Tampilkan postingan dengan label Penerbit Elex Media Komputindo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penerbit Elex Media Komputindo. Tampilkan semua postingan

Juli 03, 2025

Resensi Novel Utang Dan Sampah Sesudah Pesta - Mikhael N. Naibaho

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Utang Dan Sampah Sesudah Pesta

Penulis: Mikhael N. Naibaho

Editor: Afrianty P. Pardede

Desain sampul: Gofar Amar

Penerbit: Elex Media Komputindo

Terbit: Juni 2025

Tebal: viii + 192 hlm.

ISBN: 9786230071027

Tag: batak, bapak, keluarga, adat


Novel ini membahas soal keresahan Tona sebagai kepala keluarga yang tidak ingin dua anaknya menjadi budak. Pikiran ini muncul gara-gara Orang Asing yang datang ke Siborongborong mengucapkannya. Sejak itu pikiran Tona berlarian dan ia mendapatkan banyak wawasan baru.

Dia jadi pemikir yang beda dengan kebanyakan orang. Koyai, istrinya, sangat terkejut. Selalu ada beda pendapat. Tona berpikiran mendalam, Koyai belum cukup mampu memahami. Perdebatan kadang selalu muncul dan bisa kapan pun meledak.

Ide besarnya adalah bagaimana seorang Tona membawa perubahan kepada masyarakat Batak agar mereka sadar kalau kemiskinan mereka dibikin oleh keputusan sendiri. Isu paling disorot tentang pesta pernikahan yang dibiayai dengan hutang akibat permintaan sinamot yang mahal. Awal mula kemiskinan itu datang ya karena memaksakan diri, padahal adat aslinya tidak menuntut dengan perayaan besar. Ditambah paham masyarakat tentang 'banyak anak banyak rejeki' yang justru melanggengkan kemiskinan secara turun temurun.

Tapi jika melawan arus adat, tahu sendiri tekanannya seperti apa. Beruntung Tona memiliki kawan yang berpikiran terbuka seperti Gokma. Kawannya ini pemilik Buku Lapo, yang kemudian dijadikan tempat berdiskusi soal apa pun, paling sering membahas soal pemerintah yang belum becus mengatur negara.

Saya suka ceritanya karena sudut pandangnya menggunakan pria yang sudah jadi kepala keluarga. Di tengah tuntutan menafkahi keluarga, Tona justru dibuat pusing dengan semangatnya memperbaiki diri dan keluarga. Dan novel ini tidak menyodorkan keserbamudahan karena Tona yang berubah malah menimbulkan banyak masalah. Satu momen dia membikin istrianya marah dan Koyai pulang ke rumah orang tuanya. Makin sedih hati Tona karena kekeliruannya.

Banyak isu negara yang disinggung. Tapi banyak juga pelajaran soal keluarga yang disodorkan. Yang paling mengena itu soal pentingnya kematangan seseorang sebelum memutuskan menikah. Dan benar juga kalau pelajaran setelah menikah itu jarang diberikan, kebanyakan hanya membahas soal pentingnya melaksanakan pernikahan. Padahal kehidupan setelah pernikahan justru lebih dinamis dan menantang.

Tona dan Koyai adalah pasangan suami istri yang romantis dengan kadar pas. Naik turun hubungan mereka sebagai pasangan dan orang tua untuk kedua anaknya sangat menggemaskan. Kadang bikin kesal, lebih banyak bikin saya mesem-mesem. Mereka punya pikiran yang polos meski berusaha lebih cerdas agar keluarga mereka naik taraf.

Ada fenomena joget-joget yang disinggung di sini. Pilihan masyarakat kampung untuk mendapatkan uang lebih cepat dan mudah tapi tetap berdampingan dengan resiko pengabaian kepada keluarga. Efeknya angka perceraian naik. Kekinian banget isu yang dibawakan.

Penggalan cerita yang mengesankan saya adalah keberhasilan Tona mendirikan rumah di tanah yang dibeli sendiri dan dia persembahkan kepada istrinya, Koyai. Benar-benar mengharukan. Apalagi jika mengingat kalau mereka harus keluar dari kontrakan yang sudah lama mereka tempati. Dari sini saya belajar kalau jadi laki-laki harus bekerja keras untuk keluarga. Contohnya Tona, dia melakukan beberapa pekerjaan dan terus mengasah ilmu pertukangannya demi mewujudkan impian memiliki rumah sendiri walau sederhana. Jangan malas dan jangan gampang menyerah dengan keadaan.

Secara keseluruhan novel ini sangat menarik. Konflik yang dibawa sangat dekat dengan kita. Menampilkan tokoh-tokoh yang berasal dari masyarakat biasa. Dan walau banyak sindiran kepada pemerintah, ceritanya dibikin ringan. Beberapa bagian malah bikin saya ketawa.

Nah sekian kesan saya setelah membaca novel Utang Dan Sampah Sesudah Pesta. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

***

Kutipan-Kutipan

  • Langkah pertama memang selalu berat (p.6)
  • Pernikahan hanya topeng untuk menormalisasi perbudakan (p.7)
  • Semua yang berlebihan selalu membawa kerusakan (p.13)
  • Hidup bukan tentang seberapa banyak uangmu, tapi bagaimana nasibmu yang telah tertulis (p.14)
  • Ini yang kukatakan sebelum kau menikah. Kau harus mempersiapkan mental, pemikiran dan iman (p.23)
  • Orang-orang kota sekarang ingin hidup di desa, kita ingin hidup seperti orang kota. Itu yang membuat hidup terasa berat (p.28)
  • Rezeki itu gabungan dari kerja keras, kecerdasan, dan keberanian (p.31)
  • Kejahatan di sekitar kita terjadi karena tidak adanya kepedulian (p.37)
  • Kalau kau yakin, lakukan. Kalau kau ragu, lupakan. Jangan lama-lama terlarut, masih banyak mimpi yang bisa kau wujudkan jadi kenyataan (p.41)
  • Pemikiran bagus itu harus diikuti sikap yang optimis (p.46)
  • Jika kebahagiaanku diukur dengan punya uang, maka seumur hidup aku tidak akan bahagia (p.63)
  • Perjalanan hidup mengajarkanku, ada yang harus direlakan hilang dan ada yang harus dipertahankan mati-matian (p.96)
  • Pikiranmu menentukan apa yang kau bicarakan, yang kau bicarakan membentuk sikapmu, sikapmu membentuk karaktermu, dan karaktermu menentukan nasibmu (p.104)
  • Ada kemudahan, ada kesulitan. Berjalanlah. Sesekali berhenti. Sesekali mundur, tapi jangan ubah tujuan hanya karena merasa tidak mampu. Ubah tujuan, jika memang untuk ditingkatkan. Jangan menurunkan standar (p.107)
  • Bunuh diri dan berbuat jahat pada manusia lain adalah kesalahan berpikir (p.112)
  • Cara terbaik bagi orang miskin untuk bertahan hidup adalah menyadari dia miskin dan tidak bertindak seperti orang kaya. Tidak perlu berutang untuk hidup seperti orang yang berpunya. Jalani hidup apa adanya (p.113)
  • Jika uang memang bisa mengatur segalanya, maka orang yang tidak kompeten mengatur masyarakat, akan bisa menjadi pejabat sebab ia dapat posisi karena banyak uang (p.140)
  • Kalau mau kayak, usahakan kekayaan. Jangan cari kekayaan, tapi mau bijak juga. Akhirnya nanti satu pun nggak dapat (p.145)
  • Jika hanya bekerja keras tanpa ada rencana dan strategi, itu akan sia-sia atau hasilnya jauh di bawah harapan (p.146)
  • Atas nama mengikuti zaman, kami dengan cepat mengubah budaya. Melakukan improvisasi. Yang semakin hari, bergerak semakin jauh. Adat sepertinya telah kehilangan esensinya (p.171)
  • Semakin banyak pengetahuan, akan semakin banyak kesedihan (p.173)
  • Setiap orang memiliki perjuangan hidup masing-masing. Nilai perjuangan hidup seseorang berbeda dengan orang lain. Tidak ada tolok ukur yang valid untuk perjuangan itu dan tak bisa digeneralisir (p.184)
  • Hidup mengikuti pendapat orang banyak, itulah yang membuat kami miskin lintas generasi (p.184)

Oktober 21, 2021

[Resensi] Sesuap Rasa - Catz Link Tristan

gambar diunduh dari gramedia.com, diedit


Judul: Sesuap Rasa

Penulis: Catz Link Tristan

Editor: Afrianty P. Pardede

Penerbit: Elex Media Komputindo

Terbit: September 2021

Tebal: 216 hlm.

ISBN: 9786230027673

***

"Mungkin kamu takut untuk makan, tapi makanan dan teman makan yang baik dapat menghangatkan jiwamu.” 

Ketiga bersaudara Wuddan seakan kehilangan ikatan setelah mama mereka meninggal. Ketiganya tenggelam dalam pelarian akan penyesalan. Hingga saat Nessa, saudari mereka, jatuh sakit, Wendy dan Hansen dihadapkan pada dilema. Haruskah kembali ke kampung halaman dan menghadapi penyesalan mereka? 

Ada luka di hati mereka yang harus segera disembuhkan. Ada ikatan persaudaraan yang harus mereka selamatkan. Dapatkan kenangan makanan yang pernah menghangatkan jiwa membawa kembali ikatan yang telah merenggang? “Makanlah denganku hari ini....”

***

Karena gift voucher langganan Gramedia Digital belum saya rendem, dan saya sudah pengen banget baca novel-novel romance, maka saya langsung pakai sesuai arahan email yang dikirim tim Gramedia. Begitu selesai rendem, langsung saya unduh beberapa judul buku yang bikin penasaran. Dan akhirnya saya memutuskan untuk membaca novel Sesuap Rasa sebagai awalannya.

Novel ini dimulai dengan telepon yang diterima Hansen dari Putri, kawan tidak akrab-akrab banget waktu SMA. Putri mengabarkan kalau Nessa, kakak perempuan Hansen, masuk rumah sakit. Han kaget karena kakaknya tidak pernah mengeluh apa-apa. Han langsung menghubungi kakak sulung, Wendy, dan menceritakan kabar soal Nessa.

Wendy dan Han berbeda kota dengan Nessa. Wendi di Jakarta, dan Han di Kuching, Malaysia. Mendengar kondisi kabar Nessa, keduanya bergegas melakukan perjalanan pulang ke Pontianak. Mereka tidak ingin terlambat bertemu Nessa seperti kejadian dulu, mereka terlambat bertemu Mama.

Nessa merasakan nyeri di kepala dan sering muntah. Menurut pemeriksaan dokter, ada masalah dengan perutnya. Diagnosa yang tidak jelas ini membuat saya mengira Nessa mengidap sakit parah seperti kanker, sehingga kondisinya memburuk dan umurnya tidak akan lama. Tapi rupanya bukan itu.

Novel Sesuap Rasa memiliki tema keluarga. Disini kita akan menemukan konflik di tengah hubungan kakak-adik. Tema yang bikin saya meneteskan air mata pada beberapa bagian, terutama pada bagian yang menceritakan penyesalan kakak atau adik yang belum maksimal berada dan berfungsi untuk saudara yang lain. 

Nessa sakit secara psikologi. Setelah saudaranya pergi dari rumah untuk kerja di luar kota, Nessa tinggal berdua dengan Mamanya. Dan setelah Mamanya menyusul Papa ke surga, Nessa sendiri tinggal di rumah bersama kenangan-kenangan ketika mereka masih berkumpul yang dibalut kesepian. Hubungan Nessa dengan saudaranya menjadi kaku, jarang sekali menelepon, jarang sekali saudaranya pulang ke rumah. Memendam rasa kangen, rasa sepi, dan rasa bersalah, ternyata pelan-pelan menggerogoti kesehatan Nessa dari dalam. Puncaknya, kondisi kesehatan menurun dan tubuh Nessa menjadi kurus.

Selaras dengan tampilan latar belakang cover-nya yang ada ilustrasi makanan, pada novel ini pun dibahas beberapa menu, yang juga menjadi judul setiap bab-nya. Makanan yang dibahas kesemuanya merupakan yang ada di Pontianak, misalnya Nasi Padang, Pia Kacang Hijau, Nasi Telur Mata Sapi, Bubur Nasi Teri, Nasi Capcay, Bakso Ikan Telur Asin, dan masih varian lainnya. Menu di novel ini merupakan objek untuk menceritakan keharmonisan ketiga bersaudara pada masa lalu, yang mereka ulang kembali untuk memperbaiki kerenggangan hubungan mereka.

Karakter-karakter di novel ini pun sangat hidup. Nessa, sebagai anak kedua dan anak perempuan, begitu rapuh, tidak ingin merepotkan orang lain, dan pemendam perasaan. Sehingga dia berusaha untuk tidak menjadi beban saudaranya yang lain. Wendy sebagai anak pertama adalah sosok yang kuat, bertanggung jawab, dan kaku. Dia selalu menampilkan sikap ketus dan cuek karena sewaktu kecil harus menanggung beban sebagai pengganti Papa. Hansen, si bungsu justru kebalikan dari Wendy, dia lebih supel, ekspresif, dan ceria. Menurut kakak-kakaknya ini efek dari dimanja oleh Mama dan kakak-kakaknya.

Secara keseluruhan, novel ini ingin mengingatkan pembaca jika keluarga adalah hal penting. Sesibuk apa pun, kita harus bisa membagi waktu untuk bertemu atau menghubungi keluarga. Karena ketika kita kehilangan kesempatan dekat dengan keluarga, yang tersisa hanya rasa penyesalan.

"Kerja memang perlu, tapi kalau bisa siapkan waktu untuk bertemu sesekali... Ah, waktu terus berjalan a, tak bisa dikembalikan lagi walau kita sudah punya banyak uang. Waktu juga belum tentu bisa terus berputar, kadang kala terhenti di satu sisi..."
(hal. 145)

Untuk novel Sesuap Rasa ini saya beri nilai 4 bintang dari 5 bintang, sebab cukup relate dengan saya, dan secara tidak langsung mengingatkan kita semua untuk selalu mementingkan keluarga.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!

Maret 25, 2020

[Resensi] Starting Over - Titi Sanaria


Judul: Starting Over
Penulis: Titi Sanaria
Editor: Dion Rahman
Penata Letak: Debora Melina
Desainer Sampul: @Hayharits
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Terbit: Oktober 2019
Tebal Buku: 394 halaman
ISBN: 9786230007620 / 9786230007637 (digital)

Blurb
Hubungan mereka hanya berlandaskan physical attraction, awalnya Prita mengira begitu. Hanya ketertarikan fisik semata. Tidak lebih. Dia mengagumi Erlan yang tampan dengan setelan kantor yang membuatnya terlihat sempurna. Namun, waktu telah membantu dia menyadari bahwa perasaannya kepada laki-laki itu mulai berkembang.

Hanya ketertarikan fisik, Erlan mendengar pengakuan itu berulang kali dari mulut Prita. Sementara dia sendiri gamang atas perasaannya. Dia nyaman berada di sisi putri tunggal bosnya itu. Akan tetapi, logika terus mengingkari rasa bahwa dirinya telah jatuh cinta kepada Prita.

Ya, tidak ada jatuh cinta dalam kamus Erlan, awalnya begitu. Namun, apa yang kira-kira tidak bisa dilkaukan oleh kekuatan cinta?

#####

394 halaman merupakan pencapaian tertebal novel yang berhasil saya baca beberapa bulan ini. Awalnya saya cuma berpikir perlu membaca cerita dengan tokoh dewasa. Akhirnya saya memutuskan membaca novel Starting Over ini tanpa tahu tebalnya berapa halaman. Yang saya jadikan pertimbangan karena novel ini masuk ke lini citylite.

Ide Cerita
Novel Starting Over ini mengisahkan kisah roman antara Prita dan Erlan. Perbedaan karakter membuat kisah cinta mereka sangat berliku yang ada awalnya saya kira karena perbedaan kelas sosial. Prita Halim adalah anak tunggal bos besar Johny Halim, yang dilimpahi banyak kemewahan dan orang mengenalnya sebagai gadis yang manja, egois, bahkan sembrono. Sedangkan Erlan merupakan tangan kanan Johny yang gila kerja, menuntut sempurna, kaku, dan jarang ngomong selain untuk urusan kerjaan.

Keduanya sempat bertunangan dengan alasan masing-masing, tetapi bukan karena saling suka, jauh juga dari saling cinta. Namun, dewi asmara membolak-balik hati mereka dengan banyak konflik.

Konflik dalam novel ini pun tidak bergulat sekadar roman antara Prita dan Erlan tetapi penulis menyisipkan sisi lain kehidupan tokohnya seperti dinamika pekerjaan, latar belakang keluarga, dan keseruan persahabatan. Pokoknya bisa dikatakan paket komplit.

Gaya Menulis. POV. Plot. Karakter.
Sebagai pembaca yang baru pertama kali melahap karya Kak Titi Sanaria, saya suka dengan rangkaian kalimat yang disusun tanpa menggunakan banyak majas. Narasinya terbaca sangat lugas sehingga terkesan ceritanya lebih dinamis dan tidak bertele-tele.

Hanya saja saya beberapa kali melakukan skip terhadap paragraf yang isinya berupa pengulangan. Kebanyakan paragraf itu mengulang latar belakang Prita sebagai anak orang kaya, sebagai gadis yang pernah tersandung kasus pembunuhan, dan beberapa kali menyebut permakluman karakter Prita yang keinginannya harus terpenuhi. Mungkin tujuan penulis adalah menegaskan kembali.

Novel ini secara keseluruhan menggunakan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu. Subjeknya lebih banyak menyoroti sisi Prita, walaupun di beberapa halaman berpindah menyoroti sisi Erlan. Dan pemilihan font yang berbeda ketika menceritakan kilas balik cukup membantu untuk mengidentifikasi kapan cerita sedang berlangsung sehingga pembaca tidak dibikin bingung, apalagi dibikin galau.

Untuk karakter utamanya tentu saja ada Prita dan Erlan. Prita ini memiliki sifat sembrono, cerewet, manja, dan banyak karater minus lainnya yang biasa ditempelkan pada anak orang kaya. Namun, bukan berarti dia tidak punya karakter baik. Karena dia itu tipe orang yang sangat tanggung jawab ketika menjalankan tugas yang diamanahkan kepadanya. Bahkan kalau mengerjakan hal yang dia suka, Prita akan melakukannya dengan kerja keras dan sepenuh hati.

Sedangkan Erlan, lelaki dewasa yang kaku, pintar, terjadwal, irit ngomong, banyak bersikap cuek. Namun jangan salah, dia bersikap begitu karena latar belakang masa kecilnya yang cukup menguras airmata. Tetapi sikapnya itu perlahan-lahan mengalami perubahan. Cukuplah untuk bikin pembaca nggak ikutan geram mengikuti interaksi dia dengan Prita.

Lalu, ada karakter pendukung yaitu: Felis (adik angkat Erlan), Ardhian (temen Prita, pacar Felis), Sebastian (asisten Erlan), Becca (sahabat Prita), Johny dan Yura Halim (orang tua Prita), dan yang paling konyol sekaligus menggemaskan adalah Orlin (asisten Prita). Karakter mereka cukup memberikan kesan dan bakal teringat mulu sampai saya benar-benar selesai membaca novel ini. Tentu saja ini keberhasilan penulis dalam memakaikan karakter kepada masing-masing tokohnya.

Bagian Favorit 

“Aku tertarik sama kamu, tapi aku belum siap untuk terlibat hubungan dengan seseorang.”

“Mungkin kamu akan menganggap apa yang aku katakan ini sebagai pembelaan diri untuk apa yang sudah aku lakukan. Dan itu mungkin memang benar. Tapi dibutuhkan lebih daripada sekadar ketertarikan fisik untuk menjalin hubungan.”

Dua penggalan kalimat di atas ada di halaman 211 dan merupakan awal ketika Erlan mulai terbuka dengan apa yang dia rasakan kepada Prita. Kenapa ini sangat berkesan? Karena Erlan dan Prita itu dua orang yang selalu mengingkari apa yang mereka rasakan. Dalihnya banyak dan semua hampir masuk akal. Kekurangannya hanya satu, keduanya tidak berani mengambil resiko untuk saling terus terang. Lebih banyak bersembunyi kepada alasan-alasan yang masih bersifat ‘seandainya’.

Petik-Petik
Urusan romannya, pembaca bakal diingatkan untuk bikin komunikasi yang efektif. Sehingga kalau suka katakan suka, kalau ada keinginan mohon disampikan. Nggak perlu melibatkan ‘seandainya’ yang justru membuat jarak untuk sebuah hubungan.

Untuk pesan lainnya adalah terkadang masa lalu yang pilu memang menyisakan luka. Tetapi bakal sampai kapan membiarkan lukanya tetap basah? Sedangkan kita diberikan pilihan lainnya, yaitu memaafkan. Pilihan ini jelas-jelas ampuh untuk menyembuhkan luka hati. Kita harus memilih, bukan memelihara luka.

Final. Rating.
Membaca kisah Prita dan Erlan ini cukup menguras emosi dan memberikan banyak perenungan terutama soal bagaimana menyikapi asmara dengan cara dewasa. Diseling juga dengan kekonyolan kaum bucin yang haus perhatian dan penuh drama, membuat novel ini terasa lebih berwarna. Akhirnya, saya memberikan nilai 4/5.

Cuplikan
  • “...Suka sama orang kan hak asasi manusia. Asal nggak maksa dia buat balas perasaan kita, wajar-wajar aja, sih.” – hal.16
  • “... Bahkan ada orang yang membenci kita hanya karena kita lebih kaya daripada mereka, tanpa tahu kerja keras yang kita lakukan untuk sampai pada titik ini.” – hal.20
  • Mengingat aib orang lain jauh lebih mudah dan menyenangkan daripada membicarakan kebaikannya. –hal.21
  • Hanya saja, orang memang tidak pernah menduga apa yang akan mereka dapatkan dalam hidup. Sama seperti kehilangan yang juga tidak bisa diperkirakan. –hal.49
  • Bertindak impulsif itu jatuhnya malah sering merugikan. –hal.58
  • “Memang ada orang yang sukses dalam pekerjaan, tetapi kehidupan sosialnya menyedihkan....” –hal.79
  • “Tapi orang yang kelihatannya menyenangkan itu bisa membawa masalah juga....” –hal.80

Januari 13, 2020

[Resensi] Sekaca Cempaka karya Nailiya Nikmah JKF


Judul: Sekaca Cempaka
Penulis: Nailiya Nikmah JKF
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Cetakan: I, Juli 2014
Tebal: viii + 248 hlm.
ISBN: 9786020243962

Sinopsis Novel
Sebuah surat tak bernama yang diterima oleh Badri dan Rara tentang sekaca cempaka yang dimiliki oleh pasangan mereka, membuka semua asal mula sekaca cempaka itu, beserta masa lalu yang selama ini tidak mereka tahu.

Terbukanya masa lalu tersebut justru melimbungkan pernikahan mereka. Dugaan-dugaan dan pertanyaan silih bertindihan menuntut penjelasan dan jawaban.

Mampukan mereka bertahan dengan kisah masa lalu yang tampaknya belum juga berujung?

Resensi Novel
Novel Sekaca Cempaka ini merupakan novel islami yang berada di bawah lini Quanta. Yang paling khas dari lini ini adalah ukuran novelnya yang lebih kecil dibandingkan ukuran novel pada umumnya. Dan tentu saja cerita di dalamnya memiliki muatan nilai-nilai islam.

Benarkah setiap orang harus punya rahasia, termasuk menyembunyikannya dari pasangan hidup?

Saya pernah mendengar kalau suami atau istri boleh memiliki rahasia, yang tidak harus diketahui pasangannya. Pernyataan ini benar karena tujuannya menjaga perasaan pasangan. Kalau gara-gara rahasia ini bisa membubarkan pernikahan, saya kira wajar kalau rahasia tetap jadi rahasia. Hal krusialnya adalah rahasia seperti apa yang diperbolehkan.

Konflik dalam novel ini disebabkan oleh rahasia yang tidak disampaikan kepada pasangan. Nurul yang menyimpan salah satu sekaca cempaka tidak memberitahukan sejarah benda itu kepada suaminya, padahal benda itu merupakan bukti masa lalunya yang belum tuntas.

Begitu juga dengan Syaiful yang menyimpan pasangan lain sekaca cempaka, tidak menjelaskan kisah yang menyertai benda itu kepada istrinya padahal momennya ada. Dia justru menutupi kisah masa lalunya itu.

Alhasil ketika pasangan mereka mencium masa lalu yang ternyata dipertemukan lagi, membuat pernikahan mereka diuji. Apalagi ternyata ada pihak lain yang memperkeruh dan menimbulkan fitnah, perjalanan kedua pasangan untuk memperbaiki masa lalu terasa lebih menyakitkan.

Kearifan lokal yang digali membuat adem ayem

Latar tempat novel ini ada di Banjarmasin. Penulis yang lahir di kota itu mencoba menggali banyak kebudayaan yang ada di sana. Bukan saja mengenai bunga-bunga yang dikarang oleh pengarang bunga, melainkan penulis banyak membubuhkan istilah-istilah kebudayaan dalam bahasa daerah sana. Dan disinggung juga beberapa nama penyair lokal di Banjarmasin semisal Hijaz Yamani dan Ajjamudin Tifani.

Selain itu, penulis menggunakan sudut pandang dari tokoh Ibu Si Pengarang Bunga, Nurul dan Rahma. Penulis mencoba melihat masalah dari sudut pandang sebagai perempuan. Dan cara ini tentu saja berhasil menunjukkan bagaimana nelangsanya menjadi perempuan yang dikuntit masa lalu.

Sepanjang membaca kisah Nurul dan Syaiful ini, saya merasakan adem ayem yang bikin membaca kisah mereka nagih. Terlebih lagi, masing-masing karakter memegang teguh ajaran islam. Rasanya saya ikut terserap ke dalam kisah mereka dan begitu kisahnya berakhir, semacam ada perpisahan yang enggan dirayakan.

Jangan main-main dengan masa lalu yang belum tuntas

Pembaca seperti diingatkan kalau kita tidak boleh menyepelekan masa lalu yang belum tuntas. Sebab suatu saat masa lalu itu akan menuntut untuk diselesaikan sampai paripurna. Dan bukan tidak mungkin saat hal itu terjadi akan banyak hati yang merasa disakiti.

Salah satunya adalah tidak ada alasan untuk menyimpan benda yang asalnya dari masa lalu. Kita pasti tahu alasan menyimpan barang kenangan yang benar. Jangan sampai karena pengaruh ingin mempertahankan masa lalu atau ingin bernostalgia, justru melahirkan bom waktu yang bisa meledak di kemudian hari.

Terakhir dan Rating
Saya sangat terkesan membaca novel Sekaca Cempaka ini lantaran dinarasikan dengan begitu apik dan tenang. Perpaduan budaya, kehidupan pernikahan dan bunga-bunga membuat novel ini menguarkan aroma yang bikin adem. Sehingga saya memberikan novel ini nilai 4 dari 5.

*****

Desember 22, 2019

[Resensi] Zoom In Zoom Out Dunia Trisa - Eva Sri Rahayu


Judul: Zoom In Zoom Out Dunia Trisa
Penulis: Eva Sri Rahayu
Editor: Dion Rahman
Penata letak: Debora Melina
Desainer sampul: Aji Hermawan
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Cetakan: I, Desember 2019
Tebal: 265 hlm.
ISBN: 9786230011085
ISBN digital: 9786230011122

Sinopsis Novel
Novel Zoom In Zoom Out Dunia Trisa ini mengisahkan jatuh bangun seorang Trisa yang memiliki ambisi menjadi aktris. Berbagai casting dia ikuti dan banyak kegagalan dia lalui. Berbagai masalah dunia entertainment menimpa Trisa namun impiannya tidak juga mati.

Kisah asmara Trisa pun tidak sama mulusnya. Ada saja masalah yang membuat Trisa tidak bisa menikmati perasaan kasmaran dalam jangka waktu lama. Kadang, rasanya hidup Trisa hanya diisi oleh banyak ketidakberuntungan.

Bagaimanakah ujung kisah Trisa dalam dunia entertainment dan urusan asmaranya?

Resensi Novel
Perkenalan saya dengan penulis Eva Sri Rahayu ini lewat buku Love Puzzle yang dulu pernah saya resensi juga tapi di blog lawas yang kini sudah dihapus. Dan ketika saya buka Gramedia Digital lalu muncul novel baru yang ditulis oleh penulis, langsung saya unduh dan baca novel ini padahal saya sedang membaca novel yang lainnya.

Gemerlap Dunia Entertainment yang Membutakan Mata

Saya yakin pasti ada beberapa orang yang seperti Trisa, punya obsesi menjadi aktris dan sering mengikuti casting dimana-mana. Perjalanan yang enggak mudah untuk mewujudkan itu. Seperti Trisa, harus mengalami banyak kegagalan. Dan di awal-awal dia kebagian peran kecil, entah sebagai yang lewat, entah sebagai peran figuran yang munculnya hanya berapa adegan, atau bahkan sebagai pengisi suara saja.

Saya sedikit buta dengan alasan Trisa begitu terobsesi menjadi aktris. Apakah untuk memperbaiki ekonomi atau memang dia menyukai dunia entertainment? Kasih tau saya jika saya melewatkan alasan Trisa mengejar obsesinya sedemikian rupa ini.

Padahal dunia hiburan tidak pernah ada yang ramah. Penuh terjal dan bagi yang mengejarnya harus siap berdarah-darah. Trisa harus mengalami bentrokan dengan beberapa orang yang sudah lebih dulu terjun di dunia hiburan. Misalnya dengan aktris yang sudah lebih dulu tenar. Atau hubungan tidak baik dengan sutradara akibat terlambat datang saat syuting. Ternyata meski mengalami perlakuan tidak baik, Trisa tidak menyerah.

Sekali pun dia harus dihadapkan dengan kesibukan kuliah, casting tetap dilakoni Trisa. Bayangkan saja, demi mengejar karir aktris, di usia 25 tahun Trisa masih terdaftar sebagai mahasiswi. Perjuangan yang panjang namun hasilnya pelan sekali.

Ada jalan pintas yang sebenarnya bisa bikin Trisa cepat menjadi terkenal yaitu dengan mendekati sutradara. Hanya saja Trisa masih memilih berjuang di jalan yang benar.

Trisa Dan Segala Hal Yang Menyebalkan

Karakter Trisa di novel ini sangat menyebalkan. Dia tipe perempuan yang kepala batu dan ceroboh. Entah sejak kapan dia mengejar karir sebagai aktris, tetapi konflik di dunia hiburan selalu dihadapi Trisa dengan ceroboh seperti anak baru.

Di awal novel Trisa sudah marah-marah kepada Desta gara-gara dia terlambat casting. Padahal Desta bukan siapa-siapa dan masih mending ada yang mau antar-jemput Trisa kemana-mana. Bukannya terima kasih, Trisa malah menyalahkan Desta atas kejadian buruk yang menimpanya. Saya kaget membaca bagian ini dan ikutan kesal. Kalau beneran ada orang kayak Trisa, sudah saya getok kepalanya.

Dan ada banyak kelakukan Trisa yang bikin saya mengelus dada. Enggak habis pikir saja ada orang kayak Trisa di usia 25 tahun yang menyebalkan.

Formula Roda Berputar Dan Trisa Bermetamorfosis

Penulis menggunakan formula metamorfosis dalam cerita Trisa ini. Setelah perjuangan dan menghadapi banyak konflik di dunia hiburan, Trisa akhirnya berubah menjadi kupu-kupu. Walaupun di tengah jalan dia tetap diterpa badai. Di saat inilah orang-orang terdekat Trisa berperan besar menggenggam Trisa supaya tidak terjatuh.

Karakter Trisa pun berubah banyak. Sikapnya yang ceroboh dan kepala batu berkurang. Penulis menempatkan Trisa sebagai karakter yang sudah lebih baik tapi memiliki kesadaran sebelum dia berubah menjadi sekarang. Seperti rendah hati begitu. Dan waktu mengajarkan banyak hal untuk dirinya.

Pesan-pesan Moral yang Perlu Direnungkan

Jujur saja saya tidak mendapatkan banyak kesan bagus untuk novel ini. Sepanjang membacanya, saya lebih banyak kesal dengan karakter Trisa. Walaupun di akhir-akhir novel, Trisa berubah, tetap saja dia menyebalkan. Bahkan untuk hubungannya dengan Adam tidak menemukan titik terang lantaran Trisa mendahulukan obsesinya.

Yang paling bisa saya tangkap pesan moral dalam novel ini adalah kegigihan Trisa mengejar apa yang diimpikannya. Berbagai situasi buruk berhasil dia lalui dengan fokus ke impiannya itu.

Terakhir dan Rating
Untuk kisah Trisa dan obsesinya saya hanya bisa memberi nilai 3 dari 5. Rasanya novel ini cocok dibaca oleh mereka yang punya obsesi menjadi aktris juga supaya mendapatkan bayangan permasalahan apa saja yang akan muncul di dunia hiburan.

*****


Desember 14, 2019

[EBook] Belenggu Ilse - Ruwi Meita


Judul: Belenggu Ilse
Penulis: Ruwi Meita
Editor: Dion Rahman
Penata letak: Divia Permatasari
Desainer sampul: Sukutangan
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Cetakan: I, Desember 2019
Tebal: 328 hlm.
ISBN: 9786230010033
ISBN digital: 9786230010040

Sinopsis
Setelah dua tahun menghilang, Ilse kembali datang ke rumah mewah miliknya dengan kondisi hilang ingatan dan tubuh yang tidak terurus juga penuh luka. Firas, suaminya, sangat terkejut. Padahal sebelumnya dia sudah memutuskan untuk membuka hati kepada Ralia, sahabat Ilse. Kembalinya Ilse mengubah semuanya.

Kemana saja Ilse selama dua tahun ini?
Dan bagaimana hubungan selanjutnya antara Firas dan Ralia?

Resensi
Nama penulis Ruwi Meita bukan nama baru bagi saya karena sebelumnya saya pernah tahu karya beliau, diantaranya: Misteri Patung Garam, Kaliluna: Luka di Salamanca, dan Carmine. Sayangnya, saya belum pernah membaca salah satu bukunya, dan baru kesampaian sekarang, setelah saya mengunduh ebook ini di Gramedia Digital.

Misteri Perempuan yang Menghilang dan Entah Siapa Pelakunya

Di buku Belenggu Ilse ini, penulis meramu cerita yang mengandung tema misteri. Kembalinya Ilse ke keluarganya setelah hilang dua tahun, memberikan pertanyaan kepada pembaca, kemana saja dia selama ini. Juga melihat penampilan Ilse yang tidak terurus dan dia bersikap seperti binatang (makan dan minum, meringkuk) menjadi pertanyaan, apa yang sudah terjadi dan dilewati Ilse selama dua tahun ini. Misteri inilah yang membuat pembaca bakal terus terpikat mencari tahu.

Rasa dari misteri yang disajikan Ruwi Meita dalam bukunya kali ini sangat pas dan memikat. Proses mengungkapkan jawabannya dibuat dengan melibatkan tokoh lain yaitu dua polisi: Saram dan Hana. Sehingga sepanjang buku pembaca akan dijejali cerita mengenai:


  1. Kehidupan Ilse setelah kembali ke tengah-tengah keluarganya. Di sini diceritakan hubungan Ilse dengan Firas suaminya, hubungan Ilse dengan Kale, anak perempuannya, hubungan Ilse dengan Ralia, dan hubungan Ilse dengan lingkungan pendukungnya (orang tua, tetangga).
  2. Kehidupan Ralia setelah Ilse kembali. Di sini Ralia memendam rasa kepada Firas dan berharap bisa hidup bersama. Tapi setelah Ilse kembali, harapan itu lenyap. Selain soal perasaannya kepada Firas, Ilse dipertemukan lagi dengan rekan kerjanya, Sura, chef di kafe yang desain interiornya dia garap. Ralia dan Sura mempunyai cerita yang panjang juga di buku ini.
  3. Proses menelusuri misteri deep website yang punya kaitan dengan kasus menghilangnya beberapa perempuan. Puncaknya adalah kebakaran sebuah rumah yang menewaskan seorang perempuan yang identitasnya sama dengan perempuan yang hilang beberapa bulan lalu. Dari kejadian itu Saram dan Hana mulai melakukan penyelidikan terhadap kasus besar ini.


Sepanjang membaca buku ini saya suka menebak pelaku utamanya. Sebab setiap babnya seolah memberi potongan-potangan jawaban. Namun ternyata dugaan-dugaan saya salah semua. Tetapi tokoh-tokoh yang saya curigai memang punya andil baik langsung maupun tidak langsung dengan menghilangnya Ilse.

Roman Yang Kata Orang Manis Memang Hanya Pemanis

Cerita misteri tanpa roman sebenarnya bisa saja tetap menarik. Tapi apa salahnya roman dimasukkan selama itu mendukung cerita, justru tambah mantap. Di buku ini sajian roman antar tokohnya terbilang rumit dan enggak manis. Firas dan Ilse mempunyai hubungan suami istri yang tidak harmonis sebelum Ilse menghilang. Dan ketika Ilse kembali, hubungan mereka bertambah pelik mengingat Ilse berubah, bukan Ilse yang dulu.

Hubungan Ralia dan Firas pun tidak berjalan lancar. Apalagi pada pembukaan buku ini diceritakan mereka telah tidur bareng. Begitu keduanya akan membuka hati untuk satu sama lain, Ilse datang dan otomatis mengurungkan niat mereka. Yang paling merana tentu saja Ralia yang harus memupus perasaannya.

Hubungan Ralia dan Sura pun tidak ada kemajuan. Bagaimana bisa maju kalau Ralia masih sibuk berkutat dengan perasaannya kepada Firas. Dalam sisi ini, Sura lah yang lebih banyak bersabar dan berusaha menarik perhatian Ralia meski lebih banyak diabaikan.

Kriminal Dan Kekejian Yang Tidak Manusiawi

Selama dua tahun Ilse mengalami kejahatan yang tidak manusiawi. Tujuan si pelaku adalah menghilangkan ingatan si korban dengan dalih membuat si korban lahir kembali sebagai manusia baru. Kriteria korban yang dipilih si pelaku adalah mereka yang memiliki dosa dan seharusnya mereka tidak ada di dunia ini. Pelaku memposisikan diri sebagai pengadilan manusia dengan menggunakan alter sejarah Yunani.

Proses menghapus ingatan korban mengingatkan saya dengan serial Treadstone. Bedanya, di buku ini korban yang dihapus ingatannya akan lahir sebagai manusia yang seperti binatang. Sedangkan di serial itu, korban akan menjadi senjata mematikan untuk membunuh target yang diincar.

Cerita Panjang Yang Mencoba Mengupas Sampai Akar

Sebelumnya saya sudah menuturkan tiga cerita besar di buku ini. Terbilang buku ini punya kepadatan cerita sehingga membuat saya merasa kelelahan membacanya. Dalam waktu bersamaan saya mesti memahami cerita ketiganya dan cerita di buku ini bukan cerita ringan, melainkan punya sisi kelam dan sisi tebak-tebakan yang bikin pembaca ikut menduga-duga. Kebayang bukan lelahnya menyelesaikan cerita Ilse!

Tetapi begitu menuju akhir cerita, rasa lelah tadi terbayar sebab memang ceritanya seru dan ekspektasi saya terhadap akhir ceritanya memang terpuaskan. Akhir cerita yang enggak buru-buru dan enggak dipaksakan. Rapi dan runut pokoknya.

Petik-Petik
Awal mula dari kasus besar itu adalah bentuk kebencian. Saya jadi ingat pernah menonton sebuah video yang berisi pesan kurang lebih begini, "Kamu boleh tidak suka dengan sesuatu. Tapi jangan pernah membencinya. Sebab kebencian itu bukan saja merusak sesuatu tadi, melainkan secara bersamaan merusak diri sendiri dari dalam."

Akhirnya dan Rating
Sebuah petualangan dan proses pemahaman akan misteri hilangnya Ilse membuat saya ikut simpati, pusing menebak-nebak, bahkan geram kepada si pelaku. Dan akhirnya saya memberikan nilai untuk buku Belenggu Ilse ini adalah nilai 4 dari 5.

*****


  • "...seorang lelaki yang bisa begitu cepat berubah pikiran biasanya nggak bisa diandalkan. Kalaupun ada, karena sesuatu hal yang terjadi, dia harus meluruskannya...." (Hal. 165)
  • "...Perasaan memang nggak bisa dibunuh, tapi kamu harus belajar untuk mendidik perasaanmu." (Hal. 223)


[gambar kover diunduh dari situs Goodreads]

September 12, 2018

[Resensi] Arwah - Jounatan & Guntur Alam


Judul: Arwah
Penulis: Jounatan & Guntur Alam
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Terbit: Desember 2017
Tebal: 172 halaman
ISBN: 9786020451176
Harga: Rp46.800
Nilai: 2/5

Setelah lama tidak bisa menyelesaikan satu bacaan pun, akhirnya saya bisa pecah telur dengan membaca tuntas novel horor berjudul Arwah. Novel ini ditulis duet oleh Jounatan dan Guntur Alam, dan didaulat sebagai novel pertama dari novel trilogi. Buku keduanya sudah terbit juga, berjudul Tumbal. Sedangkan novel ketiganya sedang dalam proses penulisan, berjudul Ritual.

Novel Arwah bercerita tentang tiga teman kelas XI di SMA Victoria yaitu Jounatan, Nayla dan Leo. Jou diperkenalkan kepada Kak Bram yang merupakan kakak laki-laki Melodi, teman perempuan yang diam-diam menyukainya, untuk pekerjaan di Diskotek Lipstik. Kunjungan pertama mereka ke diskotek itu berujung tragedi yang melibatkan sosok hantu berambut gondrong dan memakai kaus kuning bertuliskan Nirvana. Hantu tersebut dikenal sebagai hantu Budi Lupus. Kemudian ketiganya diteror dengan sadis.

Apa hubungan benang merah antara Diskotek Lipstik, hantu Budi Lupus dan Jounatan?

Secara umum saya rada kecewa dengan ceritanya.

Novel Arwah ini memang mengambil genre yang jelas, novel horor. Tetapi, buat saya aura horor itu menjadi tidak horor lagi ketika adegan horor dimunculkan terlalu sering. Sejak Jounatan pergi ke Diskotek Lipstik, rasanya hidup Jounatan diganggu mulu oleh hantu Budi Lupus. Bukan sekali atau dua kali, setiap ke toilet, di rumah, di diskotek, Jounatan selalu dihantui. Saya sebagai pembaca bukannya merasa ngeri dengan kehadiran hantunya, justru makin bertanya-tanya, apa benar novel horor harus hantunya dimunculkan setiap saat begini.

Bahkan narasi mengenai hantunya diulang berkali-kali, seperti darah yang menetes dari hantu, bau rokok yang menguar, hingga bau amis darah. Sehingga saya beberapa kali meloncati paragraf yang menjelaskan kehadiran hantu dengan narasi sama karena saya sudah paham sekali ciri hantu dan kehadirannya akan diceritakan seperti itu.

Kemudian, menurut saya alasan Jounatan untuk bekerja terlalu mengada-ada. Sekadar menjadi mandiri dan bukan tuntutan hidup yang kemudian membuat Jounatan mengalami gangguan belajar di sekolah (tertidur di kelas, hal.67), sangat disayangkan. Saya tidak habis pikir penulis mau mengambil alasan aneh ini untuk ukuran anak SMA kelas 2 dengan orang tua yang masih lengkap. Terkesan dipaksakan.

“Jangan dipaksain kerjan Jou. Papa masih sanggup ngumpulin uang buat kuliahmu nanti….” (hal.52)
“Enggak apa-apa. Aku kuat. Udah gede ini. Lagian, kayak yang sering aku bilang, aku mau mandiri, Pa….” (hal.53)
Karakter Jounatan pun tidak pas untuk disukai sebagai karakter utama. Saya paham ketakutan dia yang dihantui mahluk halus. Namun ketika Nay membuka diri menceritakan keganjilan yang ia alami, Jo justru menutup diri terhadap keganjilan yang ia alami. Padahal sebelumnya ada pernyataan ia ingin menceritakan keanehan yang ia alami namun ia takut dengan reaksi Leo atau Nay tidak sesuai yang ia pikirkan. Jadinya situasi yang kontradiksi.

Bisa dikatakan karakter Jou, Nay, dan Leo tidak menonjol. Parameternya, saya tidak mendapatkan kesan mendalam terhadap ketiganya.

Di buku ini juga memuat kebetulan yang membuat saya tidak percaya. Penulis menghadirkan Natali, Pak Narto (satpam) dan Pak Hasta, yang punya kemampuan merasakan keanehan atas keberadaan hantu. Tiga orang terlalu banyak untuk menjadi perantara perasa keberadaan hantu yang bersinggungan dengan tokoh utama Jou.

Selain itu ada teknik penulisan yang tidak saya sukai yaitu penggambaran kejadian aneh yang dinarasikan penulis secara detail tetapi bukan dalam sudut pandang tokohnya. Semacam ada kejadian aneh di belakang punggung tokoh utama yang tidak disadari. Jadinya malah tidak horor lagi.

Tanpa dia sadari, satu per satu pakaian kotor di dalam keranjangnya bergerak ke atas,… (hal.84)
Kesan saya setelah membaca cerita buku Arwah ini adalah capek. Saya merasa dijejali dengan kehadiran hantu yang kelewat sering. Maunya saya, cerita hantu itu dikemas dengan kehadiran hantunya yang tepat waktu dan enggak keseringan, tetapi dibanyakin kegiatan ketiga tokoh utama menelusuri fakta tersembunyi atas misteri hantunya. Biarkan hantu itu muncul di bagian-bagian klimaks saja.

Gara-gara membaca buku ini juga, saya merasa perlu membaca novel genre horor penerbit ‘tetangga’ untuk membandingkan mana teknik yang pas dalam membuat cerita horor. Biarpun banyak catatan di ulasan novel Arwah ini, saya tetap akan melanjutkan ke buku keduanya, Tumbal.

Semoga bisa lekas selesai membacanya!

[Jadi kaku lagi bikin ulasannya. Harap bisa maklum euy]

Mei 09, 2018

[Resensi] Nikmatnya Bersyukur: Merajut Gaya Hidup Penuh Bahagia - Bahrus Surur-Iyunk


Judul: Nikmatnya Bersyukur: Merajut Gaya Hidup Penuh Bahagia
Penulis: Bahrus Surur-Iyunk
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Terbit: 2018
Tebal buku: xxii + 178 halaman
ISBN: 9786020458601
Harga: Rp53.800

Ada yang bilang kalo instagram itu media sosial yang selain menghibur juga membuat banyak orang iri. Pasalnya pengguna di instagram seolah berlomba-lomba memamerkan keunggulan dengan kemasan menarik dan spesial, meski kenyataannya entah kayak gimana. Apapun yang di-posting harus mencapai love banyak, kalo perlu dibanjiri komentar yang berjuta-juta. Ini yang kemudian jadi perhatian beberapa pengguna untuk menganalisa banyak manfaatnya atau justru banyak tidak manfaatnya.

Kalo saya sendiri sudah lama nggak main instagram. Bukan perkara alasan di atas. Saya merasa menggunakan instagram menghabiskan banyak waktu. Sekalinya buka, scroll ke bawah, mendapatkan banyak suguhan informasi, foto menarik, video lucu, dan pas sadar sudah dua jam lebih. Saya menghabiskan dua jam untuk melihat saja. Kalau membaca caption panjang rasanya jarang orang melakukannya. Ada yang salah dengan pola penggunaan begini. Kalo mencari hiburan, saya mending nonton film. Kalo durasinya dua jam, setelah nonton ya sudah nggak akan ditonton lagi karena sudah tahu isi filmnya apa. Sedangkan instagram menjadi candu, bakal buka lagi, lagi, dan lagi.

Saya uninstall instagram dan lebih aktif di twitter yang penggunaanya baik buat saya sebagai orang yang mencari hiburan sekaligus informasi dunia blog.
Menilik cerita di atas, orang yang menggunakan instagram akan berdalih "Yang penting bahagia cuy!"

Dan kalau bahagiamu itu bikin kau tidur cukup gara-gara instagram, saya kasih selamat sambil tepuk tangan yang kenceng.

Pok! Pok! Pok!

Tapi kalau bahagiamu belum penuh, saya mau share sedikit isi buku keren yang ditulis oleh kepala sekolah SMA Muhammadiyah di Sumenep dengan tajuk Nikmatnya Bersyukur: Merajut Gaya Hidup Penuh Bahagia.

Buku ini bakal menuturkan mengenai cara-cara bersyukur dalam rangka menjadi bahagia dengan sumber-sumber dari Al-Quran dan hadits. Menurut Al-Ghazali ada tiga cara manusia menunjukkan cara bersyukur. Pertama, bersyukur dengan hati. Kedua, bersyukur dengan lisan. Ketiga, bersyukur dengan anggota badan. Lebih jelasnya mending baca langsung bukunya.

Pendapat mengenai bersyukur adalah persepsi cara pandang, sangat menarik dipahami. Mungkin ketidakbahagiaan kita saat ini karena tidak bersyukur akibat cara pandang yang keliru. Misalkan kita sudah punya mobil, masih saja gelisah setiap melihat mobil yang lain lebih bagus dan lebih mahal. Yang sudah punya motor masih gelisah karena kepikiran ingin punya mobil. Padahal hati bakal tentram sentosa kalau kita merubah cara pandang dengan tidak melihat ke atas untuk membandingkan. Cobalah melihat ke bawah saja. InsyaAllah kita akan paham bahwa Allah sudah memberikan lebih banyak kepada kita dibandingkan yang dimiliki oleh mereka yang ada di bawah kita. Dari sini kita akan merasa sangat bersyukur.

Pada akhir bab buku ini menjadi penutup yang benar-benar keren karena membuka amalan yang ringan namun berfaedah sangat besar. Sekaligus mengingatkan buat kita yang kalau habis salat langsung beranjak. Sebab kata Rasulullah membaca Alhamdulillah, Subhanallah, dan Allahuakbar sebanyak 33 kali memberikan banyak manfaat.

Kata Alhamdulillah, segala puji milik Allah, memiliki ajakan kepada kita untuk bersyukur dalam segala keadaan. Kata Subhanallah, Maha Suci Allah, memiliki ajakan kita sebuah kesadaran Allah itu suci dan manusia adalah tempat salah sehingga perlu sekali bagi kita untuk ringan menjadi orang yang pemaaf. Kata Allahuakbar, Allah Maha Besar, mengingatkan kita untuk tidak membesar-besarkan hal kecil dan tidak membesar-besarkan urusan dunia selain untuk urusan Allah.

Konsep bersyukur yang disampaikan dalam buku ini akan membuat kita menjadi pribadi yang taat, bersabar, pemaaf, dermawan, dan tentu saja jadi orang bahagia. Sebab ujung usaha keras manusia di dunia adalah kebahagiaan dunia sekaligus kebahagiaan akhirat.

Juli 30, 2016

[Resensi] Something Like Fate - Susane Colasanti


Judul buku: Something Like Fate; Garis Takdir
Penulis: Susane Colasanti
Alih bahasa: Ersa Atika Sari
Editor: Ratna Kusumastuti
Terbit: Maret 2012
Penerbit: PT Elex Media
Tebal buku: vi + 358 halaman
ISBN: 9786020022680
Harga buku: Rp 53.800 (sebelum diskon, bukukita.com)

Lani dan Erin adalah sahabat sehidup semati. Mereka berbagi kisah masa kecil yang membuat mereka tak terpisahkan. Keduanya sama-sama mengagumi ramalan dan takdir. Persamaan mereka berdua hanya sampai di situ, selebihnya sifat mereka cukup berbeda. Lani seorang Taurus yang tak masalah jika harus melakukan segalanya sendiri, sementara Erin seorang Leo yang lebih suka bersosialisasi dan berkelompok.

Tetapi semua itu berubah ketika Erin memperkenalkan pacarnya –Jason, kepada Lani. Lani dan Jason seakan memiliki ikatan emosional walau mereka baru pertama kali bertemu, dan itu terlihat jelas karena Blake –sahabat Erin dan Lani, juga mengakuinya...

Review
Bukan ide cerita baru sebenarnya, namun novel ini terasa segar. Mengingat penulis memakai tokoh utama yang terkesan jahat karena menjalin asmara dengan pacar sahabatnya. Perasaan, jalan pikiran dan logika tokoh-tokohnya dimainkan dengan sangat maksimal sehingga pembaca ikut hanyut mengikuti jalan cerita. Meski ada tiga karakter sentral, saya hanya merasa Lani saja yang mendapat porsi besar. Berimbas pada perubahan kesan membaca saya, dimulai dari kesal terhadap Lani menjadi simpati. Penulis membuat pembaca memaklumi dengan posisi Lani. Ini berkaitan dengan masalah hati, masalah yang tidak bisa dikendalikan oleh keinginan saja.

Selain cerita mengenai ketiga anak manusia yang memperumit hubungan asmara-persahabatan, ada juga konflik mengenai penerimaan jati diri. Diwakili Blake yang menyembunyikan orintasi seksualnya dari sang ayah. Pada menjelang akhir buku, konflik ini muncul dengan sangat jelas dan memberikan jeda untuk konflik utama yang sudah muncul sejak awal buku.

Plot. Setting. Karakter.
Plot-nya menggunakan plot maju. Dimulai membahas kedekatan Lani dan Erin, kemudian masuk ke konflik utama -Lani menyukai Jason di belakang Erin, terakhir berupa penyelesaian efek konflik yang muncul. Ada sih satu bagian flashback mengenai awal munculnya perasaan berhutang budi Lani kepada Erin, namun rasanya tidak harus menyebut itu sebagai plot mundur.

Setting cerita mengambil di New Jersey. Lokasinya lebih banyak di rumah Lani dan di sekolah. Untuk musimnya berganti-ganti selama periode April – Oktober.

Karakter utamanya tentu saja Lani. Gadis yang mandiri, sangat peduli dengan sahabatnya, ramah, seorang pemimpin dan tentu saja pembohong yang payah. Ada Jason, pria yang romantis, pekerja keras, kocak dan cool. Lalu Erin jadi sosok yang mandiri, menyukai kegiatan sosial seperti perkemahan, pendendam, pemarah yang lebih banyak action-nya, dan lebih asyik dengan dunianya sendiri. Blake, cowok gay yang dewasa, humoris, sangat bersahabat dan cuek.

Pesan.
Lani sadar menyukai pacar sahabatnya adalah kekeliruan. Ia tidak kuasa mengendalikan perasaanya. Kemudian muncul kebohongan. Penyesalan tidak bisa dihindari. Sekali lagi, Lani mengabaikan nurani. Hasilnya ia mengalami kepahitan yang panjang dan untuk memperbaiki kerusakannya rasanya mustahil. Penulis mengingatkan pentingnya mendengarkan suara hati.

Catatan favorit.
Masalah besar yang kita hadapi setiap hari sesungguhnya adalah masalah kecil. Kita terfokus pada sesuatu yang mengganggu kita sehingga kita bahkan tak berusaha melihat kehidupan dari sudut pandang yang lebih jelas. [hal. 243]
Akhirnya,
Something Like Fate ini sangat cocok dibaca oleh pembaca yang menyukai kisah romantis dengan karakter muda. Karena berupa terjemahan, kisahnya sangat tidak drama alay. Untuk Something Like Fate saya memberikan 3 bintang dari 5 bintang.

Juni 01, 2016

[Resensi] My Bittersweet Marriage - Ika Vihara; Menikahlah Dibarengi Keikhlasan


Judul buku: My Bittersweet Marriage
Penulis: Ika Vihara
Editor: Afrianty P. Pardede
Penerbit: Elex Media Komputindo
Terbit: Maret 2016
Tebal buku: vii + 352 halaman
Harga: Rp 64.800 (before discount, gramedia.com)
ISBN: 9786020282435

Aarhus. Tempat yang asing di telinga Hessa. Tidak pernah sekali pun terlintas di benaknya untuk mengunjungi tempat itu. Namun, pernikahannya dengan Afnan membawa Hessa untuk hidup di sana. Meninggalkan keluarga, teman-teman, dan pekerjaan yang dicintainya di Indonesia. Seolah pernikahan belum cukup mengubah hidupnya, Hessa juga harus berdamai dengan lingkungan barunya. Tubuhnya tidak bisa beradaptasi. Bahkan dia didiagnosis terkena Seasonal Affective Disorder. Keinginannya untuk punya anak terpaksa ditunda. Di tempat baru itu, Hessa benar-benar menggantungkan hidupnya pada Afnan. Afnan yang tampak tidak peduli dengan kondisi Hessa. Afnan hanya mau tinggal dan bekerja di Denmark, meneruskan hidupnya yang sempurna di sana.

Kata orang, cinta harus berkorban. Tapi mengapa hanya Hessa yang melakukannya? Apakah semua pengorbanannya sepadan dengan kebahagiaan yang pernah dijanjikan Afnan padanya?
***

Review.
Novel My Bittersweet Marriage adalah pengalaman kedua membaca seri Le Mariage yang digagas penerbit Elex Media, setelah sebelumnya saya membaca My Prewedding Blues karya Anna Triana.

Novel ini runut menjelaskan bagaimana susahnya menjadi perempuan berusia 27 tahun namun belum juga menikah. Hessa kerap kali dijodohkan oleh mamanya ke anak teman-temannya. Rasa risih sudah pasti dirasakan. Terlebih lagi jika diingatkan jika umur 30 tahun, perempuan akan susah punya anak. Dan perjodohan terbaru, Hessa ogah-ogahan menemui pria bernama Afnan, seorang warga negara Denmark. Pada makan malam yang diadakan mamanya, Hessa menadapti kenyataan yang lain. Ia mengakui Afnan menarik. Adegan seru terjadi pada pertemuan kedua Afnan, ia langsung melamar Hessa.

Setelah ketakutan tidak menikah terlewati, Hessa harus bersabar mengikuti Afnan ke Aarhus, Denmark. Perbedaan iklim yang kontras, mmembuatnya gampang sakit. Terlebih urusan psikologi yang mendadak harus beradaptasi. Hessa menjadi istri yang di rumah. Hessa menjadi pengangguran. Hessa tidak punya teman siapa-siapa. Menurut saya penulis berhasil menyampaikan kesedihan Hessa dengan masalahnya selama di Denmark.

Urusan anak pun menjadi konflik yang lumayan membuat saya simpati. Hessa ingin menjadi perempuan yang utuh dengan bisa memiliki anak. Namun kesehatannya yang selalu ambruk jika musim dingin tiba, membuat Afnan selalu mengundurkan keputusan itu. Setelah keputusan dibuat, proses hamil tidak semudah yang mereka duga. Setelah bisa hamil, Hessa diuji untuk kehilangan anaknya. Bagaimana Hessa melalui kesedihan dan kesulitan menjalani pernikahan dengan Afnan selama di Denmark? Sebaiknya segera beli novelnya di toko buku terdekat dan baca hingga selesai.

Novel ini terbilang detail dalam mengungkapkan satu per satu fase yang dialami Hessa. Sehingga saya merasa kenal baik dengan sosok Hessa ini. Kesenangan, kesedihan, kekecewaan dan kemarahan Hessa bisa membuat saya maklum dan ingin sekali mengatakan, “Kamu akan bertemu kebahagian ketika tepat pada waktunya?”

Tampilan kover novelnya sudah pas. Backround gambar rumah khas Denmark dan sepeda kuning sudah menjelaskan isi yang ada di dalam cerita. Namun jika boleh mengusulkan, saya kurang menangkap kesan sendu yang dialami Hessa. Sebaiknya jika menampilkan backround rumah-rumah pada musim salju dan warna abu-abu musim dingin mungkin akan lebih mewakili sebagian besar cerita Hessa. Dan gambar sepeda tidak perlu dihilangkan.

Plot. Gaya menulis. POV. Karakter.
Novel My Bittersweet Marriage mengusung plot maju yang menceritakan dengan sangat runut, detail, kisah hidup sosok Hessa. POV yang digunakan adalah orang ketiga. Lebih banyak mewakili Hessa. Gaya menulis Ika Vihara menurut saya kurang mengalir. Terutama pada struktur kalimat yang sering kali membuat saya tersendat dan harus mengulang untuk mendapatkan intonasi yang pas. Di tambah saya juga menemukan banyak sekali typo.

  • Mengengal  à Mengenal [hal. 27]
  • Senyum Afnan. Masih tetap... àSenyum Afnan masih tetap... [hal. 32]
  • Afnan bilang ... akan diterimanya. à “Afnan bilang...akan diterimanya.” [hal. 57]
  • Khawatir.Hessa masih... à Khawatir. Hessa masih... [hal. 69]
  • Pernihakahan à Pernikahan [hal. 76]
  • Aku akan...tidak setengah-setengah.”... à “Aku akan.. tidak setengah-setengah.”... [hal. 95]

Sepanjang mengikuti novel ini, pusat cerita lebih tersorot kepada tokoh utamanya, Hessa dan Afnan. Hessa adalah sosok perempuan ceria, bisa rapuh, mudah berprasangka, bisa mengalah dengan logis, dan mengerti prioritas. Afnan adalah pria yang ambisius, sedikit egois, realistis, bisa romantis, sedikit pemalu, dan bertanggung jawab. Di antara kedua tokoh, saya lebih menyukai sosok Hessa dari pada Afnan. Bisa jadi penilaian saya karena Hessa lebih banyak mendapat porsi di cerita.

Bagian favorit.

Afnan adalah orang yang sangat percaya diri. Dia merasa apa saja di dunia ini tidak akan bisa membuat dirinya menangis dan meratap. Sekarang dia ingin menangis karena tidak sanggup membayangkan reaksi Hessa kalau mengetahui ini. Apa yang bisa dilakukannya? [hal. 294]
Di halaman 291-301 menceritakan bagaimana Afnan mengetahui kalau janin yang dikandung Hessa sudah tidak berkembang. Ketakutan ia menghadapi reaksi Hessa membuat saya merasa terpukul juga. Saya menyadari tidak mudah bagi Hessa kehilangan calon anak yang selama ini ia perjuangkan keberadaannya. Ketika bahagia datang, justru duka merenggutnya seketika. Pada bagian ini memang lebih banyak narasi. Penempatannya sangat tepat ketika penulis ingin mengungkapkan lebih banyak mengenai isi hati, pikiran, suara batin dari seorang Afnan sebagai seorang suami dan calon ayah. Bagian yang sangat mengharukan.

Petik-petik.
Menikah itu bukan gambaran manis seperti pada saat dilangsungkannya pesta. Ada banyak lembaran baru yang lebih berwarna. Yang dibutuhkan, hati yang kuat dan keyakinan dengan pilihannya. Dua manusia yang dijadikan satu, dengan perbedaan yang melekat sejak mereka kecil, untuk menyamakannya tidak semudah membalik telapak tangan. Yang dibutuhkan, hati yang luas dan penuh ikhlas.

Catatan menarik.
  • Laki-laki yang baik itu walaupun tidak mencintaimu, dia tidak akan menyakitimu. [hal. 7]
  • Jangan biasakan diri kamu dengan prasangka buruk. Itu mungkin yang bikin kamu susah dapat pacar. [hal. 8]
  • Waktu adalah sesuatu yang paling bisa menghibur kita. [hal. 10]
  • Anak-anak ini kecil dikasih makan di rumah, besar bisa nyari makan, nggak ingat rumah. [hal. 16]
  • Bahwa menjadi orang yang sukses dalam pekerjaan itu biasa banget. Sukses menjadi suami dan ayah yang hebat itu baru luar biasa. [hal. 45]
  • Jodoh yang baik itu adanya di tempat yang baik. [hal. 53]
  • Tuhan menciptakan pasangan untuk setiap manusia. Sekeras apa pun manusia menolak, kalau memang sudah ditakdirkan pasangan itu akan bertemu. Juga sebaliknya. [hal. 72]

Final. Rating.
Novel My Bittersweet Marriage seperti pelajaran dan modul untuk siapa saja yang belum menikah untuk menjelang pernikahannya suatu saat nanti. Mengungkap bagaimana menyikapi konflik yang kerap muncul dan memberikan solusi yang pas. Akhirnya saya memberikan rating novel ini sebesar 3 bintang dari 5 bintang.

Penulis.
Ika Vihara memiliki hobi menulis dan entah sejak kapan. My Bittersweet Marriage ini adalah novel debutnya. Penulis bisa dihubungi di Twitter @IkaVihara atau email ikavihara@gmail.com.

Maret 30, 2016

[Resensi] My Pre-Wedding Blues - Anna Triana


Judul: My Pre-Wedding Blues
Penulis: Anna Triana
Editor: Pradita Seti Rahayu
Penerbit: Elex Media Komputindo
Terbit: 2016
ISBN: 9786020280226

Kejujuran tak selalu jadi jawaban paling benar saat hati dan perasaan banyak orang yang jadi taruhan.

Candace dan Abim sepakat menikah. Candace siap menjadi tua bersama Hans, Abim mau menemani Aira sepanjang hidupnya. Sepasang sahabat beda gender dari bayi ini yakin, mereka bisa menjalani kehidupan rumah tangganya kelak. Tapi, saat persiapan pernikahan hampir sempurna, rasa takut kehilangan mengambil alih keyakinan mereka. Abim merasa Candace takkan bisa jadi teman travelling terbaiknya lagi. Candace juga sadar, Abim akan sulit ia jadikan tempat berkeluh kesah seperti biasa.

Bagaimana mereka menghadapi pre-wedding blues ini? Apakah Hans dan Aira mampu menerima kejujuran hati Abim dan Candace.

Review. Abim dan Candace akhirnya bersama. Maaf seribu maaf saya mengungkap ending novel ini. Tapi saya harus bilang, buat saya bukan ending yang penting di novel ini. Tapi perjalanan mereka berdua mempermainkan takdir. Abim dan Candace memang sangat dekat karena tumbuh bersama sejak dari bayi. Usia Candace terpaut lebih tua setahun dengan Abim. Dan kedekatan mereka, bagi Candce menuntutnya kadang menjadi kakak, kadang menjadi teman, kadang menjadi sahabat, dan seringnya menjadi musuh untuk bertengkar. Tidak ada rahasia antara keduanya.

Candace menerima lamaran kekasihnya, Hans. Ia yakin Hans pria terbaik yang layak menjadi suaminya. Disusul lamaran Abim kepada Aria yang sama manisnya. Pernikahan mereka akan digelar berdekatan. Namun siapa sangka kalau pernikahan mereka memunculkan kegelisahan yang akhirnya merubah jalan hidup mereka.

Persahabatan, pernikahan, dan Pulau Karimunjawa menjadi tiga bahan yang dikemas apik. Penulis menggambarkan persahabatan yang membuat saya iri. Kedekatan mereka begitu ber-attitude. Persahabatan yang kemudian tidak berputar di antara mereka berdua, tetapi sikap bersahabat juga menyebar kepada keluarga masing-masing. I love my family, itu yang kemudian ingin saya katakan setelah menyaksikan Abim dan Candace berinteraksi dengan keluarga masing-masing.

Pernikahan menjadi awal pertanyaan yang kemudian memunculkan ragu. Kata hati pun kerap dikesampingkan demi melihat banyak harapan dan kebahagian dari orang-orang terdekat. Saya tidak sanggup membayangkan bagaimana merevisi ulang rencana pernikahan setelah semuanya dipersiapkan. Ini bukan tentang baju pengantin, bukan soal gedung, atau katering, tapi mengenai kebahagian yang sudah diumumkan kepada orang terdekat. Apa mereka tidak kecewa?

Pulau Karimunjawa akhirnya menjadi sesi pencarian apa arti masing-masing. Di pulau ini pula keduanya berusaha keras menerima skenario hidup yang jelas-jelas bukan yang mereka mau. Tapi bukannya menjadi tenang dan ikhlas, pergolakan batinnya makin berkecamuk hebat.

Saya kemudian memperhatikan kover novelnya. Mempelai wanita yang memakai gaun pengantin tapi memunggungi pembaca. Itu Candace yang menangis. Ia menahan kesedihan agar tidak terumbar bebas dan menyakiti yang menyaksikannya. Rasanya ingin menepuk bahunya agar ia berbalik badan dan saya ingin mengatakan, “Abim soulmate-mu. Abim takdirmu. Jadi jujur sajalah soal perasaanmu sekarang!”

Novel ini juga komplit sebab tidak hanya membahas mengenai sisi percintaan. Penulis pun menggambarkan sisi keluarga yang di mata saya sangat harmonis. Saya salut, sebab banyak penulis yang hanya fokus pada konflik kedua tokoh utama dan melempar jauh-jauh peran keluarga.

Pokoknya, kalian akan menyesal jika tidak menjadi saksi Abim dan Candace mencoba membodohi takdir. Bacalah buku ini, please!

Plot. Gaya menulis. POV. Karakter.Penulis menggunakan plot maju mundur. Beberapa membahas kilas balik. Dan bagi saya plot seperti ini sangat menunjang dengan gaya bercerita penulis yang mengalir sekali. Penulis tidak membuat novelnya mendayu-dayu meskipun sebenarnya cerita Abim dan Candace perlahan tapi pasti menguras emosi yang membaca. Saya tidak menangis, tapi hati saya merasa diobok-obok. Saya sedih tapi tidak terlalu. Hebatnya, penulis bercerita dengan begitu teratur, tidak tergesa-gesa bahkan sampai mau ending pun, penulis sangat sabar mengemas cerita untuk tidak diakhiri dengan gampang. Kalian akan diberikan kejutan menohok ketika akan mencapai ending-nya.

POV yang dipakai penulis adalah campuran antara sudut pandang ketiga dan sudut pandang orang pertama. Konsisten penggunaanya meski dengan mengubah pihak yang bercerita antara Abim, Candance, Karina, Bayu, dan lain-lain. Ini yang akhirnya membuat penulis sangat mampu menyampaikan apa yang dirasakan, apa yang dipikirkan, setiap tokoh dalam menyoroti tokoh yang lainnya. It’s so nice.

Karakter yang hadir di novel ini saya kasih nilai 10. Bukan mengada-ada, Abim digambarkan konyol. Bahkan Candace mengatainya childish. Tapi di balik sosok itu, dia juga pria dewasa seperti pada umumnya. Kharisma sebagai seorang pria untuk Abim letak terbesarnya pada sifat humoris. Jadi wajar ketika rencana pernikahan digagas, Candace merasa takut kehilangan semua kekonyolan Abim. Lalu sosok Candace itu perempuan yang cerewet tapi perhatian. Dia mengerti cara memperlakukan teman dengan baik dan menerima semua karakter sahabat mulai dari baik dan buruknya.

Ada Hans, pria formal yang baik. Karena sangat baik, Candace pun sempat yakin memilih dia. Ketika badai datang, Candace bingung bagaimana untuk tidak mengecewakannya. Aira pun sosok perempuan yang terpuji. Memiliki tugas merawat ibunya dan tidak pernah mengeluh dengan hal itu. Yang paling menonjol karakter Aira ini muncul, ketika akhirnya ia harus memilih untuk mundur dari pernikahan. Dengan tenang dan lega, ia menelan rasa sedih dan kecewa dengan kondisi hati yang dingin. Pikirannya sangat mengagumkan.

Bagian favorit. Ada di halaman 160-162. Perjalanan mereka ke Pulau Karimunjawa menjadi keputusan kalau mereka harus menerima perubahan hubungan. Pernikahan akan merenggut kedekatan yang selama ini terjalin. Dan perpisahan mereka ke rumah masing-masing sangat memilukan.

Tugas gue buat jagain lo udah selesai sekarang. Mulai hari ini, tugas itu resmi jadi punya Hans.My Pre-wedding Blues, 161.
Petik-petik.
“... , padahal seharusnya gue lakukan cuma ngikutin kata hati. Sesederhana itu.”-My Pre-Wedding Blues, 265.
Semuanya mengarah pada pesan untuk belajar mengikuti kata hati. Tidak boleh membohongi diri sendiri setiap memutuskan keputusan penting. Biasanya dan lebih banyak, kata hati selalu menunjuk kepada kebaikan.

Final. Rating. Bagi saya novel ini buku wajib bacaan untuk semua orang. Ini semacam panduan sebelum menikah. Bukan soal A sampai Z tentang mempersiapkan pernikahan dari soal properti. Ini panduan kejiwaan dan pilihan sebelum menikah agar lebih bisa yakin. Pernikahan tidak akan berhasil jika keraguan diyakin-yakinkan. Akhirnya, saya memberi rating 5 dari 5.

Penulis. Anna Triana, 26 tahun, anak kedua dari dua bersaudara. Suka membaca sejakkecil dan mulai suka menulis sejak SMP. Hobi mendengarkan musik,makan dan jalan-jalan. Saat ini bekerja sebagai seorang guru di salah satu sekolah dasar swasta di Jakarta. “My Pre-wedding Blues” adalah novel kelimanya setelah “Hingga Ujung Waktu” (Media Pressindo, 2013), “Best I Ever Had” (Media Pressindo, 2014), “Simple Thing Called Love” (Elex Media Komputindo, 2015), dan “A Simple Wish for You” (Kinomedia, 2015).


Anna dapat diajak bertegur sapa via akun twitternya @annatriana_anna.

Februari 03, 2016

[Resensi] Tiga - Agung Rusmana



Judul: Tiga
Penulis: Agung Rusmana
Editor: Andriyani
Ilustrator: Gunadi Artwork
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Terbit: 2014
ISBN: 9786020239828

"Sampai kapan ya kita bisa bareng-bareng terus kayak gini?"-Tiga, 4.
Blurb.
Igor. Gue udah pacaran sejak umur delapan tahun dan mulai saat itu gue udah serius dan nggak main-main soal komitmen. Nggak ada di kamus gue yang namanya Cinta Monyet. Cinta yah cinta. Titik!

Gazha. Sejauh ini prioritas utama gue yah cuma sahabat. dulu, gue pernah punya teman yang selalu bisa bikin gue seneng dan ketawa, tapi karena satu masalah kecil yang agak nggak penting, yaitu PACAR. Akhirnya jadi berak semua.

Abbi. Gue bingung, kenapa banyak banget yang bilang gue manusia bernaluri buaya. Sebenarnya jadi seorang playboy itu anugerah. Lagi pula apa salahnya jadi playboy. Ada yang protes?

Cerita tiga pemuda gila, ceria, dan bermasalah yang menghadapi konflik cinta dan masa lalu. Satu yang belum mereka sadari, kalau persahabatan bisa utuh dan runtuh jika memang diizinkan.

###

Tujuan gue membaca novel ini lantaran gue suka dengan novel Agung yang Malaikat. Makanya gue pun mengejar agar bisa membaca novel yang ini. Akhirnya kesampaian. Namun apalah daya, setelah gue membandingkannya, novel ini belum memberi kesan yang 'wah' seperti novel Malaikat.

Ide Cerita.
Komplit semua masalah anak muda yang diwakilkan tiga karakternya (Igor, Gazha, Abbi), diurai dengan apik. Soal cinta, persahabatan. Blurb di atas sebenarnya sudah membuka apa-apa yang terjadi dengan ketiga karakter utamanya. Igor bermasalah dengan pacarnya, Dara. cewek yang polos namun aslinya tidak polos. Selalu saja ada alasan Dara agar tidak jalan dengan Igor. Dara cuek dengan harapan-harapan Igor agar selalu bisa dekat dan romantis dengannya. Gazha bermasalah dengan sahabatnya dulu. Lalu ia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama antara dia dengan Igor dan Abbi. Soal percintaannya pun sedikit lambat karena prinsip Gazha, pertemanan di atas segalanya. Abbi bermasalah dengan pacarnya Gwen. Tipe Abbi ini ingin diperhatikan dan tidak boleh pacarnya kehilangan fokus untuk tidak memperhatikannya. Sehingga jika Gwen lengah, Abbi tak segan bersikap posesif dan sedikit kasar.

Bagaimana permasalahan pada ketiga cowok itu berakhir? Simak saja sampai halaman terakhir dan tersenyumlah..

Gaya menulis. POV. Plot. Karakter.
Gaya menulis Agung memang "anak muda banget". Seolah dia bercerita dengan lisan. Biar pun kata-katanya terlalu "enggak sopan", namun melihat latar belakang cerita yang memang anak SMA, dimaklumi. Mungkin kalau dibuat sopan malah akan menghilangkan rasa cowok SMA-nya. Itu alasan kenapa saya lebih suka gaya menulis penulis pria dengan menceritakan pria sebab terasa kadar pria-nya. Berbeda dengan penulis wanita yang menulis karakter pria, masih akan dirasakan ada sisi feminim-nya. Ini yang bahaya, sebab kesan setelah membaca ceritanya akan menyusut.

Yang membuat saya menikmati ceritanya, dari sudut pandang pertama ketiga tokohnya pun ikut menyumbang rasa. Menyeret saya masuk dan ikut merasakan senang, bimbang, takut dan keresahan lainnya yang dialami si tokoh. Mungkin yang membuat bingung adalah kemiripan karakter ketiganya. Saya tidak menemukan yang membedakan antara ketiganya. Sudut pandang dan gaya menulis ini yang perlu dibenahi.

Plot yang digunakan penulis adalah plot maju. Jika pun harus ada kilas balik ke masa lalu, penulis menggunakan alternatif berupa narasi. Sehingga kilas balik ini tidak mengganggu kelanjutan cerita. Meski demikian, cara menggunakan narasi berimbas pada patahnya informasi masa lalu. Saya tidak menanggkap secara lengkap kejadian yang menimpa Gazha dan dua teman SMP-nya. PR lagi buat penulisnya.

Bicara karakter, saya kira tidak perlu dijabarkan. Sebab blurb di atas sudah bisa membantu pembaca untuk mengidentifikasi karakter ketiga tokoh utamanya. Pokoknya mereka tuh berandalan sekolah.

Bagian favorit.
Apa yang membuatnya berpikir boleh melakukan hal seperti itu? Siapa dia? Apa yang sudah dia berikan untuk Gwen sehingga bisa begitu marah bila dikecewakan? 

Part ini menceritakan tentang penyesalan Abbi setelah berlaku kasar pada pacarnya sendiri, Gwen. Hingga tampak luka di pergelangan tangan Gwen. Lengkapnya di halaman 88 - 90.

Petik-petik.
Pembaca akan diingatkan bahwa temen baik akan selalu berada di samping dalam kondisi apa pun. Bukan ketika seneng doang. Dan yang paling vokal dari keseluruhan cerita Tiga ini adalah adab-adab berteman. Benar kalimat blurb di atas. Persahabatan itu gampang utuh dan gampang runtuh. Makanya adab-adab berteman harus bisa diterapkan.

Contohnya, jangan menunggu teman peka terhadap masalah kita. Sebaiknya kita sendiri yang berinisiatif memberitahukan pada teman agar mereka tahu. Teman baik akan merespon positif terhadap kondisi demikian.

Cuplikan.
"Kalo yang namanya sahabat, nggak pakai kemarin atau sekarang. Tapi selamanya," tutur Kafka. -Tiga, 46.

Final. Rating.
Yang mau tahu sahabatan dengan nilai moral positif, silakan sikat kisah Gazha, Irgo dan Abbi dengan konflik masing-masingnya. Akhirnya rating yang saya kasih sebesar 3,5 dari 5.

Jawab ya!
Menurut kalian teman baik itu yang bagaimana?