, apalagi Elang itu. hoho.
Hehehe, ini soal selera sih ya. Saya justru menilai Elang tuh belum berkesan di novel ini. Seolah penulis masih kurang menggali peran dia. Tapi saya hargain kesukaan kamu sama Elang.. Dia memang cool kok!
Hapus