Tampilkan postingan dengan label james clavell. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label james clavell. Tampilkan semua postingan

Agustus 20, 2025

Novel Shogun Jilid 3 - James Clavell

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Shogun Jilid 3

Penulis: James Clavell

Penerjemah: D. Anshar

Desain sampul: Leopold Adi Surya

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

Terbit: Februari 2025, cetakan pertama

Tebal: iv + 460 hlm.

ISBN: 9786231343291

Tag: sastra jepang, shogun, samurai, sejarah, politik


Sinopsis

Anjin-san atau Blacktorne sangat beruntung bisa kembali berlayar dengan kapal Erasmus ditemani Yabu dengan tujuan Nagasaki. Kali ini misinya untuk mempersiapkan perang dengan lebih dulu mencari tambahan pasukan. Namun, Daimyo Ishido justru menjemput dan membawanya ke Osaka.

Mariko pun berangkat lebih dulu ke Osaka dengan membawa misi rahasia dari Daimyo Toranaga. Tujuan lainnya, ia ingin memastikan keluarganya dalam kondisi baik-baik saja.

Situasi menegang saat Mariko ingin membawa keluarga Toranaga dari istana Osaka mengingat keluarga Toranaga sebenarnya sandera agar Toranaga segera tiba di Osaka. Ancaman seppuku membuat Ishido tidak berkutik tapi dia punya rencana lain hingga sebuah penyergapan oleh ninja membuat Mariko meregang nyawa.

Penyergapan ninja itu membuat Anjin-san mengalami luka-luka. Ditambah kepergian Mariko membuat hatinya sedih. Dan belum sampai disitu saja karma buruk menimpanya, kapal Erasmus miliknya juga hancur terbakar.

Toranaga tidak punya waktu banyak. Ia sudah ditunggu di Osaka. Atau jika tidak sampai ke Osaka, perang akan berkecamuk lebih dulu. Banyak taktik yang dijalankan, ada beberapa pengkhianat yang dia bereskan. Bahkan nyawa Mariko dan kebakaran kapal Erasmus masih berhubungan dengan keputusannya.



Ide Cerita

Di Jilid 3 ini makin kelihatan betapa pintarnya Toranaga dalam menghadapi situasi paling sulit pun. Dan berkat bawahannya yang berjiwa samurai, setiap langkah taktiknya bisa dijalankan dengan baik. Bisa dibilang Toranaga selalu memiliki rencana jauh ke depan (visioner) dibanding pikiran bawahannya. Sekali pun rencananya harus mengorbankan nyawa bawahannya.

Perang yang sudah di depan mata selalu bisa diantisipasi. Politik kekuasaan begitu kental baik di kubu Toranaga maupun di kubu Ishido. Kedua daimyo besar itu berseteru sebenarnya ingin memastikan kekuasaan Taiko dapat diteruskan kepada penerusnya yaitu Yaemon, yang kini masih kanak-kanak. Tapi kabar yang beredar justru kalau Toranaga berambisi jadi Shogun dan ingin mengambil alih kekuasaan dari penerus Taiko. Jika mengikuti pikiran Ishido dan Toranaga, saya jadi bingung sebenarnya siapa yang benar. Karena baik Ishido dan Toranaga mengelak tuduhan itu.

Sedikit disayangkan karena novel ini berakhir dengan konklusi berupa paragraf panjang saja. Perang besar yang saya tunggu-tunggu justru tidak terjadi. Tiga jilid ternyata hanya meringkas bagaimana mengenalkan perang politik kekuasaan di Jepang dari sudut pandang orang Inggris. Memang detail dan prosesnya panjang tetapi saya tetap berharap bisa membaca bagian perang besarnya.

Di tengah ketegangan perebutan kekuasaan, unsur romansa di novel ini pun sangat terasa. Dari cerita Mariko dan Fujiko memandang suami mereka, saya sangat terkesan dengan keteguhan para istri membela nama baik suaminya dan pengabdian sampai akhir hayat. Walau pun kita juga akan sadar kalau seorang istri benar-benar dibawah kendali suaminya dalam hal apa pun. Sekali pun mereka tidak bahagia, nilai hormat dan pengabdian tetap didahulukan.

Baca juga: Novel Shogun Jilid 1 - James Clavell

Karakter, POV, Plot, dan Gaya Bahasa

Dari Jilid 1 sampai Jilid 3, novel ini memamerkan banyak tokoh yang terlibat. Dan karena dari buku pertamanya saya tidak meringkas, di sini pun rasanya sulit melakukannya. Sentral cerita sebenarnya ada empat tokoh besar: Toranaga, Ishido, Blacktorne, dan Mariko. Tapi hampir semua tokoh pendukungnya memiliki peran penting juga di novel ini seperti Yabu, Hiromatsu, Gyoko, Fujiko, dan masih banyak lainnya.

Secara penokohan, hampir tidak ada tokoh yang benar-benar bisa dikatakan baik. Semua tokoh Jepang dibuat abu-abu karena mereka mempunyai kepentingan dan tujuan yang tidak begitu dibuka secara terang-terangan. Mungkin hanya Blacktorne saja yang secara karakter tidak dibikin abu-abu mengingat dia sebagai orang inggris yang dikenal kebar-barannya.

Cerita digulirkan dengan POV orang ketiga serba tahu dan plotnya dijalankan maju. Jika pun ada kilas balik bukan lompatan yang terlalu jauh. Dan untuk saya, membaca bagian kilas balik ini cukup nyaman, tidak membingungkan. Secara penerjemahan pun sangat baik sehingga bisa dibaca dengan lancar jaya. Sedikit istilah Jepang yang dipakai dan selalu diikuti narasi penjelasannya.

Bagian Favorit

Di Jilid 3 ini ada bagian paling seru yaitu ketika Istana Osaka bagian tempat Mariko dan Anjin-san berada disergap oleh pasukan ninja. Ada adegan perkelahian dan kejar-kejaran karena penyergapan itu tujuannya menangkap Mariko. Menghalau kejaran ninja dan mencari jalan keluar menjadi adegan yang bikin penasaran. Walaupun ditutup dengan ledakan yang membuat Mariko sekarat dan beberapa orang terdekatnya meregang nyawa.

Baca juga: Novel Shogun Jilid 2 - James Clavell

Petikan

  • Hukum boleh jadi tidak masuk akal tapi akal tidak boleh melanggar hukum, atau keseluruhan masyarakat kita akan buyar seperti tatami tua (p. 89)
  • Sabar artinya menahan diri. Ada tujuh perasaan, ne? Bahagia, marah, cemas, cinta, duka, taku, dan benci. Jika orang bisa menguasai dirinya terhadap tujuh perasaan itu, maka dia dianggap sabar (p. 429)

Kesimpulan

Secara keseluruhan saya sangat menikmati novel Shogun ini. Meski pun sampai Jilid 3 dan novelnya tebal, tapi ceritanya benar-benar menarik dan bikin penasaran. Mempertemukan dua budaya antara Jepang dan Inggris, menjelaskan perbedaan kristen katolik dan protestan, dan menggali konflik politik kekuasaan di Jepang, novel ini terbilang berat namun kaya. Jangan heran juga karena panjangnya cerita novel Shogun ini, kita akan menemukan beberapa bagian yang rada bikin bosan. Tapi harap bersabar dulu karena banyak sekali hal-hal yang akan bikin kita penasaran.

Novel ini sangat pas untuk pembaca yang suka cerita politik dan sejarah Jepang.

Oya, novel ini sudah dibuat seriesnya dengan judul sama: Shogun (2024). Dan menurut beberapa orang yang sudah nonton, seriesnya bagus. Hemm, penasaran. Bakal saya jadwalkan buat nonton nanti.



Nah, sekian ulasan saya untuk novel Shogun ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Juni 13, 2025

Resensi Novel Shogun Jilid 2 - James Clavell

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Shogun Jilid 2

Penulis: James Clavell

Penerjemah: D. Anshar

Sampul: Leopold Adi Surya

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

Terbit: Februari 2025, cetakan pertama

Tebal: iv + 468 hlm.

ISBN: 9786231343284

Tag: sastra jepang, shogun, samurai, sejarah, laut


Sinopsis

Yoshi Toranaga berhasil kabur dari Osaka dengan tidak mudah. Blacktorne dan Mariko ikut rombongan juga. Dengan kapal dayung mereka mencapai Anjiro, daerah kekuasaan Yabu. Mariko dan Blacktorne ditinggal di sana, Toranaga melanjutkan perjalanan ke Edo.

Selama di Anjiro, Blacktorne mengalami banyak hal. Ia dituntut untuk bisa menguasai bahasa Jepang dalam waktu enam bulan, jika gagal maka seluruh rakyat akan dibumihanguskan. Selama itu juga Blacktorne berusaha belajar lebih banyak, bukan soal bahasa saja, tapi manusianya.

Hubungannya dengan Mariko selaku penerjemah dan gurunya, berkembang makin liar. Ada gejolak membara tapi harus diredam karena hubungan mereka salah. Mariko masih memiliki suami dan menurut adat tidak pantas dan aib jika berselingkuh.

Selain itu kedatangan Toranaga ke Anjiro setelah beberapa waktu balik ke Edo mengindikasikan perebutan kekuasaan makin memanas. Perang sepertinya tidak bisa dihindari. Toranaga yang mengundurkan diri dari Dewan Lima Datuk dan berharap bisa mengulur waktu justru dibenturkan kenyataan kalau penggantinya sudah ditunjuk lagi.

Sekutu Toranaga bahkan dibantai habis saat menolak menjadi sekutu Ishido. Posisinya kemudian digantikan oleh adik tiri Toranaga, Zataki. Perang saudara pun sepertinya akan meletus.



Resensi

Di Jilid 2 ini lebih banyak membahas soal kehidupan Blacktorne di Anjiro. Akan diulik lebih banyak orang-orang di sekitarnya seperti Mariko, Yabu, Omi, Fujiko, Kiku dan masih banyak lagi.

Perihal seksualitas akan dibahas banyak juga. Saya kaget waktu bagian Kiku menjelaskan alat bantu seksual kepada Blacktorne dan Mariko. Ternyata Jepang memang lebih vulgar dalam urusan seksualitas walaupun ada pemahaman kalau perempuan ditakdirkan melayani nafsu pria tanpa menuntut dirinya harus dipuaskan. Paham ini bertentangan dengan kegiatan seksual di negeri Blacktorne berasal.

Saya juga takjub dengan sifat Toranaga sebagai pemimpin. Ia selalu menekankan kepada siapa pun agar bisa bersikap sabar, jangan sembrono dengan buru-buru. Sifat tenangnya di situasi yang memancing emosinya juga mengagumkan. Dan itu ia praktikkan agar bawahannya mengikuti.

Penceritaan di Jilid 2 ini masih sama baiknya dengan Jilid 1. Ada beberapa typo tapi tidak menggangu bacaan. Penerjemahan juga sangat baik dan enak dibaca. Dan karena ceritanya berkembang ke berbagai arah, membaca novel tebal ini memang butuh kesabaran. Alurnya agak lambat tapi keseruannya akan terbayar menjelang akhir buku.

Nah, singkat saja ulasan saya kali ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Mei 25, 2025

Resensi Novel Shogun Jilid 1 - James Clavell

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: Shogun Jilid 1

Penulis: James Clavell

Penerjemah: D. Anshar

Sampul: Leopold Adi Surya

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

Terbit: Februari 2025, cetakan pertama

Tebal: iv + 537 hlm.

ISBN: 9786231343277

Tag: sastra jepang, shogun, samurai, sejarah, laut


Sinopsis

Kapal Erasmus adalah satu dari lima kapal Belanda yang selamat setelah melakukan perjalanan ke Dunia Baru. John Blacktorne, orang Inggris, menjadi nahkodanya dan harus bertahan saat kapalnya diterjang badai. Awak kapal lainnya sudah dalam kondisi mengenaskan akibat kurang makan dan minum. Di ujung harapan bisa menemukan daratan yang bagai mimpi, kapal yang diamuk badai akhirnya mendarat di daratan Jepang.

Berharap bisa memulihkan diri dan kembali pulang, Blacktorne dan awak kapal lainnya justru terjebak di negara yang secara bahasa, pakaian, makanan dan kebiasaannya sangat berbeda dengan negara asal mereka. Kapal dan harta di dalamnya di sita oleh Daimyo Kashigi Yabu. Nasib mereka akan ditentukan oleh keputusan pemimpin besar, Yoshi Toranaga.

Blacktorne sempat melawan penekanan dari Yabu tapi ia tercengang ketika tahu kemampuan mereka menggunakan pedang. Yabu adalah seorang samurai. Prajuritnya pun seorang samurai. Blacktorne tahu akan sangat sulit melawan mereka dengan kemampuan seperti itu.

Selain mereka, orang Portugis sudah lebih dulu tiba di Jepang untuk menyebarkan ajaran Katolik. Kehadiran Blacktorne memicu kebencian mereka karena Spanyol dan Portugis sudah bermusuhan dengan Inggris dan Belanda. Selain perseteruan dua negara, perbedaan agama pun menyulut kebencian antara keduanya. 

Setelah salah satu awak kapal meninggal akibat penyiksaan kejam yang diperintahkan oleh Yabu, Blacktorne memilih mengikuti perintahnya sembari menunggu kesempatan untuk membalas dendam. Ia pun ikut dengan rombongan ketika Yabu diminta datang ke Istana Osaka, kekuasaan Ishido Kazunari.

Blacktorne terjebak dalam perebutan kekuasaan antara Toranaga dan Ishido. Sejak Taiko meninggal, Jepang dikepalai oleh Dewan Lima Datuk yang masing-masing memimpin beberapa wilayah. Toranaga tidak memiliki sekutu, sedangkan dewan lain merapat ke pihak Ishido. Rapat Dewan Lima Datuk yang akan dilaksanakan di Istana Osaka disinyalir akan mengkudeta Toranaga agar lengser. Nyawanya terancam dan ketika pergerakan mulai gesit dilakukan Ishido, Toranaga harus bisa melarikan diri dari kungkungan Istana Osaka.



Resensi

Karena baru jilid 1, novel ini mencoba mengenalkan dasar ceritanya. Orang asing bernama Blacktorne yang terjebak di antara dua pemimpin besar Jepang yang berebut kekuasaan. Pengenalan yang dimaksud berupa penjabaran segala hal tentang Jepang sebagai daratan yang baru pertama kali di singgahi tokoh utamanya.

Beberapa informasi menarik tentang Jepang cukup membuat saya ber'oh'. Misalnya mengenai seorang samurai yang begitu menjunjung tinggi kehormatannya. Prinsip ini yang membuat mereka melakukan seppuku (bunuh diri) secara suka rela jika gagal melakukan tugas atau malu karena melakukan kesalahan. Perintah seppuku ini bisa dengan gampang dilontarkan oleh pemimpinnya dan begitu gampang pula dilaksanakan oleh anak buahnya.

Orang Jepang hanya dibolehkan memiliki satu istri tapi mereka boleh memiliki gundik sebanyak-banyaknya. Dan praktik seksual mereka bukan hanya hubungan hetero, mereka juga menganggap normal berhubungan dengan sesama jenis. Di sini ada momen Blacktorne marah besar gara-gara ditawari laki-laki hanya karena ia menolak ditawari perempuan. Padahal alasan Blacktorne memang sedang tidak ingin bercinta. Lucu banget kejadiannya.

Politik kekuasaan antara Toranaga dan Ishido ini seperti bom waktu. Cara-cara licik dan picik dilakukan keduanya untuk mengetahui rencana masing-masing dan menggagalkannya. Orang sekitar mereka pun mulai berhitung merapat ke pihak mana yang kira-kira akan menguntungkan. Dua pemimpin besar ini memiliki kebijakan yang berbeda sehingga jika salah memilih bisa-bisa kelangsungan hidup mereka terancam.

Nama Taiko disebut sebagai seorang petani yang berhasil menjadi pembawa kedamaian di Jepang. Pertama kali nama ini disebut, saya seperti pernah tahu ada buku yang judulnya Taiko. Dan begitu dicari, benar saja ada novel judulnya Taiko yang ditulis oleh Eiji Yoshikawa. Novel ini sendiri diceritakan setahun setelah Taiko meninggal dunia. Rasanya akan tambah lengkap kalau nanti saya baca juga novelnya. Biar jelas kenapa sosok Taiko begitu dihormati oleh Dewan Lima Datuk ini.

Karena menyebut pekerjaan nahkoda, novel ini pun melekat dengan cerita soal lautnya. Kemampuan Blacktorne sebagai nahkoda handal dipaparkan dalam beberapa kejadian mendebarkan di laut. Kehidupan selama di kapal pun dijabarkan lumayan banyak. Sehingga unsur perlautannya sangat terasa, bukan sekadar tempelan cerita saja.

Novel ini diceritakan dengan sangat detail makanya novelnya cukup tebal. Dan jilid 1 ini baru babak pembukaan menjelang peperangan yang besar (dugaan saya). Tidak bisa diprediksi apa yang bakal terjadi di jilid 2 dan saya beneran enggak sabar ingin membaca kelanjutannya.

Penerjemahan juga sangat enak dan diksinya gampang dipahami. Istilah-istilah Jepangnya dijelaskan juga jadi tidak bikin pembaca bingung. Mungkin untuk beberapa pembaca, narasi novel ini akan rada berat karena banyak paragraf panjang, bukan tipikal novel yang banyak dialog bergantian. Banyak juga dialog panjang karena kebanyakan menjelaskan atau menceritakan sesuatu.

Karakternya SANGAT BANYAK. Tantangan banget kalau harus inget semuanya. Tapi saya memilih fokus ke beberapa karakter saja biar proses membacanya lancar; Blacktorne dan Toranaga. Pengembangan karakternya sangat bagus terutama Blacktorne. Awalnya ia begitu kasar dan tipikal orang yang reaktif, tapi lama-lama setelah mengalami banyak hal, ia belajar untuk tenang dan melihat keadaan sekitar sebelum bertindak. Kecerdasan ini pula yang kayaknya menyelamatkannya dari kematian yang terus mengintai.

Secara keseluruhan, saya sangat puas membaca novel ini. Petualangan Blacktorne di Jepang menghadapi para samurai dan penguasanya begitu seru. Banyak informasi baru soal Jepang yang saya dapatkan juga. 

Nah, sekian ulasan novel Shogun Jilid 1 ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!