Tampilkan postingan dengan label rina suryakusuma. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rina suryakusuma. Tampilkan semua postingan

September 10, 2016

[Resensi] Gravity - Rina Suryakusuma

Saya mendapatkan lebih dari sekedar romantis. Gravity menawarkan hal lain, mengajarkan kebijakan dalam memilih di antara dua. Ini soal jodoh, ini soal cinta. Gravity juga menawarkan teladan memaafkan seburuk apa pun masa lalu. Saya mempelajari itu semua selama 3 hari, dan saya merasa perempuan-siapa pun dia- harus membaca buku ini.

Judul: Gravity
Penulis: Rina Suryakusuma
Desain sampul: Orkha Creative
Terbit: Februari 2016
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal buku: 328 halaman
ISBN: 9786020325125
Harga: Rp68.000 


Memilih pasangan hidup, bukan soal perkara kamu suka dia. Ternyata banyak hal yang harus dipertimbangkan. Dan itu tugas otak atau pikiran, bukan hati. Cecilia mengalami dilema, memilih Declan atau Bernard. Kedua pria tadi sangat berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Kedua pria tadi sama-sama membuat Cecilia bahagia.

Sebenarnya, cerita tentang memilih di antara 2 pilihan bukan kisah baru. Namun dari kisah yang umum tadi, ada perbedaan dalam memutuskan siapa yang dipilih, bagaimana memilih, bagi beberapa penulis. Membicarakan Cecilia yang dilema, saya memahami apa yang dirasakannya. Declan; pria yang keren, suka traveling, dan tidak terduga. Cecilia sangat menyukainya. Dan ada lubang pada bagian ini, cinta Cecilia pada Declan ini aneh karena saya tidak memahami sisi Declan yang mana yang Cecilia sukai. Bernard; pria kantoran, hidup teratur dan penyayang binatang. Saya bisa mengikuti penulis dalam membentuk chemistry antara Cecilia dan Bernard. Karena memang keduanya dipertemukan, didekatkan dan dibuat konflik oleh penulis.

Permasalahannya, Cecilia memang sudah lama menyukai Declan. Ketidakpastian keberadaan Declan sebagai seorang petualang  yang kemudian membuat Cecilia memikirkan ulang apa yang baik untuknya dan masa depan. Beruntung Cecilia memiliki rekan kerja yang care seperti Nolan. Dan sosok Nolan ini mengingatkan kita untuk selalu mencari opsi yang netral dari orang terdekat. Bagaimana pun pendapat orang terdekat yang netral, mampu mengangkat saran-saran yang mungkin kita hapus secara sengaja atau tidak sengaja.

Percintaan ketiga tokoh tadi diramu dengan dua subplot yang mempermanis novel Gravity ini. Subplot pertama, mengenai masa lalu Cecilia yang muncul berkat sebuah foto lama. Ini yang saya bilang, bagian memaafkan masa lalu. Subplot kedua, hubungan Cecilia dan Dianne, sepupunya, yang akhirnya retak akibat niat baik Cecilia pada nasib anak sepupunya itu. Tidak semua niat baik akan berakhir baik, bisa juga hasilnya salah paham. Dan pesannya, jangan pernah menunda menyelesaikan kesalahpahaman tadi. Sebab jika diundur-undur, permasalahan akan bertambah parah dan kacau.

Di novel Gravity juga akan ditemukan banyak adegan mengharukan. Saya contohkan satu, adegan ketika mamanya Cecilia berkunjung ke Jakarta hanya demi membawakan makanan. Si Ibu mengerti jika pekerjaan Cecilia kadang membuat anaknya itu mengesamping pentingnya makan. Naluri ibu di adegan ini membuat saya terharu sekaligus merasa hangat.

“Mama khawatir padamu. Dari kemarin-kemarin kamu kan tidak sempat makan malam. Jangankan untuk urusan pribadi, makan saja kamu tidak ada waktu…” [hal. 58]
Novel Gravity memang indah. Cover yang menampilkan 2 warna kontras, seakan menunjukkan kepribadian Declan dan Bernard. Declan diwakili warna merah kekuningan, sedangkan Bernard diwakili warna biru (kayaknya nama warnanya begitu). Gaya menulis Mbak Rina juga sangat luwes. Diksinya enak. Ditambah kalimat bahasa inggris yang digunakan tidak membuat saya puyeng. Saya memang kurang menyukai novel dengan kalimat asing yang banyak bertebaran.

Berikut ini beberapa catatan saya selama membaca novel Gravity:
  1. “Foto yang baik bukanlah refleksi tentang apa yang seseorang lihat, melainkan yang bercerita tentang apa yang seseorang rasakan ketika mata mereka menangkap gambar tersebut.” [hal. 70]
  2. “Waktu orang mengatakan padamu bahwa mereka sibuk, itu bukan mengacu pada jadwal mereka, melainkan pada urutan prioritas mereka.” [hal. 150]
  3. “Tidak peduli seberapa jauh seseorang mengembara, akan ada orang-orang tertentu yang menarik mereka kembali ke arah orang-orang itu…” [hal. 229]
  4.  “… Tak ada pria yang suka dijadikan pilihan.” [hal. 268]
  5. “Suatu hubungan bisa bertahan karena dua manusia di dalamnya memutuskan untuk berusaha dan berjuang.” [hal. 290]

Mungkin bagian romantis pada novel Gravity ini akan terasa kental. Tapi pada bagian lain yang bisa dilewatkan begitu saja, ada bagian yang seharusnya diperhatikan. Keberadaan sahabat yang kerap memberikan komentar atau nasihat tak sesuai keinginan kita, bisa menjadi konflik yang kemudian kita rindukan jika dia sudah menjauh. Sahabat baik selalu akan berada di sisi mendukung kita meksi cara yang digunakannya tidak sepaham dengan kita. Itu poin yang ingin saya tegaskan yang saya dapatkan di buku ini. Mulailah menghargai dan menyayangi sahabat dekat-baik  dengan lebih hangat sejak hari ini.

Akhirnya rating yang saya berikan untuk novel Gravity sebesar 3 bintang dari 5 bintang.
:) :) :)

Juli 20, 2016

Wishful Wednesday: Memahami Penulis Bernama Rina


Selamat hari Rabu!!
Selamat wishful wednesday!!

Walaupun saya kerap ketinggalan mengikuti wishful wednesday yang digagas https://perpuskecil.wordpress.com/ , saya tetap mengikuti meski bolong-bolong. Dan kesempatan kali ini saya berharap bisa mengkoleksi karya penulis Rina Suryakusuma.

Setelah kemarin saya menyelesaikan buku Mbak Rina yang judulnya Just Another Birthday, saya kepincut untuk mengkoleksi karyanya. Hasil browsing di gramedia.com, saya berharap bisa segera mengkoleksi karya Mbak Rina seperti gambar di bawah ini:


Dari keenam judul buku tadi, satu yang sudah saya miliki yaitu Gravity. Dan saya berharap bisa segera mengkoleksi buku-buku di atas. Amin.

Juli 19, 2016

[Resensi] Just Another Birthday - Rina Suryakusuma, Menjadi Tidak Sekedar Perempuan


Judul: Just Another Birthday
Penulis: Rina Suryakusuma
Desain cover: Marcel A. W.
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: November 2013
Tebal buku: 248 hlm; 20 cm
Harga:Rp 48.000 (before discount, gramedia.com)
ISBN: 9789792299489

Sarah, single mom dari satu anak TK yang kritis dan suka bertanya segala hal, mulai dari pertanyaan sederhana seperti – Kenapa kita ulang tahun cuma satu tahun sekali, Ma? – sampai pertanyaan yang tidak bisa dijawab macam, “Mama, di mana Papa?”.

Pada usianya yang masih 20-an, Sarah belajar dengan cara sulit bahwa hidup ini tidak seindah dongeng. Tak ada yang namanya Prince Charming. Namun ketika bertemu dengan Jeremy, Sarah berpikir segalanya mungkin hingga ayah dari putrinya kembali ke dalam hidupnya.

Ketika kebahagiaan nyaris dalam genggaman, Sarah dihadapkan pada batu ujian hidup... terutama ketika dia harus kehilangan orang yang terpenting dalam hidupnya.

***

Review.
Sebelumnya saya gagal menuntaskan novel Gravity karya Mbak Rina Suryakusuma lantaran novelnya tergolong tebal. Pada paruh buku, saya memang menyukai bagaimana penulis bercerita dengan diksi yang terbilang standar. Dibilang sederhana, tidak, njelimet pun tidak. Saya bisa menikmati. Alasan ketebalanlah yang akhirnya membuat saya menutup kembali novelnya.

Novel Just Another Birthday ini merupakan salah satu karya Mbak Rina yang akhirnya selesai saya lahap dalam hitungan 3 hari. Untuk ukuran novel dengan halaman 200-an, 3 hari jadi waktu yang lama.

Novel Just Another Birthday atau JAB, saya katakan sebagai novel yang menggabungkan unsur percintaan, keluarga dan agama. Penulis meramu unsur tadi melalui tokoh utama bernama Christina Sarah yang merupakan single mom dari seorang anak perempuan berumur 4 tahun bernama Cassie. 4 bab pertama membuat saya penasaran bagaimana bisa Sarah yang masih berusia 24 tahun sudah menyandang status single mom dan memiliki seorang putri. Yang memperkuat penasaran saya, penulis tidak menyebut kata ‘Janda’. Barulah di bab 5, penulis mendeskripsikan kilas balik masa kelam seorang Sarah.

Unsur percintaan; Penulis mencoba memberikan hawa yang romantis dari seorang perempuan yang sudah memantapkan diri untuk menghindari hubungan dengan pria, menghindari jatuh hati sekaligus sakit hati, ketika Sarah dipertemukan secara intens dengan sosok atasannya, Jeremy. Jujur, awalnya saya sedikit kurang sreg dengan awal mula Jeremy mendekati Sarah yang menurut saya sangat tiba-tiba sekali. Padahal mereka bekerja di tempat yang sama bukan hitungan baru. Namun penulis memberikan jawabannya di akhir novel dan itu bisa membuat saya maklum. Sisi percintaan Sarah dengan Jeremy seperti permen asem manis. Di satu sisi mereka bisa sangat romantis. Di sisi lainnya membuat pembaca merasa simpati. Konflik puncak namun eksekusi yang singkat adalah ketika ayah kandung Cassie hadir. Momen ini membuat Jeremy kalah duluan. Kekalahan Jeremy membuat Sarah tersungkur.

Unsur keluarga; Penulis menggambarkan dengan baik sosok wonder women yang kuat, seorang Sarah yang single mom. Ketegaran Sarah membesarkan anaknya sangat membuat saya merasa harus berterima kasih pada Mimih (Ibu). Melalui hubungan ibu-anak; Sarah dan Cassie, pembaca dibukakan mata bahwa banyak sekali pengorbanan, kasih sayang, memprioritaskan, dari sosok ibu.

Unsur agama; Mungkin unsur agama yang ditampilkan di novel JAB ini porsinya tidak begitu banyak. Yang sedikit inilah justru membuat saya pribadi sangat tertohok diingatkan. Selain pandangan mengenai aborsi, penulis menyinggung mengenai kedudukan berdoa. Dikatakan, bahwa berdoa akan membuat harapan tetap hidup.

Memperhatikan kover novelnya, dengan dominasi warna kuning hangat dan sebuah cake, memang mempresentasikan kehangatan, keromantisan dan cinta yang menyenangkan. Menarik. Namun, boleh dong jika saya memberikan pilihan kover sesuai imajinasi saya. Lebih menarik jika kover menampilkan salah satu pojok rumah yang lantainya dialasi karpet bulu, banyak boneka dan di salah satu dinding bercat biru langit terpasang bingkai foto Sarah dan Cassie. Lebih menonjolkan karakter utama di novelnya.

Plot. Gaya menulis. POV. Karakter.
JAB mengusung plot maju. Ada beberapa bagian kilas balik yang diceritakan dengan pendeskripsian. Tidak merubah fokus penulis bercerita dan pilihannya membuat aman pada garis besar cerita. Sedangkan kemampuan penulis merangkai kata sangat lancar. Apakah menghanyutkan? Menurut saya tidak. Saya tidak paham alasannya. Namun saya mengukur dari durasi saya menyelesaikan membaca JAB ini, dan hasilnya butuh beberapa hari.

Mbak Rina juga menggunakan POV sudut pandang pertama ;Aku. Menghasilkan emosi yang lebih masuk kepada pembaca. Untuk karakter yang muncul di JAB ini, tidak ada yang menjadi favorit saya. Sarah; sosok perempuan yang kuat, membatasi diri dengan yang namanya cinta, penyayang anak. Jeremy; pria yang dewasa, bijaksana, tegas. Cassie; anak yang lucu, polos, blak-blakan.

Petik-petik.
Banyak sekali pesan yang coba disampaikan penulis. Yang paling saya tangkap adalah berpikirlah positif terhadap banyak keadaan. Sebab banyak hal yang terjadi di luar keinginan kita, namun itu yang paling baik untuk kita. Ini diterangkan ketika Mamanya Sarah yang sakit-sakitan namun beliau merahasiakannya dari Sarah.

Final. Rating.
JAB ini sangat saya rekomendasikan untuk semua perempuan. Sebab terdapat banyak pelajaran menjadi sosok perempuan kuat. Akhirnya saya memberikan rating 3 bintang dari 5 bintang.

Penulis.                                          
Sebagai ibu rumah tangga dan pekerja penuh waktu di perusahaan property & developer yang sudah seperti rumah keduanya, Rina menikmati kehidupannya yang damai bersama suami dan dua anaknya di Jakarta. Ia bersyukur atas talenta menulis yang dipercayakan Tuhan baginya.

Ia berusaha supaya segala karya yang diuntai saat malam tiba, dengan diiringi lagu yang mengalun dari speaker laptop, adalah untuk kemuliaanNya semata. Kopi, snowglobe, vintage, buku dan film adalah beberapa hal acak sederhana yang dapat membuatnya bahagia.

Twitter ID: @rinasuryakusuma

Email: rinasuryakusuma@gmail.com