[Resensi] Zoom In Zoom Out Dunia Trisa - Eva Sri Rahayu


Judul: Zoom In Zoom Out Dunia Trisa
Penulis: Eva Sri Rahayu
Editor: Dion Rahman
Penata letak: Debora Melina
Desainer sampul: Aji Hermawan
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Cetakan: I, Desember 2019
Tebal: 265 hlm.
ISBN: 9786230011085
ISBN digital: 9786230011122

Sinopsis Novel
Novel Zoom In Zoom Out Dunia Trisa ini mengisahkan jatuh bangun seorang Trisa yang memiliki ambisi menjadi aktris. Berbagai casting dia ikuti dan banyak kegagalan dia lalui. Berbagai masalah dunia entertainment menimpa Trisa namun impiannya tidak juga mati.

Kisah asmara Trisa pun tidak sama mulusnya. Ada saja masalah yang membuat Trisa tidak bisa menikmati perasaan kasmaran dalam jangka waktu lama. Kadang, rasanya hidup Trisa hanya diisi oleh banyak ketidakberuntungan.

Bagaimanakah ujung kisah Trisa dalam dunia entertainment dan urusan asmaranya?

Resensi Novel
Perkenalan saya dengan penulis Eva Sri Rahayu ini lewat buku Love Puzzle yang dulu pernah saya resensi juga tapi di blog lawas yang kini sudah dihapus. Dan ketika saya buka Gramedia Digital lalu muncul novel baru yang ditulis oleh penulis, langsung saya unduh dan baca novel ini padahal saya sedang membaca novel yang lainnya.

Gemerlap Dunia Entertainment yang Membutakan Mata

Saya yakin pasti ada beberapa orang yang seperti Trisa, punya obsesi menjadi aktris dan sering mengikuti casting dimana-mana. Perjalanan yang enggak mudah untuk mewujudkan itu. Seperti Trisa, harus mengalami banyak kegagalan. Dan di awal-awal dia kebagian peran kecil, entah sebagai yang lewat, entah sebagai peran figuran yang munculnya hanya berapa adegan, atau bahkan sebagai pengisi suara saja.

Saya sedikit buta dengan alasan Trisa begitu terobsesi menjadi aktris. Apakah untuk memperbaiki ekonomi atau memang dia menyukai dunia entertainment? Kasih tau saya jika saya melewatkan alasan Trisa mengejar obsesinya sedemikian rupa ini.

Padahal dunia hiburan tidak pernah ada yang ramah. Penuh terjal dan bagi yang mengejarnya harus siap berdarah-darah. Trisa harus mengalami bentrokan dengan beberapa orang yang sudah lebih dulu terjun di dunia hiburan. Misalnya dengan aktris yang sudah lebih dulu tenar. Atau hubungan tidak baik dengan sutradara akibat terlambat datang saat syuting. Ternyata meski mengalami perlakuan tidak baik, Trisa tidak menyerah.

Sekali pun dia harus dihadapkan dengan kesibukan kuliah, casting tetap dilakoni Trisa. Bayangkan saja, demi mengejar karir aktris, di usia 25 tahun Trisa masih terdaftar sebagai mahasiswi. Perjuangan yang panjang namun hasilnya pelan sekali.

Ada jalan pintas yang sebenarnya bisa bikin Trisa cepat menjadi terkenal yaitu dengan mendekati sutradara. Hanya saja Trisa masih memilih berjuang di jalan yang benar.

Trisa Dan Segala Hal Yang Menyebalkan

Karakter Trisa di novel ini sangat menyebalkan. Dia tipe perempuan yang kepala batu dan ceroboh. Entah sejak kapan dia mengejar karir sebagai aktris, tetapi konflik di dunia hiburan selalu dihadapi Trisa dengan ceroboh seperti anak baru.

Di awal novel Trisa sudah marah-marah kepada Desta gara-gara dia terlambat casting. Padahal Desta bukan siapa-siapa dan masih mending ada yang mau antar-jemput Trisa kemana-mana. Bukannya terima kasih, Trisa malah menyalahkan Desta atas kejadian buruk yang menimpanya. Saya kaget membaca bagian ini dan ikutan kesal. Kalau beneran ada orang kayak Trisa, sudah saya getok kepalanya.

Dan ada banyak kelakukan Trisa yang bikin saya mengelus dada. Enggak habis pikir saja ada orang kayak Trisa di usia 25 tahun yang menyebalkan.

Formula Roda Berputar Dan Trisa Bermetamorfosis

Penulis menggunakan formula metamorfosis dalam cerita Trisa ini. Setelah perjuangan dan menghadapi banyak konflik di dunia hiburan, Trisa akhirnya berubah menjadi kupu-kupu. Walaupun di tengah jalan dia tetap diterpa badai. Di saat inilah orang-orang terdekat Trisa berperan besar menggenggam Trisa supaya tidak terjatuh.

Karakter Trisa pun berubah banyak. Sikapnya yang ceroboh dan kepala batu berkurang. Penulis menempatkan Trisa sebagai karakter yang sudah lebih baik tapi memiliki kesadaran sebelum dia berubah menjadi sekarang. Seperti rendah hati begitu. Dan waktu mengajarkan banyak hal untuk dirinya.

Pesan-pesan Moral yang Perlu Direnungkan

Jujur saja saya tidak mendapatkan banyak kesan bagus untuk novel ini. Sepanjang membacanya, saya lebih banyak kesal dengan karakter Trisa. Walaupun di akhir-akhir novel, Trisa berubah, tetap saja dia menyebalkan. Bahkan untuk hubungannya dengan Adam tidak menemukan titik terang lantaran Trisa mendahulukan obsesinya.

Yang paling bisa saya tangkap pesan moral dalam novel ini adalah kegigihan Trisa mengejar apa yang diimpikannya. Berbagai situasi buruk berhasil dia lalui dengan fokus ke impiannya itu.

Terakhir dan Rating
Untuk kisah Trisa dan obsesinya saya hanya bisa memberi nilai 3 dari 5. Rasanya novel ini cocok dibaca oleh mereka yang punya obsesi menjadi aktris juga supaya mendapatkan bayangan permasalahan apa saja yang akan muncul di dunia hiburan.

*****


[Resensi] Mencari Simetri - Annisa Ihsani


Judul: Mencari Simetri
Penulis: Annisa Ihsani
Penyunting: Mery Riansyah
Penyelaras aksara: Yuliono
Desain sampul: Sukutangan
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, Agustus 2019
Tebal: 240 hlm.
ISBN: 9786020629360
ISBN digital: 9786020629353

Sinopsis
Umur April sudah 29 tahun. Pekerjaannya sudah bagus dan fleksible, bisa dikerjain di kosan atau rumah. Tapi dia gundah oleh cerita asmaranya dengan Armin, rekan kerja prianya yang kadang cuek, kadang begitu perhatian. Hubungan mereka tidak jelas, sehingga April tidak bisa melanjutkan langkahnya mau kemana. Enam tahun April terus memupuk harapan kepada Armin. Sedangkan kalau dibandingkan dengan sahabatnya, Sita, dia sudah menikah dan akhirnya punya bayi.

Dalam keluarga, Mama harus ke Semarang untuk mengurus neneknya. Papa ditinggal di rumah dan mulai melupakan banyak hal. April kemudian memegang tanggung jawab terhadap papanya karena Kak Laras sibuk dengan keluarganya.

Apakah April bisa melewati krisis hidup di usianya yang sekarang?

Resensi
Nama penulis Annisa Ihsani merupakan salah satu penulis yang karyanya saya ikuti. Buku Mencari Simetri ini merupakan buku keempat karya Annisa yang saya baca. Untuk membaca resensi buku Annisa lainnya, silakan klik judulnya berikut ini: Buku A Untuk Amanda, Buku Teka-Teki Terakhir, dan Buku A Hole in The Head.

Menurut kabar, buku Mencari Simetri ini merupakan karya Annisa yang keluar dari kebiasaannya karena dia mengambil lini Metropop. Buku-buku terdahulunya terbilang di lini Teenlit/Remaja. Tentu saja ini bikin penasaran bagaimana Annisa meramu konflik dewasa, apakah akan sama serunya atau justru Annisa menjadi bukan Annisa.

Krisis Usia Menjelang Usia Tiga Puluh Tahun

Saya yakin banyak yang mengalami kegalauan ketika umur sudah mendekati angka tiga puluh. Biasanya mereka akan men-screening dirinya sendiri, lalu dibandingkan dengan orang lain di sekitarnya. Hasilnya adalah rendah diri. Seperti yang dialami tokoh April, dia merasa dirinya gagal, hidupnya tidak berhasil, dan merasa tertinggal dibandingkan dengan pencapaian orang terdekatnya. Contohnya, April melihat Sita, sahabatnya, sudah sangat enak karena di usia sekarang dia sudah menikah, bahkan sebentar lagi dia punya bayi. Sedangkan April merasa dirinya masih jauh untuk menyamai Sita.

Pikiran menikah saja tidak ada. April masih bergelut dengan perasaannya yang kerap di naik-turunkan oleh Armin. Kedekatan mereka tidak membawa mereka kemana-mana. Hanya senang berbagi letupan indah di dada ketika sedang bersama tanpa ada yang mau memulai membicarakan komitmen. April galau karena urusan ini.

Cinderella Syndrom Atau Hanya Ketidaksiapan?

Mengikuti kisah April dengan kebucinannya (budak cinta) membuat saya mempertanyakan pola pikirnya yang menolak segala bentuk komitmen besar. Misalkan dia belum memikirkan menikah dan masih senang dengan konsep berbunga-bunga ala remaja belia. Atau ketika dia bingung untuk pindah kosan ke rumah, sedang di depannya ada alasan besar yang mengharuskan dia pindah, dan keraguannya itu didasari ketidakinginan April memikul tanggung jawab merawat papanya yang akan membuat zona nyamannya terrenggut.

Kalian pernah dengar Cinderella syndrom? Sindrom yang menyebabkan orang dewasa bersikap kanak-kanak. Cinderella syndrom ini sebutan bagi penderita perempuan, sedangkan bagi penderita laki-laki disebutnya Peterpan syndrom. Begitu membaca kisah April, saya menduga dia mengidap sindrom ini. Apalagi ending cerita April digantung, yang bikin saya makin heran kenapa dia tidak bisa melihat kisah asmaranya dengan sudut pandang yang lain. Tapi saya tidak bisa memastikan hal itu, bisa saja April memang tipe perempuan yang memiliki prinsip kuat terkait keputusan yang menyangkut dirinya.

Berbakti Kepada Orang Tua Itu Tidak Mudah Dan Harus Dilakukan

Selain urusan asmara, April terseret untuk mengurus papanya yang mulai menunjukkan gejala pikun. Mamanya mendadak harus ke Semarang mengurus Eyang Uti yang mulai sakit-sakitan, bahkan sampai berbulan-bulan Mamanya di sana. April baru merasakan bagaimana sulitnya membagi waktu antara bekerja dan mengurus keluarga.

Ada beberapa bagian cerita yang akan mengingatkan kita untuk memperhatikan orang tua kita dan akan membuat hati kita terenyuh. Yaitu ketika kita mendapati sosok orang tua kita ternyata sudah tua. Melihat tubuh mereka yang mulai bungkuk, melihat kulit mereka yang mulai keriput, dan melihat rambut mereka yang mulai beruban. Ini bikin kita berpikir sudah sejauh mana kita berbakti kepada mereka.


Perubahan Bentuk Perkawanan Di Atas 25 Tahun

Ketika kita sudah lulus kuliah dan kemudian bekerja, ada yang berubah dari bentuk perkawanan. Jangan tanya soal perkawanan SD, SMP, dan SMA. Itu pasti sudah berubah sejak kita naik tingkat sekolah. Dan perkawanan kuliah pun berubah juga. Sebab kita akan disibukkan oleh pekerjaan, oleh pergaulan tempat kerja, bahkan oleh prioritas hidup lainnya.

Hubungan April dan Sita pun berubah ketika Sita menikah dan akhirnya punya anak. April merasakan betul waktu sahabatnya itu berkurang banyak untuk dirinya karena Sita punya prioritas baru. Pada saat beginilah dibutuhkan kedewasaan menyikapi perubahaan yang terjadi. Kita tidak bisa menuntut orang lain mengikuti ritme hidup yang kemarin-kemarin, tetapi yang dibutuhkan adalah menyesuaikan diri dengan prioritas kita yang baru.

Mereka Menyebalkan Dan Bikin Hilang Simpati

Sepanjang membaca buku Mencari Simetri ini, kita akan dikenalkan kepada beberapa tokoh. Sayangnya, saya tidak bertemu dengan satu tokoh pun yang saya sukai. Menurut saya tokoh utama di novel ini sangat menyebalkan.

April jelas-jelas perempuan yang begitu mengagungkan kebenaran pilihannya. Memilih pasangan saja dia begitu ingin yang sesuai dia mau dengan alasan, "Saya yang akan menjalani." Tidak salah sebenarnya, tapi ada kalanya sebagai manusia kita juga begitu didominasi egois dan belum tentu yang kita yakini itu benar. Banyak sekali orang di sekitar saya yang karena usia sudah matang, atau kelewat matang, akhirnya memilih pasangan dengan menurunkan egoisnya. Mereka mulai melihat dengan kacamata orang tua dan sahabat-sahabatnya. Toh tidak ada orang yang menyayangi kita akan memberikan kepada kita pilihan yang buruk.

Armin pun bukan pria yang patut dibanggakan walau senyumnya manis dan dia bisa sangat perhatian. Benar kata Sita, Armin tipe pria yang senang menebar remah-remah untuk perempuan, tapi enggan memberikan kue utuh. Dia senang di kelilingi perempuan, memperhatikan mereka, tapi tidak ada dipikirannya untuk memiliki. Senang sebatas itu saja. Orang menyebutnya pria pemberi harapan palsu.

Lukman juga membosankan. Kalau dari segi materi, dia mapan, Kalau soal perhatian, dia jagonya. Kalau soal membangun hubungan yang berwarna, ini dipertanyakan. Saya masih bingung dengan karakter dia yang ingin mengajak April serius tapi tanpa memberi kesan dulu. Kesan nyaman dan kesan membahagiakan. Bayangkan saja yang dilakukan Lukman itu sekadar ngajak makan dan nonton, lalu tiba-tiba memperkenalkan April ke keluarga. Caranya tepat tapi dia tidak mempertimbangkan perasaan April yang terkejut. Entah ini karena ceritanya dipersingkat atau beneran dikonsep demikian.

Akhirnya dan Rating
Pemilihan konflik yang pas untuk menyasar pembaca dewasa dan banyak mengingatkan soal beberapa hal yang akan dialami ketika menginjak usia tiga puluh. Fase krisis yang butuh ekstra tenaga untuk bisa melewatinya. Dan saya memberikan nilai untuk buku Mencari Simetri ini dengan nilai 3 dari 5.

*****

  • "... Ketika orang-orang menaruh ekspektasi mereka terhadapmu dan kau tidak mau memenuhinya, itu bukan salahmu. Kau tidak bisa memenuhi ekspektasi semua orang." (Hal. 52)
  • "Janganlah terlalu sering membanding-bandingkan hidupmu dengan orang lain...." (Hal. 96)



[EBook] Belenggu Ilse - Ruwi Meita


Judul: Belenggu Ilse
Penulis: Ruwi Meita
Editor: Dion Rahman
Penata letak: Divia Permatasari
Desainer sampul: Sukutangan
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Cetakan: I, Desember 2019
Tebal: 328 hlm.
ISBN: 9786230010033
ISBN digital: 9786230010040

Sinopsis
Setelah dua tahun menghilang, Ilse kembali datang ke rumah mewah miliknya dengan kondisi hilang ingatan dan tubuh yang tidak terurus juga penuh luka. Firas, suaminya, sangat terkejut. Padahal sebelumnya dia sudah memutuskan untuk membuka hati kepada Ralia, sahabat Ilse. Kembalinya Ilse mengubah semuanya.

Kemana saja Ilse selama dua tahun ini?
Dan bagaimana hubungan selanjutnya antara Firas dan Ralia?

Resensi
Nama penulis Ruwi Meita bukan nama baru bagi saya karena sebelumnya saya pernah tahu karya beliau, diantaranya: Misteri Patung Garam, Kaliluna: Luka di Salamanca, dan Carmine. Sayangnya, saya belum pernah membaca salah satu bukunya, dan baru kesampaian sekarang, setelah saya mengunduh ebook ini di Gramedia Digital.

Misteri Perempuan yang Menghilang dan Entah Siapa Pelakunya

Di buku Belenggu Ilse ini, penulis meramu cerita yang mengandung tema misteri. Kembalinya Ilse ke keluarganya setelah hilang dua tahun, memberikan pertanyaan kepada pembaca, kemana saja dia selama ini. Juga melihat penampilan Ilse yang tidak terurus dan dia bersikap seperti binatang (makan dan minum, meringkuk) menjadi pertanyaan, apa yang sudah terjadi dan dilewati Ilse selama dua tahun ini. Misteri inilah yang membuat pembaca bakal terus terpikat mencari tahu.

Rasa dari misteri yang disajikan Ruwi Meita dalam bukunya kali ini sangat pas dan memikat. Proses mengungkapkan jawabannya dibuat dengan melibatkan tokoh lain yaitu dua polisi: Saram dan Hana. Sehingga sepanjang buku pembaca akan dijejali cerita mengenai:


  1. Kehidupan Ilse setelah kembali ke tengah-tengah keluarganya. Di sini diceritakan hubungan Ilse dengan Firas suaminya, hubungan Ilse dengan Kale, anak perempuannya, hubungan Ilse dengan Ralia, dan hubungan Ilse dengan lingkungan pendukungnya (orang tua, tetangga).
  2. Kehidupan Ralia setelah Ilse kembali. Di sini Ralia memendam rasa kepada Firas dan berharap bisa hidup bersama. Tapi setelah Ilse kembali, harapan itu lenyap. Selain soal perasaannya kepada Firas, Ilse dipertemukan lagi dengan rekan kerjanya, Sura, chef di kafe yang desain interiornya dia garap. Ralia dan Sura mempunyai cerita yang panjang juga di buku ini.
  3. Proses menelusuri misteri deep website yang punya kaitan dengan kasus menghilangnya beberapa perempuan. Puncaknya adalah kebakaran sebuah rumah yang menewaskan seorang perempuan yang identitasnya sama dengan perempuan yang hilang beberapa bulan lalu. Dari kejadian itu Saram dan Hana mulai melakukan penyelidikan terhadap kasus besar ini.


Sepanjang membaca buku ini saya suka menebak pelaku utamanya. Sebab setiap babnya seolah memberi potongan-potangan jawaban. Namun ternyata dugaan-dugaan saya salah semua. Tetapi tokoh-tokoh yang saya curigai memang punya andil baik langsung maupun tidak langsung dengan menghilangnya Ilse.

Roman Yang Kata Orang Manis Memang Hanya Pemanis

Cerita misteri tanpa roman sebenarnya bisa saja tetap menarik. Tapi apa salahnya roman dimasukkan selama itu mendukung cerita, justru tambah mantap. Di buku ini sajian roman antar tokohnya terbilang rumit dan enggak manis. Firas dan Ilse mempunyai hubungan suami istri yang tidak harmonis sebelum Ilse menghilang. Dan ketika Ilse kembali, hubungan mereka bertambah pelik mengingat Ilse berubah, bukan Ilse yang dulu.

Hubungan Ralia dan Firas pun tidak berjalan lancar. Apalagi pada pembukaan buku ini diceritakan mereka telah tidur bareng. Begitu keduanya akan membuka hati untuk satu sama lain, Ilse datang dan otomatis mengurungkan niat mereka. Yang paling merana tentu saja Ralia yang harus memupus perasaannya.

Hubungan Ralia dan Sura pun tidak ada kemajuan. Bagaimana bisa maju kalau Ralia masih sibuk berkutat dengan perasaannya kepada Firas. Dalam sisi ini, Sura lah yang lebih banyak bersabar dan berusaha menarik perhatian Ralia meski lebih banyak diabaikan.

Kriminal Dan Kekejian Yang Tidak Manusiawi

Selama dua tahun Ilse mengalami kejahatan yang tidak manusiawi. Tujuan si pelaku adalah menghilangkan ingatan si korban dengan dalih membuat si korban lahir kembali sebagai manusia baru. Kriteria korban yang dipilih si pelaku adalah mereka yang memiliki dosa dan seharusnya mereka tidak ada di dunia ini. Pelaku memposisikan diri sebagai pengadilan manusia dengan menggunakan alter sejarah Yunani.

Proses menghapus ingatan korban mengingatkan saya dengan serial Treadstone. Bedanya, di buku ini korban yang dihapus ingatannya akan lahir sebagai manusia yang seperti binatang. Sedangkan di serial itu, korban akan menjadi senjata mematikan untuk membunuh target yang diincar.

Cerita Panjang Yang Mencoba Mengupas Sampai Akar

Sebelumnya saya sudah menuturkan tiga cerita besar di buku ini. Terbilang buku ini punya kepadatan cerita sehingga membuat saya merasa kelelahan membacanya. Dalam waktu bersamaan saya mesti memahami cerita ketiganya dan cerita di buku ini bukan cerita ringan, melainkan punya sisi kelam dan sisi tebak-tebakan yang bikin pembaca ikut menduga-duga. Kebayang bukan lelahnya menyelesaikan cerita Ilse!

Tetapi begitu menuju akhir cerita, rasa lelah tadi terbayar sebab memang ceritanya seru dan ekspektasi saya terhadap akhir ceritanya memang terpuaskan. Akhir cerita yang enggak buru-buru dan enggak dipaksakan. Rapi dan runut pokoknya.

Petik-Petik
Awal mula dari kasus besar itu adalah bentuk kebencian. Saya jadi ingat pernah menonton sebuah video yang berisi pesan kurang lebih begini, "Kamu boleh tidak suka dengan sesuatu. Tapi jangan pernah membencinya. Sebab kebencian itu bukan saja merusak sesuatu tadi, melainkan secara bersamaan merusak diri sendiri dari dalam."

Akhirnya dan Rating
Sebuah petualangan dan proses pemahaman akan misteri hilangnya Ilse membuat saya ikut simpati, pusing menebak-nebak, bahkan geram kepada si pelaku. Dan akhirnya saya memberikan nilai untuk buku Belenggu Ilse ini adalah nilai 4 dari 5.

*****


  • "...seorang lelaki yang bisa begitu cepat berubah pikiran biasanya nggak bisa diandalkan. Kalaupun ada, karena sesuatu hal yang terjadi, dia harus meluruskannya...." (Hal. 165)
  • "...Perasaan memang nggak bisa dibunuh, tapi kamu harus belajar untuk mendidik perasaanmu." (Hal. 223)


[gambar kover diunduh dari situs Goodreads]

[EBook] Pendakian Terlarang - ArgaNov


Judul: Pendakian Terlarang
Penulis: ArgaNov
Penyelaras aksara: Agnes O.
Desain sampul & tata letak: Pandu S.
Penerbit: Bhuana Sastra
Cetakan: I, Desember 2019
Tebal: 116 hlm.
ISBN: -

Sinopsis
Delapan anak muda yang tergabung dalam grup hiking Devil Expedition akhirnya berkesempatan menaklukan puncak Gunung Marapi di Sumatera Barat. Perjalanan ini sudah dinantikan sejak tahun-tahun sebelumnya namun selalu gagal terlaksana karena berbagai halangan. Yang terakhir membuat mereka gagal mendaki karena salah satu teman mereka, Lisa, mendadak meninggal dunia.

“Jika siapa pun yang memasukkan langkahnya di seberang puncak Gunung Marapi, maka pilihannya adalah menjadi dari kami atau mati.”

Semua tahu ada larangan yang harus mereka taati kalau tidak mau berurusan dengan orang Kampung Bunian.

Akankah perjalanan mereka berhasil mencapai puncak Gunung Marapi?

Resensi
Salah satu alasan saya mengungguh ebook ini di aplikasi Gramedia Digital adalah judulnya yang memuat kata “Pendakian”. Saya selalu suka bacaan yang ada cerita tentang pendakian gunung. Ini dikarenakan saya belum pernah naik gunung. Padahal keinginan melakukannya sudah sangat menggebu dan beberapa kali merencanakan tapi masih belum ketemu jadwalnya. Alam memang tampaknya belum menghendaki saya menikmati suasana pegunungan.


Buku Pendakian Terlarang ini menceritakan sekumpulan anak muda yang melakukan pendakian Gunung Marapi yang ada di Sumatera Barat. Benar-benar menceritakan pendakian tanpa ada sisipan konflik drama lainnya. Dimulai dari mempersiapkan segala keperluan untuk pendakian. Misalkan mempersiapkan tenda dan alat lainnya, termasuk logistik. Ketepatan untuk menghitung persiapan ini setidaknya harus mendekati pas. Kalau sampai kurang siap, maka bersiap saja untuk mengalami kesusahan selama pendakian.

Di dalam buku ini dijelaskan beberapa adab yang harus ditaati oleh pendaki selama mendaki gunung. Pertama, kita harus meminta ijin kepada pemimpin lingkungan setempat sebelum memulai pendakian. Dalam buku ini tim Devil Expedition meminta ijin kepada kepala desa. Sebenarnya untuk beberapa gunung sudah ada pos perijinan pengelola sehingga urusan perijinan bisa dilakukan di tempat itu. Tujuannya adalah supaya para pendaki terawasi ketika naik dan turun gunung. Sehingga jika sesuatu terjadi dengan para pendaki, misalnya pendaki hilang, kepala desa atau kru di pos perijinan bisa segera melakukan pencarian.

Dan yang kedua, para pendaki dilarang meninggalkan sampah di gunung. Sampah yang ada harus di bawah lagi ke bawah ketika turun gunung. Cara ini wajib dipatuhi untuk menjaga lingkungan gunung tetap bersih dari sampah.

Adab ketiga adalah pendaki dilarang merusak lingkungan gunung, salah satunya adalah jangan memetik bunga atau pohon yang ada di lingkungan gunung. Tujuannya agar habitat gunung tetap terjaga seperi semula.

Sebenarnya ada beberapa aturan mendaki yang biasanya disampaikan kru perijinan tetapi karena saya belum pernah mendaki, jadi saya kurang paham yang lainnya. Ketiga adab tadi merupakan yang disebutkan di dalam buku ini. Yang lainnya, yang pernah saya dengar, selama pendakian, kita dilarang berucap yang buruk atau melakukan hal buruk. Katanya kalau kita tidak mematuhi, kita akan mengalami hal-hal aneh. Salah satu yang sering dibicarakan, yang melanggar aturan tadi, bukan tidak mungkin akan dibikin berputar-putar tanpa menemukan jalan yang benar. Ngeri ya membayangkannya!

Tampaknya untuk pendakian Gunung Marapi pun ada tambahan larangan lainnya bagi para pendaki yaitu dilarang mengusik atau mengganggu dunia lain yang ada di sekitar gunung, yang biasa dikenal dengan sebutan Orang Kampung Bunian. Kampung ini merupakan kampung yang tak kasat mata. Keberadaannya susah dipastikan. Sehingga kepala desa menekankan adab-adab tadi agar dipatuhi untuk menjaga para pendaki dari sesuatu yang aneh.

Jujur saja saya merasa ketakutan selama membaca buku ini. Ini bukti keberhasilan penulis menyampaikan ceritanya dengan diksi yang tidak bertele-tele dan tepat penggunaan untuk menggambarkan suasana. Padahal sebelum membaca buku ini, saya membaca buku horor lain, tapi baru di buku ini saya merasakan ketakutan yang luar biasa.

Awalnya rasa takut itu saya rasakan ketika Mila menyadari perubahan Nina yang menjadi pendiam sejak mereka berangkat. Ditambah ketika Mila pun mendengar suara samar-samar yang memanggil namanya. Suasana mencekam bertambah ketika perjalanan malam hari dan Nina semakin bertingkah aneh. Dalam kondisi lelah dan pegal, mereka harus mengurus Nina yang tiba-tiba pingsan. Begitu Nina sadar justru dia meracau seperti orang kesurupan.

“Tadi seperti suara kepala desa, panggil namaku,” katanya bingung.
Aku mengedarkan pandangan ke sekitar, diikuti yang lainnya. Tidak asa siapa pun di sekitar sini. Lagipula hari sudah menjelang Maghrib, mana mungkin masih ada orang di ladang. (Hal. 18)
Beberapa kejadian yang membuat saya bergidik ngeri seperti hembusan angin dingin yang berasal dari kegelapan, suasana hening namun seperti tengah diawasi, suara bisikan yang muncul sesekali tanpa ada sumbernya, kemunculan sosok orang berbadan besar di kegelapan, dan adegan kesurupan yang dialami Nina. Pokoknya saya sarankan jangan membaca buku ini malam hari. Takutnya kalian susah tidur lantaran sensasi mencekam masih menyelimuti. Karena itu yang saya alami, saya membacanya malam hari dan saat mau tidur masih kebayang suasana gunung malam hari yang dingin dan keramat.

Biarpun temanya horor dengan latar pegunungan, buku ini mengingatkan banyak hal untuk pembaca diantaranya:

  1. Jangan menganggap remeh keramat sebuah gunung. Sebab gunung memiliki rahasia aneh yang akan susah ditangkal jika kita berbuat ceroboh selama pendakian.
  2. Kita harus peka dengan tanda restu dalam hal apa pun. Bisa saja asalnya dari alam atau bahkan dari orang-orang sekitar. Di buku ini diceritakan jika Mila dan teman-temannya sebenarnya tidak diijinkan berangkat mendaki oleh orang tua. Tetapi mereka memaksakan kehendak dan benar saja pendakian mereka berujung maut.

Akhirnya dan Rating
Buku ini pas dibaca untuk kalian yang menyukai cerita horor. Dan pas juga dibaca oleh kalian yang suka mendaki gunung atau punya keinginan mendaki gunung seperti saya. Terakhir, buku Pendakian Terlarang ini saya beri nilai 5 dari 5.

***** 

  • ...tapi kami tahu kalau persaudaraan itu bisa dibentuk dengan cara naik gunung bersama, menikmati indahnya tantangan medan yang mempersatukan kami bagai saudara. (Hal. 38)

[gambar Gunung Marapi diunduh dari: http://www.gosumatra.com/gunung-marapi-sumatera-barat/]

[Resensi] Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982 - Cho Nam-Joo



Judul: Kim Ji-Yeong, Lahir Tahun 1982
Penulis: Cho Nam-joo
Alih bahasa: Iingliana
Editor: Juliana Tan
Penyelaras aksara: Mery Riansyah
Ilustrator: Bella Ansori
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, November 2019
Tebal: 192 hlm.
ISBN: 9786020636191
ISBN digital: 6786020636207

Sinopsis
Kim Ji-yeong, seorang ibu rumah tangga berusia 34 tahun, bertingkah aneh karena suka bertindak seperti orang lain. Karena kondisinya semakin parah, Jeong Dae-hyeon, sebagai suami membawa Kim Ji-yeong ke psikiater.

Sebenarnya apa yang membuat aneh Kim Ji-yeong? Bagaimana sebenarnya kehidupan yang dia jalani?

Resensi
Buku Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982 ini sebenarnya memuat kehidupan keluarga Kim Ji-yeong dan suaminya, Jeong Dae-hyeon. Menceritakan profil orang-orang yang terhubung dengan mereka. Misalkan, ibu dan ayahnya Kim Ji-yeong, Neneknya Kim Ji-yeong, keluarga besar Jeong Dae-hyeon, dan kakak perempuan Kim Ji-yeong, Kim Eun-yeong.

Dari perjalanan hidup Kim Ji-yeong sejak dia kecil hingga menjadi seorang ibu, pembaca akan disuguhkan sisi lain menjadi wanita korea yang masih menganut sistem patriarki; sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi.

Kultur ini sangat jelas menempatkan laki-laki sebagai prioritas di berbagai kehidupan keluarga, sosial, bahkan profesional. Di dalam lingkungan keluarga, anak laki-laki akan selalu mendapatkan hal baik lebih banyak dan lebih dulu. Bahkan ada budaya sudara perempuan akan bekerja keras untuk membiayai saudara laki-laki mereka sampai mencapai kesuksesan.

Di lingkungan sosial, memiliki anak laki-laki lebih membanggakan dibandingkan memiliki anak perempuan. Bahkan di Korea dulu, diperbolehkan melakukan aborsi dengan alasan anak perempuan. Sehingga ada fenomena jika anak ketiga lebih banyak anak laki-laki.

Di lingkungan pekerjaan, pegawai laki-laki akan mendapatkan gaji lebih tinggi dibandingkan pegawai perempuan. Penulis bahkan menyisipkan informasi ilmiah yang menyebutkan jika negara Korea merupakan negara yang tidak layak untuk pegawai perempuan.

Sepanjang hidupnya, Kim Ji-yeong sering mendapatkan perlakukan berbeda dengan alasan gender ini. Kultur yang tidak bisa dia dobrak dan akhirnya membuat Kim Ji-yeong mengalami depresi berat.

Walau demikian, saya sangat terharu olek karakter ibunya Kim Ji-yeong. Dia merupakan sosok perempuan yang mencoba mendobrak sistem patriarki walaupun lingkupnya dalam keluarga. Dia mendorong agar Kim Ji-yeong menjadi dirinya sendiri sesuai yang dikehendaki tanpa perlu menjadi perempuan korea pada umunya.

Petik-Petik
Emansipasi bukan berarti sejajar sekali. Melainkan menyamaratakan hak yang memang tidak merusak kodrat perempuan. Misalkan mendapatkan pendidikan, mendapatkan keamanan, bahkan mendapatkan kesempatan untuk berkembang secara pribadi. Sehingga jika hal-hal yang umum tadi tidak terpenuhi, perempuan berkewajiban menyuarakan ketidakterimaan tersebut agar ada perbaikan soal persamaan hak ini.

Akhirnya & Rating
Buku Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982 ini memang diperuntukkan untuk siapa pun, walaupun sudut pandang yang dipakai adalah pembelaan terhadap hak perempuan. Siapa tahu selama ini ada sistem yang masih membedakan hak antara laki-laki dan perempuan, buku ini seolah menjadi pengingat. Jika akibat pembedaan tersebut bisa memicu depresi berat untuk perempuan. Rating yang saya berikan adalah nilai 4 dari 5.

*****


[Resensi] Kosong - Ade Igama @kisahhorror


Judul: Kosong
Penulis: Ade Igama @kisahhorror
Penyunting: Ikhdah Henny & Dila Maretihaqsari
Desain & ilustrasi sampul: Rony Setiyawan
Pemeriksa aksara: Mia Fitri Kusuma
Ilustrasi isi & penata aksara: tsbb
Digitalisasi: Rahmat Tsani H.
Penerbit: Bentang Belia
Cetakan: I, Agustus 2015
Tebal: vi + 234 hlm.
ISBN: 9786021383476

Sinopsis
Satu pagi Aira tiba-tiba berubah karakter. Aira yang biasanya judes, galak, tukang bikin onar, tidak suka anak-anak, berubah menjadi sebaliknya. Ibunya dan Bram merupakan orang terdekat yang dibuat kaget namun mereka juga bersyukur sebab Aira berubah ke arah yang lebih baik.

Di sisi lain, hidup Aira tidak tenang. Dia kerap diganggu oleh mahluk halus berupa gadis seusianya yang selalu membisikan sesuatu. Teman dekat Aira, Bram, ternyata ikut didatangi juga oleh mahluk halus tersebut.

Siapa sebenarnya mahluk halus itu dan ada cerita apa hingga dia menggangu Aira dan Bram?

Resensi
Saya mohon maaf jika resensi kali ini akan lebih banyak spoiler! Susah banget untuk tidak menjabarkannya, soalnya njelimet untuk bikin resensi yang enggak ada spoiler-nya.

Buku Kosong ini merupakan buku lain dari seri DarkLit yang diterbitkan oleh penerbit Bentang Belia. Sebelumnya saya sudah membuat resensi untuk buku lainnya yaitu Stalker karya Donna Widjajanto. Di artikel itu, saya menyebutkan jika buku Stalker lebih mengangkat isu sakit mental. Sedangkan di buku ini sungguhan menceritkan horor yang ada setannya. Jujur saja saya masih bingung pakem yang dipakai penerbit untuk seri Darklit ini, apakah tentang setan atau tentang segala sesuatu yang kelam.

Konflik dalam buku Kosong ini disulut dari ketidakpuasan Aira terhadap kehidupannya. Terutama permasalahan ekonomi yang terjadi di keluarga setelah ayahnya terkena stroke dan beliau dipensiundinikan oleh perusahaannya. Mau tidak mau roda ekonomi keluarga dijalankan oleh ibunya dengan membuka warung soto. Di satu sisi, Aira ingin mempunyai kehidupan yang normal dan menyenangkan, tetapi di sisi lain dia harus menerima kenyataan dan ikut bekerja sama dengan ibunya menjalankan roda ekonomi. Hingga akhirnya ketika dia berteman dengan sosok hantu bernama Abigail, Aira melakukan perjanjian yang berujung masalah.

Sebenarnya begitu saya tahu soal perjanjian antara Aira dan Abigail, saya malah kurang bersimpati terhadap kemalangan Aira. Toh Aira ini tipe remaja yang kurang bersyukur sampai akhirnya memutuskan untuk melakukan perjanjian dengan hantu supaya dia merasakan kebebasan dari tanggung jawab terhadap keadaan hidupnya yang sekarang. Justru saya senang dengan keberadaan Aira 'yang baru' sebab dia memberikan banyak hal positif terhadap orang-orang di sekitarnya dibandingkan dengan keberadaan Aira 'yang dulu'.

Tetapi dengan alasan hantu dan manusia memiliki dunia dan tempatnya masing-masing, saya pun mengiyakan perjuangan Bram mengembalikan Aira ke Aira 'yang dulu'. Sehingga rasa senang atas efek keberadaan Aira 'yang baru' harus saya tolak. Dan hal paling menarik diikuti dari novel ini ya bagian perjuangan Bram untuk mengembalikan Aira ke Aira 'yang lama'. Karena dalam prosesnya ada rahasia besar yang terbongkar terkait kasus Abigail.

Abigail adalah kasus besar remaja yang tidak bisa diabaikan. Kasus tentang seorang gadis yang diperkosa secara beramai-ramai dan kemudian dibunuh. Mayatnya diperlakukan tidak hormat dengan dikubur di semak-semak. Di Cirebon pun pernah ada kejadian serupa, seorang gadis diperkosa ramai-ramai. Sedangkan pacarnya dipukuli. Lalu keduanya dibunuh. Kemudian jasadnya dibuang di jalan raya seolah-olah mereka korban kecelakaan lalu lintas.

Narasi penulis ketika menyampaikan cerita bagian ini membuat saya sangat geram kepada pelaku. Hati siapa yang enggak kelu mengetahui kejadian gadis SMA diperkosa secara bergantian. Saya tidak bisa membayangkan perasaan si gadis tadi mesti pasrah dirinya dijamah, dimasuki secara paksa, sedangkan dia tidak punya kekuatan untuk menolak. Saya tidak bisa memahami penderitaan dia ketika dicumbu paksa oleh orang asing dengan nafas bau alkohol dan seringai puas tanpa belas kasih. Pelaku sudah seperti jelmaan iblis karena setelah mereka menuntaskan birahinya, si korban dibunuh entah dengan cara apa, kemudian jasadnya dikubur di sembarang tempat. Perbuatan biadab dan keji seperti itu harus diganjar hukuman setimpal.

Aku diperkosa dan dibunuh di semak-semak itu, mereka berganti-gantian memerkosaku dengan bengis. (Hal. 228)

Buku ini memiliki tema keluarga yang ditunjukkan oleh hubungan Aira dengan ayah dan ibunya. Tema persahabatan ditampilkan melalui hubungan Aira dan Bram. Sedangkan tema roman remaja muncul saat Aira mulai dekat dengan Rama.

Perkembangan karakter yang paling menonjol tentu saja karakter Aira. Perubahan drastis muncul ketika dia menyadari kalau keputusannya bersekutu dengan hantu adalah kesalahan besar. Dia akhirnya mengerti arti keluarga dan arti sahabat. Bram menjadi sosok sahabat yang mengerti bagaimana menjadi orang yang dipandang sebelah mata sebab citra yang jelek. Sedangkan Rama muncul sebagai pemanis cerita lantaran keberadaannya hanya untuk memberi rasa roman saja. Abigail merupakan hantu yang berteman Aira. Dia adalah korban yang rohnya masih penasaran lantaran jasadnya belum diperlakukan dengan hormat.

Petik-Petik
Setelah membaca buku ini saya mendapatkan pesan moralnya untuk selalu bersyukur terhadap kehidupan yang ada sebab kehidupan ini buah dari rancangan Allah SWT. Dengan pandai bersyukur, kita juga akan mengurangi berkeluh kesah dan ndumel. Sehingga kita akan lebih bahagia menjalani kehidupan.

Terakhir & Rating
Buku Kosong ini memang menyasar pembaca muda sehingga latar yang dipilih pun seputar sekolah dan kehidupan remaja. Untuk cerita Aira dan hantu Abigail-nya, saya menyematkan nilai 4 dari 5.

*****


  • ... harga diri adalah hal paling penting bagi lelaki, jangan biarkan siapa pun mengambilnya. (Hal. 19)
  • "... jangan nilai dari apa yang kelihatan di luar, dong. Yang kuat belum tentu kuat, yang tersenyum belum tentu bahagia. Rusa yang berlari cepat bisa aja sedang terluka, dan kadang luka membuat mereka lari lebih cepat." (Hal. 38)
  • "...kalau burung walet aja nggak pernah nyerah dan terus berjuang untuk terbang di hujan deras, kenapa kita banyak ngeluh kalau dapet rintangan yang enggak seberapa, atau kegagalan kecil..." (Hal. 93)
  • "Lalu kenapa sebagian besar dari kita, manusia yang besar dan sempurna, takut ngadepin hidup kita sendiri." (Hal. 93)
  • "...alam terlalu indah dan luas untuk disia-siakan hanya karena ketakutan yang berlebihan, berdiam diri di tempat persembunyian nggak akan membuat kita luput dari takdir." (Hal. 93)
  • "Nggak peduli sekuat apa benteng pertahanan kita, kematian tetap akan merobohkannya semudah meniup lapisan debu di perabotan lama." (Hal. 94)
  • ...hidup adalah anugerah yang paling lengkap. Di dalamnya kita akan menemukan penderitaan, kesakitan, kekejaman, dan kegilaan. Namun, hidup juga menghamparkan kabahagiaan di setiap jalannya yang terjal, harapan di setiap masa-masa paling kelam, dan yang terpenting; keluarga dan teman yang menemani melewati fase hidup yang kita hadapi. Hidup memang indah dengan segala sisi gelap dan sisi terangnya, air mata dan gelak tawa yang membuatnya ramai, itulah yang melengkapinya. (Hal. 132)



[Resensi] Stalker - Donna Widjajanto


Judul: Stalker
Penulis: Donna Widjajanto
Penyunting: Starin Sani & Dila Maretihaqsari
Perancang & ilustrasi sampul: Roid Mukhtar Malik Anggara
Ilustrasi isi & penata aksara: tsbb
Pemeriksa aksara: Septi Ws
Digitalisasi: Rahmat Tsani H.
Penerbit: Bentang Belia
Cetakan: I, Juni 2015
Tebal: vi + 210 hlm.
ISBN: 9786021383537

Sinopsis
Buku Stalker ini menceritakan gadis SMA bernama Khila yang suatu hari bertemu dengan pemuda bernama Leon ketika menunggus bus pulang. Khila, Leon, Ibu Silvia dan Ibu Iin memutuskan naik taksi yang bayarnya patungan. Karena Leon itu ganteng, Khila merasa tidak keberatan bertemu di hari selanjutnya. Apalagi saat itu Khila sedang tegang dengan Saka soal proyek komik sekolah, dan kehadiran Leon menjadi seperti hujan bagi Khila di tengah panasnya hubungan dia dengan Saka, Abel, dan Nadia.

Namun Khila tidak menyangka jika Leon punya sisi gelap: protektif, pemaksa, dan pejuang. Buah dari kurang kasih sayang membuat Leon menjadi sosok yang mengerikan. Khila sempat mengalami pelecehan seksual di dalam taksi oleh Leon. Dan sejak itu penilaian Khila berubah terhadap Leon. Dia berusaha menjauhinya. Sebaliknya, Leon tambah mengusiknya.

Resensi
Ketika memutuskan untuk mengeratkan ikat pinggang dari belanja buku baru (entah beneran bisa atau enggak), saya akhirnya bisa selesai membaca satu judul buku dalam satu hari. Pencapaian yang spesial karena saya akhir-akhir ini kesulitan membaca buku sampai tamat.

Buku itu adalah Stalker karya Mbak Donna, yang menjadi salah satu dari series DarkLit bikinan Penerbit Bentang. Dalam bayangan saya, series ini berkaitan dengan horor, tetapi ternyata untuk buku ini tidak demikian. Justru mengambil tema besar berupa sakit mental. Dan insyaallah untuk resensi judul lainnya akan segera menyusul.

Membaca buku ini membuka mata saya dalam merasakan perasaan korban pelecehan seksual. Membaca bagian ketika Khila mandi dan menggosok badannya untuk menghapus bekas tangan Leon, membuat saya terenyuh. Khila merasakan marah, kesal, tidak berdaya, kotor, malu, menjijikan, semua bercampur, dan dia enggak bisa ngomong ke siapa pun. Tekanan ini yang dirasakan korban pelecehan seksual. Makanya mereka baru bisa bercerita setelah beberapa lama setelah kejadian.

Peran keluarga atau orang terdekat menjadi sangat penting dalam proses pemulihan. Korban pasti mengalami trauma dan orang sekitarnya harus membantu korban untuk keluar dari traumanya. Bukan tidak mungkin jika korban dibiarkan meratapi nasibnya, mereka akan melakukan tindakan bodoh misal percobaan bunuh diri. Orang tua Khila, Saka, Abel, Nadia, dan Eri memberikan inspirasi bagus dalam menguatkan Khila. Poinnya adalah penting sekali membangun kembali kepercayaan diri korban untuk melanjutkan kehidupan dan mengingatkan korban jika dia enggak sendiri. Masih banyak sekali orang sekitar yang sayang dan peduli.

Di novel ini pembaca juga akan menemukan tema keluarga, tema persahabatan, dan tema roman. Kalau ditakar, buku ini punya lebih banyak tema persahabatan. Tema keluarga ditampilkan pada bagian cerita peran orang tua Khila dalam mendampingi anaknya yang menjadi korban penguntit. Untuk tema persahabatan yang menjadi tema besar ditampilkan dalam bagian cerita bagaimana sahabat-sahabat Khila merespon apa yang dialami Khila. Sedangkan tema roman muncul dari hubungan Saka dan Khila, dan perasaan tersembunyi dari Nadia dan Eri.

Sebelum tahun ajaran dimulai, Saka sudah menimbang-nimbang apakah sebaiknya dia nembak Khila. Tapi, Saka takut persahabatan mereka malah rusak kalau mereka jadian. Atau, apesnya, mereka nantinya putus, terus musuhan. (hal.85)

Kemudian karakter-karakter tokoh di novel ini sudah pas dan berkesan. Khila ini sosok gadis muda yang judes, galak, rajin, egois, sekaligus rapuh. Saka tampil sebagai cowok muda yang tegas, lebih bijak, dan sabar. Nadia muncul sebagai gadis yang pemendam rasa, berusaha menyenangkan semua orang, sensitif, namun pengendali emosi yang baik. Eri dirancang sebagai cowok kstaria yang mau menerima kenyataan percintaannya tanpa harus membenci. Sedangkan untuk Abel yang tipe pemimpin, penengah, dan punya empati yang besar, menjadi bias di bayangan saya, dia itu cewek apa cowok sebenarnya.

Petik-Petik
Pesan yang saya terima adalah ketika punya masalah jangan pernah merasa sendirian. Terbukalah kepada keluarga dan orang terdekat. Biarkan mereka mengerti dan membantu. Karena kita hidup tidak sendirian. Keluarga dan orang terdekat pasti menyayangi kita dan tidak akan membiarkan kita kesulitan sendirian.

Terakhir & Rating
Buku Stalker ini sangat cocok dibaca oleh remaja untuk mengingatkan bahwa tidak semua orang dalam lingkaran pergaulan kita itu baik. Lalu, ketika kita tertimpa masalah, ayo selesaikan bersama keluarga dan orang terdekat, bukan meratapi, menutupi, dan merasa takut. Jangan lari tetapi ayo hadapi. Akhirnya buku stalker ini saya ganjar dengan rating 4 dari 5.

*****

  • Kesedihan yang dibagi akan berkurang, sama seperti kesenangan yang dibagi akan bertambah. Itu, kan, gunanya teman? (hal.70)
  • "...Sakitnya kalau benci sama orang itu lebih sakit daripada kalau kita dibenci orang." (hal.95)


Pengalaman Beli Buku di bukabuku.com

gambar diunduh dari behance.com / diedit author

Sebagai pembaca dan blogger buku, tentu saja setiap bulan pasti ada saja buku yang dibeli. Hitung-hitung sebagai amunisi, juga menjadi kebiasaan yang kalau tidak lakukan, merasa ada yang kurang. Saya sendiri kerap membeli buku secara offline, yaitu saat di kota saya digelar bazar buku murah, atau sedang ada promo beli buku dengan diskon sangat lumayan di toko buku.

Tetapi, kadang pilihan beli buku juga suka bergeser ke online. Pertimbangan utama tentu saja ketika diskon buku yang diberikan lebih besar sehingga harga buku baru bisa lebih murah dibandingkan harga asli di toko buku. 

Sepanjang saya beli buku secara online, saya pertama kali kenal toko buku online yaitu , bukabuku.com. Kalau melihat sejarah pembelian buku di toko buku ini, saya sudah melakukannya sejak tahun 2015. 


Tentang diskon yang gede menjadi alasan pertama kenapa saya akhirnya bisa kenalan dengan toko buku online ini. Bahkan dulu saya rajin berkunjung ke situs ini walau hanya sekadar melihat update ada buku baru apa yang terbit. Eit, tapi sampai sekarang pun masih suka mengintip informasi buku terbaru walaupun tidak serajin dulu.

Selain sebagai rujukan untuk membeli buku, saya pun ikut berafiliasi dengan toko buku ini.

Afiliasi tuh apaan?

Jadi begini, dalam postingan resensi buku, saya akan meletakkan link khusus yang diberikan bukabuku.com di judul buku. Sehingga ketika ada pembaca yang membeli buku dari link tersebut, saya mendapatkan fee. Kerja sama ini sudah jarang sekali saya lakukan. soalnya kegiatan membaca saya sedang menurun dan berimbas saya jarang menulis resensi di blog ini.

Tampilan blognya sangat membantu saya memilih buku. Sebab begitu masuk ke halaman utamanya, kita sudah dikasih tunjuk buku baru yang terbit, baik sudah benar-benar terbit atau statusnya masih preorder (PO).


Kalau sekadar mengintip, kita juga bisa memilih buku sesuai genre. Kalian tinggal pilih saja di menu genre, genre mana yang mau dilihat.

Sedangkan kalau ingin melihat promo menarik, cukup klik menu Promo Hari Ini.

Biar lebih jelas, saya sarankan langsung saja berkunjung ke website bukabuku.com. Siapa tahu kalian memasukan bukabuku.com ini sebagai salah satu toko buku online pilihan saat membeli buku.

Nah, ini artikel pertama saya mengenai pengalaman membeli buku di toko buku online. Ke depannya akan disusul oleh toko buku online lainnya. Nantikan saja ya!

Terakhir dari saya, selamat berbelanja buku!

[Resensi] The Chronicle of a 35-Year-Old Woman - kincirmainan


Judul: The Chronicle of 35- Year-Old Woman
Penulis: kincirmainan
Penyunting: Yuke Ratna Permatasari
Penerbit: Penerbit Bhuana Sastra
Terbit: 2017
Tebal buku: 244 hlm.
ISBN: 9786023948512

Perjalanan cinta di ujung penantian.

Kikan, 35 tahun, seorang wanita karir yang molek dengan karakter work hard, play hard. Kikan masih melajang karena jera dengan hubungan asmaranya yang sudah-sudah, dan Andre "Si Blasteran Siluman Anjing Pemburu" adalah penyebabnya.

Bertahun-tahun Kikan tidak kunjung menemukan lelaki yang bisa memantapkannya. Sampai tiba-tiba juniornya di kantor nekat melamar. Dialah Pras, lelaki introver yang usianya delapan tahun lebih muda darinya. Tapi, bersama dengan Pras belum meyakinkannya seratus persen. Ditambah urusan dengan mantannya yang belum tuntas.

Kikan akhirnya harus memilih, mengakhiri penantiannya atau...

*****

Sinopsis di belakang novel ini sudah menggambarkan garis besar ceritanya. Kikan yang sudah berusia 35 tahun dilamar oleh rekan kerjanya yaitu Prasetyo, yang justru lebih muda delapan tahun. Dia galau dengan jawaban yang akan dipilihnya. Tiba-tiba saja dia bertemu dengan mantannya delapan tahun silam, Andreas.

Kehadiran Andreas benar-benar mengusik hubungan Kikan dan Pras. Selain hubungan Andreas dan Pras yang bersaudara tiri, ada masa lalu mereka yang sampai saat ini membuat keduanya berseteru. Kikan benar-benar dibuat gila oleh Pras yang susah ditebak dan oleh Andreas yang masih menyimpan perasaan masa lalu.
Siapakah yang akan dipilih oleh Kikan antara Pras dan Andreas? Jawabannya tentu saja lebih baik baca langsung novelnya.

*****

Novel ini dilabeli sebagai fiksi/novel dewasa yang tertera di sampul belakang. Alhasil, banyak ditemukan  bagian cerita yang menjelaskan secara detail soal hubungan seksual. Selain sebagai pemanis cerita, menurut saya adegan intim tokoh di novel ini untuk menunjang penggambaran karakter yang kuat dari masing-masing tokoh. Misalkan Andreas yang jelas-jelas penjahat kelamin disebutkan mahir soal medan ranjang. Sedangkan Prasetyo disebutkan sebagai karakter pria biasa yang berkacamata tapi punya sisi liar dalam hubungan seks. Kikan sendiri diceritakan sebagai perempuan matang yang memang butuh pemenuhan hasratnya. Tak heran pada beberapa bagian dia melakukan seks, diterangkan dia begitu menikmatinya.

Adegan mesum yang lumayan banyak membuat saya harus mewanti-wanti jika novel ini hanya boleh dibaca oleh pembaca di atas 20 tahun. Kenapa bukan 18 tahun? Sebab keutuhan cerita yang dipadukan dengan adegan seks pra-nikah perlu disikapi oleh pembaca yang bijak dan berwawasan.

Pembaca yang sudah cukup usianya bisa memandang jika adegan seks di novel ini, apa pun kondisinya, hanya sebatas tekstual semata, bukan untuk ditiru mentah. Sedikit bahaya jika novel ini dibaca oleh remaja. Ketakutannya adalah mereka meniru bulat-bulat adegan seks tanpa melihat jalan cerita besarnya.

*****

Saya menilai jika novel ini bagus sebab beberapa bagian ceritanya sejalan dengan pengalaman sendiri. Sehingga beberapa pesan ceritanya bisa sampai ke saya.

Ketika Kikan melakukan kesalahan besar kepada Pras, dia galau dengan banyak mempertimbangkan apa harus atau tidak harus memulai menghubungi Pras. Lalu Gita sebagai sahabat menekankan Kikan untuk memulai menghubungi Pras sebab jika terlambat bisa saja terjadi cerita lain. Menghubungi lebih dulu sama saja bentuk memperjuangkan.

Ini sejalan dengan pengalaman saya bolak-balik antara Cirebon - Subang untuk memperjuangkan dia lagi, menjelaskan masalahnya, dan mengatakan maaf. Sampai tiga kali saya melakukannya. Walau hasilnya tetap tidak bisa diperbaiki hubungan kami, saya merasa puas sebab saya sudah maksimal menjalankan bagian saya dalam memperbaiki hubungan yang saya rusak.

Bagian lain menceritakan soal bagaimana pentingnya melepaskan masa lalu ketika sedang menjalani hubungan yang baru. Kikan harus melepaskan bayangan Andreas yang pernah menorehkan luka yang dalam. Begitu juga Pras dan Andreas harus melepaskan masa lalu yang jadi pemicu mereka berseteru tak pernah akur.

Saya pun pernah terjebak masa lalu dengan seseorang karena kami berpisah dengan tidak baik-baik. Dia yang melakukannya dengan tidak baik-baik. Sehingga selama setahun ke depannya, saya kerap diserang rasa sakit di dada setiap mengingat dia. Pada puncaknya, setahun setelah kejadian perpisahan tidak baik-baik, saya memberanikan diri menemui dia untuk mengucapkan maaf karena saya tahu masalah perpisahan itu pasti dipicu oleh kesalahan saya juga.

Setelah itu saya bisa menjalani kehidupan dengan lebih adem. Saya juga bisa membuka hati untuk beberapa nama berikutnya walau sampai sekarang belum ada yang pas di hati.

*****

Novel ini punya tiga tokoh utama yaitu Kikan, Pras, dan Andreas. Mereka dibentuk dengan karakter yang kuat. Kikan merupakan tipe perempuan matang yang pekerja keras, menomorduakan asmara, punya kegalauan sendiri soal pencapaian hidup di usia kritis, dan masih kekanak-kanakan jika menyangkut perkara cinta.

Prasetyo itu sosok pria yang kalem, punya bakat di alat musik, hemat kata-kata, dan pemikir matang. Yang saya tidak sukai dari tokoh Pras ini adalah kebiasaan dia untuk menyampaikan hal penting harus nunggu waktu yang tepat. Saya tidak mengerti alasannya kenapa dia menunda-nunda menyampaikan cerita masa lalu yang sebenarnya kepada Kikan. Baru setelah konflik meruncing, Pras buka mulut.

Lalu Andreas ini tipe penjahat kelamin, bicaranya to the point, guyonannya keterlaluan, dan menyepelekan perempuan. Karakter Andreas sangat mengganggu dan menyebalkan.
Selain ketiga tokoh yang berkarakter kuat dan berwarna, novel ini tambah menarik oleh beberapa faktor lain: jalan ceritanya yang lincah dan kovernya menarik.

Jalan cerita novel ini dibangun dengan alur maju dan mundur. Alur maju dipakai penulis untuk memberikan progres konflik yang dialami si tokoh. Sedangkan alur mundur menjadi pembukaan tabir dari keadaan sekarang, yah semacam membuka alasan kenapa si tokoh begini dan begitu.

Penceritaan pun dilakukan oleh ketiga tokoh. Walau porsi Kikan lebih banyak dibandingkan bagian Pras atau Andreas. Teknik ini menyeimbangkan penilaian pembaca terhadap ketiga tokoh agar tidak dihakimi secara sepihak.

Sampul merah gelap dipadukan dengan Stiletto tampak tidak mengganggu mata. Justru menampilkan kesan dewasa. Pas banget dengan tokoh yang ada di dalamnya beserta konflik yang diurai menjalin alur cerita.

*****

Apakah novel ini menyuguhkan kisah roman saja?

Tidak. Sebab ada juga bagian cerita yang mengulas hubungan anak dan orang tua. Dipresentasikan oleh Andreas dan Pras kepada sosok Bunda. Sosok Bunda juga merupakan tokoh samping yang menarik. Cara pandang beliau kepada perseteruan kedua anaknya sangat elegan. Ia tidak memaksa agar keduanya akur. Tapi Bunda tahu kapan turun tangan untuk menengahi kedua anaknya.

Bagian lain mengulas soal hubungan persahabatan. Contohnya antara Gita dan Kikan. Kikan kerap menghabiskan waktu di rumah Gita. Merecoki Gita dengan keluhannya. Kadang Kikan malah ikut mengasuh anak Gita. Sampai menjelang konflik cerita berakhir, Gita punya peranan penting sebagai sahabat Kikan agar Kikan tidak semena-mena memutuskan sesuatu yang keliru. Fungsi sahabat demikian bukan? Mengingatkan sahabat ketika dia salah jalan.

*****

Akhirnya novel ini selesai dibaca dan saya pun merekomendasikan novel ini untuk pembaca dewasa yang ingin mendapatkan cerita rada panas dan memberikan pencerahan dari konflik yang disajikan.

[Resensi] Table for Two - Dy Lunaly


Judul: Table for Two
Penulis: Dy Lunaly
Penyunting: Pratiwi Utami
Penerbit: Bentang Belia
Terbit: Cetakan pertama, Desember 2016
Tebal: iv + 260 hlm.
ISBN: 9786021383636

"Aku pernah janji untuk selalu ngelindungin kamu. Itu alasan kenapa aku nggak bisa berhenti bertinju, sekalipun kamu minta aku untuk berhenti. Aku cuma bisa ngelindungin kamu kalau aku kuat." (Hal. 112)

*****

Novel Table for Two ini merupakan bagian dari novel series Olahraga yang digagas penerbit Bentang Belia. Masih ada empat judul lainnya: Let's Break Up karya Anjani Fitriana, Other Half of Me karya Elsa Puspita, My Favorite Distruction karya Naala, dan Happiness is You karya Clara Canceriana.

Untuk Table for Two ini, olahraga yang menjadi tema utama adalah tinju. Membawa kisah Asha yang harus menjadi pendamping diet untuk sahabat masa kecilnya yang seorang petinju. Konflik muncul karena Asha dan Arga pernah berantem tujuh tahun lalu perkara soal Arga yang keukeuh menjalani cita-cita menjadi petinju profesional. Asha meminta Arga berhenti karena cerita menyedihkan meninggalnya sang papa sewaktu tanding tinju di Amerika.

Alur cerita dalam novel ini memang mengejutkan. Latar belakang kenapa Asha berantem dengan Arga, alasan Arga ketus kepada Asha, dan alasan Arga memilih jadi petinju, dibeberkan perlahan-lahan. Sehingga teknik menulis begini membuat saya penasaran dan terus membaca karena keseruan yang ditimbulkannya.

Saya bukan penyuka olahraga tinju jadi tidak terlalu tahu seluk-beluknya. Di sini pun saya mendapati kalau penulis tidak mendalami emosi orang-orang yang memilih penjadi petinju. Sekedar teknik dasar memang diselipkan, tapi kedalaman profesinya tidak sampai kepada saya selaku pembaca. Termasuk profesi mamanya Asha sebagai ahli gizi, tidak tereksplorasi secara mendalam. Menu diet yang disebutkan sekadar nama saja tanpa ada penjelasan lebih rinci tentang manfaat, takaran dan kombinasi menu atau bahan-bahannya.

Kesimpulan profesi yang saya tangkap berupa: untuk kelas dalam tinju ditentukan oleh berat badan makanya dibutuhkan diet untuk mencapai berat badan sesuai kelas. Istilah tinju paling sering disebut dalam novel ini adalah Sparring. Alat tinju yang disebutkan antara lain sarung tinju dan samsak. Sedangkan untuk dunia pergizian hanya informasi berupa penting sekali mengetahui kadar makanan yang kita makan baik berupa jumlah kalori atau ketersediaan unsur karbohidrat, protein dan sebagainya.

Dominasi hal lain yang ditulis penulis adalah mengenai rasa dan proses menerima kehilangan. Asha, mama, dan Om Bima menjadi orang-orang yang terbelenggu atas meninggalnya papanya Asha. Ketiga orang tadi memiliki alasan masing-masing memendam penyesalan atas kejadian itu. Namun penulis membawa cerita kehilangan ini menuju proses menerima kenyataan dengan cara yang bijaksana. Sebab ketiga pihak tadi tidak menjadikan penyesalan sebagai sesuatu yang menghalangi kehidupan ke depannya. Walaupun kesedihan kerap menimpa mereka dalam kondisi-kondisi tertentu terutama ketika mengingat hal-hal yang berkaitan dengan papanya Asha.

Unsur roman yang diracik penulis juga menarik. Terutama mengenai hati Asha akan berlabuh kemana, antara Arga atau Rama. Rama ini adalah pekerja di klinik mamanya Asha, yang perhatiannya melebihi sosok kakak. Penulis mengakhiri kebimbangan Asha dengan cukup baik. Asha memilih orang yang tepat setelah hatinya dilanda kebimbangan. Alasan kenapa Asha memilih pilihannya sangat saya terima. Kalau mau tau siapa yang dipilih Asha, langsung baca aja novelnya, hehe.

Beberapa hal dalam novel ini juga menjadi sorotan saya. Terutama karakter Arga yang temperamental, ketus, pendiam, suram, mendadak berubah ketika di bab menjelang akhir buku. Perubahannya terlalu cepat padahal Arga dan Asha habis bertengkar hebat. Apalagi di pertengkaran itu Arga menghina orang-orang yang Asha sayangi. Kalau saya di posisi Asha, bakal berat banget untuk memaafkan ucapan Arga yang mengandung hinaan, merendahkan dan tuduhan.

Penyelesaian konflik novel ini pun terasa terburu-buru. Ini lagi lagi berkaitan dengan mudahnya Arga dan Asha berdamai padahal konflik mereka terbilang runcing. Sehingga menjelang akhir buku, saya merasa kurang bisa menikmati alur cerita demi menutup kisah Arga dan Asha. Terutama adegan Asha yang berbincang dengan Arga setelah Arga siuman pasca pingsan. Mereka bisa bercanda sedemikan rupa padahal sebelumnya mereka berseteru hebat. Aneh saja buat logika saya.

Sebagai penutup, terlepas dari kekurangan (menurut saya) di atas, novel Table for Two ini nyaman dibaca. Kita akan disuguhi pelajaran bagaimana berdamai dengan masa lalu, dan bukan menjadikan masa lalu sebagai ganjalan untuk masa depan.

*****

Ternyata kenangan bahagia, tidak peduli selama apa pun tersimpan, selalu menghadirkan getar kerinduan ketika mengingatnya. (Hal. 7)

Ternyata benar, kenangan tidak tersimpan dalam ingatan atau hati. Tetapi, pada benda atau tempat kenangan itu terjadi. (Hal. 64)

...kuat itu bukan yang bisa mengalahkan lawan, melainkan seseorang yang bisa dihormati dan dihargai karena berhasil mengalahkan keinginan untuk balas dendam. (Hal. 143)

[Resensi] Seumpama Matahari - Arafat Nur


Judul: Seumpama Matahari
Penulis: Arafat Nur
Editor: Yetti A. KA
Penerbit: DIVA Press
Terbit: Cetakan pertama, Mei 2017
Tebal buku: 144 hlm.
ISBN: 9786023914159

"Cinta Seumpama matahari, ia tidak pernah mengharapkan cahaya dari bumi. Tapi, ia selalu memberikan cahaya bagi bumi. Biarpun bumi tidak merasakan cahayanya. (Hal. 92)

*****

Novel Seumpama Matahari terbilang tidak tebal. Dan ukuran ini cukup untuk memancing daya baca saya yang sedang merosot. Ampuh memang hasilnya. Novel ini bisa saya selesaikan sekali duduk saja.

Buku berkover kuning ini menceritakan perjalanan seorang Asrul, pemuda Aceh, yang terlibat sebagai gerilyawan dalam operasi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sampai dia memutuskan untuk keluar dari GAM demi menjadi warga yang normal.

Saya sedikit terusik ketika tahu jika tokoh dalam buku ini mengambil sudut pandang pemberontak. Dalih-dalih mereka memerangi tentara demi merdeka sangat bertentangan dengan pikiran saya yang masih mencintai tanah air dengan segala permasalahannya. Tetapi penulis berhasil memberikan jawaban untuk pertanyaan kenapa tokoh utamanya harus seorang gerilyawan.

Seorang Arafat Nur seperti ingin memberikan informasi kalau beberapa anggota gerilyawan sebenarnya tidak melulu memiliki ambisi memberontak. Asrul misalnya, dia ini memang punya dendam kepada tentara atas terbunuhnya Ayahnya yang ditembaki tentara sebagai pelampiasan karena gagal menangkap pemberontak. Karena ajakan kawannya dan hasutan peristiwa pembunuhan itu, Asrul akhirnya masuk ke pelatihan demi menjadi anggota gerilyawan.

Berjalannya cerita, Asrul akhirnya tiba di satu titik lelah dengan ambisi perangnya terhadap tentara. Dia menimbang perasaan ibunya, adiknya, bahkan calon istrinya. Muncullah kehendak hati untuk menjadi warga biasa saja yang menjalani kehidupan normal tanpa harus merasa dikejar untuk ditangkap tentara.

Hal menarik yang saya temukan dari membaca buku ini salah satunya adalah sejarah GAM itu sendiri. Penulis membuka selapis demi selapis mengenai GAM. Kapan GAM mulai kambuh. Apa latar belakang GAM muncul. Bahkan bagaimana senjata bisa dimiliki oleh GAM. Akhirnya setelah selesai membaca buku ini, saya paham eksistensi GAM yang dipicu oleh pemerintah yang tidak adil dalam membangun daerah di Aceh (sesuai novelnya).

Biarpun buku ini menceritakan bagian sejarah Indonesia, bobotnya tidak terlalu berat seperti buku teks di sekolahan. Mungkin karena penulis memasukkan unsur roman antara Asrul dan perempuan berambut hitam yang wangi. Justru roman ini paling melekat di benak saya begitu cerita ditamatkan.

Sepanjang mengikuti kisah roman Asrul, pikiran saya ikut liar berandai-andai. Jujur saja, saya sempat membayangkan si Asrul ini akan melakukan hal senonoh dengan perempuan yang ia sukai. Sebabnya, Asrul ini muda dan jiwanya masih meletup-letup. Kisah awal ketika dia bertemu dengan gadis itu, ada aura nakal yang muncul. Bahkan ketika Asrul serumah dengan perempuan itu, narasi mengesankan kalau Asrul hanya pemuda biasa yang punya birahi juga. Sayangnya latar Aceh menyelamatkan cerita jatuh ke kosnep liar yang saya bayangkan tadi. Tahu sendiri, Aceh sangat menjunjung tinggi nilai keislaman, bahkan itu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan di dalam novel ini menyinggung pandangan soal pacaran di kalangan warga Aceh yang dianggap sebagai perilaku yang tak pantas. Kalau sampai ketahuan warga sedang berduaan di tempat sepi, bisa diarak dan disidang. Cukup bikin menelan ludah bukan jika dikaitkan dengan kondisi saat ini?

Alasan saya akhirnya lancar jaya menamatkan buku ini, karena ditopang juga oleh diksi yang digunakan penulis. Arafat Nur yang beberapa kali mendapat apresiasi karyanya, tampaknya lebih nyaman menggunakan bahasa baku ketimbang bahasa gaul dalam buku ini. Bisa jadi pengaruh latar di Aceh dan bukan di Jakarta, sehingga bahasa yang dipakai adalah bahasa santun yang memang dipergunakan di sana.

Ternyata tetap saja ada yang kurang terhubung antara saya dan buku Seumpama Matahari ini. Terutama mengenai penokohan Asrul dan karakter-karakter lainnya. Saya kesulitan membayangkan fisik dan sifat Asrul ini. Tidak ada penjelasan spesifik Asrul ini mukanya seperti apa, kecuali rambutnya yang panjang. Sifatnya pun masih bias, dia ini seperti apa. Pekerja keras bukan. Pemberani sekali juga bukan walau tersebut sebagai gerilyawan. Humoris juga tidak. Dewasa dan bijak juga tidak ada narasi yang kesana. Saya tidak menemukan karakter menonjol dari Asrul yang bisa mengesankan saya, syukur-syukur bisa diteladani.

Melihat kekurangan (menurut saya) tadi itu, saya jadi ingin membaca buku Arafat Nur lainnya. Terlebih ingin membandingkan cara beliau bercerita dan bermain diksi. Apakah lebih memikat dari yang ini atau justru sama saja karena itu ciri beliau?

Sebagai penutup, novel ini enak, nyaman, dan sangat bagus dibaca karena muatan sejarahnya yang bisa menambah wawasan pembaca soal salah satu peristiwa besar yang pernah terjadi di tanah Aceh, yaitu Gerakan Aceh Merdeka.

Catatan: Nggak ada penanda buku/bookmark

*****

Padukanlah pikiran dan perasaanmu, niscaya kau mampu mengendalikan dunia ini. (Hal. 24)

"Nak, berusaha untuk mati itu lebih cepat berhasil daripada kau berusaha untuk terus hidup." (Hal. 55)

Kebahagiaan selalu saja diakhiri perpisahan. Sebagaimana kehidupan yang dipisahkan kematian. (Hal. 58)

Sejujur-jujurnya manusia tetap pernah berbohong. (Hal. 109)

Curhat Saya Soal Menulis


[Intermeso] Akhirnya saya memberanikan diri untuk menulis uneg-uneg yang kelamaan diperam di dada soal menulis resensi. Aslinya saya sangat terbebani ketika harus menulis resensi buku yang selesai saya baca, harus bagus. Harus pakai aturan resensi yang ini itu, harus pakai kalimat efektif, harus memiliki nyawa, bahkan harus kerasa ilmiah. Persetan dengan itu semua sebab saya masih belajar menulis.

Pernah kapan waktu saya mau ikutan lomba resensi dan berujung nggak jadi ikut karena stres begitu harus membuat resensi. Sudah bacaan saya terbilang sastra berat, ditambah saya harus membuat resensi super menarik, super cerdas, supaya bisa jadi juara. Sayang seribu sayang, saya kalah sebelum perang. Saya mentok nggak bisa mikir harus menulis resensi mulai dari mana, harus bahas apaan, harus menyoroti dan mengkritisi bagian apanya dan harus menggunakan format yang bagaimana.

Efek besar dari perfeksionis ini saya jadi jarang memposting artikel resensi. Buah dari kebuntuan ketika membuat resensi yang harus memenuhi kriteria sempurna. Saya sudah membaca beberapa judul buku dan selalu berujung resensinya dihapus karena merasa jelek mulu, sampai dengan sekarang buku tadi belum bisa bersanding dengan resensinya. Akhirnya mangkrak dan terpaksa buku tadi masuk ke kategori buku yang harus dibaca ulang.

Sejak saat ini, saya memang harus sedikit berkompromi dengan proses menulis. Enggak perlu muluk-muluk harus bagus banget, yang penting bisa menyampaikan kesan setelah baca dengan versi saya yang sesungguhnya. Sedikit memberikan toleransi kepada tulisan saya supaya bisa jadi, tanpa memasang standar tinggi. Sebab standar tadi justru bisa balik membunuh kebiasaan dan latihan menulis.

Lalu apa kabar dengan belajar menulis yang baik? Saya memercayai kalau proses akan memoles kemampuan. Saya percaya pribahasa 'Alah bisa karena biasa'. Dengan banyak membaca dan menuliskan lagi, kemampuan membaca dan menulis akan terasah hingga runcing. Sambil berproses, saya akan memperbaiki sisi-sisi yang bisa diperbaiki.

Sebagai penutup, saya ingin menekankan jika akhirnya blog ini akan menjadi sangat personal menjembatani saya sebagai pembaca dengan buku yang saya baca. Kemudian resensi hanya menjadi bentuk klimaks dari hubungan saya dan buku. Ibarat pengantin baru di malam pertamanya, kedua pihak tidak perlu menuntut kesempurnaan suatu momen. Sebab masih ada banyak waktu untuk menambahkan kesan-kesan baik di malam-malam berikutnya.

Daftar Wishlist Sepanjang Masa


[Wishlist] Setiap hari Jumat seharusnya saya mempublikasikan artikel berupa wishlist; buku apa yang sedang diinginkan. Saya minta maaf karena masih belum bisa mengikuti ritme publikasi yang konsisten. Alasannya karena saya masih harus membagi waktu antara membuat artikel dengan pekerjaan. Sebab saya mengerjakan kedua hal tadi di PC tempat bekerja. Saya belum punya laptop pengganti yang sudah rusak.

Kesempatan kali ini saya ingin berbagi daftar wishlist apa saja yang pernah saya buat di sepanjang saya membuat blog ini. Daftarnya adalah sebagai berikut:

1. Complicated Thing Called Love - Irene Dyah
2. Gravity - Rina Suryakusuma
3. Satu Kisah yang Tak Terucap - Guntur Alam
4. Kita dan Rindu yang Tak Terjawab - Dian Purnomo
5. Di Bawah Langit yang Sama - Helga Rif
6. Perempuan-Perempuan Tersayang - Okke ‘sepatumerah’
7. Pertanyaan Kepada Kenangan - Faisal Oddang
8. A Man Called Ove - Fredrik Backman
9. Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi - Yusi Avianto Pareanom
10. Love on Probation - Christina Juzwar
11. Que Queen - Regina Alexandra
12. Mozaik - Ita Susanto
13. Juvenilia - Jane Austen
14. The Convenient Marriage - Georgette Heyer
15. One Little Thing Called Hope - Winna Efendi
16. Petualangan Tom Sawyer - Mark Twain
17. Milea - Pidi Baiq
18. Roma - Pia Devina
19. To All The Boys I’ve Loved Before - Jenny Han
20. Ratu Salju - H. C. Andersen
21. Muhammad; Lelaki Penggenggam Hujan - Tasaro GK
22. Satu Mata Panah Pada Kompas yang Buta - Suarcani
23. Being Henry David - Cal Armistead
24. Cinder: The Lunar Chronicles - Marissa Meyer
25. Scarlet - Marissa Meyer
26. Rumah Kertas - Carlos Maria Dominguez
27. Slammed - Colleen Hoover
28. Silence (Hening) - Shusaku Endo
29. Conceited Heart’s Cry - Ayuko
30. Silent Wife - A. S. A. Harrison
31. Penjelajah Antariksa 1: Bencana di Planet Poa - Djokolelono
32. The Name of The Rose - Umberto Eco
33. Carve The Mark - Veronica Roth
34. Rogue Lawyer (Pengacara Bajingan) - John Grisham
35. Aftertaste - Sefryana Khairil
36. Caraval - Stephanie Garber
37. Breakable (Merepih) - Tammara Webber
38. Fathers and Sons - Ivan Turgenev
39. 24 Jam Bersama Gaspar - Sabda Armandio
40. Bilangan Fu - Ayu Utami

* Untuk judul yang link-nya hidup, artinya saya sudah punya dan membaca buku itu. Silakan untuk dibaca resensinya.

Dari 40 judul buku yang jadi wishlist, ternyata hanya 4 buku yang saya punya dan sudah dibaca. Resensinya pun sudah saya buat. Artinya baru 1% pencapaian saya memenuhi buku-buku yang saya idam-idamkan. PR banget untuk segera memenuhinya sekaligus penasaran buku apa lagi yang akan bertambah. Hehe.

Daftar "Buku Akan Dibaca" update Agustus 2019


[Intermeso] Fakta kemampuan membaca buku yang tidak sebanding dengan kemampuan menimbun buku sudah bukan informasi baru bagi para blogger buku. Dapat dipastikan para blogger buku punya daftar “Buku Akan Dibaca”, entah hanya beberapa judul atau berjudul-judul.

Saya pun demikian. Di kosan masih bertumpuk buku yang belum sempat dibaca. Biasanya akibat menunda-nunda membaca tapi rajin membeli. Dan kesempatan kali ini saya mau membuat daftar buku apa saja yang masih statusnya “Buku Akan Dibaca”:

1. Pangeran Kertas by Syahmedi Dean
2. Senandika Prisma by Aditia Yudis
3. Asa Ayuni by Dyah Rinni
4. Elegi Rinaldo by Bernard Batubara
5. Lara Miya by Erlin Natawiria
6. Love Catcher by Riawani Elyta
7. Magic Perempuan dan Malam Kunang-kunang by Guntur Alam
8. Samaran by Dadang Ari Murtono
9. Para Bajingan yang Menyenangkan by Puthut EA
10. The Seven Good Years by Etgar Keret
11. Lamber Akrobat by Agus Mulyadi
12. Di Kaki Bukit Cibalak by Ahmad Tohari
13. Voice by Ghyna Amanda
14. Miss Peregrine's Home for Peculiar Children by Ransom Riggs
15. Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto by Mitch Alvin
16. The Travel Crates by @rudycrates
17. Aroma Karsa by Dee Lestari
18. Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat by Mark Manson
19. The Wrong Side of Right by Jenn Marie Thorne
20. Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
21. Hati Tak Bertangga by Adi Prayuda & Ikhwan Marzuqi
22. Jogja Jelang Senja by Desi Puspitasari
23. Pergi by Tere Liye
24. Goodbye, Thongs by Fumio Sasaki
25. Keep Calm and Be Fabulous by Amal Azwar, Caca Kartiwa, Hendri Yulius, Bintang Pradipta, El Ayn Morve, dan Kindy Marina
26. Dua Tangisan Pada Satu Malam by Puthut EA
27. Cum on Feel The Noize by Nuran Wibisono
28. Frankfurt to Jakarta by Leyla Hana & Annisah Rasbell
29. Jemput Terbawa by Pinto Anugrah
30. Waktu untuk Tidak Menikah by Amanatia Junda
31. Y by Billy Born
32. Kupu-Kupu Bersayap Gelap by Puthut EA
33. Anatomi Rasa by Ayu Utami
34. Arterio by Sangaji Munkian
35. Titik Temu by Ghyna Amanda
36. Kala Mata by Ni Made Purnama Sari

Wow! Ada 36 buku yang belum saya lahap dan tidak terbayang bakal kapan dibaca. Soalnya saya sedang mengalami penurunan minat baca. Jadi tidak begitu ngoyo banget baca buku, apalagi menargetkan. Doakan saja saya bisa segera menuntaskannya dan doakan juga supaya bisa me-rem beli buku.

[Resensi] Melankolia Ninna - Robin Wijaya


Judul: Melankolia Ninna
Penulis: Robin Wijaya
Penyunting: Jia Effendie
Penerbit: PT Falcon
Terbit: Cetakan Pertama, Desember 2016
Tebal: 234 hlm
ISBN: 9786026051417

Saat series Blue Valley ini diluncurkan, saya tertarik untuk memiliki bukunya. Series ini terdiri dari lima buku yang mengisahkan lima rumah di perumahan Blue Valley dan ditulis oleh penulis-penulis terkenal di Indonesia. Gaung series ini pun membuat saya ikut tantangan menulis yang diselenggarakan oleh Mbak Jia Effendi di blognya. Waktu itu saya menulis cerita pendek dengan tajukAku Khilaf, Ibu”. Sayang sekali, saat itu saya belum beruntung.

Dasarnya harus berjodoh dengan series ini, di awal tahun saya akhirnya bisa memborong kelima judul series Blue Valley dalam obralan. Saya sangat bersyukur sekali karena kesempatan untuk membacanya terkabul. Lalu, buku bersampul biru ini menjadi buku pembuka saya berkenalan dengan kisah orang-orang yang tinggal di perumahan Blue Valley.

Buku Melankolia Ninna ini dibuka dengan adegan kepulangan Ninna bersama suaminya, Gamal, dari rumah sakit setelah menjalani operasi pengangkatan rahim. Operasi ini menjadi momen penghilangan harapan bagi Gamal dan Ninna untuk mempunyai anak.

Cerita di buku ini berkutat tentang perasaan suami dan istri yang harus menerima kenyataan mereka tidak akan punya anak. Ninna menjadi perempuan yang paling terluka karena dia sadar betul kehadiran anak merupakan pelengkap sempurna untuk sebuah keluarga. Dia akhirnya merasa tidak percaya diri sebagai istri karena tidak bisa memberikan anak bagi suami dan keluarga besar mereka.

Lain lagi dengan Gamal sebagai suami yang begitu mencintai istrinya, dia mesti menahan luka kehilangan yang dirasakan demi menjaga emosi sang istri. Pembicaraan soal anak selalu dihindarinya. Dan dia berjuang keras untuk memberikan lebih banyak waktu agar istrinya bisa melewati masa berduka.

Bagaimana Gamal dan Ninna melanjutkan pernikahan mereka di tengah konflik pasca operasi pengangkatan rahim? 

Saya menyukai cerita Melankolia Ninna ini karena mengulik kehidupan usia dewasa, pernikahan, dan keluarga. Banyak hal positif yang bisa diambil setelah membacanya. Misalkan, untuk selalu berkomunikasi ketika bersitegang, untuk menjaga ucapan ketika emosi mendominasi, bahkan untuk tetap memegang prinsip menjaga hati pasangan ketika hubungan sedang didera badai.

Diksi yang dipilih penulis tidak bertele-tele sehingga membuat saya nyaman memahami jalan cerita. Bagaimana membangun emosi melalui diski juga sudah sangat baik. Kecuali untuk adegan emosional yang masih belum membuat saya greget ikut tersulut. Sebab di sini saya tidak menemukan adegan fisik atau ucapan sarkas, padahal konflik yang dihadapi suami istri ini sebenarnya sangat bisa membuat naik pitam. Sehingga rasa emosi yang ditimbulkan masih skala standar.

Untuk sisi haru, saya temui di beberapa tempat dalam buku ini. Terutama ketika adegan puncak Gamal dan Ninna di kamar setelah keduanya melihat baby crib dan berlanjut ke kamar. Di kamar, Ninna menunjukkan pakaian bayi yang ia sembunyikan di bawah tumpukan bajunya (hal.165).

“Itu caramu mengenang harapan kita, Nin. Aku enggak mau merebutnya dari kamu.”
“Tapi kamu ingin kita melangkah, kan, Gamal?”
“Kamu yakin kita bisa melupakan semuanya?”
Ninna menggeleng lemah.
“Dan aku juga enggak bisa terus-menerus berpura-pura kuat di depan kamu. Ada kalanya, aku juga merasakan luka yang sama seperti kamu. Bahkan bisa jadi lebih dalam.”

Selain ide cerita yang menarik, saya juga salut dengan penokohan yang dihadirkan penulis. Terutama Gamal dan Ninna. Gamal adalah pria dewasa yang kalem, tipe perencana, bisa romantis, dan penyayang. Walau ada saatnya dia memutuskan keputusan yang kurang tepat, tapi selalu ada pertimbangan kenapa memilih demikian. Sedangkan Ninna adalah perempuan yang penurut suami, perempuan yang detail, sensitif, bijak, penimbang, dan kuat. Walau ada saatnya dia berubah jadi rapuh tapi itu bisa dimaklumi mengingat keadaan yang sedang dihadapinya.

Keseluruhan cerita dalam buku Melankolia Ninna ini membawa pesan untuk berhati-hati dalam membuat keputusan ketika sudah berumah tangga. Apalagi jika sedang ada masalah. Sebab jika keliru melihat masalah, bukan tidak mungkin akan melahirkan keputusan salah dan terburu-buru yang justru merugikan keluarga. Keputusan dalam berumah tangga bukan keputusan yang sederhana. Sekalinya salah, akan sulit diperbaiki.

Buku ini sangat cocok dibaca oleh siapa pun. Isi ceritanya memiliki banyak pesan untuk banyak situasi dalam ranah rumah tangga atau lingkungan kedewasaan. Akhirnya, untuk kisah konflik antara Gamal, Ninna dan kenyataan menyakitkan, saya memberikan rating 4/5.


*****
Terkadang, kesempatanlah yang membuat kita melakukan hal baik dan buruk. (hal.41)

Dan ketika kita melanggar prinsip yang sudah kita buat sendiri, rasanya kok kayak munafik banget. (hal.69)

Tinggal di mana pun menurut gue, yang terpenting adalah bisa bersosialisasi dengan baik. (hal.73)