Resensi Novel Sabtu Bersama Bapak - Adhitya Mulya

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]




Judul: Sabtu Bersama Bapak

Penulis: Adhitya Mulya

Penyunting: Resita Febiratri

Desain sampul: Prime Video & Falcon Pictures

Penerbit: GagasMedia

Terbit: 2023, cetakan kedua

Tebal: x + 278 hlm.

ISBN: 9786234930283


Dahulu saya pernah membaca buku ini tapi belum sempat diulas di sini. Begitu saya membeli buku terbaru dari penulis yang berjudul Sabar Tanpa Batas, saya memutuskan untuk membaca ulang lagi buku ini. Kesannya adalah perasaan melow yang membuncah dahulu, kini sudah enggak begitu terasa. Biar begitu ternyata masih ada bagian-bagian cerita yang hampir bikin saya menangis.

Novel Sabtu Bersama Bapak menceritakan tentang pelajaran hidup yang disampaikan seorang Bapak bernama Gunawan Garnida kepada kedua anak laki-lakinya, Satya Garnida dan Cakra Garnida, melalui video yang direkam dengan handycam, dan video itu ditonton setiap Sabtu sore. Sang Bapak menyiapkan video itu karena tidak ingin lepas tanggung jawab menemani kedua anaknya setelah ia berpulang karena kanker. 

Ternyata pelajaran hidup dari video itu sangat berguna ketika Satya dan Cakra sudah dewasa. Satya sudah menikahi Rissa dan mereka memiliki tiga anak laki-laki; Ryan, Miku, dan Dani. Konflik domestik mewarnai keluarga kecil itu. Satya berubah jadi bapak pemarah dan suami yang gemar menyalahkan istri. Sebuah email dari Rissa menjadi pukulan besar baginya dan Satya harus memperbaiki semuanya sebelum keluarga kecilnya hancur berantakan.

Sedangkan Cakra masih berusaha mencari jodoh setelah menurutnya persiapan ke jenjang pernikahan sudah dia rampungkan. Namun mencari pasangan hidup tidak semudah membalik telapak tangan. Saat dia menemukan gadis yang disukainya justru respon gadis itu dingin. Ia pun harus bersaing dengan rekan kerjanya yang sama-sama mengincar gadis itu.

Namun di luar masalah Satya dan Cakra, Ibu Itje, ibu mereka, pun sedang berjuang menyelesaikan masalahnya secara diam-diam, menghindari merepotkan kedua anaknya.



Novel ini berisi cerita drama keluarga yang penuh pelajaran hidup. Masalah yang disajikan penulis sangat relate dengan banyak orang, dan solusi yang dipilihkan pun masuk akal. Dua masalah utama di novel ini adalah bagaimana membangun rumah tangga yang baik dan bagaimana memilih pasangan hidup yang tepat.

Yang paling saya suka dari novel ini karena pesan Bapak lebih ditujukan untuk pembaca pria dan penyampaiannya tidak mendikte. Setelah membaca novel ini, saya terpengaruh untuk memperbaiki diri. Pria itu harus selalu punya rencana hidup yang jelas. Jangan mencari pasangan untuk melengkapi kekurangan kita tetapi sudah jadi kewajiban masing-masing untuk menguatkan value diri sebelum memilih pasangan.

Selain drama, sisi komedi pun diselipkan penulis untuk mengolok-olok kejombloan. Ini juga yang bikin novel ini terasa fresh. Dan saya juga suka dengan sampulnya yang versi series ini dibandingkan sampul versi film atau versi orisnialnya.

Secara keseluruhan, novel ini sangat layak dibaca dan pesan-pesan di dalamnya patut direnungkan untuk introspeksi diri. Saya merekomendasikan novel ini dibaca sebagai persiapan bagi siapa pun untuk berumah tangga. 

Nah, sekian ulasan saya untuk novel Sabtu Bersama Bapak. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Resensi Novel 1Q84 - Haruki Murakami

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: 1Q84

Penulis: Haruki Murakami

Penerjemah: Ribeka Ota

Desain sampul: Andrey Pratama

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia | KPG

Terbit: Februari 2019, cetakan kedelapan

Tebal: viii + 516 hlm.

ISBN: 9786024240059


Sumpah, rasanya senang sekali bisa membaca novel tebal sejumlah 500 halaman. Pencapaian yang jarang didapat karena akhir-akhir ini saya kesulitan membaca buku sampai tuntas. Bisa begini pasti salah satu faktornya karena novel 1Q84 punya cerita yang menarik dan bagus.

Ini adalah kedua kalinya saya membaca tulisan Haruki Murakami. Dan ini pertama kalinya saya membaca tulisan beliau yang berupa novel. Buku sebelumnya yang saya baca berupa memoar berjudul What I Talk About When I Talk About Running.

Novel 1Q84 ini memiliki cerita paralel dua tokoh utama yaitu Tengo dan Aomame, yang terjadi pada tahun 1984 di Jepang.

Tengo adalah guru matematika di bimbel yang suka menulis. Dia kemudian dimintai tolong oleh seorang editor bernama Pak Komatsu untuk mempercantik naskah berjudul Kepompong Udara yang ditulis Fuka-Eri, gadis 17 tahun pengidap disleksia. Rencana ini beresiko besar. Kondisi Fuka-Eri pasti meragukan khalayak kalau dia bisa menulis naskah novel, apalagi jika tulisannya rapi dan lebih memikat. Tetapi Pak Komatsu secara meyakinkan akan mengambil tanggung jawab jika sesuatu yang buruk muncul.

Setelah memasuki proses penulisan ulang, mau tak mau Tengo pun mendalami naskah Kepompong Udara dan sosok Fuka-Eri. Banyak informasi baru tentang gadis itu yang membuat Tengo makin penasaran.  Salah satunya adalah asal Fuka-Eri yang ternyata dia itu pelarian dari sebuah komune besar misterius bernama Sakigake. Dari penuturan Profesor Ebisuno, orang tua Fuka-Eri merupakan anggota komune tadi, yang sudah 7 tahun hilang kabar sejak perubahan aneh pada komune tadi jadi sekte keagamaan yang tertutup. 

Tengo yakin naskah Kepompong Udara adalah gambaran situasi di dalam sekte yang tampaknya ingin disampaikan oleh Fuka-Eri. Dan Tengo pun memutuskan untuk terlibat dengan rencana Profesor Ebisuno untuk membongkar kegiatan sekte Sakigake, sekaligus mencari orang tua Fuka-Eri

Sedangkan Aomame adalah perempuan pembunuh bayaran yang hanya menerima pesanan untuk membunuh laki-laki bajingan. Biasanya korban yang diincar adalah pelaku kekerasan terhadap wanita baik kepada anak atau istri. Aksinya kemudian didukung oleh wanita tua yang sama-sama memiliki kesamaan nasib buruk dengan Aomame. 

Dan pada satu waktu, Aomame dikenalkan dengan Tsubasa, gadis 10 tahun yang jadi korban perkosaan brutal oleh pemimpin komune Sakigake. Dengan adanya korban Tsubasa, wanita tua itu semakin yakin kalau komune Sakigake sudah sesat dan ada praktik yang tidak benar. 

Aomame dan wanita tua tadi merencanakan untuk memberi pelajaran si pemimpin komune agar tidak ada korban lain. Tetapi rencana ini tidak bisa dilakukan sembrono sebab komune yang awalnya bergerak di bidang pertanian berubah menjadi sekte keagamaan dan menjadikannya sulit disentuh pihak luar.


1Q84-itulah nama yang kuberikan untuk dunia baru ini, Aomame memutuskan. Q adalah singkatan dari "question mark", tanda tanya. Dunia bertanya-tanya. (hal. 183)



Yang menarik dari novel 1Q84 ini karena memiliki cerita yang komplek dan penuh misteri. Banyak hal dibahas. Soal kegiatan penulisan dan penerbitan buku, soal praktik sekte yang mencurigakan, soal trauma dan soal pelecehan seksual. Saya tidak sampai kebosanan, justru saya dibuat penasaran dengan konflik besarnya. Dan buku jilid 1 ini bisa dibilang pintu pertama menuju pemecahan misteri di balik Sekte Sakigake yang sudah mempengaruhi Fuka-Eri dan Tsubasa hingga kondisi mereka jadi suram.

Pembagian dua sudut pandang yang bergiliran di setiap bab-nya (antara Tengo dan Aomame) pun jadi cara cerdas yang membuat saya betah melanjutkan membaca ceritanya. Dari awal saya yakin kalau Tengo dan Aomame pasti akan terhubung, hanya saya tidak tahu pada bagian mana mereka memiliki persinggungan. Dan begitu tiba di bagian tersebut, saya benar-benar senang. Akhirnya satu tanda tanya terjawab walau pun di dalam ceritanya mereka belum dipertemukan. Ini yang membuat saya pengen segera baca jilid selanjutnya.

Pembahasan soal sekte keagamaan yang menyimpang pun membuat saya semakin melek karena praktik ini ternyata ada juga di negara lain. Dan untuk sekte di buku ini, saya benar-benar mengecam dan marah. Terutama praktik yang mempersembahkan gadis yang belum haid kepada pemimpin sekte untuk dijadikan bagian ritual pencerahan dengan menyetubuhinya. Lebih gilanya lagi, orang tua korban justru yang mendorong korban untuk mengikuti ritual itu.

Dari segi teknis penulisan, saya suka dengan detail-detail yang disajikan. Penulis sengaja menggali pendalaman karakter dengan membongkar banyak hal seperti masa lalu, harapan, dan pemikiran-pemikiran atas kejadian yang dialaminya. Beberapa detail kayaknya tidak nyambung dengan alur utamanya tetapi itu jadi penegasan kalau karakter utama itu begini yang karena dulunya begitu, hukum sebab akibat.

Secara keseluruhan, saya benar-benar menyukai buku ini dan sangat merekomendasikan untuk dibaca. Tantangannya jelas berupa kesabaran karena novelnya tebal. Tapi saya bisa memastikan kalau kita sabar, kita akan merasa puas ketika sudah masuk lebih dalam di ceritanya.

Nah, sekian ulasan saya untuk novel 1Q84 ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Bebukuan April 2024


Halo! Apa kabar?

Kita sudah di awal bulan lagi dan tulisan ini adalah rekapan bebukuan selama bulan April kemarin. 

Untuk proses baca buku, saya merasa masih di tahap konsisten walau pun masih jadi pembaca santai. Saya enggak mau stres karena perubahan ini dan memilih untuk menikmati proses membaca ketimbang harus memaksa mengejar target jumlah tertentu.

Sedangkan saya masih terkendala dalam menulis ulasan. Setiap selesai baca buku dan disusul membuat ulasannya, saya sering terjebak kebingungan mau menulis poin-poin apa. Seringnya jika saya sudah menulis beberapa kalimat, kemudian dibaca ulang, saya kerap tidak puas dengan hasilnya dan tulisan tadi dihapus lagi. Makin ke sini makin terasa kalau tulisan saya terasa hambar. Tentu saja ini jadi PR saya ke depannya untuk belajar menulis agar hasil tulisannya lebih renyah, lebih baik, dan memikat.

Oya, tulisan ini adalah konten baru di blog ini dan insyaallah akan saya lanjutkan ke bulan-bulan selanjutnya. Artikel ini ditujukan untuk merekap buku apa saja yang sudah dibaca, buku apa saja yang didapatkan, dan buku apa yang akan dibaca selanjutnya. Sedikit tambahan jika ada gosip panas terkait bebukuan. 

Biar pembukaannya enggak kepanjangan, berikut adalah rekap Bebukuan April 2024:


Bacaan April 2024

Sepanjang bulan lalu saya berhasil membaca 2 buku dan mengulasnya.

1. Buku Sulung dan Nyonya Ai karya Sulung Landung

2. Buku Kumcer Cerita-Cerita Jakarta karya Ratri ninditya, Hanna Fransisca, dkk.


Koleksi April 2024


Saya berhasil mengurangi pembelian buku dan hanya menambah 3 buku saja.

1. Titipan Kilat Penyihir karya Eiko Kadono

2. Aliansi Monyet Putih karya Ramayda Akmal

3. Sabar Tanpa Batas karya Adhitya Mulya


Rencana Baca Mei 2024


Karena TBR 2024 sudah menumpuk jadi saya mau fokus menghabiskannya lebih dulu.

1. 1Q84 - Haruki Murakami

2. A Man Called Ove -  Fredrik Backman

3. Sabtu Bersama Bapak - Adhitya Mulya

4. Sabar Tanpa Batas - Adhitya Mulya

5. Storm Sister: The Sinking World - Mintie Das


Gosip Panas April 2024

1. Di lini masa X sempat ramai pembahasan sampul buku Rumah Untuk Alie yang mencomot bar-bar dari pinterest. Ilustrator sampulnya sudah meminta maaf dan membenarkan kalau desain yang diajukan hasil comot dan diakui sebagai karya pribadi kepada penerbit. Huft!

2. Kabar dari Kak Ziggy yang ternyata buku-bukunya sudah ditarik dari Penerbit Gramedia dan tengah mencari rumah baru. Menurut Kak Ziggy melalui tweetnya di X, judul-judul itu adalah Di Tanah Lada, Kita Pergi Hari Ini, Jakarta Sebelum Pagi, dan Kapan Nanti. Saya sendiri belum tahu pasti apa yang jadi penyebabnya.

***


Itu adalah rekapan Bebukuan April 2024 yang bisa saya rangkum. Harapan saya di bulan Mei ini semoga konsisten tidak membeli banyak buku dan mulai fokus menghabiskan TBR yang menggunung.

Nah, teman-teman sendiri bagaimana hasil rekapan Bebukuan April 2024 kemarin?



Resensi Buku Kumcer Cerita-Cerita Jakarta - Ratri Ninditya, Hanna Fransisca, dkk.

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Cerita-Cerita Jakarta

Penulis: Ratri Ninditya, Hanna Fransisca, Sabda Armandio, Utiuts, Dewi Kharisma Michellia, Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, Ben Sohib, Cyntha Hariadi, Afrizal Malna, Yusi Avianto Pareanom

Editor: Maesy Ang, Teddy W. Kusuma

Sampul: Syarafina Vidyadhana, Katyusha Methanisa

Penerbit: POST Press

Terbit: Juni 2021, cetakan kedua

Tebal: xv + 213 hlm.

ISBN: 9786026030467


Buku Cerita Cerita Jakarta adalah kumpulan sepuluh cerita pendek dari penulis-penulis terkenal yang punya tema besar soal Kota Jakarta dan cerita kehidupannya. Karena dibuat dari tangan berbeda-beda, buku ini terasa lebih kaya.

Di cerita B217AN (enggak tau bacanya bagaimana...) menceritakan soal closure pasangan kekasih yang bakal jadi mantan sebab si perempuan bakal menikah dengan lelaki lain. Keduanya bertemu untuk perpisahan dengan melipir ke warung seafood di pinggiran Jakarta. 

Bukan soal tega meninggalkan seseorang ya, tapi di cerita ini Kak Ratri menyinggung soal perempuan yang memilih menerima lelaki yang lebih serius dan siap, dan mengorbankan rasa cintanya kepada lelaki yang masih semaunya sendiri dalam melihat kehidupannya. Cinta dan omong besar nggak bisa bikin perut kenyang bos!

Ribetnya birokrasi pemerintah dan tipis-tipis soal diskriminasi ras dibawakan Kak Hanna dalam kisah Aroma Terasi. Di sini dipampang praktik calo dalam pengurusan paspor yang sebenarnya nggak boleh ada tetapi baik masyarakat dan petugasnya kadang sudah sepakat sehingga percaloan ini subur dan kekal. Selain itu soal merosotnya budaya tolong menolong kepada sesama tergambar juga di cerita ini. Padahal, melakukan kebaikan enggak harus melihat siapa yang akan kita tolong, seberapa kekayaan, dan apakah dia dari golongan terhormat. Tolonglah mereka yang butuh pertolongan dan suatu hari kita pun akan tertolong.

Kak Sabda yang terkenal dengan novelnya Gaspar membawa cerita soal demonstrasi kepada pemerintah terkait revisi dari undang-undang yang menguntungkan para elit, dan berujung bentrok hingga polisi melakukan sweeping. Cerita Masalah menggunakan sudut pandang tokoh Yuli dan Gembok, si pengamen lampu merah. Ceritanya sendiri ditutup dengan ada yang 'dihilangkan' khas orde lama. Di singgung juga istilah intel dalam cerita ini. Jangan-jangan dulu juga banyak intel terlibat yang menyebabkan orang di masa lalu banyak dihilangkan.

Genre sci-fiction baru terasa di cerita Buyan. Jakarta tenggelam dan teknologi transportasi berbasis online jadi marak. Tante Nana adalah salah satu penumpang yang menaiki mobil tanpa sopir namun nasibnya naas karena sistem navigasi eror. Mobilnya melaju terus menuju lautan dan bantuan dari aplikasi dipenuhi template layanan. Tidak ada teknologi canggih yang bisa dipisahkan dari eror dan harus disadari betul setiap kemajuan dan perubahaan memiliki efek buruk juga.



Cerita prostitusi diulik Kak Dewi dalam kisah Rahasia Dari Kramat Tunggak. Kramat Tunggak sendiri adalah nama daerah prostitusi di Jakarta. Bercerita tentang anak Perempuan dan ibunya bersitegang akibat keputusan ibunya yang kembali menjalani profesi murahan. Dan dari perseteruan ini terbukalah tabir-tabir yang selama ini jadi tanda tanya besar untuk si anak. Dari cerita ini kita bisa paham jika semua orang tua menginginkan yang terbaik dan teraman untuk anaknya. begitu juga dengan si ibu yang ternyata dibalik keputusannya melacur lagi, dia punya misi besar untuk hidup terbaik mereka di masa depan.

Ciri khas Kak Ziggy yang sering menggunakan nama tokoh dengan satu huruf kembali bisa ditemukan di cerita Anak-Anak Dewasa. Namun di sini tokoh-tokohnya bukan anak-anak melainkan kakek nenek yang tinggal di pemukiman jompo. Satu hari mereka jalan-jalan ke taman bermain di Jakarta. Banyak memori yang melintas. Tetapi kemanisan memori tadi tidak menghentikan niat mereka melakukan parade bunuh diri. 

Menyeramkan!

Tema agama bakal kita dapatkan di cerita Haji Syiah. yang berlatar di lingkungan Betawi. Menceritakan soal guru ngaji yang mau menerima anak muda dengan latar belakang pemabuk. Pengajian membuat mereka berubah tapi ternyata iman seseorang itu naik-turun kalau tidak dijaga. Dan penting sekali mempunyai lingkungan kondusif agar keimanan terjaga. Jika kita bergaul dengan orang soleh, insyaallah kita akan terbawa dan konsisten pada kesolehan.

Sedangkan cerita Matahari Tenggelam di Utara membahas soal persahabatan remaja yang menyentil perbedaan daerah pinggiran dan daerah elit di Jakarta. Dua remaja putri bernama Tata dan Ace bersahabat. Banyak hal yang sudah mereka lalui. Dan diam-diam Tata naksir berat kepada Tian, kakak Ace. Dengan adanya kerusuhan di Jakarta pada saat itu, Tata kehilangan sahabat dan orang yang ditaksirnya. Namun kesedihan yang berlarut-larut memunculkan kekecewaan karena ia merasa ditinggalkan.

Di Pengakuan Teater Palsu kita akan kenalan dengan seniman yang saya sendiri masih ragu dengan kewarasannya. Tampilannya mirip gelandangan dan omongannya begitu heroik khas seniman. Sampai cerita ini diakhiri, sumpah, saya nggak tau tokoh utamanya ini beneran sedang jadi seniman atau sebenarnya orang gila.

Sebagai cerita penutup, Suatu Hari dalam Kehidupan Seorang Warga Depok yang Pergi ke Jakarta (judulnya panjang tenan, hehe) memotret perjalanan yang bisa dilakukan di Jakarta. Perbincangan random antara tokoh utama dengan orang-orang yang ditemuinya.

Saya suka dengan kumpulan cerita di buku ini karena keragaman tema yang disajikan. Jakarta punya banyak warna dari kehidupan penghuninya. Kita seperti ikut masuk menjelajah Jakarta, dari tengah kota hingga ke pinggiran. 

Sepuluh cerita yang dikumpulkan sudah sangat pas secara jumlah, tidak terlalu sedikit, tidak kebanyakan juga. Dan buku ini saya rekomendasikan untuk pembaca yang mau mengenal Jakarta, yang tidak melulu mewah dan megah seperti dalam tayangan televisi.

Sekian ulasan saya untuk buku ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Resensi Buku Sulung Dan Nyonya Ai - Sulung Landung

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Sulung Dan Nyonya Ai: Sebuah Perjalanan Menuju Pulih

Penulis: Sulung Landung

Penyunting: Reda Gaudiamo, Anastha Eka

Ilustrasi: Mohammad Taufiq (Emte)

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Mei 2023

Tebal: 195 hlm.

ISBN: 9786020670638


Buku ini merupakan buku self improvement berisi pengalaman penulis saat ia kecil hingga dewasa yang penuh dinamika dan perenungan. Dan ini perkenalan saya dengan sosok Sulung Landung, yang saya baru tahu kalau beliau sudah mempunyai tiga buku series 'Management Artis 101', dengan pembahasan dunia keartisan.

Pada paruh awal buku, kita akan dikenalkan pada perjuangan Sulung karena lahir dari keluarga biasa dengan mempunyai orang tua yang kemudaan. Sulung lahir saat ibunya, Ai, masih berusia 17 tahun. Keadaan ini berimbas Sulung lebih banyak diasuh oleh Ama atau neneknya. Sulung sendiri mengakui kalau hubungannya dengan sang ibu memang agak jauh sedari kecil. 

Sulung kecil ternyata korban bully. Ia kerap diolok-olok oleh teman-temannya di sekolah karena seragamnya sering bau ikan asin. Wajar berbau begitu karena Sulung kecil sering menemani Ama berjualan ikan asin sehingga bau ikan asin menempel di pakaiannya.

Ada pengalaman Sulung menyanyi dan justru ia disoraki dengan sebutan 'banci, bencong', dan itu membuat nyalinya menciut untuk unjuk gigi. Sulung kecil yang mentalnya sedang dibentuk justru dibenturkan dengan lingkungan yang menggangu, dan pada saat itu Sulung kecil tidak punya tempat untuk mengadu dan berlindung.

Mental Sulung digulung tekanan hingga ia tumbuh dewasa dengan rasa malu, takut, dan tidak percaya diri. Bahkan sifat pecundangnya ini bertahan sampai ia masuk SMA. Beruntung ketika SMA ini ia menemukan lingkungan yang mendukung untuk mengeluarkan potensi baiknya. Prestasinya menanjak, namanya muncul, dan Sulung mulai berani memutuskan ingin jadi apa dirinya.

Ketika ia kuliah, Sulung harus berjuang dengan keadaan ekonomi yang tidak stabil. Usaha ayahnya kerap naik-turun dan itu memaksa Sulung untuk dewasa menyikapi. Sehingga Sulung pun menyambi pekerjaan paruh waktu agar kuliahnya tidak terhenti di tengah jalan.

Enggak ada usaha yang mengkhianati hasil. Apa yang diimpikan Sulung, satu per satu mulai terwujud. Tetapi ternyata pengalaman buruk saat ia kecil hingga dewasa menjadi luka batin. Sulung tidak tenang dengan pencapaiannya. Sulung tidak bahagia. Diam-diam pengalaman buruk di masa lalu ia pendam sendiri dan menjadi borok. Sulung pun mencari penyembuhan ke beberapa orang agar kegelisahannya menghilang. Dan kunci mendapatkan itu adalah memaafkan masa lalu.

Namun proses memaafkan masa lalu tidak mudah. Berkat menemui beberapa orang, Sulung mendapatkan akar masalah batin yang menderanya. Dan itu ternyata berhubungan dengan Ai, ibunya. 

Dari buku ini saya memahami pelajaran-pelajaran hidup berharga yang seharusnya dipahami banyak orang. Pertama, anak kecil harus mempunyai kehidupan yang menyenangkan dan tenang. Tidak harus bergelimang harta atau bisa jajan apa saja. Yang utama adalah peran orang tua mendampingi harus jadi prioritas. Pendewasaan dari anak kecil ke jelang dewasa itu prosesnya berat. Banyak tidak tahunya. Dan peran orang tua seharusnya menemani, mendampingi, merangkul, memberi tahu, dan membenarkan jika salah. 

Pengalaman buruk di masa lalu yang tidak diselesaikan akan jadi luka batin sampai dewasa. Kenangan buruk akan jadi trauma yang jika tidak disembuhkan akan terus jadi ganjalan di hati dan ini bisa mempengarui kualitas kebahagian. 

Untuk teman-teman yang saat ini masih gelisah dan malu mengakui masa lalu buruk, coba untuk mulai menyembuhkan dengan menuliskannya atau membicarakan dengan seseorang yang kita percaya. Jangan lagi dipendam pengalaman buruk tadi, keluarkan dari hati, bebaskan belenggunya, dan lepaskan bebannya.

Kedua, jika tidak baik-baik saja segera cari penyembuhan. Untuk beberapa orang yang mempunyai nasib seperti Sulung, tidak bisa dibiarkan dan berpura-pura kalau itu sudah berlalu. Dengan dibantu ahlinya, kita akan menyelami sisi terdalam kita dan rahasia yang dipendam. Jika sudah tahu isi hati dan luka-luka yang dipendam dalam-dalam, baru kita mulai mengungkapkan kegusaran itu. Kita bisa mulai menyelesaikan semuanya sampai ke tahap 'Oke, saya menerima masa lalu buruk itu dan saya memaafkan semuanya.' 

Ketiga, kita harus jadi pejuang untuk hidup kita. Harus diakui semakin dewasa, beban hidup semakin berat. Banyak faktor yang membuat kita tertekan dengan tuntutan dan tanggung jawab. Dan perjuangan kita harus untuk tujuan hidup yang kita mau. Ingat, standar hidup setiap orang berbeda-beda dan kita harus tahu standar hidup kita segimana sehingga perjuangan yang kita lakukan pun lebih terukur dan terarah. Jangan sampai kita terjebak memperjuangkan hidup untuk standar selangit, yang ada kita akan mati lebih dulu sebelum mengucapkan syukur atas pencapaian yang sudah dilalui.

Membaca buku Sulung dan Nyonya Ai ini membuat saya melihat ke diri sendiri, membongkar lagi isi hati dan memang ternyata ada pengalaman yang kurang menyenangkan yang masih belum saya akui. PR-nya ya saya harus mulai jujur dengan masa lalu, dan perlahan-lahan harus berdamai.

Oya, buku ini punya gaya penulisan yang enak dibaca. Tiap bab-nya dibikin pendek dan isi ceritanya juga jelas. Jadi enggak akan bikin kita pusing memahaminya. Dan saya awalnya terkecoh dengan sampulnya yang bagus, mirip sampul buku anak, tetapi isi buku ini sangat untuk orang dewasa. 

Saya merekomendasikan buku ini untuk mengingatkan kita soal apakah rasa bahagia kita sudah utuh atau jangan-jangan ada ganjalan di hati yang ternyata kita pura-pura enggak merasakannya. Pasti banyak dari pembaca yang punya nasib seperti Sulung dan buku ini bisa jadi contoh nyata kalau kita bisa menyembuhkan dan memperbaikinya.

Nah, sekian ulasan saya untuk buku Sulung dan Nyonya Ai: Sebuah Perjalanan Menuju Pulih ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Resensi Novel Dublin - Yuli Pritania

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Dublin

Penulis: Yuli Pritania

Editor: Cicilia Prima

Sampul: Teguh

Penerbit: PT Grasindo

Terbit: Agustus 2016, cetakan pertama

Tebal: 232 hlm.

ISBN: 9786023756520


Novel Dublin ini adalah bagian dari series A Love Story punya Penerbit Grasindo. Total series ini ada enam novel dengan memakai judul yang diambil dari nama kota. Dan saya sudah membaca dua novel lainnya sebelum ini; Roma (Pia Devina) dan San Francisco (Ziggi Z.)

Novel Dublin ini menceritakan tentang tokoh perempuan bernama Cinta Wihelmia Baratha atau Mia yang sebentar lagi bakal menikah dengan tunangannya; Aditya, sedang galau sebab skenario film yang harus dibuatnya belum juga mendapatkan ide yang jelas. Adiknya bernama Alana menyarankan Mia agar melakukan perjalanan ke Irlandia pada momen Satu Hari Berani sebagai perayaan ulang tahun, sekaligus agar Mia mendapatkan ide menarik untuk karyanya.

Tawaran yang membingungkan karena Mia ini tipikal gadis yang terencana dan introvert. Namun pada akhirnya ia tetap berangkat ke Irlandia dan akan tinggal di sebuah hotel di Dublin sesuai rekomendasi Patrick, orang tua yang ditemuinya di pesawat.

Mia tidak menyangka jika perjalanannya kali ini mempertemukannya dengan Ragga, sahabatnya di SMA yang sempat mengusik hatinya, namun mereka keburu harus berpisah. Kisah romansa mereka mulai merekah kembali selama di Dublin. Tapi Mia tahu jika hatinya harus dijaga karena ada seseorang yang menunggunya di Indonesia dengan rencana pernikahan yang sebentar lagi digelar.

***


Ide ceritanya sungguh menarik sekali. Di awal saya sudah dibikin penasaran kira-kira keputusan apa yang akan dipilih Mia menyakut tunangannya dan cinta pertamanya. Karena tentu saja posisi Mia sudah sulit, memutuskan pertunangan itu lebih berat dilakukan ketimbang memutuskan pacaran. Terlebih karena hubungan mereka sudah terikat juga dengan keluarga masing-masing, bukan lagi soal antara pasangan Mia dan Aditya saja.

Sisi romansa di novel ini memang kental sekali tetapi tidak bikin mengernyitkan dahi. Saya suka dengan kadar romansanya, hal-hal romantis yang ada di novel ini sejalan dengan usia tokoh-tokohnya. Saya lebih suka menyebutnya Romansa Kedewasaan; romansa yang enggak melulu cinta-cintaan bucin tetapi romansanya dibarengi dengan sikap tanggung jawab, melindungi, memahami, bahkan penuh pengertian.

Rasa drama yang intens bakal dirasakan pas menjelang akhir buku ketika Alana terus-terusan meyakinkan Mia soal pernikahannya. Bahkan Mamanya pun turun tangan untuk menjernihkan pikiran Mia agar tidak keliru mengambil keputusan.


"Apa semua korban yang diselamatkan harus nikah ama pahlawannya? Kalau iya, semua penduduk Gotham City harus nikah sama Batman! Setiap personel pemadam kebakaran bakal punya seenggaknya lima istri! Jangan konyol, Mbak Mia!" (hal. 211)


Dublin sebagai kota yang dijadikan setting cerita sangat tergali dengan baik. Saya seperti sedang diajak tour sepanjang jalan di kota tersebut, yang ternyata mempunyai banyak museum. Ciri mencolok lainnya dari kota Dublin adalah adanya The Spire Dublin dan banyak patung tokoh-tokoh penting. 

Di novel ini kita akan dilimpahi banyak informasi soal apa saja yang menarik di kota Dublin dan Negara Irlandia. Dan menurut saya akan lebih baik jika informasi tersebut disisipi dengan ilustrasi. Misal, melampirkan peta jalan Kota Dublin, sebab pada saat Mia dan Ragga jalan-jalan, penulis begitu ahli menarasikan setiap rutenya. Ada momen saya kebingungan saat mereka jalan-jalan antar museum, apakah antar museum itu memang sedekat itu ya makanya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Dan fungsi peta jalan ini untuk membantu saya atau pembaca lain membayangkan setiap lokasinya.

Akan menarik juga jika bangunan-bangunan penting tadi, seperti museum dan perpustakaan, dibuat ilustrasinya juga. Biar pembaca makin hafal dengan bangunan-bangunan ikonik tadi.

Di sini juga banyak kosakata yang menggunakan Bahasa Irlandia/Irish. Termasuk nama orang dan nama masakan khas sana. Saya sempet kaget karena pelafalannya rumit juga ya dan beda banget dengan tulisannya.

Untuk tokoh Mia digambarkan sebagai sosok introvert, orang yang terencana, enggak enakkan, dan kurang ekspresif. Secara keseluruhan bisa dibilang sosok yang tenang. Karakter dia ini sangat relate dengan saya, sama-sama pemalu, jarang mau memulai dalam berkomunikasi, dan lebih senang berada di lingkungan yang tenang dan sudah akrab. Kekurangan orang seperti Mia dan saya ini adalah gampang terjebak lingkungan/situasi zona nyaman. Untuk bisa menghadapi hal baru kami butuh ekstra keberanian. Bukan takut menghadapinya ya, tapi lebih ke kurang percaya diri bakal bisa mengendalikan situasi baru tadi.

Sedangkan tokoh Ragga sama tipenya seperti Mia. Yang berkembang dari karakter Ragga versi dewasa adalah dia bisa memutuskan lebih bijaksana seharusnya lelaki dewasa. Egonya lebih banyak diturunkan. Dia bisa memilih prioritas sesuai keadaan di depan mata. Makanya Ragga ini sempat mengesampingkan urusan hatinya dan memilih menstabilkan dulu kondisi keluarganya setelah Papanya meninggal.

Aditya sebagai tunangan Mia memerankan poin penting dalam jalan cerita. Tapi memang penulis kurang menggali lebih dalam soal latar belakangnya. Yang saya kenal dari Aditya ini adalah dia lelaki yang mencari pasangan penurut, berkebalikan dengan karakter ibunya. Dia juga lelaki yang tahu kapan harus berjuang dan tahu kapan harus merelakan. Tergambarkan jelas ketika dia berusaha mendapatkan Mia di awal pacaran, dan ketika dia harus membuat keputusan menahan atau melepaskan Mia saat dia mulai mengetahui perasaan masa lalu tunangannya.

Dari novel Dublin ini saya belajar kalau untuk urusan hati dan memilih pasangan jangan pernah didasari rasa kasihan. Apa yang akan kita jalani dengan pasangan itu bisa seumur hidup lho, masa mau pura-pura terus soal perasaan. Kata orang, rasa suka dan cinta itu bisa dipelajari sambil jalan. Dan menurut saya pesan tadi belum tentu cocok dengan semua orang. Saya tidak akan berjudi soal keberlangsungan hubungan dengan pasangan. Lebih baik dari awal kita memilih pasangan yang bisa kita sayangi dan cintai dengan baik, begitupun sebaliknya. Hati kita harus jujur soal pasangan.

Saya merekomendasikan novel Dublin karya Yuli Pritania ini karena cerita romansanya menarik dan dewasa. Dan dan latar Kota Dublinnya cukup bisa membawa kita tour ke sana.

Sekian ulasan saya kali ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Resensi Novel Gincu Sang Mumi - Tamura Toshiko

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: Gincu Sang Mumi

Penulis: Tamura Toshiko

Penerjemah: Asri Pratiwi Wulandari

Penerbit: Penerbit Mai

Terbit: April 2022, cetakan pertama

Tebal: 128 hlm.

ISBN: 9786237351931


Ini buku kedua yang saya baca dari Penerbit Mai. Sebelumnya saya sudah membaca novel Kisah Hidup Gusko Budori karya Miyazawa Kenji. Jujur, untuk novel itu saya belum terkesan dengan ceritanya karena beberapa hal. Apa saja poin yang saya maksud dapat dibaca pada ulasannya ya!

Novel Gincu Sang Mumi ini membahas tentang pasangan suami istri, Yoshio dan Minoru, yang punya masalah rumah tangga karena miskin. Keuangan dalam rumah tangga ternyata membawa pengaruh besar untuk keberlangsungan, emosi, dan kebahagian mereka. 

Bisakah mereka mempertahankan rumah tangga yang miskin?



***

Ide ceritanya sederhana, soal rumah tangga yang miskin dan pengaruhnya. Dan novel ini memberi tahu soal itu. Yang paling kelihatan, kalau rumah tangga miskin pasti pasangannya sering bertengkar. Di novel ini pun sama, pasangan Yoshio dan Minoru sering meributkan hal sepele, bahkan kadang-kadang sampai Yoshio memukul Minoru hingga luka-luka. Hubungan mereka tidak lagi hangat. Lebih ke dingin, sambil menyimpan rasa kecewa di lubuk hati paling dalam.

Jadi miskin juga memalukan karena pasti akan merepotkan orang sekitar. Pasangan Yoshio dan Minoru pun merasakan itu. Ada satu kejadian Minoru harus ke pemakaman dan dia tidak punya kimono yang pantas. Akhirnya dia meminjam kepada temannya dengan menahan malu sebab itu artinya suaminya tidak bisa menafkahi dengan cukup. Minoru yang tidak ingin menyakiti perasaan suaminya harus berbohong dari siapa kimono itu dipinjam. (Jleb banget sih ini!)

Jika menjadi penulis dan tidak bisa kaya tersampaikan jelas di novel ini. Yoshio dan Minoru adalah penulis yang karyanya jarang laku. Dan mirisnya mereka menggantungkan hidup dari profesi ini. Jelas saja rumah tangga mereka terus-terusan miskin dan kekurangan. Makin bikin saya geram sama suaminya ini karena sudah tahu menulis itu jarang laku, dia tidak melakukan pekerjaan lain. Padahal bisa saja dia melakukan pekerjaan serabutan. Tapi ya begitu, dia memilih gengsi dibanding memperbaiki ekonominya.

Sekarang pun kondisi ini berlaku, kebanyakan penulis tidak akan kaya jika mengandalkan hasil penjualan karya. Makanya kebanyakan penulis saat ini menjadikan menulis sebagai hobi tetapi yang menguntungkan. Kesenangannya dapat, fee-nya dapat juga. Alhamdulillah...

Walau tokoh di sini adalah penulis, kita tidak akan menemukan bagian cerita yang membocorkan cara-cara menulis yang baik. Tapi kalau sekilas soal sayembara karya tulis bisa kita dapatkan di sini. Contohnya, dasar apa yang dipakai juri ketika menilai karya dalam sebuah sayembara. Lumayan kan untuk tambahan informasi bagi penulis yang suka ikutan sayembara menulis.



Dan ketika memahami tulisan Kak Ziggy di belakang novelnya yang menyinggung soal patriarki, saya pun setuju. Novel ini menampilkan situasi itu dengan karakter Yoshio yang tidak pernah mau mengalah kepada istrinya dan lebih mengutamakan citra dirinya. Sesalah-salahnya Yoshio, dia masih menjaga harga dirinya tinggi-tinggi sehingga kadang dia melakukan kekerasan untuk membuktikan kekuasaannya atas istrinya.

Karakter Minoru pun bukan yang baik banget sebab dia pun sebagai istri kurang bisa mengelola keuangan. Makanya ada pernyataan kalau Minoru tipikal istri yang boros. Punya uang sedikit, langsung poya-poya, membeli hal-hal yang tidak dibutuhkan. Jadi pasangan ini kayak senang memiskinkan diri sendiri.

Secara gaya bercerita, saya sudah mengatakan berkali-kali, kalau literasi jepang itu mempunyai banyak detail cerita. Penggambaran untuk hal-hal kecil pun dijabarkan dengan elok. Dan saya kurang suka dengan bagian ini sebab otak saya dipaksa membayangkannya dan itu bikin konsentrasi saya suka rusak dengan jalan cerita besarnya. Tapi saya sudah mulai mengabaikan detail-detail kecil tadi dan proses baca makin lancar.

Penerjemahan novel ini pun sangat baik. Enak dibaca dan tidak kaku. Saya sebelumnya sudah membaca hasil terjemahan Kak Asri ini di novel Diary Of A Void karya Emi Yagi.


Di tengah membaca saya sempat menduga soal judul Gincu Sang Mumi ini seperti merujuk ke dandanan Minoru ketika bergabung dengan grup teater. Tetapi bukan itu, akan dibahas di penghujung cerita dan saya masih bingung dengan maksudnya.

Kesimpulannya, saya cukup menikmati membaca novel Gincu Sang Mumi ini. Konfliknya bisa dipahami. Dan saya menangkap pesan novel ini adalah agar hati-hati mencari pasangan hidup. Cari yang baik. Kenali dengan jelas. Siapa pun tidak mau merasa terjebak dengan orang yang salah seumur hidupnya. Dan tujuan berumah tangga itu harus bahagia. 

Sekian ulasan saya untuk novel Gincu Sang Mumi karya Tamura Toshiko ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Cerita Pendek Bunga Bambu - Tsutomu Mizukami

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: Bunga Bambu

Penulis: Tsutomu Mizukami

Penerjemah: Nurul Hanafi

Sampul: Gita Karisma

Penerbit: Kakatua

Terbit: 2024

Tebal: 24 hlm.

ISBN: -


Kali ini saya baru saja menyelesaikan membaca cerita pendek di aplikasi Baca Kakatua yang judulnya Bunga Bambu. Karena ini cerpen jadi bisa selesai baca dalam waktu singkat. Kalian juga bisa ikutan baca dan ini gratis!

Cerpen ini menceritakan tentang tokoh utama bernama Shohachi yang jadi anak angkat keluarga petani Yagoro di daerah Uchikoshi. Kampung Uchikoshi disebut Perkampungan Anak Angkat karena penduduknya kebanyakan memutuskan mengangkat anak yang dikirim dari daerah lain. Dibahas juga sejarah awal mula praktik mengangkat anak ini, yang kemudian dilakukan oleh kebanyakan keluarga di daerah tersebut.

Penulis memotret dengan apik suasana kampung Ichikoshi yang punya banyak rumpun bambu dan kebiasaan keluarga di sana mengangkat anak. Juga menyelami bagaimana kehidupan masa kecil dari sudut pandang anak angkat; keingintahuan dan kesedihannya.


Baca juga: Resensi Novel Dongeng Binatang - Gita Karisma


Kejelasan silsilah keluarga menjadi keingintahuan besar bagi anak angkat. Mereka pasti ingin tahu siapa ayah dan ibu aslinya. Dugaan-dugaan liar soal ini akan mempengaruhi psikis anak. Sho misalnya, dia kerap terusik dengan rumor yang didengarnya tentang ayahnya yang disebut-sebut seorang penjahat. Dan keingintahuan tersebut bersisa sampai dewasa, sampai kemampuan dan kesempatan untuk mencari tahu beritanya terjangkau. Tetapi apa yang dialami Sho, ia tidak menemukan kejelasan soal rumor ayahnya itu.

Dan tentang sosok ibunya, Sho pernah mempunyai pengalaman berpapasan dengan perempuan yang memegang payung sewaktu ia kanak-kanak. Mata keduanya bertemu dan saling diam. Lalu perempuan tersebut menyebut namanya dua kali. Dan peristiwa ini melahirkan kesimpulan kalau perempuan itu pasti ibu kandungnya. Namun, ketika ingin menelusuri jejak ibunya dari kasus rumor ayahnya, Sho mengalami kebuntuan.

Saya suka dengan ceritanya dan ternyata apa pun bukunya, tulisan sastra jepang itu identik dengan penceritaan yang lambat dan detail. Saya suka dengan penggambaran kampungnya yang dirimbuni pohon bambu. Bahkan saya baru tahu kalau pohon bambu itu bisa berbunga. Bisa dibayangkan kalau masuk ke kampung Uchikoshi kita akan merasakan kedamaian dari suara daun bambu yang bergemerisik bergesekan.

Nah, sekian kesan saya setelah membaca cerpen Bunga Bambu dari Penerbit Kakatua. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!