[Resensi] Kasta, Kita, Kata-Kata - Ardila Chaka


Berawal dari hati yang terusik. Galih memperjuangkan sesuatu yang bukan kewajibannya untuk meyakinkan seorang gadis bahwa hidup bisa lebih indah dari senja di Kalibiru. Berawal dari rasa terima kasih, sang gadis penikmat senja berhasil merobohkan dinding keterbatasan. Melalui pena, ia merangkai kata dan menggores cerita dalam lukisan. Sehingga, surat-suratnya menjadi pelecut semangat bagi Galih untuk mengoyak segala ketidaksempurnaan. Dari sebuah dataran tinggi di Yogyakarta, kisah ini bermula.

Cinta ialah tentang bagaimana kekurangan bisa menjadi sumber kekuatan.


Judul buku : Kasta, Kita, Kata-Kata
Penulis : Ardila Chaka
Penyunting : Avifah Ve
Penyelaras akhir : RN
Tata sampul : Wulan Nugra
Tata isi : Violetta
Pracetak : Endang
Penerbit : PING
Terbit : 2016
Ukuran buku : 188 hlm; 13 x 19 cm
ISBN : 9786022961833


Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih untuk penerbit Divapress yang menghadiahi saya novel istimewa ini. Dan saya berusaha objektif ketika harus menceritakan kesan setelah membacanya hingga halaman terakhir.

Novel ini istimewa karena sederhana. Tema yang sederhana; persahabatan, keluarga dan sedikit bumbu cinta-cintaan. Gaya bercerita yang sederhana; menggunakan diksi yang apik percampuran bahasa puisi dan bahasa sehari-hari. Setting yang sederhana; desa wisata bernama Kalibiru dengan Waduk Sermo-nya yang menawan (saya menilai demikian setelah meng-googling). Pesan sederhana; jangan pernah patah semangat untuk belajar.

Kasta, Kita, Kata-Kata, berkisah seorang gadis 16 tahun bernama Ajeng yang memiliki gangguan bahasa afasia broca (penjelasan di halaman 49) yang dipertemukan dengan Galih, pemuda 17 tahun. Benang merahnya ditonjolkan pada perjuangan Galih membuat Ajeng bisa baca tulis, dan perjuangan Ajeng belajar agar bisa memenuhi harapan Galih dan orang tuanya.

Kasta, membahas latar belakang kedua tokoh utama yang tidak sepadan. Galih anak dari pemilik sawah yang digarap orang tua Ajeng. Sehingga perbedaan ini pun sempat mencuat menjadi konflik.

Kita, menerangkan hubungan Ajeng dan Galih yang terjalin dengan sangat murni, perasaan sederhana ingin menolong. Galih memiliki kepekaan peduli terhadap orang lain yang tinggi. Demi dilihatnya seorang Ajeng yang sering menjadi bahan omongan karena kekurangannya, Galih memutuskan membantu Ajeng belajar dengan dibantu Mbak Lia, mahasiswa KKN UGM.

Kata-Kata, salah satu poin yang kemudian menjadi pusat kedua tokoh utama bisa bersinggungan. Ajeng tidak lancar berbicara, Galih merasa terpanggil merubahnya.

Saya sangat menikmati novel ini. Jika harus saya melabelkan kata pada novel ini, indonesia dan kedaerahan adalah dua kata yang tepat. Penulis berhasil membangun situasi sebuah desa yang masih asri dengan keindahan waduknya. Saya sebagai pembaca diajak untuk membayangkan bukit Joglo dengan pemandangan Waduk Sermo. Tidak ada kemacetan, tidak ada narasi teknologi yang berlebihan, saya merasa ikut berada di sebuah kampung yang keasriaannya masih terjaga.

Selain Ajeng dan Galih, novel ini juga menghadirkan peran-peran sampingan yang ikut memberikan warna. April, adik Ajeng yang normal, cantik, supel dan pinter. Karakternya berkebalikan dengan kakaknya, Ajeng. Dia ditempatkan oleh penulis sebagai saingan Ajeng. Orang tua Galih, yang secara pola pikir sudah lebih luas ketika membicarakan soal keadaan di masyarakat Kalibiru. Kecuali untuk Bapaknya, ada penilaian pesimis terhadap pendidikan tinggi. Orang tua Ajeng, merupakan gambaran orang tua dengan pola pikir kampung yang tidak terlalu tahu hal-hal di luar kesehariannya di kampung. Namun keunggulan orang tua Ajeng terletak pada bagaimana mereka mendukung semua keputusan anak selama hal itu baik.

Plot yang digunakan penulis merupakan percampuran plot maju dan mundur. Pemilihan plot mundur yang dikemas dengan narasi, membuat novel ini tetap pada jalur mengulik perjalanan Ajeng dan Galih. Jika diceritakan dengan kemasan penceritaan seperti masa sekarang, saya punya keyakinan novel ini akan lebih tebal dan akan membuat cerita berputar-putar jauh dahulu sebelum kembali ke jalur utamanya.

Ada tiga bagian cerita yang membuat saya hampir ikut menangis. Pertama, ketika Mbak Lia harus kembali ke kota dan meninggalkan Ajeng (halaman 113 – 117). Posisi saat itu, Ajeng sudah mengalami perkembangan pesat dalam belajar membaca dan menulis. Kemajuan itu berkat kegigihan Mbak Lia juga. Hubungan mereka yang kurang dari 2 bulan tersebut telah membentuk ikatan seperti kakak adik. Ajeng merasa sedih karena dia kehilangan sosok pengajar yang hebat. Narasinya benar-benar mengharukan dan pembaca akan sangat gampang turut ikut sedih sebab pembaca sudah dijejali bagaimana Mbak Lia membimbing Ajeng.

Kedua, ketika Galih sudah kembali ke rumah setelah dirawat di rumah sakit karena kecelakaan, Bapaknya berbohong soal teman dekatnya bernama Agung (halaman 144 – 150). Saya pun akan marah kalau kekhawatiran saya pada teman baik dianggap baik-baik saja oleh Bapak, padahal teman baik saya itu sudah dimakamkan. Emosi yang muncul karena kesal, marah, sedih, bercampur dan bingung harus merasakan yang mana dulu.

Ketiga, ketika Galih akan berangkat ke sekolahnya untuk bertemu guru BK menanyakan soal beasiswanya di UGM, ia dilarang mengendarai motor oleh ibunya karena baru sembuh kecelakaan. Lalu sang Bapak muncul menawarkan diri. Ini yang paling mengharukan. Padahal Bapaknya tidak pernah setuju dengan keinginan Galih kuliah. Berminggu-minggu Galih berusaha menyampaikan niatan itu, namun sang Bapak keukeuh tidak setuju. Dan ketika akhirnya Bapak menawarkan diri mengantar Galih, itu isyarat kalau ia setuju dengan keinginan Galih kuliah. Kesabaran Galih berbuah manis.

Dan dua jempol bagi penulis yang menyisipkan bumbu cinta-cintaan untuk kedua tokoh utama tanpa merusak kesederhanaan tema lainnya. Halus sekali penulis membahas perasaan kertertarikan Ajeng pada Galih, Galih pada Ajeng. Yang akhirnya disuguhkan terang-terangan justru perasaan April pada Agung, namun justru memilukan. Mungkin penulis mempertimbangan hubungan percintaan anak muda umur 16-17 tahunan dengan setting pedesaan tidak bisa dieksplor seperti percintaan ala anak metropolitan atau kota besar lainnya. Terlalu tabu, bahkan sekedar berpelukan.

Tidak ada karya yang sempurna, begitu pun dengan novel ini. Saya masih menemukan beberapa typo yang jumlahnya tidak banyak dan tidak mengganggu proses saya membaca. Kemudian saya juga menemukan keanehan pada sifat Ajeng yang sangat polos berubah menjadi sosok yang cuek dan pengumpat di halaman 98-99.

Aku sendiri sedang tak ingin ambil pusing. (hal.98)
Sial! Aku memimpikan Galih. (hal.99)

Berikut ini beberapa kutipan menarik yang saya tandai selama membaca:

  • “...Dewasa itu di pikiran, Pak....” (hal.12)
  • Begitulah hidup. Selalu ada yang dibandingkan,.. (hal.22)
  • Banyak batasan yang seharusnya bisa dilepaskan. (hal.29)
  • ...setiap perbuatan yang dilakukan selalu dapat timbal balik. (hal.31)
  • “Orang berbuat salah memang terkadang tidak terasa...” (hal.31)
  • Belajar memang perlu sabar. (hal.84)
  • Perpisahan harus tetap terjadi. Layaknya pertemuan yang tak terelakan. (hal.114)
  • Air mata setetes justru lebih tulus dibandingkan dengan yang mengalir deras. (hal.126)

Akhirnya, saya bersyukur dijodohkan dengan novel yang istimewa ini. Banyak hal yang saya dapatkan dari cerita Ajeng dan Galih. Novel ini saya rekomendasikan untuk pembaca yang ingin menikmati bacaan dengan setting pedesaan ditambah cerita dengan nilai kemanusiaan yang benar-benar murni. Saya memberikan rating 4 dari 5 untuk Kasta, Kita, Kata-Kata.

[Resensi] Perempuan Patah Hati Yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi - Eka Kurniawan



Judul buku : Perempuan Patah Hati Yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi
Penulis : Eka Kurniawan
Penyunting : Ika Yuliana Kurniasih
Perancang sampul : @labusiam
Ilustrasi sampul : Ayu Hapsari & @labusiam
Ilustrasi isi : Ayu Hapsari
Pemeriksa aksara : Intan & Nurani
Penata aksara : Archi Tobias Chandra
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Terbit : Maret 2015
Ukuran buku : vi + 170 hlm; 20,5 cm
ISBN : 9786022910725

Saya sebenarnya kurang menyukai buku kumpulan cerita (kumcer). Karena bagi saya cerpen selalu menuntut kepekaan pikiran untuk memahami apa yang ingin disampaikan penulisnya. Sedangkan hal tersebut untuk saya merupakan kesulitan. Pilihan saya memilih buku kumcer Perempuan Patah Hati Yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi ini hanya berdasarkan ingin mencoba dan berusaha menikmati kesulitan tersebut. Seperti memberi variasi lahapan pada kebiasaan saya yang suka membaca.

Ketika harus berbagi pengalaman membaca buku kumcer ini, saya pun bingung harus menguraikannya seperti apa. Sebisa mungkin apa yang saya jelaskan di sini merupakan hasil saya menikmati 15 cerita yang ditawarkan Eka Kurniawan. Kalau pun ada yang tidak sependapat dan berbeda dengan pembaca lainnya, semata karena kemampuan dan kepekaan saya dalam menikmati cerita yang berbeda dengan pembaca yang lain. Saya tidak berusaha mengarang atau merekayasa.

Gerimis yang Sederhana. Bercerita Mei akan bertemu dengan Efendi di restoran. Ia melihat pengemis juga di restoran tersebut. Kemudian setelah bertemu, mereka mengelilingi lingkungan di Amerika sana. Saya membacanya sampai dua kali untuk mengerti isi cerita. Namun entah kenapa saya masih belum paham. Hasil saya menikmati cerita ini justru dua yang saya pahami. Pertama, memberi (sodakoh) pasti akan diganjar harapannya. Kedua, pertemuan pertama selalu membuat gugup dan bisa diatasi dengan guyonan.

 “Ya, ya, doakan perempuan yang akan datang ini memang manis,” gumam Efendi.  (hal.6)
Gincu Ini Merah, Sayang, bercerita mengenai pasangan suami istri yang dipertemukan di bar Beranda. Rohmat Nurjaman adalah pelanggan. Marni si penjual. Mereka jatuh cinta. Cerita ini saya pahami betul. Gincu merupakan kata pertanda latar cerita, dandanan pelacur di bar. Kemudian konflik terjadi karena rasa cemburu, curiga dan yang paling fatal, tidak adanya komunikasi. Seharusnya sebagai pasangan suami istri tidak ada tebak-tebakan, tetapi berkomunikasi dua arah.

“Sebaiknya, kita bercerai saja.” (hal.21)
Perempuan Patah Hati Yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi pas dibaca untuk yang belum bisa move on dari masa lalu. Maya, perempuan yang ditinggal calon suami pas menjelang pernikahan. Apakah dia terluka dan sedih bukan pertanyaan yang benar saat itu. Maya kemudian menjadi perempuan yang rapuh. Dan ia kemudian mendapati mimpi yang berulang. Dia bertemu pria yang menggiring anjing sedang berlarian di pantai Pangandaran. Maya percaya pada mimpi itu dan mengejarnya ke Pangandaran. Pesan cerita yang saya tangkap, percayalah, soal hati, takdir telah merancangnya dengan sempurna. Jika ditinggalkan, akan ada pengganti yang lebih baik.

“Kalian orang-orang tolol yang percaya pada mimpi. Ia pergi ke Jakarta seminggu lalu.” (hal.34)
Penafsir Kebahagian, merupakan cerita yang membuat saya menggelengkan kepala. Siti, pelacur yang disewa dan dibawa ke Amerika untuk digilir oleh Jimmi dan kelima temannya. Jadi Siti bekerja selama enam hari dalam seminggu. Keadaan pelik, ketika Markum, pria setengah baya, dilayani Siti juga. Kondisinya waktu itu sedang hamil. Siti bingung siapa ayah bayi yang dikandungnya. Saya menyukai cerita ini, lebih gampang saya ikuti alurnya. Dan pelajaran yang saya ambil, tidak ada keburukan yang berbuah kebaikan, keburukan akan menimbulkan keburukan lainnya.

“Aku tak tahu apakah harus memanggilnya anak atau cucu,” gumam Markum, masih agak kesal. (hal.45)
Membuat Senang Seekor Gajah. Cerita ini mengingatkan saya pada tebak-teban waktu saya kecil. “Gajah dimasukan kulkas, yang gede apanya?” Dan jawaban tepat untuk tebak-tebakan ini adalah bohongnya yang besar. Nah, ceritanya mengenai gajah yang ingin masuk ke dalam kulkas karena kepanasan dengan dibantu dua anak kecil. Lalu yang saya dapatkan selain lelucon adalah jadilah orang yang lebih sadar diri dalam mengharapkan sesuatu. Jika dipaksakan belum tentu hasilnya seperti yang diharapkan.

“Membuatnya senang kupikir hal yang lebih penting daripada apa pun,” kata si anak lelaki. (hal.50)
Jangan Kencing Di Sini. Idenya tidak bisa saya pahami betul. Ini mengenai Sasha, pemilik toko, yang geram karena pojok parkiran tokonya selalu berbau kencing, padahal sudah dipasang larangan dan himbauan.  Ia pun sempat memata-matai karena ingin tahu siapa pelaku sebenarnya. Namun, justru berujung pada pengalaman menahan kencing yang kemudian membuat dirinya merasa menikmati rasa ‘begituan’. Pesannya, jangan membuat larangan dengan jangan.

Penis lelaki memang merupakan masalah dunia,.. (hal.52)
Tiga Kematian Marsilam. Marsilam jatuh dari lantai 12. Tidak ada saksi yang tahu penyebabnya. Kemudian cerita bergulir menuju tiga tahap kematian. Urutan kematiannya sedikit membingungkan. Penulis menyebutnya kematian kedua, kematian pertama lalu kematian ketiga. Bagi benak saya muncul urutannya kematian ketiga, kematian pertama lalu kematian kedua. Cerpen ini harus saya baca dua kali untuk tahu plotnya. Sebab, perpindahan cerita membuat saya bingung. Namun akhirnya saya tahu apa hubungan Marsilam dan Armantana. Poin mengena yang saya terima, tidak ada orang tua yang akan membiarkan anaknya menderita.

“Barangkali karena kami berbagi kesedihan yang sama.” (hal.75)
Cerita Batu, mengisahkan bagaimana si Batu menyimpan dendam setelah ia diseret pada kasus pembunuhan seorang perempuan yang mayatnya diceburkan ke sungai. Melalui kisahnya, saya memahami jika banyak sekali manusia serakah dan akhirnya melakukan kejahatan. Bisa dibayangkan seandainya benda mati bisa dijadikan saksi kejahatan, tidak ada kejahatanyang tidak terungkap.

Seperti semua batu di dunia, ia pendendam yang tabah. (hal.87)
La Cage aux Folles, merujuk pada kisah perjalanan seorang laki-laki bernama Marto, yang kemudian berubah menjadi Martha. Ini tentang transgender. Saya tidak memahami apa yang ingin disampaikan penulis melalui karakter Martha. Tapi satu hal, Kemala, sebagai teman, hanya bisa melihat apa yang diputuskan teman.

...“tapi antara tubuh lelaki dan perempuan, kau akan tahu, ada jarak yang terlampau jauh untuk kutempuh.” (hal.102)
Setiap Anjing Boleh Berbahagia, haruskah disebut sebagai kisah cinta? Cerita anjing yang membuat seorang perempuan, istri dan ibu, rela meninggalkan suami dan anak-anaknya. Cinta paling konyol saya menyebutnya. Saya hanya bisa mengambil sisi, setiap mimpi boleh diperjuangkan.

“Ronin, kita akan pergi, jauh, aku dan kamu akan bahagia.” (hal.110)
Kapten Bebek Hijau, sejenis fabel atau memang iya ini fabel. Anak bebek berbulu kuning yang berubah menjadi berbulu hijau, karena memakan buah mogita. Sedih, iya. Emak Bebek akhirnya menjuluki anak bebek hijau dengan sebutan Kapten Bebek Hijau. Keras kepalanya si anak bebek untuk kembali memiliki bulu warna kuning, membuatnya harus melakukan petualangan ke atas bukit  demi mendapatkan kunir raja. Pesannya, bersyukurlah. Ini terkait dengan akhir cerita yang fatal.

“... Hanya kamu yang berbulu hijau, sebab kamu istimewa....” (hal.114)
Teka-Teki Silang, permainan yang dibuat Juwita. Namun saat suatu hari  ia menemukan teka-teki silang dan mengisinya, justru membuat Juwita tidak tenang. Apa yang ditulisnya menjadi nyata.  Kembali saya harus meraba pesan yang saya tangkap dari cerita ini dan kesulitan. Akhirnya, jangan sombong.

Ia merasa yakin tak perlu mengeluarkan senjata-senjata rahasianya. (hal.124)
Membakar Api, memaparkan soal kehilangan Lohan. Ia ayah Artika, ia mertua Mirdad, ia besan Rustam Satria Juwono. Ini soal mafia. Nilainya adalah suap adalah kejahatan halus.

..., “Sejak kapan uang suap ada kuitansi?” (hal.143)
Pelajaran Memelihara Burung Beo. Mirah, seorang ibu yang kehilangan ketiga anaknya akibat perceraian. Ia mengganti keberadaan anak-anaknya dengan memelihara burung  beo yang mahir berbahasa indonesia. Saat burung beo tersebut diambil dinas perlindungan hewan, Mirah baru merasakan kalau anaknya tidak bisa digantikan apapun. Tampak sangat jelas apa pesan yang ingin disampaikan penulis.

Jangan pernah menggantikan anakmu dengan burung beo. (hal.155)
Pengantar Tidur Panjang mengisahkan aku yang mengantarkan Bapak tidur selamanya dengan cerita-cerita manis antara aku dan keluarga lainnya. Pesannya, menjadi orang baik tidak rugi, banyak kegunaannya.

Bahkan, pikirku, setelah meninggal  Bapak masih memberiku ongkos bus. (hal. 167)


Kalau membaca apa yang disampaikan penulis di atas, saya mungkin keterlaluan memahami cerita yang dibuatnya. Atau mungkin perkataan Eka hanya berlaku untuk novel saja?

Tapi saya memang berusaha menemukan pelajaran-pelajaran dari apa yang saya baca. Saya yakin kalau semua karya memiliki maksud dan ada yang bisa dipelajari. Uraian pesan cerita di atas pun mungkin jauh dari maksud penulis, namun saya mencoba menggunakan sudut pandang sendiri.

Cerita-cerita yang ada di kumcer ini ditulis dengan sangat apik. Beberapa cerita membuat saya bingung. Yang lainnya bisa saya serap dengan gampang. Ini seni cerpen. Dan bagi saya kumcer seperti spasi saat mengetik. Istirahat. Lalu cerita favorit saya adalah cerita terakhir. Hubungan anak dan bapak dan keluarganya selalu menyentuh selera cerita saya.

Yang membuat saya salut adalah tema cerita yang beragam dan memperkaya saya sebagai pembaca akan rasa cerita. Akhirnya saya memberi rating 4 dari 5. Saya puas membaca kumcer ini dan semoga ke depannya saya bisa membaca kumcer lainnya.

*gambar diambil kamera hape Samsung Galaxy ACE4

Wishful Wednesday: Metropop Fever


Metropop Fever (nggak tau penulisannya sudah bener atau nggak) maksudnya saya memang sedang suka membaca novel terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, khususnya untuk lini Metropop. Kebetulan sekali dengan momen Wishful Wednesday yang digagas www.perpuskecil.wordpress.com saya nggak mau ketinggalan untuk ikut serta.

Sebenarnya saya sudah ingin ikut WW ini dari kapan hari. Hanya sempat merasa ragu karena sebelumnya saya ikutan WW ini menggunakan blog buku saya yang saat ini sudah tidak pernah diperbaharui. Sedangkan saat ini saya hanya mengaktifkan blog personal. Nah, pada artikel ini Whisful Wednesday [183] - WW Anniversary Giveaway!  disebutkan persyaratannya memperbolehkan blog apa pun ikut, saya pun mulai menuliskan WW #1 ini. InsyaAllah ke depannya saya akan berusaha setor postingan Wishful Wednesday ini secara teratur.

Lalu novel apa yang menyita perhatian saya? Cek this out!


Complicated Thing Called Love
by Irene Dyah



Gravity
by Rina Suryakusuma



Kenapa Metropop? Mengingat usia saya yang bukan lagi kategori teenlit, membuat saya merasa sangat nyaman mengikuti cerita dengan konflik yang lebih dewasa. Bukan menganggap teenlit tidak bagus, hanya saja saya merasa banyak belajar dari Metropop sebab isi ceritanya begitu dekat dengan keseharian usia sekarang. 

Setahu saya, membaca juga membantu membentuk karakter dan menambah pemahaman pengalaman terhadap suatu kejadian dari cerita yang dipaparkan. Sehingga Metropop menjadi pilihan pertama setiap kali memutuskan pemilihan bacaan.

Semoga harapan saya terhadap kedua buku di atas segera terwujud. Amin!

Catatan ;
Gambar diambil dari www.gramedia.com - edit sendiri.
Link buku ke www.bukabuku.com

[Resensi] Blues Merbabu - Gitanyali



Blurb & identitas buku
"Om merasa sial sebagai anak PKI?"
"Aku tidak pernah berefleksi merasa sial atau beruntung dengan hidupku. Aku menjalani apa yang bisa kujalani."
...
"Om komunis mall atau kapitalis?"
"Tak ada bedanya. Di bawah kapitalisme, orang mengeksploitasi orang. Komunisme, tinggal dibalik saja..."

Sebagai anak PKI, Gitanyali dipaksa menerima kehidupannya tidak lagi sama sejak akhir 1965. Ia masih SD di kota kecil di kaki Gunung Merbabu ketika menyaksikan sang ayah diambil aparat, dan tak pernah ketahuan lagi rimbanya. Ibu dan sanak saudaranya menyusul ditahan tanpa tahu kapan akan dibebaskan karena dianggap terlibat peristiwa G30S.

Diasuh oleh sang paman di Jakarta, dunia Gitanyali terbuka lebar. Ia menempa diri untuk tidak kalah pada nasib. Ia menikmati kehidupan sebagai anak kebanyakan yang penuh godaan, termasuk dalam kehidupan seksual, tanpa terbawa arus. Ia memilih bertahan tanpa harus "melawan'.

Judul buku : Blues Merbabu
Penulis : Gitanyali
Perancang sampul : Gianni Messah Tjahjadi
Penataletak : Wendie Artswenda
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Terbit : Februari 2011
Ukuran buku : vi + 186 hlm; 13,5 x 20 cm
ISBN : 9789799103154

Review
Novel Blues Merbabu merupakan novel yang ceritanya selalu membuat saya tersenyum. Blues Merbabu seperti nostalgia pada masa lalu. Ya, plotnya memang mundur. Mengikuti Blues Merbabu mengingatkan saya pada salah satu judul drama korea yang sedang saya tonton, Reply 1988, yang dibintangi Hyeri, Go Kyung Pyo, Park Bo Guem, Ryu Joon Yul, Lee Dong Hwi. Persamaannya berada pada konsep cerita. Di Blues Merbabu, dikisahkan pria bernama Gitanyali sedang diwawancari oleh jurnalis bernama Nita. Sedangkan di drama korea Refly 1988, pasangan Sung Duk Sun dan Taek sedang diwawancari oleh sebuah stasiun TV.

"Yang kami dengar orangtua Om PKI. Kami juga ingin menulis bagaimana kehidupan anak-anak PKI." - Nita

Maka meluncurlah kisah Gitanyali mulai dari masa kanak-kanak hingga ia menjadi pria dewasa. Namun kalau pengertian dewasa ini merujuk ke urusan biologis, saya kurang setuju soal penentuan kedewasaanya, sebab Gitanyali ini sudah dewasa sebelum waktunya.

Saya membagi menjadi bagian-bagian kecil seluruh cerita Blues Merbabu agar memudahkan memberikan gambaran ada apa saja di dalamnya. Kehidupan keluarga PKI. Gitanyali adalah anak bungsu dari bapak yang tulen PKI. Rumahnya bahkan menjadi markas untuk rapat. Namun sejak kecil, Gitanyali tidak peduli dengan urusan partai. Yang ia tahu hanya menikmati masa kanak-kanaknya. Ia pun mengalami kehilangan ayah yang pada suatu hari digiring tentara hingga hilang kabar entah dimana. Kemudian ibunya pun ikut dipenjara. Mengenang kejadian itu, membuat Gitanyali memisahkan ingatan PKI dari jatidirinya.

Percintaan dan seks. Gitanyali ini sejak kecil sudah mempunyai kebiasaan mengintip tetangga perempuan mandi. Bayangan tubuh mereka menjadi imajinasi menjelang tidur hingga membangunkan burungnya. Lucunya, gara-gara kebiasaan mengintip ini, Gitanyali harus disunat pada saat dirinya baru kelas 4 SD. Pada saat itu, umumnya anak laki-laki akan disunat menjelang kelulusan SD. Bagi pria, ejakulasi pertama kali menjadi sejarah yang akan diingatnya, seharusnya. Gitanyali melalui proses 'itu' kala rumahnya kedatangan gadis sekaligus guru taman kanak-kanak, Mbak Kadarini. Dan sepanjang novel ini, akan diceritakan kisah Gitanyali yang menyetubuhi banyak tubuh perempuan. Saya kira dia ini tipe pria hypersex.

Perjalanan cintanya bertautan dengan perkenalannya dengan banyak perempuan. Ia sempat merasakan cinta ketika bertemu "malaikat kecil" bernama Li Hwa. Namun entah siapa cinta sejatinya, sebab Gitanyali lebih menikmati sisi petualangan. Gitanyali suka berkenalan dengan banyak perempuan namun selalu saja mengkrucut pada sesi 'bercinta'.

...ketika kanak-kanak aku tidur dengan perempuan berusia sekitar 30 tahun. Aku jatuh cinta padanya. Ketika usia belasan, aku bercinta dengan perempuan usia 30 tahun. ketika umur 20-an aku bercinta dengan perempuan usia 30 tahun. ketika umur 30-an aku bercinta dengan perempuan usia 30-an. Ketika umur 40-an lagi-lagi aku bercinta dengan perempuan 30 tahun.

Keahlian dan mimpi. Gitanyali terbilang anak yang cerdas. Ini mungkin efek didikan ayahnya yang berorientasi  pada pendidikan. Ketika usia kanak-kanak, bakat Gitanyali sudah terlihat dari bagaimana ia membuat kalimat-kalimat puitis. Dia juga senang bermain dengan kalimat-kalimat manis ketika mengirimkan kartu pesan ke radio. Beberapa kali pula karya tulisnya terpampang di majalah. Gitanyali sudah mempunyai bakat jurnalis sejak kanak-kanak. Bersamaan proses kedewasaanya, bakat itu semakin terasah.

Keunggulan novel ini, setting pada jaman tersebut bukan tempelan semata. Ada banyak aksesoris-aksesoris kenangan pada tahun itu yang membuat cerita menjadi lebih nyata. Contohnya penyebutan seniman yang terkenal pada masa itu, penyebutan judul film yang tayang di bioskop Rex pada masa itu, dan narasi visualisasi setting daerah yang memang sangat terasa kejadulannya.

Dan akhirnya, novel ini sangat direkomendasi bagi pembaca yang menyukai cerita dengan setting jadul dan dibumbui sejarah negeri. Blues Merbabu bukan hanya bercerita soal politik, sejarah, seks, tetapi lebih luas, tentang kemanusiaan sebagai seorang manusia.

Rating yang saya beri untuk Blues Merbabu adalah 4,5 dari 5.

Catatan

  • ... nyaris mutlak bahwa orang cantik selalu bernasib baik-setidaknya lebih baik dibanding yang kurang cantik.-hal.13
  • Pengarang suka meniduri perempuan dalam tulisannya memang. -hal.26
  • Dua unsur utama dunia di mataku adalah hidrogen dan kebodohan. -hal.58
  • Sesuatu yang ingin didengar sendiri, cenderung diceritakan berulang-ulang oleh si pencerita. -hal.96
  • Orang menjadi tua karena berhenti bermimpi. -hal.167
  • Menyatakan cinta itu modern, mengajak menikah itu kuno. -hal.169

[Resensi] 86 - Okky Madasari



Judul buku : 86
Penulis : Okky Madasari
Ilustrasi & desain sampul : Restu Ratnaningtyas
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit : April 2014 (cetakan kedua)
Tebal buku : 256 hlm
ISBN : 9789792267693



Blurb.
Apa yang dibanggakan dari pegawai rendahan di pengadilan? Gaji bulanan, baju seragam, atau uang pensiunan?

Arimbi, juru ketik di pengadilan negeri, menjadi sumber kebanggaan bagi orangtua dan orang-orang di desanya. Generasi dari keluarga petani yang bisa menjadi pegawai negeri. Bekerja memakai seragam tiap hari, setiap bulan mendapat gaji, dan mendapat uang pensiun saat tua nanti.

Arimbi juga menjadi tumpuan harapan, tempat banyak orang menitipkan pesan dan keinginan. Bagi mereka, tak ada yang tak bisa dilakukan oleh pegawai pengadilan.

Dari pegawai lugu yang tak banyak tahu, Arimbi ikut menjadi bagian orang-orang yang tak lagi punya malu. Tak ada yang tak benar kalau sudah dilakukan banyak orang. Tak ada lagi yang harus ditakutkan kalau semua orang sudah menganggap sebagai kewajaran.

Pokoknya, 86!

Ide cerita.
Sebelum membahas soal isi novelnya, saya mau cerita bagaimana saya bisa mendapatkan novel bagus ini. Saya diberi tahu oleh rekan kantor kalau di Grage Mall Cirebon sedang ada obral buku di atriumnya. Balik kerja saya langsung berburu. Dan hasilnya saya memperoleh 3 judul novel dengan harga 40rb saja. Salah satunya novel 86 ini.

Kalau membaca blurb-nya, saya memang tidak paham konflik apa yang mendominasi cerita. Dari judulnya saja saya sudah bingung, 86 tuh nunjuk ke apaan. Yang saya tahu hanya 69 (mesum, hehe). Namun begitu mulai membaca saya mulai paham cerita merujuk pada fenomena negeri yang bukan lagi rahasia, korupsi. Melalui tokoh Arimbi, pembaca akan ditunjukkan jika korupsi ini bukan untuk para pejabat saja dan bukan untuk nominal puluhan juta atau sampai milyaran saja. Lebih luas dan halus bagaimana praktik korupsi ini berlangsung di kehidupan sehari-hari. Contohnya, pada jaman itu penumpang kereta bisa naik kereta tanpa tiket asal bayar ke petugas pemeriksa tiket. Lucunya lagi, saat Arimbi hendak menikah, persyaratan surat nikahnya pun bisa dipermudah asal ada pelicin. Ada juga praktik pungutan liar bagi pembesuk tahanan di penjara. Penulis sangat blak-blakan memberi gambaran korupsi kecil yang berlangsung di kehidupan sehari-hari. Miris.

Apa yang dipaparkan penulis memang kasus nyata. Sehingga, itulah kekuatan utama novel ini. Pembaca akan langsung hanyut sebab ceritanya memang mengena dan mudah diiyakan. Garis lurusnya, Arimbi malang melintang dengan kebodohannya yang ikut-ikutan dengan fenomena yang seharusnya ia hindari. Rakus, saya kira tidak keliru untuk menyebut sosok Arimbi. Meski sudah dibui pun, Arimbi masih menikmati praktik 86 ini. Agar lebih jelasnya bagaimana Arimbi berlari dengan kejamnya Jakarta dan dunianya, sok langsung saja berburu novelnya di toko buku terdekat.

POV. Plot. Gaya bercerita. Karakter.
Novel ini memakai POV orang ketiga. Sudah pasti pilihan aman ketika penulis ingin menjelaskan cerita dari berbagai sudut. Sebab saya menangkap apa yang dipaparkan penulis bukan melulu yang bersinggungan dengan si tokoh utama. Contohnya, kasus suap untuk menjadi pamong desa, penulis menjelaskan melalui percakapan antara Arimbi dan teman SMP-nya. Untuk plot secara umum menggunakan plot maju. Jika ada kilas balik pun sebatas narasi.  Ini memberi ruang perkembangan cerita tidak diganggu dengan kilas balik tersebut. Dan bagaimana penulis bercerita, sudah sangat baik dan saya melihatnya "beginilah ciri terbitan Gramedia". Baku dan menghanyutkan.

Arimbi. Polos, hanya karena lingkungan ia berubah menjadi rakus. Ananta. Baik, pendukung yang handal dan pekerja keras. Bu Danti. Khas ibu-ibu sosialita yang korupsi. Ada banyak karakter yang muncul namun semuanya kebanyakan hanya pendukung bagian cerita saja. Sebab penulis membagi cerita korupsi menjadi bagian-bagian kecil sesuai kasusnya. Bagian-bagian itu kemudian dihubungkan melalui keterlibatan Arimbi. Sehingga beberapa tokoh memang akan menghilang ketika kasus berpindah ke bagian yang lain.

Adegan favorit.
Pada halaman 243-245 digambarkan anak Arimbi bertingkah tidak biasa. Si anak terus menangis. Sampai akhirnya Arimbi mendapatkan kabar kalau ibunya meninggal, si anak mulai tenang, dan Arimbi yang menangis.

Petik-petik.
Sangat lugas pesan novel ini; "Korupsi itu perbuatan buruk dan akibatnya buruk juga".

Cuplikan.
Terlalu banyak sehingga saya lupa menandai karena asyik mengikuti cerita.

Final. Rating.
Siapa saja harus baca buku ini karena bermuatan bagus. Akhirnya, saya memberikan rating 4,5 dari 5.

Jawab ya!
Apa pendapat kalian tentang praktik korupsi?

[Resensi] Writer Vs Editor - Ria N. Badaria

Judul buku : Writer Vs Editor
Penulis : Ria N. Badaria
Cover : Marcel A. W.
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: November 2015 (cetakan kedua)
Tebal buku : 312 hlm
ISBN : 9786020322971

Blurb.
Hidup terkadang tidak sesuai dengan apa yang direncanakan... Kalimat yang tepat untuk menggambarkan kehidupan Nuna R. Mirja, bekerja sebagai pegawai swalayan padahal bercita-cita menjadi penulis. Nuna menyebutnya sebagai "pelencengan rencana hidup".

Berkali-kali menerima penolakan dari berbagai penerbit atas naskahnya sudah cukup menjadi alasan Nuna untuk melupakan cita-citanya. Hingga ia menerima surat dari salah satu penerbit yang menyatakan naskahnya layak untuk diterbitkan. Sepucuk surat yang membuat Nuna berpikir hidupnya akan mulai berjalan sesuai rencana.

Sayangnya dia salah. Ini justru awal dari berbagai pelencengan rencana hidup lainnya. Mulai dari mendapat editor yang sangat menyebalkan untuk naskahnya. Bertemu kembali dengan cinta pertamanya, sosok sempurna yang selalu membuatnya patah hati, setiap kali ia menyadari perasaannya takkan pernah tersampaikan. Hingga kehilangan orang yang begitu penting dalam hidupnya, yang mengharuskannya berusaha lebih keras di antara dilema cinta yang datang tak terduga.

Ide cerita.
Pada awalnya, saya sudah berekspektasi tinggi untuk novel ini karena judulnya; Writer Vs Editor. Saya selalu berharap akan ada pemaparan kegiatan melahirkan novel; penentuan ide/tema novel, proses penulisannya hingga tahap editing dan terbitlah novel. Harapan tetap harapan, Nuna sang tokoh utama langsung diceritakan mengalami berkah besar karena naskahnya akhirnya diterima dan sedang masuk proses editing bersama editor bernama Rengga. Mengenai isi novelnya penulis tidak menceritakannya meskipun hanya secuil. Sangat disayangkan sekali bukan, padahal setting pekerjaan yang digunakan penulis berhubungan langsung dengan karya berupa novel.

Konflik yang terbangun sudah dibisa ditebak akan berputar dimana. Karena hal ini, tantangan penulis adalah bagaimana pembaca bisa hanyut dengan kejutan-kejutan yang tidak bisa diduga pembaca. Sedikit saya ceritakan, naskah Nuna akhirnya diterima GlobalBook (penerbit) dan editor yang menanganinya bernama Rengga. Proses editing susah dijalankan karena Nuna susah sekali dihubungi. Alasannya, Nuna tidak mempunyai hape. Letupan pertama konflik dibangun penulis melalui Rengga yang mengerjai Nuna untuk ketemu dan mentraktir makan dengan makanan mahal. Sejak itulah citra Rengga di mata Nuna sangat buruk

Pertengahan cerita, penulis menghadirkan pria dewasa. Selain atasan barunya Rengga, pria ini; Arfat, seorang kenalan dekat Nuna yang bagi Nuna sudah dianggap kakak. Siapa sangka pertemuan Nuna dengan Arfat melahirkan rasa sayang dihati Nuna. Maka terjadilah cinta segitiga antara Nuna, Rengga dan Arfat. Mengenai siapa yang akan dipilih Nuna, silakan baca sendiri keseruannya.

POV. Plot. Karakter. Opini.
Writer Vs Editor menggunakan sudut pandang orang ketiga. Pemilihan yang pas mengingat alur maju yang digunakan sangat mengalami perkembangan yang panjang. Hasilnya, saya butuh beberapa hari untuk bisa menyelesaikan novel ini. Padahal, untuk novel yang lain tidak selama itu. Kenapa saya bilang panjang perkembangannya karena mengolah interaksi Nuna dan Rengga tidak pas jika dipaksa dipersingkat karena efeknya chemistry keduanya akan terpenggal. Penulis mengambil resiko dengan membiarkan dua karakter itu mengalir adanya.

Nuna, di mata saya terkesan kampungan, polos dan saya tidak menangkap karater favorit pada diri Nuna sebagai tokoh sentral. Hanya gadis biasa aja yang beruntung dijatuhi cinta oleh dua pria bibit unggul (istilah Nuna dan temannya). Rengga, pria yang paling menonjol sifat pemikir dalam arti seneng banget menimbang banyak hal, hasilnya langkahnya selalu ketinggalan oleh yang lain (berlaku untuk urusan asmara). Ditambah saat masih menjadi pacar Marsya, Rengga ini kayak yang cinta mati. Meski diporotin banyak rupiah, hatinya masih memaklumi tabiat buruk pacarnya itu. Pria lainnya; Arfat, lebih terkesan sangat baik, mungkin terlalu baik sehingga citranya di mata saya, pria ini tidak ada celanya. Dia bisa sangat perhatian, sangat pengertian, sangat romantis, wajar saja jika Nuna tergila-gila dengan sosoknya. Arfat masuk kategori calon suami unggul. Dan di luar ketiga tokoh utama, saya sempat menyoroti karakter Radit. Orangnya ramai, pengubah mood, dan lucu. Dia statusnya sudah menikah. Kalau saya berandai-andai (semoga postingan ini dibaca penulisnya), saya berharap besar sosok Radit bisa dituliskan dalam satu judul novel. Kisahnya soal rumah tangganya. Cerita yang unik bukan, jika memaparkan keseharian dan konflik dari orang yang unik pula? Semoga-semoga.

Keseluruhan, saya menyukai novel ini dari segi cerita. Kalau gaya menulisnya, hemm, karena ini pertama kali diterbitkan tahun 2011, saya sudah sadar pemilihan kata dalam kalimatnya bagi saya sedikit kaku. Imbasnya, saya harus ekstra sabar menamatkan hingga halaman terakhir.

Adegan favorit.
Pertama, muncul di halaman 136. Pasca Rengga mabuk dan diantar Nuna ke rumahnya kemudian terjadi kecelakaan ciuman, Rengga kembali menemui Nuna untuk mengambil dompetnya. Dompet tersebut ada di kosannya Nuna sehingga Rengga pun mengantarkan Nuna pulang. Yang menarik, penulis mendeskripsikan adegan kecanggungan Nuna dan Rengga di dalam mobil, dengan sangat terasa. Pokoknya bikin geli sendiri pas saya baca bagian itu.

Kedua, ada di halaman 238 sampai 241. Nuna memutuskan menghindari Rengga demi menjaga perasaannya  kepada Arfat. Dan setelah Nuna menghadiri acara promo novelnya, ia terjebak hujan. Rengga yang sedang ada di mall yang sama menawarkan diri mengantar pulang. Nuna bersikeras menolak tawaran Rengga. Kemudian adegan ala sinetron terjadi. Namun bagi saya adegan itu sangat manis. Nuna hampir tertabrak mobil boks. Rengga menyelamatkannya hingga membuat tangannya terluka berdarah.

"Bukan seperti ini caranya menghindari saya," Rengga kembali berkata keras pada Nuna, "Dengan seperti ini, kamu malah membuat saya tidak bisa lepas dari kamu, membuat saya tidak bisa tidak memperhatikan kamu. Dan itu buruk untuk saya. Untuk saya yang mencintai kamu..." Writer Vs Editor, 240.

Petik-petik.
Pertama, kejarlah impian yang menjadi panggilan hati. Jika takdir harus membuat kita berputar-putar lebih dulu, jangan sampai padam semangat itu. Kita tidak pernah tahu besok dan lusa ada keajaiban apa.

Kedua, biasakan untuk mendengarkan kata hati ketika dihadapkan pada pilihan. Biasanya, kata hati selalu menunjukkan pada hal yang seharusnya. Dan cobalah barengi dengan  ketegasan dalam memilih. Sebab pilihan yang sudah dipilih, biasanya tidak akan datang kedua kali.

Petikan.
"Cinta tidak ada artinya, kalau untuk mendapatkannya kita menyakiti orang yang kita sayangi..." Writer Vs Editor, 292.

Final. Rating.
Novel ini bisa membuat pembaca baper. Namun percayalah, baper-nya tidak lama sebab dijelaskan solusinya. Karena tingkat baper-nya menyentuh hati, saya memberi rating 3.5 dari 5.

Lain-lain.
Beberapa kali saya mendapati dua kata yang sampai saya menamatkan novel ini, masih belum tahu maknanya; dead air. Entahlah...

Jawab ya!
Pernah punya pasangan yang suka morotin? Atau jangan-jangan kamu yang suka morotin, hehehe.


gambar diambil kamera Samsung Galaxy ACE4.*

[Resensi] Stuck In Love - Stephanie Zen

Judul buku : Stuck In Love
Penulis : Stephanie Zen
Desain sampul : Orkha Creative
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 2015
Tebal buku : 312 hlm
ISBN : 9786020323503


Blurb.
Enzo
Aku senang melihatnya tertawa, atau merengut kesal ketika kugoda. Aku senang mendengarnya bercerita. She's the best friend ever!

Alleira
Aku senang menghabiskan waktu bersamanya. Akan selalu kuingat setiap detik jika dia ada.

Ben
Bagiku yang terpenting Alleira bahagia. Selama dia bahagia, aku akan baik-baik saja.

***

Terancam kehilangan pekerjaan telah membawa Alleira Barata bertemu Benjamin Chua. Alleira tidak pernah tahu, bahwa saat pekerjaan di kantor barunya dimulai, babak baru dalam kehidupannya juga dimulai.

Terjepit di antara cinta-yang kemungkinan besar bertepuk sebelah tangan-pada sahabatnya sendiri dan perhatian-perhatian kecil yang perlahan ditawarkan Ben, membuat hidup Alleira sungguh kompleks.

Alleira jarang memikirkan manakah hal-hal dalam hidupnya yang sungguh berarti, sampai suatu ketika ia dihadapkan pada keputusan besar yang harus diambil: memilih untuk mencintai, atau dicintai.

Ide cerita.
Sebelumnya saya bersyukur bisa membaca novel ini. Saya merasa tidak salah memilih ketika memutuskan membelinya. Alasan saya karena cerita Stuck In Love sungguh menyentuh hati.

Stuck In Love bercerita tentang gadis bernama Alleira yang dipaksa mengundurkan diri dari perusahaan The Accountants karena kinerjanya yang buruk. Accounting bukan bidangnya. Kemudian dia mendapatkan pekerjaan baru di We Connect. Perusahaan ini sebenarnya pernah menerima Alleira. Namun pada saat itu ia lebih dulu di terima oleh The Accountants.

Asmara Alleira terbilang unik. Sebab ia menyukai pemuda bernama Enzo namun tidak pernah diungkapkan. Enzo ini tadinya hanya teman di gereja, namun kebersamaan mereka membuat Alleira diam-diam menyukainya. Rumitnya hubungan mereka karena keduanya berada di kondisi friendzone. Baik Alleira dan Enzo, sama-sama tidak bisa keluar dari zona itu sebab mereka tahu akan beresiko pada hubungan kedekatan yang sudah terjalin. Keduanya hanya mengandalkan dugaan yang tidak berdasar.

Balik lagi ke Alleira, di perusahaan barunya, ia bertemu dengan bos yang baiknya minta ampun. Beberapa kali si bos "Benjamian Chua" menolong Alleira meskipun untuk hal sepele.

Alleira pusing ketika tahu kalau Ben juga menyukainya. Kira-kira siapa yang dipilih? Sok, beli dan baca novelnya. Jaminan seru!!

Saya suka sekali ceritanya. Bukan cerita cinta yang dibuat-buat. Sering banget saya dibuat kesal oleh Alleira yang sudah dibutakan cinta. Sampai-sampai logikanya lebih sering kalah oleh perasaannya. Dan yang menjadi sorotan utama saya, karena novel ini menghadirkan karakter-karakter yang dewasa baik dari segi pikiran maupun tindakan. Saya memang lebih menyukai membaca novel yang demikian.

Plot. POV. Karakter. Gaya menulis.
Stuck In Love mengusung plot maju. Beberapa part memang menyinggung masa lalu. Namun penulis menggunakan teknik dialog. Atau pun melalui bagian tersendiri, cerita dibuat singkat dengan maksud menegaskan kejadian aslinya supaya pembaca tidak kehilangan susunan puzzle. Contohnya di halaman 244 - 255. Kejadiannya, Ben menceritakan tentang mamanya dan bergulir menceritakan awal mula ia menyukai Alleira.

Sedangan POV saya tangkap, keseluruhan penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga. Ini bergiliran antara di pihak Alleira, Ben, Enzo dan sempat juga muncul di pihak Ethan. Yang paling dominan tentu saja di pihak Alleira. Makanya pembaca akan memahami menjadi sosok Alleira yang digantung perasaannya oleh Enzo dan dibuat bingung oleh Ben dengan perhatiannya yang super melelehkan hati.

Gaya menulis penulis sangat baik. Seingat saya selama membaca tidak ditemukan typo. Diksi yang dipakai khas sekali dengan ciri penerbitnya. Gramedia memang selalu menggunakan diksi yang padat dan tepat. Sehingga bagi saya tidak diperlukan pikiran berat untuk memahami perkalimatnya.

Ada yang saya keluhkan soal gaya bercerita. Mungkin karena setting tempat cerita di Singapura, sepanjang cerita akan ditemukan kalimat dengan bahasa inggris. Buat saya melelahkan karena saya kurang bisa menerjemahkannya. Ini murni masalah saya kok. I hate English.

Berbicara karakter, saya hanya akan membahas karakter utamanya saja. Ada Alleira, gadis cerdas di kerjaan, hatinya gampang luluh dengan perhatian kecil, kalau sudah suka atau cinta, susah berpaling. Alleira susah menghilangkan perasaannya kepada Enzo.

"Aku sudah mencintai Enzo bertahun-tahun... Meskipun saat ini aku marah padanya, aku... masih mengharapkan dia kembali." -Stuck In Love, 254.

Enzo Chandra, pemuda yang lebih muda 2 tahun dari Alleira. Masih kuliah. Saya menangkapnya dia masih labil. Masih berorientasi pada egonya sendiri. Sehingga jika disandingkan dengan Alleira, cara Enzo bertingkah tidak pernah sejalan dengan keinginan yang dibayangkan Alleira.

Benjamin Chua, bos Alleira. Usia 31-an. Sangat dewasa dan perhatian. Berkebalikan dengan Enzo, Ben selalu bisa menolong Alleira tanpa harus diminta. Namun bagi Alleira, Ben tetap bosnya dan buat dia susah menganggapnya lebih meski beberapa kali Alleira sempat merasa terkesan dengan apa-apa yang dilakukan Ben.

Bagian favorit.
Bab "Valentine's Day" merupakan part paling saya favoritkan. Di bab ini Alleira akhirnya memahami siapa sosok yang ia prioritaskan.

..., "semua hal menjadi tak penting. Satu-satunya yang penting adalah kamu." -Stuck In Love, 294.
Petik-petik.
Dalam percintaan, yang paling penting diingat adalah berjuang bersama-sama. Jika hanya salah satu yang berjuang, berarti bukan pasangan yang tepat. Ingat hal tersebut, sebab kadang cinta menutupi fakta itu.

Cuplikan.
"Karena hari-hari ke depan, sampai seterusnya, aku sudah punya janji makan malam dengan orang lain. Tapi orang itu harus sehat dulu, karena aku tidak suka makan malam di rumah sakit." -Stuck In Love, 295.
Final. Rating.
Untuk yang menyenangi cerita romantis dengan karakter yang enggak menye-menye, buku ini sangat rekomendasi. Akhirnya, rating yang saya beri untuk Stuck In Love adalah 4 dari 5.

Penulis.
Was born and grew up in Surabaya, currently stays in Singapore. Spells "Love" with "T-I-M-E". Always a badminton freak at heart and forever proud to be Indonesian. Love faling asleep to the sound of the rain. Wishes to be a full-time author and travel the world, but she hates flying.

http://facebook.com./stephaniezenbooks
hhtp://twitter.com/stephaniezen
http://smoothzensations.wordpress.com

Jawab ya!!!
Kalian lebih suka dicintai apa mencintai?

*Penulisnya dengan besar hati mau membaca review ini dan ada revisi. Terima kasih Mbak.. Ditunggu novel lainnya ya..

[Resensi] Peek A Boo, Love - Sofi Meloni



Judul buku : Peek A Boo, Love
Penulis : Sofi Meloni
Editor : Irna Permanasari
Desain sampul : Marcel A. W.
Layout : Ayu Lestari
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 2015
Tebal buku : 248 hlm
ISBN : 9786020324081


Blurb.
Hey, Cinta. Apakah kamu di sana? Oh, tidak? Mungkin di sini? Tidak juga ternyata. Sebenarnya kamu di mana?

Memulai kehidupan profesional tidak semudah yang kubayangkan saat aku memutuskan pindah ke Jakarta. Macet dan polusi di mana-mana, Transjakarta yang sesak, serta kopi pahit yang disodorkan rekan kerjaku setiap pagi. Belum lagi atasanku, Pak Daniel, yang kelewat misterius.

Semuanya semakin rumit saat masalah datang dan mempertemukanku kembali dengan Evan, pria yang mengajakku berkenalan di halte Transjakarta. Kejautan lainnya adalah Sam, teman chatting-ku, yang ternyata juga berada di kota yang sama denganku dan mengajak ketemuan! Entah berapa banyak lagi kejutan yang menantiku di kota metropolitan ini.

Hey, Cinta. Apa aku akhirnya akan menemukanmu di sini?

-Lulu-

Ide cerita.
Novel Peek A Boo, Love ini dilabeli Amore oleh penerbitnya. Setau saya Amore ini bercerita tentang kisah dengan karakter dewasa yang dibalut kisah romantis. Dan benar saja, Lulu si tokoh utama memang berlatar belakang dunia kerja. Tau sendiri dunia kerja berarti pelakunya bukan remaja lagi.

Di awal buku hingga pertengahan buku saya merasa gemes dengan karakter Lulu. Pasalnya, Lulu ini bisa dibilang seorang tipe introvert/tertutup. Di awali pertemuannya dengan Evan di halte Transjakarta, Lulu berangsur-angsur mulai membuka diri pada pergaulan dengan orang sekitar. Saya kira Evan memang sosok yang asyik bergaul dan dia memang berhasil menarik Lulu dari sifat introvert-nya. Memang tidak berubah secara langsung namun saya melihatnya ada kemajuan.

Cara Evan yang memberi perhatian tidak biasa kepada Lulu membuat Lulu memandang perhatian tersebut sebagai tindakan yang spesial. Lama-lama Lulu merasakan perasaan cinta yang mulai tumbuh. Hanya saja karena sifat introvertnya, Lulu memendam perasaannya jauh di lubuk hati. Tidak pernah tersampaikan. Dan keberadaan Cindy yang merupakan rekan kerja Lulu, seakan-akan menjadi sandungan kelancaran hubungannya dengan Evan. Sampai akhirnya peristiwa di toilet menghancurleburkan semua perasaan cintanya pada Evan. Lulu sempat patah hati. Dan yang bisa ia lakukan hanya sedikit curhat pada teman chatting-nya, Sam.

Poin gemesnya ada pada ketidakberanian Lulu untuk menyatakan perasaan pada Evan melalui kode-kode. Berbeda sekali dengan Cindy yang sangat agresif menunjukkan perasaannya. Saya sampai tidak habis pikir Lulu kok mau-maunya diombang-ambing sama ketidakpastian.

Nasib mulai bermain-main dengan manisnya mengaduk takdir antara Lulu dan Sam. Ahh, momen menyenangkan mulai mengisi hari-hari Lulu. Lalu apa konfliknya selesai? Tidak juga. Sebab percikan api masih mewarnai hubungan Lulu, Evan, Sam dan Cindy. Siapa sih Sam itu? Silakan baca bukunya dan temukankejutan yang penulis hadirkan. Saya jamin pembaca akan ikut gemes, senyum-senyum sendiri sampai dongkol setangah mati.

Plot. POV. Karakter. Gaya menulis.
Penulis mengusung plot maju mengikuti keseruan cerita cinta yang hadir di hati Lulu. Dengan POV orang pertama di pihak Lulu, pembaca akan merasakan betul apa yang dirasakan Lulu soal ketidakpastian dan harapan-harapan semu yang dibawa Evan. Kadang saya juga merasa kesal dengan Evan yang benar-benar tipe pengumbar sikap gentle tanpa mau menegaskan apa maksud aslinya. Jelas saja Lulu meradang ketika tahu maksud Evan yang sebenarnya.

Nah ini yang paling seru buat saya ketika menulis resensi ini. Saya mau melucuti karakter-karakter yang muncul di Peek A Boo, Love.

Lulu. Perempuan yang tipe intovert. Soalnya digambarkan kalau Lulu ini akan berreaksi diam saja terhadap lingkungan, sekalipun membuatnya tidak nyaman. Contohnya ada di halaman 8-9 ketika Evan mengajak jabat tangan, Lulu yang tidak nyaman mengambil aman dengan menyambutnya meski jelas-jelas ia tidak nyaman.

Sekalipun tidak nyaman dengan konsep bersentuhan dengan orang asing, aku menyerah dan menyambut uluran tangan itu. -Peek A Boo, Love, 9.

Kasus lainnya ada di halaman 11.

Namun, untuk menghargai niat baiknya, aku hanya diam dan mencoba menikmati rasa panas dan pahit yang harus kutahan setiap kali menyesap minuman dalam gelas kertas itu. -Peek A Boo, Love, 11.

Karakter Lulu ini berkembang pesat ketika ia harus bergulat dengan percintaan yang memang terbilang rumit. Kadang romantis, kadang manis, kadang tegas. Asyiklah karakter Lulu ini, mengundang simpati dan kesalutan.

Evan. Pria yang menarik dengan senyum yang lebar dan tingkah spontan yang manis. Namun dia ini kurang peka terhadap perasaan orang sekitar. Buktinya perasaan Lulu luput dia sadari.

"Sampai kapan pun cuma aku yang boleh pinjam payung kamu." -Peek A Boo, Love, 31.
Kalimat di atas terucap pas malam hujan Lulu sempat meminjam payung yang tadinya untuk Evan, untuk mengantar Pak Daniel ke mobilnya di parkiran. Manis bukan kalimat Evan barusan.

Saat hendak meraih tas jinjingku yang tersampir di salah satu pundaknya, Evan menepis tanganku dengan gerakan pundaknya. -Peek A Boo, Love, 55.
Demikian juga dengan penggalan di atas. Evan sangat mengerti melambungkan perasaan perempuan dengan melakukan perhatian-perhatian sederhana. Sayangnya, Evan tidak memikirkan efek perbuatannya.

Daniel. Karakter ini sangat tegas soal kerjaan secara beliau ini atasan Lulu.

"Lalu kenapa bukan kamu sendiri yang menyerahkannya?..." -Peek A Boo, Love, 14-15.

Kalimat di atas meluncur pas Pak Daniel marah-marah karena laporan yang dibuat Lulu ada kesalahan akibat miskomunikasi dengan Cindy. Ditambah laporan tersebut diantarkan ke Pak Daniel oleh Cindy, bukan Lulu sendiri.

Cindy. Perempuan cantik dengan rupa yang menawan. Namun dibalik anugerah itu, ia bersifat sangat kekanak-kanakkan dan kadang sinis. Antagonis banget karakternya.

"Selalu pura-pura yang yang tertindas atau tersingkir. Well, it's your choice. Kalau memang kamu nggak cocok dengan lingkungan pertemanan Evan, setidaknya jangan bebanin dia dengan rasa nggak enak sama kamu." -Peek A Boo, Love, 127-128.

Sam. Ini karakter yang ga boleh saya bocorkan. Pokoknya manis banget. Hehehe.

Gaya menulis pada novel ini sangat enak dinikmati. Tidak bertele-tele dan tidak kelewat sederhana. Diksinya kena sasaran. Pembaca tidak akan merasa bosan dengan gaya penulis bercerita.

Bagian favorit.
"Bukan salahmu. Aku hanya harus mendahulukan perasaanku." -Peek A Boo, Love, 208.

Ini adegan sinetron banget tapi buat saya sangat berkesan. Lulu harus memilih di antara dua pria. Dan akhirnya harus meninggalkan salah satunya. Siapa yang ditinggalkan dan dipilih Lulu? Cek aja di halaman 206 - 211. Saya yakin adegannya akan menyentuh siapa pun yang baca.

Petik-petik.
Peek A Boo, Love mengingatkan kita untuk memilih pasangan yang tepat sesuai hati. Maka pilihan yang dipilih harus benar-benar jujur. Dan jika kita punya hal yang ingin disampaikan kepada orang lain, sampaikan langsung sebelum terlambat dan menyesal.

Cuplikan.
"Stupid! What if I didn't come?" Suaraku bergetar. Pandanganku berkabut.
"Aku tahu kamu pasti datang." -Peek A Boo, Love, 210.
Final. Rating.
Peek A Boo, Love cocok untuk pembaca yang suka dengan novel yang memuat cerita romantis tapi tidak alay karena karakter-karakternya dewasa. Akhirnya rating yang saya kasih untuk novel ini adalah 4 dari 5.

Penulis.
Sofi Meloni dikenal pertama kali dengan account @rainhujan di Wattpad karena kecintaanya pada bau tanah yang datang menyertai saat hujan turun dan percaya bahwa banyak hal romantis dapat terjadi saat hujan datang.

Penggila Youtube, penyuka segala bentuk desain-desain visual grafis. Paling suka menghabiskan waktunya dengan membaca buku, menonton film indonesia, menonton video musik indie serta vlog tanpa henti di Youtube, dan mendengarkan radio. Bermimpi suatu saat bisa membuat chanel vlog sendiri.

Instagram : Rain.hujan
Facebook : Sofi Meloni (fan page)
Twitter : Sofi_Meloni
Blog : Sofimeloni.blogspot.com
Email : sofimeloni@hotmail.com

Jawab ya.
Seperti biasa resensi saya akan diakhiri sebuah pertanyaan yang mungkin akan ada yang bersedia menjawabnya. Pertanyaan kali ini adalah :
Apa kriteria pasangan yang kamu cari?

[Resensi] Istana di Atas Pasir - Bey Tobing


Judul: Istana di Atas Pasir
Penulis: Bey Tobing
Editor: Ruth Priscilia Angelina
Cover: Eduard Iwan Mangopang
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 2015
Tebal: 192 hlm
ISBN: 9786020316536

Blurb.
Mahar seratus juta telah meruntuhkan fondasi cinta Ivan dan Amara yang telah mereka coba bangun selama tiga tahun terakhir. Mereka berpisah, meninggalkan semua kenangan manis dan menutupnya menjadi lembaran masa lalu.

Amara mengikuti keinginan sang ibu untuk menikahi Adrik, lelaki sempurna berjabatan tinggi yang bergelimang harta. Semua berjalan sesuai yang diimpikan sang ibu, pada awalnya. Hingga Amara mulai menyadari betapa rapuh rumah tangganya.

Bertahun-tahun lewat, Amara tak sengaja bertemu kembali dengan Ivan. Semua telah berubah, kecuali rasa yang masih mewarnai hati keduanya.

Namun, apakah rasa itu cukup untuk membuat cinta menemukan jalannya?

Atau mereka harus mempertahankan istana mereka masing-masing, yang dibangun di atas pasir?

Ide cerita.
Blurb di atas menurut saya sudah memberikan gambaran cerita secara keseluruhan. Menceritakan soal lika-liku pernikahan. Saya tegaskan "bukan pernikahan yang aman". Novel ini mengisahkan Amara yang harus membangun pernikahan dengan orang yang tidak tepat, Adrik. Kisah manisnya dengan Ivan, justru harus kandas.

Pernikahan dengan orang yang tidak tepat, ibarat membangun istana di atas pasir. Rapuh. Akan mudah sekali hancur jika masalah yang muncul dibiarkan tanpa segera ditangani. Akhirnya, akan selalu ada penyesalan. Namun dengan hati yang besar, penyesalan bisa menjadi pelajaran hidup. Itu yang dilakukan Amara.

Plot. POV. Karakter. Gaya menulis.
Cerita dimulai dari obrolan serius Amara dan Mamanya. Tentang mahar pernikahan yang mencapai seratus juta. Ini konflik pertama yang kemudian bergulir pada putusnya Amara dan Ivan. Lalu Amara mulai menginjak pada babak baru dengan pria lain bernama Adrik. Plot maju ini akan membuat pembaca terus penasaran dengan jalan cerita. Namun di tengah buku, pembaca akan dibuat paham kemana cerita akan berujung. Endingnya bagi saya cukup membuat tersenyum.

Kekurangan plot di novel ini terletak dari beberapa part perjalanan Amara disingkat dengan narasi. Sehingga pembaca diajak ngebut memahami bagian tersebut, lalu akan mulai diajak jalan santai di bagian yang berikutnya. Entah ini memang gaya penulisnya atau dalam rangka menipiskan halaman bukunya.

Sudut pandang yang dipakai penulis adalah sudut pandang orang ketiga. Berpindah-pindah dari menceritakan Amara, Ivan, Adrik dan Kia. Pembaca akan memahami isi kepala tokoh-tokohnya dibalik kejadian yang menimpa.

Keempat tokoh sudah saya sebutkan di atas. Karakternya tidak ada yang berkesan buat saya. Mungkin dikarenakan plot yang ngebut, sehingga karakter yang ada belum tergali dengan maksimal. Amara; penurut pada mamanya, penurut pada suaminya. Ivan; mudah terpuruk, mudah terbangkitkan. Adrik; workholic sehingga keluarga sering terabaikan. Kia; perempuan cerdas yang dewasa. Selain keempat tokoh dewasa, novel ini dilengkapi karakter anaknya Amara, Malika. Karakter Malika hanya pelengkap saja. Sebab kehadirannya di dalam cerita tidak banyak.

Mengintip biodata penulis di belakang novel, Istana di Atas Pasir ini merupakan novel ketiga penulis. Karena saya belum pernah membaca karya Bey Tobing sebelumnya, saya hanya menyimpulkan jika novel ini persis sinetron. Tidak ada kejadian atau peristiwa yang baru. Semua kisahnya mengalir saja persis sungai dari hulu ke hilir.

Bagian favorit.
Ada di halaman 129 - 132. Bagian ketika Amara mengungkapkan perasaan hatinya kepada sang mama, jika ia masih mencintai Ivan. Sang mama sadar siapa pelaku yang menempatkan Amara berada pada istana di atas pasir. Sang mama sendiri. Beliau pun meminta maaf atas kesalahannya itu.

Petik-petik.
Terkadang cinta juga mempengaruhi keberlangsungan rumah tangga. Jika salah memilih pasangan, jangankan kebahagiaan, ketentraman pun jauh untuk digapai. 
Cuplikan.
"Gue tahu, nggak gampang buat ngelupain seseorang yang pernah begitu dekat dengan kita. tapi kita hidup bukan untuk kenangan,"-Miko; Istana di Atas Pasir,45. 
Lain-lain.
Tidak ada gading yang tak retak. Novel ini pun memiliki beberapa typo. Namun masih bisa dimaklumi sebab jumlahnya tidak banyak dan buat saya tidak mengganggu proses membaca.

Final. Rating.
Novel ini mengajari pembaca tentang drama rumah tangga. Dan silakan ambil pelajaran dari kisah Amara dan Ivan. Pas jadi teman nge-teh di sore hari. Rating yang bisa saya kasih untuk novel ini adalah 3 dari 5.

Jawab ya!
Saya belum berumah tangga jadi saya penasaran dengan satu pertanyaan.
Apa arti sex dalam rumah tangga? 

[Resensi] Pesta di Rumah Sigi Sigung - Rien DJ



Judul: Pesta di Rumah Sigi Sigung
Penulis: Rien Dj
Penyunting bahasa: Mastris Radyamas
Setting: Puji Lestari
Desain sampul: Andhi Rasydan
Ilustrator: Dody YW
Penerbit: Lintang (Indiva Media Kreasi)
Cetakan: Agustus 2013
Tebal: 124 hlm
ISBN: 9786028277808

Buku apa sih Pesta di Rumah Sigi Sigung ini?

Review buku.
Buku ini adalah buku kumpulan cerita binatang. Totalnya ada 18 judul dengan tokoh yang beragam; gajah, semut, kupu-kupu, burung gagak dan masih banyak karakter binatang lainnya. Yang menarik dari buku ini adalah adanya ilustrasi pada setiap judulnya. Saya seperti sedang bernostalgia dengan buku cerita pas jaman SD dulu. Disayangkan sekali, ilustrasi yang ciamik itu tidak didukung dengan pewarnaan. Coba gambarnya berwarna, pasti lebih, lebih, lebih, menarik lagi.

Dari 18 judul, ada beberapa cerita favorit. Ukuran favorit saya didasarkan pada nilai moral yang terkandung. Saya belajar dari cerita persis ketika memahami cerita dengan jiwa anak-anak.

Ilustrasi "Hampir Menang"

Hampir menang. Ini cerita tentang lomba lari yang pesertanya kancil dan kanguru. Akibat kesombongan kanguru yang kelewatan bangga di awal, yang seharusnya ia menjadi juara sampai di garis akhir, akhirnya terkejar oleh si kancil. Pesannya, jangan senang dulu sebelum selesai mengerjakan sesuatu sampai tuntas. Sebab kita tidak tahu menjelang akhir akan ada nasib apa.

Ilustrasi "Laba-laba Pemalas"

Laba-laba pemalas. Berkisah seekor laba-laba yang suka sekali tidur dan mengabaikan sarangnya yang rusak. Padahal sarangnya itu dijadikan alat menjerat mangsa makanannya. Karena kerap kali menunda memperbaiki, giliran ia lapar, si laba-laba tidak punya makanan. Sarangnya pun rusaknya tambah parah. Dan akhirnya si laba-laba harus membuat sarang baru dengan sisa-sisa tenaga akibat kelaparan. Pesannya, jangan suka menunda-nunda kegiatan. Lakukan segera jika memungkinkan.

Ilustrasi "Pesta di Rumah Sigi Sigung"

Pesta di rumah sigi sigung. Dikabarkan akan digelar pesta di rumah sigung yang terkenal dengan kentutnya yang bau sekali. Para undangan pun sempat ragu untuk menghadiri pesta tersebut karena takut dengan baunya. Namun mereka tetap datang ke pesta lengkap dengan membawa masker. Setiba di pesta ternyata yang dikhawatirkan  para undangan tidak terjadi. Sigung pun menjelaskan jika bau tersebut hanya akan ia keluarkan jika ada musuh, tidak sembarang. Pesannya, jangan terlalu berburuk sangka sebab kenyataan sering berbeda dengan yang dikhawatirkan.

Gaya menulis. Tampilan buku.
Cerita lainnya juga seru-seru dan mendidik. Dengan gaya bahasa yang sederhana, pas sekali diksinya jika buku ini dijadikan panduan para orang tua untuk memberikan dongeng bagi anak-anaknya. Jalan ceritanya pun selaras dengan gaya bercerita yang sangat gampang dipahami. Bukan kasus-kasus yang berat yang coba disampaikan penulis.

Dari segi bukunya, saya merasa nyaman dengan ukuran dan jenis font yang dipakai. Apakah kalian pernah baca buku cara membaca yang ada cerita "Ini Budi. Ini Wati. Ini Iwan"? Saya kira buku ini pun setipe dengan buku cara membaca kalau dilihat dari segi cetakannya. Untuk sampul bukunya, saya merasa tertarik. Gambarnya diambil dari salah satu ilustrasi salah satu judul dengan dominasi warna merah. Hei, saya saja yang bukan usia anak-anak masih suka dengan covernya yang dominan warna merah, apalagi pembaca usia anak-anak?

Lain-lain.
Bonusnya, buku ini juga menyisipkan fakta di balik karakter binatang yang muncul di cerita. Saya menganggapnya seperti ensiklopedia anak. Berisi pengetahuan yang akan menambah wawasan pembaca. Jadi buku ini bukan sekedar hiburan, melainkan ladang ilmu.

Ilustrasi di atas saya ambil menggunakan kamera handphone Samsung ACE 4. Maaf ya kalau gambarnya belum berkualitas bagus.Maklum, senjatanya hanya itu. Hehe.

Final. Rating.
Buku ini cerdas sekali jadi pilihan orang tua untuk menanamkan nilai moral baik sejak dini melalui cerita dengan karakter binatang. Akhirnya rating yang saya kasih adalah 3,5 dari 5.

[Resensi] Tiga - Agung Rusmana



Judul: Tiga
Penulis: Agung Rusmana
Editor: Andriyani
Ilustrator: Gunadi Artwork
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Terbit: 2014
ISBN: 9786020239828

"Sampai kapan ya kita bisa bareng-bareng terus kayak gini?"-Tiga, 4.
Blurb.
Igor. Gue udah pacaran sejak umur delapan tahun dan mulai saat itu gue udah serius dan nggak main-main soal komitmen. Nggak ada di kamus gue yang namanya Cinta Monyet. Cinta yah cinta. Titik!

Gazha. Sejauh ini prioritas utama gue yah cuma sahabat. dulu, gue pernah punya teman yang selalu bisa bikin gue seneng dan ketawa, tapi karena satu masalah kecil yang agak nggak penting, yaitu PACAR. Akhirnya jadi berak semua.

Abbi. Gue bingung, kenapa banyak banget yang bilang gue manusia bernaluri buaya. Sebenarnya jadi seorang playboy itu anugerah. Lagi pula apa salahnya jadi playboy. Ada yang protes?

Cerita tiga pemuda gila, ceria, dan bermasalah yang menghadapi konflik cinta dan masa lalu. Satu yang belum mereka sadari, kalau persahabatan bisa utuh dan runtuh jika memang diizinkan.

###

Tujuan gue membaca novel ini lantaran gue suka dengan novel Agung yang Malaikat. Makanya gue pun mengejar agar bisa membaca novel yang ini. Akhirnya kesampaian. Namun apalah daya, setelah gue membandingkannya, novel ini belum memberi kesan yang 'wah' seperti novel Malaikat.

Ide Cerita.
Komplit semua masalah anak muda yang diwakilkan tiga karakternya (Igor, Gazha, Abbi), diurai dengan apik. Soal cinta, persahabatan. Blurb di atas sebenarnya sudah membuka apa-apa yang terjadi dengan ketiga karakter utamanya. Igor bermasalah dengan pacarnya, Dara. cewek yang polos namun aslinya tidak polos. Selalu saja ada alasan Dara agar tidak jalan dengan Igor. Dara cuek dengan harapan-harapan Igor agar selalu bisa dekat dan romantis dengannya. Gazha bermasalah dengan sahabatnya dulu. Lalu ia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama antara dia dengan Igor dan Abbi. Soal percintaannya pun sedikit lambat karena prinsip Gazha, pertemanan di atas segalanya. Abbi bermasalah dengan pacarnya Gwen. Tipe Abbi ini ingin diperhatikan dan tidak boleh pacarnya kehilangan fokus untuk tidak memperhatikannya. Sehingga jika Gwen lengah, Abbi tak segan bersikap posesif dan sedikit kasar.

Bagaimana permasalahan pada ketiga cowok itu berakhir? Simak saja sampai halaman terakhir dan tersenyumlah..

Gaya menulis. POV. Plot. Karakter.
Gaya menulis Agung memang "anak muda banget". Seolah dia bercerita dengan lisan. Biar pun kata-katanya terlalu "enggak sopan", namun melihat latar belakang cerita yang memang anak SMA, dimaklumi. Mungkin kalau dibuat sopan malah akan menghilangkan rasa cowok SMA-nya. Itu alasan kenapa saya lebih suka gaya menulis penulis pria dengan menceritakan pria sebab terasa kadar pria-nya. Berbeda dengan penulis wanita yang menulis karakter pria, masih akan dirasakan ada sisi feminim-nya. Ini yang bahaya, sebab kesan setelah membaca ceritanya akan menyusut.

Yang membuat saya menikmati ceritanya, dari sudut pandang pertama ketiga tokohnya pun ikut menyumbang rasa. Menyeret saya masuk dan ikut merasakan senang, bimbang, takut dan keresahan lainnya yang dialami si tokoh. Mungkin yang membuat bingung adalah kemiripan karakter ketiganya. Saya tidak menemukan yang membedakan antara ketiganya. Sudut pandang dan gaya menulis ini yang perlu dibenahi.

Plot yang digunakan penulis adalah plot maju. Jika pun harus ada kilas balik ke masa lalu, penulis menggunakan alternatif berupa narasi. Sehingga kilas balik ini tidak mengganggu kelanjutan cerita. Meski demikian, cara menggunakan narasi berimbas pada patahnya informasi masa lalu. Saya tidak menanggkap secara lengkap kejadian yang menimpa Gazha dan dua teman SMP-nya. PR lagi buat penulisnya.

Bicara karakter, saya kira tidak perlu dijabarkan. Sebab blurb di atas sudah bisa membantu pembaca untuk mengidentifikasi karakter ketiga tokoh utamanya. Pokoknya mereka tuh berandalan sekolah.

Bagian favorit.
Apa yang membuatnya berpikir boleh melakukan hal seperti itu? Siapa dia? Apa yang sudah dia berikan untuk Gwen sehingga bisa begitu marah bila dikecewakan? 

Part ini menceritakan tentang penyesalan Abbi setelah berlaku kasar pada pacarnya sendiri, Gwen. Hingga tampak luka di pergelangan tangan Gwen. Lengkapnya di halaman 88 - 90.

Petik-petik.
Pembaca akan diingatkan bahwa temen baik akan selalu berada di samping dalam kondisi apa pun. Bukan ketika seneng doang. Dan yang paling vokal dari keseluruhan cerita Tiga ini adalah adab-adab berteman. Benar kalimat blurb di atas. Persahabatan itu gampang utuh dan gampang runtuh. Makanya adab-adab berteman harus bisa diterapkan.

Contohnya, jangan menunggu teman peka terhadap masalah kita. Sebaiknya kita sendiri yang berinisiatif memberitahukan pada teman agar mereka tahu. Teman baik akan merespon positif terhadap kondisi demikian.

Cuplikan.
"Kalo yang namanya sahabat, nggak pakai kemarin atau sekarang. Tapi selamanya," tutur Kafka. -Tiga, 46.

Final. Rating.
Yang mau tahu sahabatan dengan nilai moral positif, silakan sikat kisah Gazha, Irgo dan Abbi dengan konflik masing-masingnya. Akhirnya rating yang saya kasih sebesar 3,5 dari 5.

Jawab ya!
Menurut kalian teman baik itu yang bagaimana?