[Buku] Heart Reset - Trissella

Judul: Heart Reset
Penulis: Trissella
Penyunting: Puspa Sari Ayu Yudha
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, Maret 2017
Tebal buku: 192 halaman
ISBN: 9786020338817
Harga: Rp 50.000 (via bukabuku.com, sebelum diskon)

Bukan, ini bukan tentang siapa yang dicintai lebih lama dan siapa yang bersamanya lebih lama. Ini tentang siapa yang berani mengambil risiko untuk mempertahankan perasaannya, apa pun yang terjadi. Tentang seberapa kuat dia menahan keegoisan agar yang lain bisa bahagia meski tak bersamanya. (Hal. 184-185)

Novel Heart Reset menceritakan tentang seorang gadis SMA bernama Anaya yang diam-diam menyukai teman sejak kecilnya, Dipta. Perasaannya tak terbalas sebab Dipta menyukai Airin yang justru berpacaran dengan Billy. Anaya menjadi saksi kegalauan Dipta yang patah hati yang justru membuatnya lebih sakit hati lagi. Di lain waktu, muncul Abi, cowok yang sejak dulu menyukai Anaya. Apakah Anaya akan tetap memilih Dipta atau justru memilih Abi?

Novel ini berhasil membuat saya sesak nafas. Kisah asmaranya kental, bahkan kadar getirnya membuat saya mengelus dada. Secara garis besar novel Heart Reset mengangkat konflik cinta bertepuk sebelah tangan. Ada banyak faktor penyebabnya: seseorang itu menyukai orang lain, seseorang itu terjebak di area friendzone, seseorang itu gengsi untuk berterus terang.

Penyebab tadi tidak pernah terungkap dan membuat kisah Dipta, Ayana. Dan Abi bertambah seru. Bagian paling menohok dada saya, ketika Dipta melepas Anaya untuk sekolah di luar negeri. Pada bagian ini sangat dramatis, merasa sangat kehilangan setelah dia pergi. Juga ketika Anaya bertekad menyerah atas perasaannya kepada Dipta.

“Gue mau ngelupain dia, tapi rasanya sakit. Gue mau nyerah, tapi nggak mau sakit kayak gini,” racau Anaya. (Hal. 105)

Menurut saya, penulis sukses menyajikan kisah teenlit yang dramatisnya pas. Interaksi antar tokoh tidak dibuat berlebihan. Dan saya menangkap sisi kedewasaan pada tokoh-tokohnya meski usia mereka masih usia SMA.

Diksi yang dipakai pun enak dibaca karena kesederhanaan, keringkasan, dan keefisiensian kalimat dalam menarasikan suatu kondisi atau peristiwa. Saya tidak mendapati kalimat yang bertele-tele. Untung buat saya, tidak ribet mamahami jalan cerita yang mengusung alur maju ini.

Jujur, saya tidak menyukai kovernya. Gambarnya terlalu kaku, pemilihan jenis hurupnya terlalu tegas, padahal saya merasakan cerita yang hangat di dalamnya. Dibutuhkan ilustrasi yang lebih lembut mengingat sudut pandang yang dipakai dominan dari seorang gadis (Anaya), isi cerita berupa kisah cinta yang miris, dan ada babak bahagia setelah perjalanan panjang mengeja hati.

Saya pun punya catatan ketidaklogisan satu bagian cerita di halaman 25. 110 detik lampu merah itu terbilang lama, namun disana diceritakan dengan pengucapan satu kalimat, 110 detik itu selesai. Bila saya keliru tentang ini, silakan dikoreksi.

Berbicara tokoh utama, di novel ini kita akan dipertemukan dengan tokoh Anaya, Dipta, dan Abi. Anaya adalah gadis yang sabar memendam perasaan dan rasa sakit di hati, tulus, dan feminim. Dipta tampil jadi sosok pemuda baik-baik, pengecut karena tidak berani mengungkapkan isi hati dan pikirannya, dan egois. Sedangkan Abi sosok yang urakan, berandal, dewasa, perhatian, dan bertanggung jawab. Kekurangan pada penokohan dalam novel ini terletak pada sedikitnya penulis menarasikan ciri-ciri fisik setiap tokoh. Sampai cerita selesai, saya masih bingung menggambarkan sketsa muka-muka mereka.

Selain ketiga tokoh tadi, ada Airin dan Billy yang porsi diceritakannya sedikit, ada teman-teman tongkrongan Abi: Rio dan Dika, dan ada Editha (sepupu Dipta).

Dari novel ini, pembaca akan mendapatkan pelajaran untuk selalu bisa jujur. Apa pun hasil dari tindakan jujur itu yang kemudian harus dihadapi. Percayalah, setiap masalah selalu ada jalan keluarnya. Bukan justru bersikap takut sebelum berperang. Karena sikap begini malah menambah rumit masalah.

Saya menyukai novel ini dan saya belajar kedewasaan dan kebesaran hati dari tokoh Abi. Saya memberi nilai 4/5 untuk novel ini.

Catatan:
  • Persahabatan lawan jenis, salah satunya pasti menyimpan perasaan lebih. Kalau beruntung, perasaannya berbalas (Hal. 36)
  • Lelaki sejati akan menempati janji apa pun yang terjadi (hal. 58)
  • Tiap pertemuan pasti berakhir pada perpisahan (Hal. 77)

0 komentar:

Posting Komentar