Selamat Datang Tahun 2022


Di antara gegap gempita pergantian tahun menuju tahun 2022, perasaan sedih menyelinap ke dada. Suasana hati sedih muncul ketika pikiran liar menjelajah pada momen-momen yang terjadi di tahun 2021. Momen yang hanya bisa diingat tanpa bisa diputar kembali.

Tidak bijak jika meratapi segala yang di belakang, yang belum bisa diwujudkan. Meski sudah di ujung tahun ini, saya memilih menyiapkan diri untuk mewarnai tahun 2022.

Bicara soal blog, saya berharap bisa membuat postingan ulasan buku lebih banyak. Ini beriringan dengan kegiatan membaca buku, semoga saya bisa membaca buku lebih banyak juga.

Selain itu saya juga ingin mengurangi membeli buku sampai waktu yang tepat. Kapan? Sampai saya merasa puas setelah membaca buku-buku yang jadi to be read (TBR). Karena sepanjang tahun 2021 saya sudah menghabiskan banyak uang untuk membeli buku. Padahal kemampuan dan kesempatan saya membaca buku tidak sebanding dengan penambahan timbunannya. Alhasil makin banyak saja TBR yang menggunung.

Tentu saja tidak membeli buku akan menjadi komitmen yang berat bagi saya. Sebagai penikmat sensasi mendapatkan paket buku baru, ini jelas-jelas menjadi ujian. Dan agar bisa menormalkan psikologi saya akan kebutuhan membeli buku setiap bulan, saya memutuskan menyisihkan penghasilan saya sebesar 100K untuk beli buku baru setiap bulannya.

Harapan saya yang lainnya, saya ingin mengadakan lebih banyak giveaway. Semoga ini bisa diwujudkan dengan menggelar GA sebulan satu kali. Selain untuk medongkrak popularitas blog, ini juga bisa menjadi ajang silaturahmi sesama pecinta buku. Rumahnya ya di blog ini.

Doakan juga semoga saya bisa lebih rajin mengunjungi blog buku lainnya. Karena bagaimana pun serunya ngeblog ada di saling berkunjung, saling meninggalkan jejak komentar.

Oya untuk jumlah buku yang akan saya targetkan di tahun 2022 sebanyak 50 buku. Hitungannya agar saya bisa membaca 4 buku per bulan. Jumlah yang seharusnya tidak memberatkan.

Nah, sekian closing saya di tahun 2021. Mari kita sambut tahun 2022 dengan suka cita, dengan niat yang lebih lurus, dengan hati yang baru, juga dengan mimpi yang lebih besar. Kita berjuang dan bekerja lebih keras lagi karena kita sama-sama tahu hidup itu keras. Pegal, ngantuk, lelah, dan sakit akan menemani perjalanan kita, tapi yakinkan hati kita bisa melewati semuanya dengan hati yang besar.

Terakhir, jangan lupa membaca buku!



[Buku] Aroma Karsa - Dee Lestari


Judul:
Aroma Karsa

Penulis: Dee Lestari

Penyunting: Dhewiberta

Penerbit: Bentang Pustaka

Terbit: Agustus 2021, cetakan kedelapan

Tebal: xiv + 710 hlm.

ISBN: 9786022914631

***

Dari sebuah lontar kuno, Raras Prayagung mengetahui bahwa Puspa Karsa yang dikenalnya sebagai dongeng, ternyata tanaman sungguhan yang tersembunyi di tempat rahasia.

Obsesi Raras memburu Puspa Karsa, bunga sakti yang konon mampu mengendalikan kehendak dan cuma bisa diidentifikasi melalui aroma, mempertemukannya dengan Jati Wesi.

Jati memiliki penciuman luar biasa. Di TPA Bantar Gebang, tempatnya tumbuh besar, ia dijuluki si Hidung Tikus. Dari berbagai pekerjaan yang dilakoninya untuk bertahan hidup, satu yang paling Jati banggakan, yakni meracik parfum.

Kemampuan Jati memikat Raras. Bukan hanya mempekerjakan Jati di perusahaannya, Raras ikut mengundang Jati masuk ke dalam kehidupan pribadinya. Bertemulah Jati dengan Tanaya Suma, anak tunggal Raras, yang memiliki kemampuan serupa dengannya.

Semakin jauh Jati terlibat dengan keluarga Prayagung dan Puspa Karsa, semakin banyak misteri yang ia temukan, tentang dirinya dan masa lalu yang tak pernah ia tahu.

***

Sinopsis

Jati Wesi adalah pemuda yang besar di TPA Bantar Gebang, yang memiliki indera penciuman istimewa sebab bisa membaui aroma yang tidak bisa ditangkap hidung orang biasa. Kemampuannya itu membuat Jati menjadi peramu parfum yang handal, bahkan dapat mereplika parfum dari perusahaan besar Kemara. Tindakannya ini justru membuat dia ditangkap polisi dan menjadi awal dia terhubung dengan sosok pemilik Kemara, Ibu Raras Prayagung.

Masuknya Jati di keluarga Prayagung membuat anak perempuan Raras, Tanaya Suma, berreaksi menolak kehadirannya. Suma pun merupakan orang yang dianugerahi hidung istimewa seperti Jati. Hubungan tidak akur mereka berubah seiring waktu menjadi saling memuja. Kesamaan yang mereka miliki membuat mereka merasa sepenanggungan dan bukan satu-satunya manusia aneh.

Raras ternyata punya skenario besar akan obsesinya untuk menemukan bunga Puspa Karsa. Bunga yang dianggap dongeng oleh banyak orang, yang memiliki kemampuan luar biasa untuk mengendalikan dunia. Suma dan Jati akhirnya terlibat dalam ekspedisi pencarian keberadaan Puspa Karsa di Gunung Lawu yang dianggap penuh mistis. Mengulang ekspedisi yang pernah dilakukan 26 tahun silam dan menelan banyak korban, Raras berharap besar dan optimis ekspedisi kali ini akan berhasil dengan mengandalkan kemampuan Jati dan Suma.

Ekspedisi mustahil ini rupanya bukan sekadar menemukan Puspa Karsa, tetapi menjadi pintu untuk membuka tabir rahasia Jati dan Suma; siapa mereka berdua, dan apa hubungannya dengan Puspa Karsa.

Resensi

Akhirnya saya berhasil menamatkan membaca novel tebal Aroma Karsa yang sering dipuji-puji pembaca lain. Dulu pernah membaca separuh tapi terhenti karena merasa gaya bercerita novel ini berbeda dengan gaya bercerita Dee di series Supernova dan novel Perahu Kertas. Kali ini saya akhirnya bisa menyelesaikan menelusuri kisah Jati Wesi dengan penciumannya yang istimewa.

Saya menyebut novel ini sebagai novel petualangan sebab isi cerita novelnya berupa usaha menelusuri asal-usul sosok Jati dan Suma dengan melewati beberapa tempat penting: Bantar Gebang, perusahaan Kemara, dan Gunung Lawu. Pembaca akan diajak mengenal orang yang dianugerahi hidung dapat mencium aroma apa pun. Kita akan didoktrin untuk percaya jika semua benda sebenarnya memiliki aroma. 

Kemampuan ini kelihatannya menarik tapi melihat dari tokoh Suma, kemampuan ini justru merepotkan. Bau sesamar apa pun dapat dideteksi. Kita tentu saja akan menangkap bau yang aneh-aneh, bisa-bisa kita tidak bisa makan apa pun karena reaksi mual akibat kebanyakan mencium bau yang beraneka ragam.

Ketika novel ini membahas mengenai gangguan penciuman, saya sangat tertarik sebab jujur saja sampai detik ini hidung saya tidak normal. Kakosmia adalah gangguan hidung yang menafsirkan aroma secara berbeda dari yang sebenarnya. Saya tidak bisa mencium parfum sebagai wangi yang enak sebab jadi tercium aroma menyengat yang keras, sekalipun itu aroma buah. Saya tidak bisa mencium gorengan jadi aroma gurih, justru yang tercium aroma tengik dan busuk. Saya juga tidak bisa mencium aroma sabun mandi atau aroma lainnya dengan wangi yang sebenarnya, sebab yang tercium hanya aroma tidak enak. Sempat mengeluh ke keluarga dan mereka menyarankan untuk dicek ke dokter tapi saya malu untuk menjelaskannya karena memang sulit menerangkan apa yang saya cium di hidung. Rasanya aneh datang ke dokter dengan keluhan ini.

Dari novel ini kita akan mengenal komposisi wangi yang menarik. Tapi penjelasan yang melibatkan unsur kimia dan percampuran dari aroma-aroma yang kita kenal, justru jadi membingungkan sebab kita tidak bisa menduga jadi aroma seperti apa hasilnya. Hidung manusia biasa hanya bisa mencium aroma dominan. Ketika Jati membelah-belah aroma jadi bagian kecil-kecil, saya tidak bisa membayangkan aroma yang muncul. Ini juga menjadi alasan kenapa dulu saya terhenti membaca novelnya sebab merasa tema aroma di novel ini berjarak dengan saya. Susah untuk terhubung dengan kemampuan Jati dan Sumi, yang akhirnya membuat sisi simpati saya berkurang.

Yang membuat saya lanjut membaca kali ini karena petualangan ekspedisi mencari Puspa Karsa di Gunung Lawu. Kita sama-sama tahu, gunung merupakan medan yang diliputi mistis. Membayangkan mencari bunga yang tidak dikenali siapa pun di gunung, menjadi bahan khayalan yang menarik dan menantang. Saya penasaran apa yang akan dialami oleh tim yang mencari. Apalagi sempat disinggung jika ekspedisi pertama, mereka dibuat tumbang oleh sesuatu yang tidak terlihat. Rasa penasaran akan ekspedisi ini yang jadi bahan bakar saya menuntaskan novel ini.

Yang dibilang bagus banget oleh pembaca lain, tidak saya dapatkan juga. Karena porsi cerita pencarian bunga Puspa Karsa di Gunung Lawu terlalu sedikit dan singkat. Entah kenapa Dee tidak mengeksplorasi petualangan di Gunung Lawu. Saya tidak menemukan karakter Gunung Lawu dengan utuh sebagai latar penting akan keberadaan Puspa Karsa yang mistis dan misterius. Kalau boleh dibandingkan, latar Gunung Semeru di novel 5cm lebih terasa dibandingkan Gunung Lawu di novel ini.

Tema aroma menjadi salah satu alasan kenapa novel ini berjarak dengan saya. Untuk gaya bercerita Dee sepertinya tidak berubah, masih mencoba dengan ciri detail, minim metafora, dan bisa dibilang lugas. Gaya ini dipakai karena Dee memiliki tujuan membedah dunia aroma sampai ke intinya. Ini menjadi pernyataan saya untuk meralat dugaan dulu kenapa saya tidak berhasil menamatkan ceritanya.

Karakter di novel ini pun tidak ada yang menarik simpati. Jati Wesi dan Tanaya Suma sebagai orang dengan kemampuan indera penciuman istimewa sulit untuk terhubung dengan saya. Raras Prayagung sebagai perempuan kuat dan ambisius tidak juga membuat sosoknya mengesankan. Nurdin Suroso, Khalil, Kapten Mada, Bang Sarip dan tokoh pendukung lainnya memang dihadirkan untuk mendukung semata. Bahkan saya cukup terkejut ketika di ujung cerita Jati bersikap memperlakukan Khalil dengan tidak baik. Menurut saya peran Khalil dalam pertumbuhan Jati menjadi dewasa sangat tulus, tapi karena keterlibatan Khalil dengan obsesi Raras membuat Jati tidak melihat sisi itu.

Dari novel ini kita bisa belajar, "Ambisi itu harus berkadar. Tidak semua tujuan harus dicapai. Sebagai yang beragama Islam saya percaya dengan pesan 'manusia hanya berencana, Allah SWT tetap yang menetapkan takdirnya'". Kita harus tahu, apakah batasan kemampuan kita sudah sebanding dengan tujuan kita. Jika timpang, dijamin hidup akan resah dan gusar, tidak akan tenang.

Akhirnya saya memberikan novel ini nilai 3 dari 5 bintang sebab menurut saya wawasan baru dalam novel ini tetap membuka pikiran walau paket antara tema dan ceritanya belum cukup membuat saya terkesan.

Nah, sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

[EBook] Kubah - Ahmad Tohari



Judul: Kubah

Penulis: Ahmad Tohari

Editor: Eka Pudjawati

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Januari 2019, cetakan ketujuh

Tebal: 216 hlm.

ISBN: 9789792287745

***

Tidak mudah bagi seorang lelaki mendapatkan kembali tempatnya di masyarakat setelah dua belas tahun tinggal dalam pengasingan di Pulau Buru. Apalagi hati masyarakat memang pernah dilukainya. Karman, lelaki itu, juga telah kehilangan orang-orang yang dulu selalu hadir dalam jiwanya. Istrinya telah menikah dengan lelaki lain, anaknya ada yang meninggal, dan yang tersisa tidak lagi begitu mengenalnya. Karman memikul dosa sejarah yang amat berat dan dia hampir tak sanggup menanggungnya.

Namun di tengah kehidupan yang hampir tertutup baginya, Karman masih bisa menemukan seberkas sinar kasih sayang. Dia dipercayai oleh Pak Haji, orang terkemuka di desanya yang pernah dikhianatinya karena dia sendiri berpaling dari Tuhan, untuk membangun kubah masjid di desa itu. Karman merasakan menemukan dirinya kembali, menemukan martabat hidupnya.

***

Sinopsis

Novel Kubah menceritakan tokoh Karman yang akhirnya bisa bebas setelah mendekam dalam pengasingan di Pulau Buru akibat dirinya yang tergabung dalam partai komunis. Kebebasan yang membuatnya bingung akan pulang kemana, sebab di Pegaten pernah menjadi tempat dia hidup dengan banyak kesalahan. Saat ia ditangkap dan diasingkan, Karman meninggalkan Marni, istrinya, bersama tiga anak. Berita buruk yang membikin patah hati muncul di tahun kelima, melalui sebuah kartu pos Marni meminta ijin menikah lagi. Hidup tanpa kepala keluarga bukan perkara mudah bagi Marni dan anak-anaknya. Karman yang tidak jelas kapan akan bebas tidak mempunyai pilihan selain melepaskan Marni dan berusaha rela. Tapi itu tidak mudah dilakukan.

Karman kemudian memulai hidup kembali dengan menemui sepupunya, Gono. Dia rumah saudaranya itu dia bertemu pertama kali dengan anak sulungnya, Rudio. Pertemuan yang mengharukan antara ayah-anak yang memendam rindu. 

Dari sinilah cerita Karman mulai benderang. Masa lalu kelam seperti ditimbun dengan sendirinya. Pegaten masih ramah menerimanya dengan senyuman. Dan Karman menjadi lebih matang sebagai ayah bagi anak-anaknya, Rudio dan Tini, yang kini sudah dewasa. Karman menemukan kesempatan kedua dalam hidupnya.

Resensi

Setelah sebelumnya dibuat terharu biru dan terkesan membaca novel Orang-Orang Proyek, kali ini pun saya dibikin menangis saking menikmati cerita yang disajikan penulis dalam novel Kubah. Dengan gaya bercerita yang sederhana, lugas, sopan, kisah Karman sangat enak diikuti. Sejarah masa kemerdekaan dan setelahnya tidak membuat novel ini seperti buku teks sejarah sekolahan. Unsur dramanya kental dan itu yang bikin saya ketagihan dengan karya-karya Ahmad Tohari.

Drama yang muncul dalam novel Kubah ini mengenai tobatnya salah satu anggota partai komunis. Kita tahu sendiri posisi mantan anggota partai komunis dan keluarganya masih dianggap penjahat di negeri ini. Apalagi pada masa itu, mantan anggota PKI pasti begitu tersisih. 

Dengan runut, penulis memaparkan kisah hidup Karman dimulai dari latar belakang orang tuanya, masa kecilnya, masa mudanya, hingga sampai pada titik dia terdoktrin oleh aktivis PKI. Sosok Karman begitu jelas terbayang oleh saya karena penulis dengan detail menceritakan biografinya secara lengkap.

Dari novel ini, saya jadi paham bagaimana anggota PKI merekrut anggota partai dengan cara menghasut dan mencuci otak pemuda dengan ajaran komunis agar menetang pemerintah. Intrik busuk yang dilaksanakan dengan halus, ditutupi dengan muslihat, membuat PKI jadi organisasi jahat di mata saya. Karman sebagai korban menjadi contoh memilukan. Dia seperti diperdaya. 

Yang membuat saya begitu emosional ketika membaca novel ini ada pada bagian ketika Paman Hasyim berdebat dan bertengkar dengan Karman. Paman Hasyim menghendaki Karman kembali ke jalan agama, tapi Karman bersikukuh jika agama adalah candu yang melenakan warga dengan penindasan yang dilakukan pemerintah. Komunis memang mejauhkan anggotanya dari agama dan ini yang bikin anggotanya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.

Selain unsur sejarah kelam PKI yang dikemukakan penulis, ada juga unsur romansa dan drama keluarga. Karman mengalami polemik rumah tangga yang rumit saat dia akhirnya ditangkap dan diasingkan. Istri dan anak perlu melanjutkan hidup. Dan Karman harus berbesar hati menerima kondisi yang dipilih istrinya. Menghilangnya sosok Karman di tengah keluarga membuat dinamika yang tidak biasa bagi anak-anaknya. Apalagi ibu mereka sudah bersuami lagi dan memiliki anak. Kepulangan sang ayah membuat mereka berpikir apa yang akan terjadi nanti.

Romansa muncul ketika Karman masih muda. Lagi-lagi urusan cintanya tidak mulus. Rifah, anak dari Haji Bakir, yang ditaksirnya tidak bisa ia gapai. Pun setelah Rifah jadi janda, situasinya sudah berubah sebab dia memilih bersitegang dengan ayah Rifah. Kemunculan Marni menjadi obat. Sayangnya, masa indah itu tak lama karena mereka harus dipisahkan tragedi.

Novel Kubah begitu menggugah. Meski konfliknya kelam, tapi menguar aura sederhana yang muncul dari beberapa tokoh yang hadir. Jika pada novel Orang-Orang Proyek ada Pak Tarya yang bijak, di novel ini muncul Haji Bakir dan Paman Hasyim yang pembawaannya tenang dan berwibawa. Banyak sekali pengajaran dan perenungan hidup yang mereka sampaikan di novel ini. 

Dari novel ini saya juga merasakan nostalgia masa kecil yang begitu riuh menyenangkan. Masih bisa bermain-main di sawah, mengaji ramai-ramai di musolah, dan menikmati alam pedesaan yang masih asri. Melihat masa sekarang, kenangan masa kecil jadi ingatan berharga yang begitu diingat langsung menghangatkan hati. Pengen kembali ke masa itu kalau bisa.

Pelajaran moral yang saya dapatkan setelah membaca novel ini, "Seburuk-buruknya kita, sesalah-salahnya kita, selama masih bernafas kejarlah kesempatan kedua untuk menjadi lebih baik. Segala niat baik akan dimudahkan jalannya. Percaya itu!" Dan apa yang dialami Karman di ujung cerita novel ini membuat saya tersenyum senang.

Oya, judul Kubah pada novel ini merujuk pada pemberian dan balas budi Karman untuk lingkungan yang sudah menerimanya kembali dengan memberikan kesempatan kedua. Karman membikinkan kubah untuk mesjid dekat rumah Haji Bakir.

Dengan sangat bangga, saya ingin merekomendasikan novel ini bagi siapa pun. Ceritanya bagus. Dan saya mau memberikan nilai 5 dari 5 bintang untuk kisah tobatnya Karman.

Nah, sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!



[EBook] Orang-Orang Proyek - Ahmad Tohari



Judul: Orang-Orang Proyek

Penulis: Ahmad Tohari

Editor: Eka Pudjawati

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Januari 2019, cetakan keempat

Tebal: 256 hlm.

ISBN: 9786020320595

***

Aku insinyur. Aku tak bisa menguraikan dengan baik hubungan antara kejujuran dan kesungguhan dalam pembangunan proyek ini dengan keberpihakan kepada masyarakat miskin. Apakah yang pertama merupakan manifestasi yang kedua? Apakah kejujuran dan kesungguhan sejatinya adalah perkara biasa bagi masyarakat berbudaya, dan harus dipilih karena keduanya merupakan hal yang niscaya untuk menghasilkan kemaslahatan bersama?

Memahami proyek pembangunan jembatan di sebuah desa bagi Kabul, insinyur yang mantan aktivis kampus, sungguh suatu pekerjaan sekaligus beban psikologis yang berat. "Permainan" yang terjadi dalam proyek itu menuntut konsekuensi yang pelik. Mutu bangunan menjadi taruhannya, dan masyarakat kecillah yang akhirnya menjadi korban. Akankah Kabul bertahan pada idealismenya? Akankah jembatan baru itu mampu memenuhi dambaan lama penduduk setempat?

***

Sinopsis

Novel Orang-Orang Proyek ini menceritakan tentang seorang insinyur bernama Kabul. Dia mantan aktivis di kampusnya. Takdir membawanya untuk mengerjakan proyek Jembatan di sekitar sungai Cibawor. Seperti proyek lainnya, dalam pengerjaan pembangunan jembatan ini, Kabul menemukan praktik potong anggaran dari hulu ke hilir oleh oknum dan sudah dianggap biasa. 

Dana menipis, mutu prioritas. Kondisi ini membikin pusing Kabul. Padahal jiwa idealismenya menginginkan pembangunan jembatan ini berjalan baik dengan mutu teruji. Sebab menurut undang-undang, pemborong wajib menjamin bangunan yang dikerjakan bisa dimanfaatkan setidaknya selama sepuluh tahun.

Sikap Kabul membuatnya bertentangan dengan kepala proyek, Pak Dalkijo. Beliau justru mencemooh sikap Kabul yang dianggapnya naif. 

Di tengah pergulatan soal proyek, Kabul yang sudah berusia kepala tiga, dipusingkan perkara asmara. Apalagi ketika orang-orang yang ada di sekitar proyek membicarakan kedekatan dia dengan Wati, Kabul harus melakukan tindakan agar tidak semakin liar prasangka orang-orang. Dan keputusannya justru membuat Wati seperti bunga yang tidak pernah disiram.

Resensi

Saya menyesal sebab kenapa tidak dari dulu saya membaca novel bagus ini. Padahal ebook-nya sendiri sudah punya dari lama. Saya menyatakan novel ini bagus sebab konflik umum yang ada di sebuah proyek diceritakan dengan gaya tutur sederhana. Sehingga saya merasa senang membacanya sebab ceritanya terkesan renyah dan gurih.

Praktik korupsi ketika dana proyek pembanguan digelontorkan menjadi kritik novel ini kepada pemerintah. Sekaligus menjadi wawasan bagi masyarakat sebagai pembaca jika proyek pembangunan pemerintah bisa menjelma jadi lahan basah untuk orang-orang jahat mengkayakan diri. Meski pada novel ini mengambil latar waktu tahun 1990, dan jika dikaitkan dengan masa sekarang, kebobrokan orang-orang pemerintah tidak pernah berkurang. Bahkan tindakan korupsi sekarang-sekarang ini terbilang lebih jahat. Misalnya kasus korupsi oleh menteri ketika wabah covid merebak. Pelakunya seperti tidak punya hati nurani, mengambil untung dari penderitaan masyarakat.

Kabul menjadi sosok jagoan di tengah sistem yang semrawut dan terorganisir, tentu menjadi yang kalah. Ada yang bilang, "Ketika masuk politik, menjadi orang baik di tengah orang jahat, akan menyusahkan. Pilihannya, ikut jadi penjahat atau tidak masuk politik sama sekali." Memang benar, novel ini membawa situasi tersebut melalui tokoh Kabul yang akhirnya menyerah dengan proyek jembatan yang diikuti syarat-syarat untuk kepentingan penguasa-penguasa jebolan partai. Kabul tidak bisa menyanggupi membuat jembatan dengan bahan-bahan bangunan yang mutunya buruk atau memakai bekasan. Kabul juga enggan menyelesaikan pembangunan jembatan dalam tempo singkat yang akan berimbas pada kualitas akhirnya.

Selain soal konflik proyek, penulis juga membawa telaahan bagi pembaca. Salah satunya mengenai makna kehidupan. Kabul lahir dari keluarga biasa. Dia beruntung karena memiliki ibu yang mengedepankan pendidikan anak. Walau sulit mewujudkan hal itu, perjuangan ibunya membuahkan hasil sebab Kabul menjadi insinyur yang masih bernurani.

Kabul pun membantu adik-adiknya agar memiliki masa depan lebih baik dengan berkuliah. Dia melepaskan sementara target berkeluarga sebab bertanggung jawab sampai adik-adiknya bisa mandiri. Kabul dengan pola pikir sederhana menganggap pilihan hidupnya sebagai kewajaran. Sehingga selama menjalani tugas tersebut, Kabul tetap menjadi Kabul yang sederhana, tidak terkontaminasi dengan iming-iming hidup mewah meski tempatnya di lahan basah.

Berkebalikan dengan Pak Dalkijo, yang sama berasal dari keluarga biasa, tapi ketika kesempatan memutus kemiskinan keluarganya datang, dia berpikir itu sebagai momen balas dendam. Cara tidak terpuji dihalalkan demi tujuannya itu. Padahal dia sadar tindakannya keliru. Ini ciri orang yang sudah terkontaminasi ambisi dan egois.

Perenungan lainnya akan kita temukan melalui sudut pandang Kabul ketika memperhatikan orang-orang proyek. Terutama mereka yang masih muda harus rela melepaskan kenikmatan masa muda dan justru memilih bekerja keras. Alasannya agar kehidupan terus berlanjut. Jadi pembaca perlu bersyukur sebab bisa mencicipi bangku kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang lebih bersih. Padahal di sekitar kita banyak orang-orang seperti orang-orang proyek yang tidak punya kesempatan seperti yang kita dapatkan.

Novel ini tidak melulu membicarakan tentang kritik orang-orang pemerintah atau penguasa, tapi penulis memasukan cerita romansa yang manis banget. Kabul dan Wati menjadi salah satu pasangan yang tidak tergesa-gesa dengan perasaannya. Kabul awalnya melihat Wati sebagai rekan kerja. Namun debar itu datang setiap kali Wati merengut. Meski Wati menunjukkan gelagat-gelagat berharap, Kabul menimbang tidak menanggapi sebab tanggung jawab kepada adik-adiknya tetap prioritas. Tapi hubungan mereka semakin dekat sampai rumor merebak gaduh. Kabul sebagai lelaki dewasa memilih mencari saran dari kawannya mengenai harus bersikap bagaimana.

Kenyataan Wati sudah punya pacar membuat Kabul semakin menjaga jarak. Dia sangat menghormati Wati dan pasangan. Meski gara-gara sikap Kabul membikin Wati merana, Kabul tetap pada prinsipnya. Tidak sopan mengganggu perempuan yang masih ada hubungan dengan orang lain. Dan berkat kesabaran Kabul dan Wati, mereka menemukan titik terang ketika Wati dengan berani meminta kejelasan dari pacarnya.

Yang paling membekas buat saya, novel ini menempatakn sosok ibu sebagai rumah terbaik bagi anak untuk pulang. Pun ketika Kabul dipusingkan dengan keputusan final atas posisinya di proyek jembatan, Kabul memilih pulang dan menceritakan kepada ibunya. Termasuk ketika dia gamang mengenai Wati, Kabul pun menceritakan kepada ibunya. Kabar jika Kabul sudah menambatkan hati membuat ibunya terharu biru.

Saya begitu tertarik dengan karakter-karakter yang ada di novel ini. Selain ada Kabul dan Wati, kita juga akan dikenalkan dengan Pak Tarya, pensiunan pegawai Kantor Penerangan yang hobi memancing dan bisa meniup seruling. Beliau memiliki pandangan luas soal hidup yang rupanya tajam diasah pengalaman. Lalu ada juga Mak Sumeh, pemilik warung di lokasi proyek yang rupanya menjadi teman curhat Wati. Beliau sosok ibu-ibu yang bawel tapi omongannya banyak benarnya. Ada juga kepala desa bernama Basar, kawan kuliah Kabul yang sama-sama aktivis. Beliau justru merasa salah menjadi kepala desa karena jabatan ini mengikatnya untuk berkolaborasi dengan orang-orang pemerintah atau penguasa. Pilihan sulit ketika harus menempatkan satu kaki pada penguasa, satu kaki pada warga. Dan masih banyak tokoh pendukung lainnya yang meramaikan suasana lokasi proyek dengan konflik kecil mereka.

Dari novel Orang-Orang Proyek ini saya mengambil nilai, "Hidup sederhana saja dengan mengembangkan rasa." Ini pendapat saya, dengan hidup sederhana, kita akan adem dan tenang sebab tidak menuntut terlalu keras harus mencapai sesuatu. Pikiran 'harus mencapai' ini yang sebenarnya menjadi beban dan membikin hidup tidak tenang.

Lalu 'mengembangkan rasa' menjadi kontrol atas hidup sederhana ini. Kita boleh mengingikan sesuatu tapi jangan menjadi obsesi. Dengan rasa sebagai indikator mencapai tujuan, akan ada dua pertimbangan. Jika itu membuat resah dan bikin hidup diburu-buru, itu obsesi. Tapi jika itu membuat hidup menyenangkan dan bersemangat, itu cita-cita.

Membaca novel Orang-Orang Proyek menjadi pengalaman yang menyenangkan dan membuat saya ingin menjadi pribadi lebih tenang. Maka saya memberikan nilai 5 dari 5 bintang. Novel ini saya sangat rekomendasikan.

Nah, sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!



[Buku] Rapijali #2: Menjadi - Dee Lestari



Judul: Rapijali #2: Menjadi

Penulis: Dee Lestari

Penyunting: Dhewiberta H. dan Jia Effendie

Penerbit: Bentang Pustaka

Terbit: September 2021, cetakan kedua

Tebal: xvi + 484 hlm.

ISBN: 9786022918288

***

Jakarta tidak lagi menjadi penjara. Di ibu kota, Ping justru mulai mendapatkan gambaran tentang hidup yang ia inginkan. Ia memiliki sahabat-sahabat baru, impian baru, dan cinta yang baru. Namun, tantangan lebih besar turut menyingsing. Ajang Band Idola Indonesia menuntut Ping bekerja keras, termasuk menciptakan lagu. Band Rapijali yang menjadi sumber kebahagiaannya ikut menerbitkan beragam konflik. Popularitas mereka mulai terasa bagai pisau bermata dua. Berbagai perasaan yang terpendam di antara para personel Rapijali turut membayangi perjalanan terjal mereka sepanjang kompetisi.

Cita-cita Ping untuk melanjutkan pendidikan di universitas impian berbenturan dengan kelemahan terbesarnya di bidang musik. Sementara itu, rahasia masa lalu yang mulai terkuak membawa keluarga Guntur ke titik kritis. Mampukah Ping melewati badai itu? Akankah Rapijali bertahan? Di persimpangan hatinya, kepada siapakah Ping menjatuhkan pilihan?

***

Ketika saya menyebut konflik yang dimunculkan pada novel Rapijali #1: Mencari sebagai remahan kue, akhirnya terjawab di novel kedua ini. Kita akan menemukan kelanjutan hidup seorang gadis bernama Ping yang tinggal di rumah calon gubernur dan di tengah perjalanan band Rapijali meraih bintang.

Perjalanan band Rapijali memang berbuah manis meski pada babak final terjadi drama besar-besaran. Tetapi saya bisa menikmati perjuangan anggota band Rapijali demi mengikuti kompetisi band sampai ujungnya. Apa yang melingkupi perjalanan Rapijali berkompetisi membuat kita semua belajar jika berjuang demi kemenangan tidak penah mudah, kecuali kamu anak orang kaya dengan bakat pas-pasan tapi bisa disulap uang menjadi nomor satu. Apa yang dilakukan anggota Rapijali, berlibur ke Batu Karas demi menciptakan lagu, merupakan bentuk kompromi mereka terhadap mimpi yang sedang mereka kejar. Mereka melepaskan semua kelekatan dengan kenyamanan yang selama ini mereka diami dan menukarnya dengan level hidup di bawah yang biasanya. Tetapi Ping berjuang dengan jalan yang beda saat dia pulang ke Batu Karas. Dia justru berperang dengan kenangan masa lalu ketika kakeknya masih lincah dan ceria. Ketika hidup masih baik-baik saja tanpa perlu melakukan apa yang tidak ingin Ping lakukan.

Konflik pada novel kedua ini juga lebih mengaduk emosi walau eksekusi yang dipilih penulis masih belum maksimal membuat saya menangis tersedu-sedu padahal di novel ini mengemukakan konflik orang tua-anak, yang biasanya gampang banget bikin saya mewek. Setelah digantung pada akhir buku novel Rapijali #1, ketika Ardi mengetahui hubungan Ping dan ayahnya, badai itu sungguhan kejadian. Pencitraan yang dibangun Guntur sebagai calon gubernur harus porak poranda oleh pengakuan Ardi kepada ketua tim sukses lawan. 

Konflik remaja yang tampaknya susah dilepaskan adalah urusan romantisme pasangan kekasih atau sekadar naksir tanpa pernah digubris. Semesta mendukung arah Ping kepada Rakai, tapi di sisi lain sana ternyata ada yang meradang tanpa bisa berbuat apa-apa. Tak lain dan tak bukan adalah Oding dan Jemi. Walau konflik cinta-cintaan ini tidak membalur keseluruhan novelnya, penulis bermain cantik dengan menebar sedikit-sedikit di beberapa bagian seperti sedang memancing kumpul merpati dengan pakan yang disebar pada beberapa sudut taman. Ada yang bikin gemas, ada juga yang bikin naas. Cinta yang berbalas tumbuh dengan cinta yang kandas. Satu hati bahagia berbarengan dengan satu hati terluka. Tapi saya percaya cinta akan berhenti di titik paling pasnya ketika waktunya sudah tiba. Mungkin ujiannya harus berputar-putar dulu sebelum ketemu lintasan yang umum.

Kalau membahas soal teknik menulis, Dee Lestari bukan penulis yang asal meramu cerita yang dikarangnya. Sehingga segalanya makin indah saja. Di Rapijali #1 saya merasakan ada kejanggalan dari bagaimana penulis berdiksi ria, tapi dengan membaca buku keduanya saya semakin bisa menikmati alur yang dibuat penulis untuk Ping dan Rapijali. Ceritanya makin rame dan makin bikin penasaran.


Penokohan yang sempat dibahas pada ulasan Rapijali #1 semakin berkembang. Setiap tokoh yang muncul memang mengalami pergeseran lumayan signifikan. Walau masih suka becanda, teman-teman Ping mulai melihat masalah hidup dengan santai, adem, dan bertanggung jawab. Mereka lebih bijaksana menyelesaikan konflik yang muncul di Rapijali karena mereka paham emosi hanya bikin ricuh dan bijaksana bisa mengantarkan kepada kebaikan.

Saya sangat menikmati novel kedua ini dan merasa puas oleh penyelesaian konflik yang ada. Karena itu saya ingin memberikan nilai 4 dari 5 bintang.

Nah, sekian ulasan singkat saya untuk novel Rapijali #2: Menjadi, dan saya sangat menantikan novel Rapijali #3: Kembali. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Rekap Bookmail November 2021


Halo! Apa kabar?

Nggak kerasa ya bulan November sudah berlalu aja. Eit, apa saya aja yang memang begitu menikmati November ini? Alhamdulillah...

Karena sekarang awal bulan jadi saya mau menginformasikan jumlah buku yang berhasil dibaca dan buku apa saja yang saya dapatkan sepanjang bulan kemarin.

Artikel dibuat tujuannya agar saya bisa lebih bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk membaca buku dan mendapatkan beberapa buku bagus. Semoga semua yang saya baca bisa bermanfaat. Amin!

Nah, nggak perlu banyak paragraf pengantar lagi, yuk langsung disimak saja!

Saya sangat bersyukur pada bulan November saya bisa membaca sebanyak 10 buku. Dan saya senang karena bisa mempublikasikan ulasan buku-buku tersebut di blog ini. 

Boleh atuh diintip sekalian dibaca ulasan buku-bukunya, hehe.

Lalu, berikut ini adalah buku-buku yang saya dapatkan di November ini! Cek daftarnya di bawah!

1. The Midnight Library - Matt Haig

2. The Purloined Book - You Sun Dong

The Midnight Library 75.200, The Purloined Book 15.200

Awalnya saya ingin membaca buku The Midnight Library karena hype banget. Juga digadang-gadang buku ini bisa kasih pencerahan kepada pembacanya. Begitu saya coba baca di gramedia digital dan hasilnya tidak nyaman sebab masih dalam format per bab yang memanjang ke bawah, jadi saya cek dan ricek di base twitter mencari buku ini dengan harga yang lumayan murah. Setelah dapat, saya ikutan tertarik dengan buku The Purloined Book yang harganya murah sekali. Jadilah saya bayar kedua buku ini.

3. Seni Membangunkan Naga Dari Laut - Wisnu Suryaning Adji

SMNDL 120.600

Bulan November ini penulis memberikan bocoran soal series Legenda Perompak Naga yang katanya berjumlah tiga buku. Novel Seni Membangunkan Naga Dari Laut ini merupakan buku pertamanya. Santer dikabarkan buku keduanya akan rilis sebentar lagi, saya pun bergegas menelusuri toko buku online mencari preloved buku pertamanya ini. Alhamdulillah, saya bisa menemukan toko yang menjual novel preloved buku ini dengan harga yang menurut saya murah. Yang bikin novel ini worth it karena buku masih kondisi sangat-sangat-sangat baik, buku berupa hard cover, buku ada tanda tangan penulis, dan masih dilengkapi stiker bawaan ketika pembelian awalnya.

4. Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Kita Pergi Hari Ini 57.860

Buku terbaru dari penulis yang namanya susah diucapkan ini sangat hype dibicarakan. Mungkin efek buku-buku beliau yang sekarang-sekarang ini lumayan susah dicari, terutama yang Jakarta Sebelum Pagi (JSP). Sehingga banyak banget pembaca buku yang memburu buku beliau, nggak peduli harganya ampun-ampunan.

Saya tentu saja ikut tertarik ingin membacanya. Setelah maju-mundur akhirnya berani juga membayar buku ini dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga pre-order-nya berkat tembus point di shopee.

5. Segala Yang Diisap Langit - Pinto Anugerah

Hadiah jadi gratissss...

Saya lupa sudah berapa kali giveaway yang saya ikuti dan selalu menyertakan buku ini sebagai pilihan hadiah. Tetapi belum juga beruntung. Saya sangat bersyukur ketika Kak Devi menghubungi saya karena saya terpilih sebagai pemenang untuk orang-orang yang pernah membantu Kak Devi menyelesaikan tugas kampusnya. Tentu saja sebagai pilihan hadiah saya menyodorkan pilihan ini. Berkat Kak Devi akhirnya saya bisa punya buku ini, semoga saja saya bisa membaca di bulan ini juga.

6. The Song of Achilles - Madeline Miller

The Song of Achilles 83.927

Buku ini dikabarkan punya cerita bagus. Dan saat ini lumayan susah mencari fisiknya. Kalaupun ada, harganya pasti tinggi. Jadi saya memilih untuk punya e-book-nya dulu karena kepalang penasaran pengen segera baca.

7. The Power of Language - Shin Do Hyun & Yoon Na Ru

The Power of Language 46.965

Buku ini saya beli karena sudah tertarik lama dan kebetulan di akun shopee owlbookstore sedang ada promo, jadi saya beli. Harga aslinya 79.000 setelah diskon dan potongan koin shopee menjadi 46.965. Dan katanya ini nonfiksi gitu, jadi pas aja untuk dibaca karena saya lagi pengen coba banyakin baca nonfiksi. 

8. Supernova #3: Petir - Dee Lestari

Supernova Petir 35.000

Untuk series Supernova, saya sudah punya buku 1, 2, dan 4. Yang ketiga, Petir, susah nyarinya kalau yang preloved tapi masih bagus. Beruntung saya akhirnya ketemu sama akun shopee bukusisifus dan jual buku Petir dengan harga murah hanya 35.000. Kondisi buku masih sangat bagus. Akhirnya saya beli juga untuk melengkapi seriesnya.

9. Between Shades of Gray - Ruta Sepetys

Between Shades of Gray 57.000

Saya mendengar nama penulis Ruta Sepetys gara-gara bukunya yang berjudul Salt to The Sea. Buku yang kata orang-orang punya cerita bagus. Menelusuri karya beliau, sampai di buku Between Shades of Gray, dan infonya buku ini sudah jarang dijual. Maka saya pun berselancar di Tokopedia dan menemukan akun pointnovalbookstore. Disitu dijual buku ini dengan harga 57.000. Saya pun langsung beli. Kondisi buku sudah agak menguning tapi keseluruhan sangat baik.

10. Aroma Karsa - Dee Lestari

Aroma Karsa 63.500

Novel ini cukup hype dan banyak disanjung pembaca, membuat saya beli lagi. Padahal dulu pernah punya tapi tidak selesai dibaca karena di ceritanya ada yang aneh. Nanti saya jelaskan di ulasan setelah saya baca novelnya. Saya beli novel ini di Lazada di akun mizanstore ketika ada promo 11.11 dengan harga normal 135.000 menjadi 63.500.

11. My Tomorrow, Your Yesterday - Takafumi Nanatsuki

gambarnya beda sendiri sebab bukunya ada di kosan yang satu lagi :)

Novel pre-order ini saya beli di shopee pada akun togamasbuahbatu dengan harga asli 78.000 menjadi 58.500. Saya mulai tertarik dengan buku-buku Penerbit Baca karena buku mereka bagus-bagus dan beragam.

12. Tulisan Sastra - Tenderlova

13. Colors in The Sky - Tenderlova

@ 99.000

Pada saat berselancar di twitter ada yang menyebutkan kalau buku Tulisan Sastra ini lumayan bikin sedih, makanya saya jajal untuk membacanya. Oya, saya beli sampai 2 buku yang Tulisan Sastra karena pengen bikin giveaway lagi. Tetapi Nunggu waktu yang pas dulu ya. Sedangkan buku yang Colors in The Sky karena pengen jajal buku lain yang merupakan terbitan penerbit minor. Siapa tau bagus, jadi bisa kasih tau ke temen-temen soal bukunya. Semua buku masing-masing seharga 99.000. Lumayan merogoh kocek ya.

14. Kebebasan Finansial - Grant 

15. Kakeibo - AE Zen

Kakeibo 50.000, Kebebasan Finansial 118.400

Kedua buku ini saya beli ketika berkunjung ke Gramedia Cipto Cirebon karena lumayan lama nggak pernah mampir lagi. Dan waktu itu yang terpikirkan pengen dibeli buku yang Kebebasan Finansial sebab pernah baca sepintas di gramedia digital. Sedangkan buku Kakeibo karena disini juga bahas soal keuangan, jadi saya pikir sekalian saja untuk menggenapkan pemahamanku.

Berdasarkan rekap di atas, selama bulan November 2021 saya membeli buku sebanyak 15 buku dengan uang sebesar 1.079.152,-. Masih jumlah yang fantastis untuk sekadar beli buku. Harus kuat iket pinggan lagi ini mah. Dan saya minta doanya supaya lancar rejeki sehingga bisa berbagi lewat giveaway ya!

Nah, jadi sekian informasi bookmail November 2021. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!