Resensi Novel Satine - Ika Natassa

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: Satine

Penulis: Ika Natassa

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Desember 2024

Tebal: 336 hlm.

ISBN: 9786020679983

Tag: kesepian, jodoh, karir, metropop


Karir bagus, umur sudah kepala tiga, tapi kekasih belum punya. Satine merasa kesepian. Lewat aplikasi jodoh Bespoke ia dipertemukan dengan pria bernama Ash Risjad. Satine butuh teman kencan dan Ash butuh teman ngobrol. Keduanya sepakat untuk berkencan dengan ketentuan tertentu.

Kencan kontrak tetap punya resiko, salah satunya menumbuhkan rasa sayang, dan itu jadi pelanggaran kesepakatan. Sejak pengakuan Ash itu, mereka mengakhiri kontrak kencan tersebut. Bukannya perasaan itu makin memudar, justru makin menyiksa. Asumsi-asumi tumbuh di hidup masing-masing. Dan efek perpisahan itu mengguncang hidup Satine dan Ash secara signifikan.

Perasaan sedih dan gundah yang dihadapi keduanya memberi momen merenung mengenai luka di masa lalu. Mungkin ini waktu yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang belum rampung. Tentang Satine dan kebahagiannya bekerja. Tentang Ash dan kebencian kepada ayahnya yang kasar.

Apakah Satine bisa menemukan kebahagiaan yang sebenarnya? Apakah Ash bisa menerima kenyataan kalau ia memiliki darah ayahnya? Dan takdir apa yang akan digariskan untuk keduanya?

***


Novel Satine jadi novel ketiga yang saya baca dari deretan karya Ika Natassa. Sebelumnya saya sudah membaca novel Critical Eleven dan novel The Architecture of Love

Novel ini membahas nelangsanya jadi orang yang secara umur pada umumnya sudah harus menikah (kepala tiga) tapi pacar aja enggak punya. Digambarkan jadi orang kesepian, kalo nonton sendirian, sibuk dengan pekerjaan sampe lembur, ada momen senang atau sedih tidak bisa berbagi dengan siapa pun. Momen-momen menyedihkan jadi joblo ngenes terasa banget di sini.

Karir bagus, duit banyak, tapi kalo kesepian, enggak membuat kita bahagia. Duit dipakai untuk melarikan diri dari rasa sepi, tapi percayalah, saat menjelang tidur, perasaan sendirian itu mendekap erat dan otak kita akan melayang mempertanyakan kenapa nasib begini amat, keputusan apa yang salah di masa lalu, dan kira-kira apa yang bisa dilakukan untuk merubahnya. Jujur, kesepian itu perasaan yang bisa disangkal di mulut tapi di dalam hati enggak bisa diajak bohong.

Bakal jadi debat panjang kalau diulik kenapa Satine masih lajang di usia 37 tahun padahal karirnya gemilang. Setiap orang punya alasan kenapa belum mempunyai pasangan. Tapi yang bahaya itu kalau alasannya berupa keegoisan kita. Satine bekerja mati-matian untuk mengejar validasi dari ibunya. Lalu, ketika validasi didapat, apa itu merubah situasi. Jawabannya, merubah, tapi tidak keseluruhan. Apa bikin bahagia? Satu sisi iya, sisi lain ia juga kehilangan banyak.

Kemapanan memang bisa dikejar, tapi waktu yang seharusnya dinikmati terbuang percuma. Saat Satine umur 37 tahun, temannya sudah menikah. Mungkin temannya tidak sekaya Satine, tapi saya percaya temannya ini sudah mengalami susah-senang bersama pasangan, pengalaman hidupnya sudah kaya, dan bersama pasangan ia sudah belajar banyak untuk jadi bijaksana.

Dan yang paling menohok buat saya, seloyal-loyalnya kita ke perusahaan, ketika kita sudah tidak bermanfaat lagi, kita akan disingkirkan dan diganti dengan karyawan yang baru. Ini hukum alam corporate. Dan kita harus mengakui kalau tanpa kita pun perusahaan akan tetap jalan. Jadi, buat apa kita jadi budak perusahaan sampai membuat kita kehilangan waktu menikmati hidup dan kesehatan. Bekerjalah dengan baik, bekerjalah dengan porsinya.



Novel ini juga menyinggung isu parenting dan kesehatan mental (trauma). Satine jadi sosok yang begitu karena di masa lalunya ada tuntutan dari ibunya untuk sukses. Dan itu jadi alasan utama kenapa Satine bekerja lebih keras. Ditambah hubungan keduanya terlalu dingin, jarang ngobrol, serba sungkan, dan egois karena tidak ada yang memulai, sehingga perjalanan Satine untuk mencapai puncak karirnya terkesan berjuang sendirian.

Lalu isu trauma bisa dipelajari dari tokoh Ash. Mempunyai ayah yang kasar dan pemarah membuat Ash berusaha untuk tidak seperti ayahnya itu. Lalu ada satu momen ia marah dan memukuli rekan kerjanya, Ash merasa gagal dan menganggap dirinya sebagai sosok monster, tidak jauh beda dengan sosok ayahnya. Gara-gara perasaan menjudge diri sendiri seburuk itu, Ash mengambil keputusan dan langkah yang keliru lagi. Jadilah drama jauh-jauhan dengan Satine yang menurut saya agak gimana gitu mengingat Ash itu sudah kepala tiga, harus bisa bijaksana ketika ia keliru langkah harusnya ia fokus membenahi, bukan meratapi.

Dari semua konflik di novel ini, saya diingatkan lagi soal arti pentingnya melakukan komunikasi tulus dan mendalam. Kalau kita ada masalah, ada salah paham, ada sesuatu yang perlu diperjelas, lakukan komunikasi, bukan justru berasumsi dan menebak-nebak. Manusia kebanyakan tidak diberikan kemampuan menebak isi pikiran orang lain jadi jangan mengandalkan 'orang lain harus tahu dan mengerti kita'. Mulailah memulai pembicaraan.

Sisi romansa begitu kental terasa di novel ini. Banyak kejadian biasa yang dikemas jadi momen romantis. Makan nasi padang dini hari bareng gebetan, lihat pameran lukisan di galeri, atau berdua melihat sebaran lampu menyerupai bintang. Dan kejadiannya bukan yang diada-adakan atau dipaksakan oleh penulis sehingga momen tadi terasa pas aja untuk ceritanya.

Secara alur cerita, kita akan dibawa terus maju mengikuti apa yang dialami oleh Satine dan Ash pasca mereka memutuskan mengakhiri kontrak kencan. Beberapa bagian menjelaskan masa lalu tapi porsinya tidak banyak, yah seperti penegasan saja, apa yang terjadi hari ini disebabkan oleh sesuatu atau keputusan di masa lalu.

Sedikit yang tidak nyaman adalah cara penulis membuat narasi terlalu lengkap untuk informasi sederhana. Banyak kalimat pembukaan yang dipakai (kebanyakan di awal paragraf tiap berganti POV). Tentu saja itu informatif tapi bagi saya itu mengurangi momen untuk mendalami alur utamanya. Ini tergantung selera juga sih, saya mungkin tipe yang ketika alur sedang jalan, saya butuh fokus yang intens masuk ke jalan ceritanya. Jangan diganggu dulu dengan narasi-narasi pendukung, saya lebih butuh narasi penggerak utamanya biar emosi yang sudah dibangun tidak buyar seketika.

Kalau untuk diksi tidak ada masalah. Terasa lugas dan cerdas. Banyak narasi bahasa inggris dan saya butuh waktu lebih lama untuk memahami isi paragrafnya. Tapi itu tidak menyurutkan semangat untuk membaca novelnya sampai kelar.



Sudut pandang dalam novel ini dibagi dua, bergantian antara Satine dan Ash. Yang membedakan penggunaan kata 'gue' di bagian Ash dan kata 'aku' di bagian Satine. Tapi saya tidak menemukan perbedaan rasa antara kedua bagian itu. Narasinya sama-sama terasa cerdas, sama-sama terasa pilu, dan sama-sama banyak menceritakan buah pikiran masing-masing.

Seandainya semua bagian menggunakan kata 'aku', dan judul bagian Satine atau Ash-nya dihapus, saya pasti kesulitan membedakan yang sedang bercerita itu Santie atau Ash, saking tidak ada gap dalam struktur narasinya. Katanya, narasi tokoh perempuan dan tokoh laki-laki harus memiliki perbedaan agar karakter tokohnya berkesan untuk pembaca. Contohnya kalau versi perempuan boleh banyak mengungkapkan pikirannya, kalau versi laki-laki dibuat lebih banyak narasi aksinya. 

Pendalaman karakter untuk tokoh utamanya sudah sangat baik. Satine Muchlis digambarkan sebagai pekerja keras, kesepian, tertekan dengan tuntutan dari ibunya, dan pejuang validasi. Sedangkan Ash Risjad digambarkan sebagai pria yang menyimpan trauma kekerasan, observer, dan perasa. Sayangnya, saya tidak terkesan dengan kedua tokoh ini. Mungkin karena kurangnya penggambaran kedekatan dengan orang-orang sekitarnya sehingga kebaikan keduanya tidak cukup terasa.

Kesimpulannya, menurut saya, novel ini memberi persepektif tentang pilihan beberapa orang yang mengejar karir sehingga urusan asmara rada kesulitan. Ada alasan kenapa pilihan itu dijalani, ada juga resiko yang timbul dari situasi tersebut. Setelah membaca novel ini, kita patut refleksi, sudah seberapa tepat kita mengambil keputusan, baik tentang asmara, finansial, dan keluarga. Dan pertanyaan berikutnya, sudahkan keputusan itu membahagiakan hidup kita?

Sekian ulasan novel Satine dari saya. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Bebukuan April 2025


Halo!

Karena sudah di awal bulan, saya membuat postingan rutin bebukuan. Isinya merekap buku apa saja yang sudah dibaca dan buku apa saja yang saya dapatkan selama satu bulan.

Ada sedikit kekecewaan karena bulan April kemarin saya lagi-lagi beli buku yang lumayan banyak. Padahal saya tahu jumlah TBR saya masih banyak menumpuk. Terlebih karena saya hanya membaca sedikit buku sehingga TBR saya tidak berkurang tapi makin bertambah banyak saja. 

Tetapi selalu ada kesempatan untuk berubah, sedikit beli buku, banyak membaca buku. Yuk bisa yuk!

Bacaan April 2025

1. Makhluk Bumi oleh Sayaka Murata

2. Dream Record oleh Lee Hye-rin


Koleksi April 2025

1. The Hunger Games #1 oleh Suzanne Collins



Saya sudah lama mencari novel Hunger Games yang sampulnya putih untuk melengkapi buku kedua dan ketiga yang sudah punya. Namun tetap tidak dapat padahal sudah bolak-balik nyari di tiga akun eccomerce beda-beda. Dan begitu gramedia menerbitkan ulang series ini dengan sampul baru, saya pun memutuskan membeli buku pertamanya agar segera bisa mulai membaca seriesnya.

2. Novelis Sebagai Panggilan Hidup oleh Haruki Murakami



Penulis Haruki Murakami jadi penulis yang begitu saya idolakan usai membaca trilogi novel 1Q84. Saat tahu ada buku nonfiksi ini, tanpa ragu langsung membelinya. Saya penasaran dengan proses kreatif seorang Haruki ketika membuat novel. Karena menurut saya, novel-novelnya begitu kompleks, penuh drama, dan unik.

3. Dream Record oleh Lee Hye-rin



Saya terpikat membeli novel ini karena sampulnya yang ala dongeng banget. Sangkaannya, cerita di dalamnya bakal manis. Tetapi setelah membaca novelnya, isinya tidak semanis itu kok. Ceritanya lebih serius.

4. Semilir Saat Beban Terangkat oleh Moon Kyeong-min



Untuk buku ini dibeli karena berbarengan dengan Dream Record dan karena terbitan baru. Kalau dari premis di belakang bukunya, novel ini punya cerita yang harusnya menghangatkan hati karena unsur keluarga begitu ditekankan.

5. Jangan Cemas oleh Shunmyo Masuno



Buku nonfiksi soal mendalami kecemasan hidup begitu menarik buat saya karena mungkin dari buku itu bakal ditemukan pencerahan. Semakin umur bertambah, goal hidup saya bergeser ke arah 'menangkan'. Makanya bacaan pun lebih ke tema-tema bagaimana mendapatkan kedamaian hidup dari berbagai sisi.

6. How To Heal Your Inner Child oleh Simon Chapple



Buku ini dibeli karena saya ingin menggali masa lalu saya karena merasa ada luka masa kecil yang belum sembuh. Saya merasa ketidakmajuan saya karena bayang-bayang masa kecil yang penuh trauma. Dan siapa tahu dengan membaca buku ini, saya bisa mempelajari apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu dan mulai mencari langkah-langkah penyembuhannya.

7. Segala Kekasih Tengah Malam oleh Mieko Kawakami



Dulu pernah baca novel dari penulis yang judulnya Heaven. Bukan yang terkesan sekali tapi karya barunya ini tetap harus dicoba. Kalau di novel Heaven penulis mengangkat isu perundungan, saya penasaran tema apa yang akan dibawa di novel barunya ini.

8. Trunk oleh Kim Ryeo-ryeong



Selain ini terbitan baru dari gramedia, saya terpikat dengan sampulnya yang sederhana; backround hijau dan tas koper merah. Premisnya menarik, istri kontrak yang eksistensinya terusik. Ada unsur misteri juga.

9. Matthes oleh Alan TH



Beberapa orang di X sedang membaca buku ini dan saya pun tertarik. Katanya bagus makanya mau saya coba. Dan rupanya buku ini bakal jadi trilogi, buku keduanya sudah terbit beberapa waktu lalu.

***

Segitu update bebukuan bulan April kemarin. Harapannya semoga bulan Mei ini saya bisa membaca lebih banyak buku dan menikmati prosesnya.

Nah, buku apa yang sudah kalian baca bulan April lalu? 



Resensi Novel Dream Record - Lee Hye-rin

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Dream Record

Penulis: Lee hye-rin

Penerjemah: Primastuti Dewi

Editor: Ifan Afiansa

Ilustrasi sampul & isi: Nadiah Ariqah

Penerbit: Bhuana Ilmu Populer (BIP)

Terbit: 2025

Tebal: vi + 138 hlm.

ISBN: 9786230420535

Tag: fantasi, teknologi, perundungan, mimpi



Sinopsis

Dream Record adalah perusahaan perekam mimpi yang dibangun oleh pasangan suami-istri; Han Tae-oh dan Oh Hae-na. Hae-na adalah penulis cerita yang pada debutnya melahirkan karya laris. Sejak itu, dunia seperti menuntutnya untuk berkarya sebagus karya pertamanya. Saat mengalami writer's block, Hae-na pusing sekali. Ide-ide dalam mimpinya begitu menarik untuk diolah menjadi cerita tetapi ketika ia bangun tidur, ia tidak ingat akan mimpi-mimpinya itu.

Tae-oh sebagai ilmuan syaraf mendapatkan ide bagus untuk membantu istrinya. Ia menciptakan cara dan alat untuk merekam mimpi, yang kemudian menjadi perusahaan besar, Perusahaan Dream Record.

Masyarakat datang berbondong-bondong untuk mencoba merekam mimpi mereka. Ada banyak alasan kenapa mereka ingin melakukan itu. Layanan ini laris sekali dan untuk meredam hal itu, harga untuk menikmati layanan ini dibuat mahal. Semakin mahal harganya, Tae-oh semakin gusar. Tujuannya membuat perekam mimpi bukan sekadar bisnis. Ia ingin semua kalangan bisa menikmati layanan ini. Ia pun membagikan voucher gratis dalam jumlah terbatas setiap periode agar masyarakat biasa pun bisa mencoba merekam mimpinya.

Kira-kita pertolongan dan manfaat apa saja yang bisa diberikan dari mimpi yang direkam?



Resensi

Membaca novel Dream Record ini jadi pengalaman yang menyenangkan. Saya sangat-sangat-sangat suka dengan ceritanya. Emosi saya diaduk-aduk antara marah, sedih, kesal, geram, dan senang penuh kelegaan. 

Kalau sekilas melihat sampul novel ini, kita pasti akan menebak kalau isi ceritanya tentang dongeng indah. Awalnya saya juga mengira begitu, tetapi dugaan itu patah, pada pembukaan novel ini penulis menyinggung soal perundungan. Hemm, ada tanda-tanda kalau ceritanya lebih serius dari sekadar keindahan dongeng yang diwakilkan warna-warni sampulnya.

Kami, para orang dewasa, sangat peduli dengan masalah bullying di sekolah dan bertekad kuat untuk turut serta menyelesaikannya (hal. 2)

Cerita Mengerikan Perundungan

Konflik besar novel ini adalah perundungan di sekolah yang dialami siswi bernama Jeong Ga-eun oleh geng Tae-hee, Hye-jin, Sena, Yurin, dan Arin. Kasusnya makin besar ketika Ga-eun jatuh dari lantai tiga gedung sekolah. Ibunya Ga-eun mencari kebenaran yang belum terungkap dari kejadian yang menimpa anaknya. Sekolah, polisi, dan rumah sakit harus dilibatkan.

Penulis menggali lebih dalam kasus perundungan yang bisa menimpa siapa pun. Di sini dipaparkan jelas bagaimana perundungan dimulai, pikiran pelaku melakukannya, kehancuran fisik dan psikis korban, penyesalan dan rasa gagal orang tua yang anaknya jadi korban, dan pandangan tenaga ahli yang membantu penyembuhan korban. Apa yang menimpa Ga-eun jadi babak paling kelam yang bisa meninggalkan trauma seumur hidup.

Beberapa pihak diceritakan ikut bergerak mengungkap misteri jatuhnya Ga-eun. Prosesnya susah karena di lokasi tidak ada CCTV dan saksi. Dan geng yang diketahui sesekolah sebagai terduga pelaku menyangkal tuduhan itu. Dan rupanya kasus perundungan ini bisa jadi celah penjahat lainnya untuk merusak korban lebih hancur dengan kejahatan lainnya. Saya sangat syok begitu kasusnya terungkap dan ternyata Ga-eun mengalami kejahatan lain yang lebih tidak manusiawi. Pelaku pun ternyata orang yang tidak pernah disangka-sangka.

Hubungan Manipulatif dan Toxic

Karakter Yeo-reum hadir dengan membawa cerita yang berbeda. Dia terjebak dalam hubungan toxic karena memiliki pasangan yang manipulatif, Tae-woo. Orang manipulatif harus dihindari karena punya sifat egois tinggi, penuntut, susah mengakui kesalahan, dan mahir melakukan treatment baik untuk menutupi sifat aslinya. 

Yeo-reum yang dasarnya gadis baik-baik sangat gampang jadi korban manipulatif dan susah melepaskan diri. Ia tahu kalau kekasihnya tidak wajar (ucapan dan tingkah laku) tetapi ketika kecurigaan itu diutarakan dan disangkal dengan bahasa manis oleh pacarnya, Yeo-reum bisa gampang mempercayainya lagi. Tidak heran kalau korban dari pasangan manipulatif gampang diluluhkan lagi dan itu makin membuat dirinya terjebak lebih dalam.

Butuh momen besar untuk benar-benar membuka mata korban dari pasangan manipulatif. Yeo-reum baru bisa melek dan sadar saat terbongkar kalau pacarnya selingkuh dengan sahabat sekaligus adik tingkatnya. Dan beruntung saat itu terjadi, Yeo-reum bisa tegas untuk meloloskan diri sehingga bujukan pacarnya tidak manjur lagi.

Benang Merah Perusahaan Dream Record

Dream Record sebagai perusahaan perekam mimpi menjadi penyambung antara Yeo-reum dan Ga-eun. Keduanya terhubung seperti takdir. Dream Record juga yang membantu membongkar masalah keduanya. 

Yeo-reum bekerja sebagai pemandu di Dream Record dan mendapatkan voucher gratis layanan perekam mimpi. Tae-woo yang tidak mampu membayar layanan itu membujuk Yeo-reum untuk memberikannya dan berhasil walau dengan berat hati. Tapi berkat ini, Yeo-reum bisa menonton mimpi pacarnya yang mengandung jawaban kenapa Tae-woo berubah akhir-akhir ini.

Sedangkan Ga-eun yang kehilangan ingatan, terutama ingatan kejadian saat ia jatuh, menggunakan layanan perekam mimpi atas saran Detektif Ho, deketif yang menyelidiki kasusnya. Walau butuh kesabaran karena Ga-eun secara bawah sadar menutupi ingatannya itu, Yeo-reum sebagai pemandu di Dream Record berhasil membangkitkan keberanian Ga-eun untuk membuka diri. Apa yang terjadi pada hari itu akhirnya muncul di mimpi Ga-eun dan membongkar kejahatan pelaku.


Menyembuhkan Diri Dari Trauma

Bagian paling mengharukan di novel ini adalah saat Yeo-reum berbagi pengalaman perundungan dengan Ga-eun. Dibeberkan betapa tersiksanya hidup sebagai korban. Setiap hari selalu mawas diri tentang apa yang akan terjadi dengannya.

Dibahas juga bagaimana Yeo-ruem bisa menerima traumanya dan perlahan memeluk dirinya erat. Tidak ada pilihan selain harus sembuh dan menjadi lebih kuat. Ada satu deskripsi menarik saat Ga-eun menonton mimpinya yang berisi peristiwa perundungan  saat ia sudah menerima masa lalunya. Ada rasa sedih, kasihan, dan marah yang bercampur menonton dirinya sendiri di masa lalu yang diperlakukan buruk.


"Bahkan seandainya kau harus menghadapi kenangan yang menyakitkan, kau harus memiliki keberanian untuk sepenuhnya menerima itu. Kau harus memeluk dirimu yang sedang terluka dan kesulitan. Emosi dan ingatan yang buruk juga merupakan bagian dari dirimu dan hidupmu. Kalau kau terus mengabaikannya, rasa sakit itu tidak akan pernah hilang. Menghadapi rasa sakit bukanlah hal yang menyenangkan, tetapi sekarang kau yang sedikit lebih dewasa dapat memeluk dan menghibur dirimu yang lemah di masa lalu. Dengan begitu, kau bisa maju sedikit demi sedikit." (hal. 99-100)

Ide Cemerlang Rekaman Mimpi

Rekaman mimpi yang bisa ditonton ulang jadi ide cemerlang di novel ini. Apalagi rekaman mimpi ini punya manfaat yang besar untuk beberapa situasi. Ada yang menonton mimpi karena ingin kembali melihat wajah orang yang sudah tiada, ada yang ingin bernostalgia dengan kebahagian pada momen spesial, ada yang ingin menggali pesan yang tidak dipahaminya, dan masih banyak lagi alasan pengunjung menggunakan layanan ini.

Proses untuk menggunakan layanan di Dream Record juga sangat jelas disampaikan penulis. Jadi memang bukan yang tiba-tiba saja pengunjung datang lalu di rekam. Detail teknisnya begitu lengkap sehingga saya bisa membayangkan langsung jika layanan ini beneran ada di dunia nyata.

Cerita tentang Dream Record ini juga masih punya potensi luar biasa untuk dikembangkan lebih lebar. Terutama soal kehidupan pasangan suami-istri pendirinya. Saya sangat penasaran dengan kehidupan Hae-na sebagai penulis yang akhirnya terbantu dengan alat perekam mimpi. Kira-kira bagaimana proses kreatif Hae-na membuat buku dongengnya.

Buku ini bakal lebih menarik jika halaman ilustrasi di dalamnya dicetak berwarna. Pasti menyenangkan berlama-lama memperhatikan detail ilustrasinya. Sampul depannya juga sudah bagus dan tentu saja gambar di dalamnya juga harus menyesuaikan. Saya yakin bakal memikat pembaca dongeng.

Simpulan

Novel ini tipis tapi saya puas dengan ceritanya. Tidak disajikan bertele-tele, ceritanya tidak melebar kemana-kemana dan tetap fokus, diksi untuk menggugah emosi pembaca juga tepat sasaran, dan keringkasan ceritanya tetap dieksekusi dengan baik.

Kesannya, saya seperti menemukan momen refleksi setelah membaca novel ini. Pelajaran moralnya begitu meresap ke hati. Dan tentu saja novel ini bisa jadi rekomendasi untuk dibaca remaja sebagai bacaan mendidik tentang bahaya perundungan.

Nah, sekian ulasan saya untuk novel Dream Record ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Resensi Novel Makhluk Bumi - Sayaka Murata

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Makhluk Bumi

Penulis: Sayaka Murata

Penerjemah: Pegy Permatasari

Editor: Kartika E.

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Februari 2025

Tebal: 264 hlm.

ISBN: 9786020681900

Tag: psikologi, pelecehan seksual, drama, jepang


Sinopsis

Waktu usianya 5 tahun, Sasamoto Natsuki mengaku dirinya penyihir sejak bertemu boneka landak yang dinamai Pyut, polisi sihir dari Planet Pohapipinpobopia. Khayalannya itu justru didukung oleh sepupunya, Yuu. Yuu merasa dirinya juga adalah alien. Natsuki dan Yuu memutuskan berpacaran dan itu jadi motivasi menyenangkan untuk kunjungan rutin tiap tahun ke rumah nenek, Rumah Akishina, di atas pegunungan. Sampai akhirnya sebuah kejadian membuat orang-orang sekitarnya memisahkan mereka.

Natsuki dewasa dinikahi Tomomi dengan konsep pernikahan aneh, tanpa sentuhan dan pengalihan dari tuntutan masyarakat. Setelah menikah, kali ini dituntut untuk memiliki anak. Natsuki merasa cocok dengan Tomomi karena cara berpikir yang sama. Tomomi juga merasa dirinya berasal dari Planet Pohapipinpobopia. 

Ide untuk kembali mengunjungi Rumah Akishina membuka wawasan baru dan liar tentang peran mereka di Bumi. Natsuki, Tomomi, dan Yuu bertualang lebih hebat dan mengerikan demi tidak terjebak sebagai makhluk bumi. Mereka yakin mereka bukan makhluk bumi.


Resensi

Saya kenal karya Sayaka Murata dari novel Convenience Store Woman atau Gadis Minimarket. Novel yang mendalami sisi kejiwaan wanita dewasa dengan menggabungkan isu-isu perempuan yang umum ditemui di masyarakat. Buku kumpulan cerpen karya penulis yang judulnya Upacara Kehidupan juga sudah sempat dibaca tapi belum selesai karena temanya yang lumayan berat. Dan begitu novel ini diumumkan saya sudah mengantisipasi penerbitannya karena penasaran kali ini akan membahas isu apa lagi.


Dunia Anak Dan Kerentanannya

Dua bab pertama menceritakan tentang Natsuki dan Yuu waktu masih kecil, usia sekitar 5 tahunan. Saya sudah menduga di awal kalau pengakuan Natsuki sebagai penyihir dan pertemanannya dengan Pyut hanya khayalan saja. Saya maklum sebab anak-anak kadang punya teman khayalan dan imajinasi mereka tidak terbatas. Saya cukup terhibur dengan dunia yang diciptakan Natsuki dan Yuu tentang Planet Pohapipinpobopia. 

Sayangnya, beberapa orang tua meremehkan imajinasi anak-anak dan justru tegas menolak kebiasaan mereka. Cap anak tidak berguna dan suka ngomong sembarangan membuat mental anak tertekan. Ini kesalahan besar orang tua, harusnya mereka mencoba memahami perkembangan otak anak dan membantu menanamkan pendidikan karakter karena usia anak-anak adalah usia emas.

Kecolongan bahaya besar dicontohkan oleh orang tua Natsuki dalam novel ini. Natsuki mengalami pelecehan oleh guru lesnya: suka meraba tubuhnya, memintanya mempraktikan mengganti pembalut di depannya, dan sampai mengajarkannya cara mengulum. Natsuki sadar kalau gurunya aneh dan dia pun mengadukan itu kepada ibunya. Yang bikin saya marah karena respon ibunya begini, "Apanya yang aneh? Bukannya kau hanya dimarahi karena tidak becus?" (hal. 57). Saya kesal sekali pas baca bagian ini.

Saya jadi paham, bahaya terbesar buat anak-anak adalah memiliki orang tua yang tidak peka dan tidak mau memahami anak. Usia anak-anak begitu rentan dirusak oleh orang dewasa. Harusnya orang tua berperan sebagai tameng pelindung. Jika peran itu tidak jalan, anak-anak akan jadi korban, mental mereka dirusak dan traumanya akan dibawa sampai dewasa. Cara asuh salah bisa jadi lingkaran setan yang tidak ada putusnya untuk keturunan mereka selanjutnya.

Contoh cara asuh salah pada anak bisa kita jumpai di sekitar kita. Misalnya keputusan orang tua memberi ponsel untuk anak yang rewel, mengerdilkan usaha anak saat gagal, memberi cap jelek pada anak dan jarang mengajak anak untuk berbincang dengan alasan sibuk.


Tuntutan Orang Dewasa Yang Makin Menuntut

Dalam novel ini juga disinggung tentang ribetnya jadi orang dewasa. Awalnya ditanya mana pacarnya. Setelah sering melihat berduaan, ditanya lagi kapan mau nikah. Nikah sudah, ditanya kapan punya anak. Anak pertama udah gedean dikit, giliran ditanya kapan punya adik buat si kakak. Belum lagi ditanya soal kekayaan seperti rumahnya mana dan mobilnya apa.

Natsuki pun mengalami pertanyaan soal kapan punya anak. Untuk menjawabnya memang membingungkan karena pernikahan Natsuki dan Tomomi bisa dibilang rekayasa agar keduanya selamat melewati pertanyaan kapan menikah. Pernikahan mereka sudah disepakati tidak ada seksual, bahkan kamar mereka pun masing-masing padahal tinggal seatap. Jadi jangan harap bakal ada anak kalau mereka tidak pernah sekali pun melakukan intim.


Cerita Psikologi Yang Mengejutkan

Semakin ke belakang, cerita di novel ini makin seru walaupun tipikal cerita yang absurd. Mungkin dari ilmu psikologi ada istilah untuk orang dewasa yang masih percaya dengan kayalan waktu kecilnya. Natsuki, Tomomi, dan Yuu semakin tidak terkendali dengan hidupnya setelah mereka kembali ke rumah Akishina. Dan karena mereka merasa bukan makhluk bumi melainkan makhluk dari Planet Pohapipinpobopia, mereka mempraktikan hidup ala-ala survival. 

Hubungan dengan dunia luar diputus, untuk makan mereka mencuri dari kebun dan rumah di sekitar, tidur di tumpukan futon, beraktifitas dalam kondisi telanjang, bergerak dengan merangkak, dan mereka menyangkal soal pentingnya memenuhi hasrat seksual yang muncul. Yang lebih mengerikan, mereka menganggap kalau makhluk bumi adalah lawan. Ada kejadian mereka membunuh orang dan jasadnya mereka santap karena sedang kekurangan bahan makanan. Lebih gila lagi, ada percakapan jika persediaan daging manusia sudah habis, mereka saling menyerahkan diri untuk disantap. Untuk tahu mana yang lebih enak, mereka saling mencicipi dengan menggigit secara bergiliran.


Simpulan

Dibandingkan dengan novel Gadis Minimarket, novel ini punya cerita yang lebih suram. Sisi psikologi manusia digali lebih dalam dan liar karena membahas kenormalan manusia di masyarakat. Walau begitu, ceritanya tidak akan memberi pengaruh ke psikologi pembaca. Paling poin pelecehan seksual dengan korban anak-anak akan membuat pembaca mengumpat kesal ke pelaku. 

Sekian ulasan untuk novel Makhluk Bumi. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Bebukuan Maret 2025



Halo!

Selamat Lebaran! Mohon maaf lahir dan batin.

Seperti biasa, setiap awal bulan, saya selalu membuat artikel bebukuan yang merangkum buku apa saja yang sudah dibaca di bulan kemarin dan buku apa yang didapatkan.

Bulan Maret kemarin yang bersamaan dengan bulan puasa, saya rada menurun untuk baca buku. Ditambah di kantor juga sedang ada proses audit eksternal jadi begitu sampai rumah tinggal sisa-sisa tenaga. Dibawa baca buku rasanya susah sekali. Tapi saya bersyukur bisa menyelesaikan dua judul bacaan, lumayan mengurangi TBR ya.

Lebih lengkapnya saya uraikan di bawah ini:


Bacaan Maret 2025

Di sela-sela kesempatan yang ada saya masih baca buku kok, tapi beberapa tidak selesai keburu diganti judul lain. Dan berikut buku yang selesai saya baca:

1. Lelaki Tua Dan Laut oleh Ernest Hemingway

2. Tuhan Maha Romantis oleh Nurunala


Koleksi Maret 2025


Novel Makhluk Bumi oleh Sayaka Murata

Novel ini saya beli karena penasaran dengan ceritanya. Sayaka Murata adalah penulis novel Convenience Store Woman atau Gadis Minimarket. Walau di novel itu saya tidak terkesan, namun karya terbarunya ini patut dijajal kembali. Apalagi sampulnya yang warna-warni dan cakep, rasanya sayang banget kalau novel ini dilewatkan begitu saja.

Dan saya bersyukur karena bulan Maret lalu bisa membeli hanya satu novel saja. Biasanya selalu banyak tapi kali ini saya cukup bisa mengendalikan diri. Mau bagaimana lagi, banyak banget TBR yang belum dibaca.

***


Nah, segitu update bebukuan untuk Maret 2025. Semoga bulan April ini saya bisa membaca lebih banyak buku lagi.

Jadi, buku apa saja yang sudah kalian baca dan dapatkan di bulan Maret kemarin?



Resensi Novel Tuhan Maha Romantis - Nurunala

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Tuhan Maha Romantis

Penulis: Nurunala

Editor: Trian Lesmana

Penerbit: Grasindo

Terbit: Juli 2023

Tebal: 200 hlm.

ISBN: 9786020530208

Tag: romansa, religi

Sinopsis

Setelah lima tahun berlalu, Rijal dan Laras kembali bertemu di acara bebukuan. Rijal kini sudah jadi penulis. Laras sengaja menempuh perjalanan dari New Zealand ke Indonesia untuk menemuinya. 

Pertemuan mereka penuh perasaan campur aduk. Kenangan waktu kuliah dulu kembali menyeruak. Termasuk perasaan suka yang selama ini diendapkan oleh keduanya karena agama mengaturnya. Rijal seperti menemukan kebahagian yang sudah lama menghilang. Namun Laras menemukan cincin dijari Rijal yang artinya kepulangannya ke Indonesia akan jadi sia-sia. Rijal sudah bertunangan, itu faktanya.

Mungkinkah takdir kali ini mengatur keduanya bersatu? Atau keduanya harus belajar mengikhlaskan perasaannya melebur?



Resensi

Nurunala adalah penulis yang kalau menerbitkan buku saya pasti usahakan akan membelinya. Sebelum membaca novel ini saya sudah membaca novel lainnya: Festival Hujan, Janji Untuk Ayah, dan Seribu Wajah Ayah

Yang membuat saya suka dengan karya-karya penulis karena novel-novelnya mengangkat tema keluarga terutama tentang sosok Ayah. Saya tipikal orang yang gampang banget terharu kalau membaca kisah soal orang tua. 


Masa Lalu Yang Datang Lagi Pada Waktu Yang Tidak Tepat

Siapa sih yang enggak senang saat kembali bertemu dengan orang yang pernah kita sayang. Begitu juga dengan Rijal yang akhirnya bertemu lagi dengan Laras setelah lima tahun tidak ada kabar. Perasaan suka kembali berkembang dan ternyata tidak berubah walaupun sudah lama tidak jumpa. Rijal berharap besar kali ini perasaannya akan tersampaikan.

Lima tahun bukan waktu yang sebentar, pasti ada banyak hal yang sudah berubah. Rijal sudah jadi penulis. Rijal juga sudah bertunangan dan seminggu lagi bakal menikah. Fakta ini yang membuat Laras meredam semua harapannya. 

Konflik ini yang mencoba digali penulis lebih dalam. Dan karena novel-novel penulis selalu memiliki dasar agama islam, saya semakin penasaran bakal dikasih jalan keluar apa untuk kepelikan situasi yang dihadapi Rijal dan Laras.


Sisi Romantis Dari Keluarga Harmonis

Di novel ini juga digambarkan latar belakang keluarga Rijal yang bikin saya mengakui kalau, "Siapa orang tua kita juga turut menentukan siapa kita." Ayahnya Rijal adalah kepala sekolah, ibunya adalah guru bahasa inggris. Sudah pasti pendidikan jadi hal penting yang diajarkan mereka kepada anak. Dan bukan soal sisi intelektual saja yang diajarkan, tetapi sisi moral dan nilai religi juga dipenuhi mereka.

Rijal tumbuh jadi pemuda yang baik dan santun karena besar dalam keluarga yang harmonis. Kedekatannya dengan sosok ayah membuat saya iri. Dia bisa curhat dan meminta solusi kepada ayahnya untuk hal-hal yang rasanya susah dilakukan anak laki-laki kepada ayahnya seperti asmara. Pendapat saya ini karena saya bukan salah satunya yang bisa begitu. 

Karena latar belakang orang tua Rijal sebagai pendidik, keduanya pun begitu dihormati di lingkungan sekitar. Terutama oleh mereka-mereka yang pernah diajar oleh orang tua Rijal. Kebaikan yang dilakukan orang tua Rijal banyak membantu di kemudian hari. Misalnya saat ibunya Rijal pingsan, Teh Zaenab yang seorang bidan membantu mengurus agar siuman. Dan saat mau diberikan bayaran, Teh Zaenab menolak dengan santun karena ia pernah merasakan kebaikan dari orang tua Rijal.


Dinamika Masa Perkuliahan

Kehidupan perkuliahan lumayan banyak dibahas di sini. Menggunakan sudut pandang Rijal, kita diajak ikut bagaimana ia berkenalan dengan kawan baru, bertemu pertama kali dengan gadis pujaan, dan terlibat dalam kegiatan jurusan yang lumayan menyita waktu.

Saya sangat suka dengan penggambaran kegiatan Petang Puisi. Dimana setiap jurusan berlomba membawakan deklamasi puisi secara kreatif dengan menggabungkan dekorasi dan musik-musik latar. Dan gara-gara novel ini, saya jadi tahu puisi berjudul Sajak Pertemuan Mahasiswa karya W.S. Rendra. Puisi yang menyinggung dan menggugat soal wakil rakyat di pemerintah yang membuat kebijakan-kebijakan tapi tidak mewakili rakyat.


Keputusan Jodoh Yang Membuat Kesal

Dari beberapa novel penulis yang saya baca, ending novel ini yang paling tidak saya suka. Mungkin buat beberapa orang kelihatan romantis tapi buat saya itu miris. Saya yakin kalau tidak spolier pun, pembaca bakal tahu ending kisah Rijal dan Laras ini dari sampul novelnya yang sederhana tapi cantik dengan perpaduan warna biru di langit dan hamparan hijau rerumputan.

Tinggal menghitung hari akan menikah tapi dibatalkan, itu yang bikin saya kurang suka dengan keputusan ini. Rasanya membatalkan pertunangan bukan perkara mudah karena ini melibatkan perasaan dan nama baik keluarga besar. Ini pertunangan dan bukan pacaran. Kabar pernikahan sudah menyebar kemana-mana lho. Si pihak laki-laki harus bertanggung jawab kepada keluarga si perempuan. Dan yang lebih tidak saya sukai, yang menyampaikan pembatalan ini hanya ibunya saja. Si laki-laki justru sibuk mempersiapkan keberangkatannya ke luar negeri mengejar cinta pertamanya. Gila nggak sih keputusan ini!!!


Kita mencintai seseorang karena kita memilih untuk mencintainya. Rasa yang indah ini memang anugerah Allah, tapi diri sendirilah yang memegang kontrol penuh atas perasaan yang membuncah dalam dada. (hal. 91)

Mungkin ada yang berpendapat, "Daripada menikahi perempuan yang tidak dicintai dan tidak bahagia, bukankah lebih baik sejak dini diakhiri." Saya setuju dengan ini tapi kenapa kalau belum move on dari masa lalu harus melakukan lamaran kepada perempuan lain. Padahal di sini Rijal tidak dalam kondisi terdesak untuk melakukan itu. Dan saat dia memutuskan untuk melamar perempuan lain artinya dia siap menerima tanggung jawab itu. 

Sebelum kehadiran Laras, hubungannya dengan Aira baik-baik saja. Hanya karena Laras kemudian datang, niat menikah tergerus juga. Harusnya sikap pria enggak begini kan?

Keberatan saya lainnya, saya tidak menemukan nilai luar biasa dari seorang Laras yang kemudian diperjuangkan sebegitunya oleh Rijal. Rijal menyukai Laras karena cantik, solehah, dan baik. Tapi ini juga ada di diri Aira, tunangannya. Aira malah lebih banyak berinteraksi dengan Rijal dan ibunya dibandingkan Laras. Lalu yang membuat timbangan Laras lebih besar untuk dipilih ketimbang Aira itu apa, penulis tidak memberikan itu sehingga saya simpulkan kalau Rijal berjuang hanya karena Laras cinta pertama. Ini jadi pilihan ending novel yang dangkal buat saya. 


Simpulan

Romansa yang berdiri di atas agama selalu menginspirasi. Sosok Rijal jadi gambaran teladan bagaimana pria bersikap saat pertama kali merasakan jatuh cinta kepada lawan jenis. Terlepas dari ending novel yang mengecewakan, novel ini punya nilai-nilai moral yang secara penyampaian tidak menggurui. Novel ini saya rekomendasikan untuk pembaca muda sebagai pengingat kalau romantis itu bukan melulu dengan pacaran.

Sekian ulasan saya untuk novel Tuhan Maha Romantis. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

***


  • Soal kebahagiaan, seringkali yang lebih penting bukan sedang apa atau di mana, melainkan dengan siapa. (hal. 18)
  • Kita harus selalu menjaga api optimisme tetap menyala. Harapan, yang akan membikin kita punya kemauan untuk terus bergerak. Kadang, masalahnya bukan di 'mampu atau tidak mampu', tapi 'mau atau tidak mau'. (hal. 19)
  • Dan sebaik-baik ilmu adalah yang membuat kita semakin dekat sama Allah (hal. 20)
  • Setiap perpisahan, seikhlas apa pun kita menerimanya, selalu saja menyisakan kehampaan (hal. 21)
  • Esensi dakwah adalah menjadikan kesalehan pribadi menjadi kesalehan kolektif atau kesalehan masyarakat. Oleh karena itu, yang enggak kalah penting dari menjadi hebat adalah menghebatkan sekitar kita. (hal. 28)
  • Ada dua hal yang membuat kita hari ini berbeda dengan kita bertahun-tahun yang akan datang: buku yang kita baca dan orang-orang yang kita temui. Buku yang kita baca akan membentuk pola pikir kita, orang-orang terdekat kita akan membentuk karakter kita. (hal. 67)
  • Satu-satunya cara menghilangkan rasa takut adalah dengan menghadapinya (hal. 68)
  • Pemberani itu adalah orang yang takut juga sebenarnya, tapi tetap melakukannya (hal. 73)
  • Kadang kita perlu mengabaikan kalimat-kalimat negatif yang menghampiri kita, bahkan ketika teriakan itu diucapkan oleh diri kita sendiri. (hal. 74)
  • Mencintai itu, bukan cuma soal rasa suka atau ketertarikan. Bukan cuma soal kekaguman. Lebih dari itu, mencintai itu sebuah keputusan. Keputusan besar. (hal. 115)
  • Bukankah perjuangan dan pengorbanan adalah satu keniscayaan bila kita ingin menggapai kebahagiaan. (hal. 119)

Resensi Novel Lelaki Tua Dan Laut - Ernest Hemingway

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: Lelaki Tua Dan Laut

Penulis: Ernest Hemingway

Penerjemah: Yuni Kristianingsih Pramudhaningrat

Penerbit: PT Serambi Ilmu Semesta

Terbit: Januari 2015, cetakan pertama

Tebal: 139 hlm.

ISBN: 9786022900283


SINOPSIS

Lelaki tua itu bernama Santiago. Sudah delapan puluh empat hari dia memancing di lautan tapi belum menangkap seekor ikan pun. Empat puluh hari pertama dia ditemani anak lelaki bernama Manolin, namun Manolin harus pindah kapal karena diperintah orang tuanya. 

Suatu hari si Lelaki Tua itu kembali memancing tapi kali ini nasib buruknya diakhiri. Kailnya menyangkut pada ikan besar. Karena sudah tua dan hanya punya alat seadanya, Santiago berjuang mati-matian agar ikan itu tidak lepas. Tali pancing yang terulur kadang harus dikendorkan atau ditegangkan sampai-sampai melukai bahu, punggung, dan telapak tangannya.

Karena ukurannya yang gede, ikan yang akhirnya bisa ditangkap itu sulit dibawa dengan perahu kecilnya. Yang lebih mendebarkan lagi, setelah perjuangan keras menangkapnya, ikan itu kini jadi sasaran ikan-ikan hiu beraneka nama yang setiap saat bisa saja memakannya. 

ULASAN

Saya akui kalau membaca novel klasik itu rada-rada susah walau pun ceritanya sederhana dan gampang diikuti. Tapi bisa jadi bukan karena novelnya, saya merasa setiap kali mulai membaca buku ada perasaan harus teliti pada detail-detailnya sehingga hati saya kurang peka untuk merasakan hawa-hawa novelnya.

Novel ini juga pernah mengalami hal serupa. Dulu pernah coba dibaca tapi selalu mandeg. Akhirnya kali ini saya benar-benar ingin menikmati ceritanya dan alhamdulillah bisa berhasil tuntas dibaca walau pelan-pelan sekali.

Novel ini sangat menggugah. Kita diperlihatkan bagaimana perjuangan lelaki tua dengan memiliki keterbatasan seperti usia dan tenaga, harus berjuang sendirian menangkap ikan besar yang sudah menyangkut di kail pancing. Prosesnya benar-benar beda dengan orang memancing di sungai yang ukuran ikannya kecil-kecil. 

Karena ikannya besar, lelaki tua itu tidak punya banyak pilihan. Jika talinya ditarik kuat-kuat, bisa jadi ia yang akan ditarik oleh ikan ke laut karena saking kuatnya ikan tersebut. Dan pilihannya, lelaki tua itu memilih mengikuti setiap pergerakan ikan membawanya. Alhasil, ia terombang-ambing di lautan luas.

Kekurangan air dan makan daging ikan mentah jadi perjuangan lainnya. Lelaki tua itu mau tidak mau harus makan ikan mentah agar ia tetap punya tenaga. Niatnya mendapatkan ikan tersebut dan pulang. Jika tidak mengisi tenaga, bisa jadi ia akan mati di kapal karena kelaparan dan selamanya tidak akan kembali ke pelabuhan.

Kewarasan pikiran juga harus dijaga. Sendirian di tengah laut sambil mempertahankan tangkapannya agar tidak lepas jadi ujian berat untuk mental. Lelaki tua itu yang jarang bicara lantang, kini sering berdialog sendirian dengan suara kencang. Ia tidak malu ucapannya didengar orang lain. Dan teknik ini ampuh membuat pikirannya tetap normal dan jernih.

Akhir kisah si lelaki tua itu bikin terharu. Saya bisa ikut merasakan kelegaan ketika akhirnya ia tiba di pelabuhan dengan badan yang gemetaran. Ini jadi pengalaman membaca yang mengharukan hati. Persis rasanya sama ketika dulu saya membaca novel 5cm saat tokoh-tokohnya naik ke puncak. Emosi, keterharuan, kelegaan, dan rasa lelah campur aduk dan semua campuran rasa itu bisa sampai ke hati saya sebagai pembaca. 

Buku ini tipis tapi saya tidak bisa menyelesaikan dalam sekali duduk. Isinya dominasi narasi. Jarang banget percakapan. Maklum, Santiago ini memancing di lautan tanpa kawan. Adanya monolog saat dia ngomong sendiri dengan lantang atau saat dia berdialog dengan hati dan pikirannya. Format ini memaksa saya lebih serius meresapi kalimat-kalimatnya.

Secara keseluruhan, novel klasik ini sangat menarik dan memang patut dibaca setidaknya sekali seumur hidup. Mengajarkan perjuangan dari sudut pandang laki-laki. Si lelaki tua ini bisa jadi gambaran kalau kita akan berada di posisi sama, berjuang mati-matian, yang berbeda hanya zaman dan tantangan yang dihadapi. Mengajarkan mental kuat juga. 

Nah, sekian ulasan novel Lelaki Tua Dan Laut ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Bebukuan Februari 2025


Halo!

Sudah memasuki bulan Maret saja ya. Dan sebelum membahas bebukuan selama bulan Februari, saya mau mengucapkan selamat menunaikan puasa bagi yang sedang menjalankan. Semoga puasa tahun ini lancar dan penuh berkah. Amin ya Rabb!

Seperti biasa, setiap awal bulan, saya akan membuka dengan artikel Bebukuan. Artikel ini semacam ringkasan kegiatan saya selama sebulan kemarin perihal bebukuan. Dan berikut ini ringkasan Bebukuan Februari 2025:

Bacaan Februari 2025

Semangat ingin baca buku ini dan itu tetapi bulan kemarin saya dikejar deadline bikin laporan keuangan dan bakal lanjut audit yang ujungnya pelaporan SPT Tahunan Badan. Kalian pasti tahu saya kerja di divisi apa. Alhasil, bacaan saya enggak banyak. Tapi masih mending ya bisa ada bacaan yang selesai, hehe.

Berikut buku-buku yang saya baca bulan kemarin:

1. Janji Untuk Ayah oleh Nurunala

2. Tiga Permintaan Dan Cerita-Cerita Lain oleh Enid Blyton

3. Mata Yang Enak Dipandang oleh Ahmad Tohari


Koleksi Februari 2025




1. Tuhan Maha Romantis oleh Nurunala

Ini buku keempat penulis Nurunala yang saya dapatkan. Lainnya yang sudah saya punya adalah Seribu Wajah Ayah, Festival Hujan, Janji Untuk Ayah, dan Jangan Dulu Patah. Saya sangat suka dengan kisah-kisah yang disajikan penulis karena sebagian besar temanya drama keluarga dan kebanyakan sangat menyentuh hati. Nilai agama islam pun selalu disisipi sebagai hikmah dari kisahnya. Gara-gara ini saya akhirnya mengikuti karya-karya beliau.

Untuk novel ini saya penasaran hubungan romantis seperti apa yang akan dijalin penulis dan hikmah apa yang bakal disampaikan ke pembaca. 

2. Stand By Me 1 & 2 (light novel) oleh Fujiko F Fujio, Takashi Yamazaki

3. Detektif Conan: Full Score of Fear (light novel) oleh Gosho Aoyama, Shima Mizuki

Awalnya saya tidak tahu istilah light novel itu apa, tetapi setelah cari tahu rupanya ini istilah untuk komik yang disajikan layaknya novel. Bukan berisi gambar-gambar lagi melainkan sudah dikonversi jadi susunan kata-kata. 

Sejauh ini yang pernah saya baca itu novel yang diangkat dari film seperti Novel Wonderful Life karya Kiki Raihan. Penasaran sih bagaimana serunya komik diubah jadi novel. Dan sebagai perkenalan light novel, saya memilih judul komik terkenal yaitu Doraemon dan Detektif Conan. Semoga bisa jadi pengalaman yang menyenangkan.

Rencana Baca Maret 2025

Oya, saya minta maaf untuk bulan ini dan seterusnya bagian Rencana Baca tidak akan saya masukkan ke artikel Bebukuan karena membaca buku yang diatur itu lumayan membebani, padahal seharusnya membahagiakan dan menyenangkan. Kadang dari 5 buku yang direncanakan, mood saya tidak bisa diatur agar hanya membaca buku tersebut. Lebih sering saya memilih bacaan yang lain. Karena itu saya ingin membebaskan diri memilih buku mana yang akan dibaca. Saya mengedepankan prinsip happy reading

***

Nah segitu dulu update Bebukuan Februari 2025. Semoga bulan Maret 2025 diberi kesempatan membaca lebih seru dan lebih menambah nilai diri karena berbarengan dengan momen bulan Ramadhan.

Jadi, buku apa saja yang kalian baca dan dapatkan bulan Februari kemarin? Share di kolom komentar ya.