Judul: The Confession of The Sirens (Nyanyian Sang Siren)
Penulis: Shichiri Nakayama
Penerjemah: Joyce Anastasia Setyawan
Editor: Tiyas Puspita Sari
Ilustrator: Hastapena
Penerbit: Penerbit Clover (PT Gramedia Pustaka Utama)
Terbit: Mei 2023, cetakan pertama
Tebal: 336 hlm.
ISBN: 9786230310645
Separuh bagian atas makhluk itu adalah tubuh seorang perempuan. Sementara separuh bagian bawahnya adalah burung atau ikan. Makhluk itu akan bernyanyi dan mengacaukan pikiran para awak kapal, mengundang mereka menuju kehancuran. Menurutku, kalian persis seperti siren itu. Dengan kata-kata manis, kalian mengundang para penonton ke dalam pusaran kecurigaan dan penghinaan.
Hati kecil Takami tak menerima ucapan menusuk dari Detektif Kudao mengenai pekerjaan itu. Di sisi lain, pikiran Takami terus berkecamuk mempertanyakan kebenarannya.
Kasus penculikan yang berujung pada pembunuhan telah terjadi di sebuah pabrik bekas di wilayah Yotsugi. Takami Asakura, seorang reporter muda yang bekerja di program berita Afternoon JAPAN bertekad untuk mendapatkan scoop terkait kasus tersebut. Bersama Satoya, partnernya, Takami berusaha keras menangkap pelakunya. Sebab bagi Takami, seorang reporter ada untuk menjadi pengingat sekaligus penunjuk jalan bagi masyrakat.
Namun, kasus tersebut justru menunjukkan kepadanya sisi kelam dunia jurnalisme. Takami yang naif pun dihadapkan pada keraguan mengenai apakah pekerjaan yang dijalaninya selama ini adalah hal yang benar?
Telepon masuk ke keluarga Higashira mengabarkan kalau putri mereka, Ayaka Higashira (16 tahun), telah diculik. Keluarga harus menyiapkan uang tebusan sebesar 100 juta yen. Kasus ini menjadi momen tepat bagi tim Afternoon JAPAN untuk mengembalikan nama baik Teito TV setelah tiga kali melakukan kekeliruan dalam penyiaran berita. Setelah beberapa hari, penculikan itu berubah menjadi kasus pembunuhan. Ayaka ditemukan meninggal dengan kondisi mengenaskan.
Satoya dan Takami menjadi tim lapangan untuk mengejar berita ini. Sebagai pegawai yang pengalamannya belum banyak, Takami kerap melakukan tindakan teledor dalam peliputan berita. Satoya yang sudah senior punya kesabaran lebih untuk menyampaikan pelajaran-pelajaran dalam dunia jurnalisme kepada Takami.
Dalam jurnalisme liputan berita, wartawan berkejar-kejaran untuk menjadi yang pertama menyiarkan update pada kasus tertentu. Ini akan berpengaruh pada rating stasiun TV. Sehingga dalam proses peliputan, semua berita harus divalidasi dengan benar-benar agar berita yang disiarkan bukan berita palsu dan agar tidak menimbulkan masalah bagi masyarakat.
Penyelidikan pelaku yang dilakukan Satoya dan Takami tertuju kepada Akagi dan Miku. Walau sudah dilakukan sensor, penyiaran berita dugaan pelaku tersebut membawa pengaruh besar, terutama bagi Miku hingga ia melakukan percobaan bunuh diri. Saat selangkah lagi menuju penangkapan terduga pelaku pembunuh Ayaka, kepolisian menyatakan fakta lain. Dugaan tersangka yang disampaikan pada konferensi pers berbeda dengan yang diberitakan Teito TV. Ada kekeliruan yang dilakukan Satoya dan Takami.
Imbasnya tim berita Afternoon JAPAN harus diganti karena kekeliruan fatal berita tadi. Satoya harus dimutasi ke afiliasi TV di bagian hiburan. Takami bertahan sebab Satoya sudah mempersiapkan jika hal buruk terjadi semua tanggung jawab hanya pada dirinya. Takami mau tidak mau harus melanjutkan penyelidikan lanjutan sendirian karena kasus Ayaka belum selesai. Ada sesuatu yang janggal meski terduga pelaku yang disebutkan kepolisian sudah ditangkap.
Pengejaran selanjutnya justru membuat Takami hampir menjadi korban berikutnya. Bagaimana kronologis pembunuhan itu terjadi? Siapa pelaku pembunuh sebenarnya?
Novel The Confession of The Sirens ini menggabungkan tema misteri dan dunia jurnalisme berita televisi. Kita akan diajak mengungkap kasus pembunuhan Ayaka melalui sudut pandang wartawan berita televisi. Setelah Ayaka ditemukan meninggal, kita diajak menebak siapa pelakunya. Penulis sukses mengecoh kita dengan temuan penyelidikan Satoya dan Takami yang meyakinkan. Bahkan temuan kepolisian pun ternyata belum mengungkap sebenarnya, masih ada layer yang belum terbuka untuk membuktikan pelaku pembunuh sebenarnya.
Di novel ini, sisi jurnalisme dan profesi wartawan berita dipaparkan dengan detail. Bagaimana mereka meliput berita, bagaimana mereka mewawancarai nara sumber, dan masih banyak gambaran dunia jurnalisme berita TV diungkapkan di sini. Dan yang paling mengesankan saya adalah pemaknaan profesi wartawan itu sendiri.
"Iya, Papa-Mama yang bilang. Katanya, hal-hal yang paling jahat di dunia ini adalah TV, koran, dan majalah mingguan. Katanya, kalian mengambil rahasia otang untuk dijadikan bahan hiburan. Kakakku berubah gara-gara itu. Dulu ia sangat baik." -hal. 181-182
"Yang kami kejar sebagai pelaku bukanlah orang, tapi kejahatan. Apa yang menjadi pekerjaan kami juga bukan demi mengungkap kebenaran, kami hanya mengindentifikasi pihak yang melanggar hukum. Itu saja. Tapi, yang kalian kejar adalah target kebencian. Yang ingin kalian ungkapkan adalah tragedi dan sisi buruk manusia yang dianggap tidak ada hubungannya dengan diri sendiri." hal. 188
Secara tipis-tipis novel ini juga menyindir soal kasus pembulian dan parenting orang tua terhadap remaja. Dua hal ini memang krusial yang menyebabkan pembunuhan itu terjadi. Andai semua mau melihat dan mengajak diskusi Ayaka, mungkin bunuh diri itu tidak harus terjadi.
Alur yang dipakai oleh penulis adalah alur maju. Ada banyak bagian yang menyinggung masa lalu tapi disampaikan melalui narasi baik oleh penulisnya atau pun oleh tokoh di dalamnya. Cara ini membuat kita yang baca akan dibuat terus penasaran dengan perkembangan kasus Ayaka ini.
Sudut pandang di novel ini adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Kita akan paham secara adil melalui banyak sisi. Tapi lampu sorot penceritaan tetap mengedepankan sisi Takami. Dan patut diberikan apresiasi sebab penerjemahan novel ini sudah sangat baik, tidak kaku, dan membacanya jadi turning page.
Takami Asakura adalah gadis amatir di Teito TV. Terlihat sekali kalau Takami tipe yang menurut dengan atasan. Dia juga tipe yang peka, mungkin karena dia perempuan, dan sisi feminim ini cukup berguna di beberapa situasi peliputan. Belum cukup mandiri meliput meskipun ia sudah dua tahunan kerja di Teito TV.
Lain hal dengan Taichi Satoya, dia senior yang sudah makan asam garam. Pembawaannya tenang meski di situasi genting. Mampu berpikir cepat untuk menemukan celah keberuntungan. Dia juga bijaksana ketika memberikan pelajaran peliputan kepasa partner-nya yang masih anak bawang.
Walau bukan plot twist yang membuat menganga, misteri pembunuh Ayaka cukup bikin saya geram. Pelaku yang tidak disangka-sangka. Dan motif pembunuhannya ternyata perkara ketidakrukunan dan umpatan-umpatan kasar.
Dari novel The Confessions of The Sirens, kita bisa belajar dan meyakinkan kembali jika keluarga itu kesatuan. Sudah semestinya saling menarik satu sama lain agar tercipta situasi harmonis. Jangan biarkan salah satu anggota keluarga kita tersesat. Luangkan waktu dan buka telinga, sebab semua orang memiliki beban yang ingin ia ceritakan. karena jika kita tidak mendapatkan tempat yang pas untuk berkeluh kesah, pelariannya adalah lingkungan lain. Ini yang bahaya jika lingkungan itu bobrok. Kalau sudah terperosok, lantas siapa yang akan disalahkan?
Untuk cerita misteri ala-ala wartawan ini saya berikan nilai 4/5 bintang. Sebuah pengalaman yang baik membaca cerita misteri dari penulis yang karyanya belum banyak diterjemahkan di Indonesia.
Nah, sekian resensi novel The Confessions of The Sirens dari saya. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!