Tampilkan postingan dengan label ahmad tohari. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ahmad tohari. Tampilkan semua postingan

Februari 26, 2025

Resensi Buku Kumcer Mata Yang Enak Dipandang oleh Ahmad Tohari

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Mata Yang Enak Dipandang

Penulis: Ahmad Tohari

Editor: Anastasia Mustika W.

Sampul: sukutangan

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: April 2022, cetakan kelima

Tebal: 216 hlm.

ISBN: 9786020300597

Tag: cerpen, drama


Ada 15 cerita pendek di buku ini dan saya menangkap kekhasan penulis dalam pemilihan tema cerita yang begitu sederhana dan manusiawi. Saya juga terkesan dengan teknik penulis dalam menyajikan ceritanya, yaitu dengan memotret peristiwa, hal, atau pemikiran, sehingga beberapa cerpen terasa kependekan dan meninggalkan ujung kisahnya dengan begitu saja.

Yang membuat saya candu menikmati deretan judul-judulnya karena penulis membawakan tokoh-tokoh yang sederhana dengan latar belakang bermacam-macam. Ada pengemis, seorang bapak, seorang anak, dosen muda, penulis amatir, petani, dan lainnya. Diksinya pun biasa saja dan ini yang membuat saya mudah memahami ceritanya. Detail situasi pada jaman dulu begitu kuat terasa sehingga saya seperti bernostalgia dengan ke lingkungan pada saat masih anak-anak di pedesaan.

Membaca cerpen-cerpen di sini ibarat melakukan perjalanan waktu ke masa lampau, menilik konflik-konflik domestik sebagai manusia. Tetapi jangan salah, beberapa cerita berhasil menggedor nurani saya untuk melakukan refleksi diri.

Nah, berikut ini saya rangkumkan cerita-ceritanya dalam paragraf pendek. Semoga bisa memberikan gambaran kekhasan yang saya maksud.

Mata Yang Enak Dipandang menceritakan pengemis buta dan penuntunnya yang membagikan rahasia membedakan mana orang dermawan dan mana yang enggak dermawan, yaitu dari matanya. Saya suka dengan penggambaran bagaimana menjadi orang yang buta, lalu dipanggang terik matahari. Narasinya begitu menghidupkan situasi itu.

Bila Jebris Ada Di Rumah Kami mengulik empati suami istri; Ratib dan Sar, kepada tetangganya bernama Jebris yang jadi pelacur. Selain mengajak pembaca memahami kehidupan Jebris hingga jadi pelacur, kita juga diajak sembunyi-sembunyi menerka kemungkinan lain dari hubungan Jebris dan pasangan suami istri tetangganya itu. Atau otak saya saja yang terlalu liar ya. Selain itu di sini kita akan melihat pemandangan kontras ketika pelacur berada di lingkungan yang religius.

Penipu Keempat menceritakan tentang seorang lelaki yang mengetahui dirinya sedang ditipu tetapi memilih menikmatinya. Ada perempuan yang datang kepadanya dengan cerita soal yayasan anak yatim piatu yang membutuhkan dana. Ada lelaki yang membawa pisau dan kemucing yang diakui buatan anak-anak cacat dan memintanya untuk membeli barang-barang itu. Ada juga lelaki yang mengaku kepadanya anaknya sakit dan dia butuh ongkos ke Cikokol. Tetapi penipu keempat ini diakui itu dirinya sendiri yang mengeluarkan uang 14.000 untuk menipu Tuhan agar diberikan berkah dari segala penjuru. Saya justru malah takjub dengan keputusan penipu keempat yang tetap dermawan kepada penipu-penipu yang datang padanya.

Kehidupan penulis pemula disorot dalam cerita Daruan. Novelnya diterbitkan oleh kawan kecilnya di Jakarta. Dan mimpi mendapatkan uang royalti kandas karena secara jujur kawannya itu menerbitkan secara indie dan novelnya dijual secara asongan. Miris sekali nasib Daruan. Saya tambah kesal ketika uang dari kawannya justru dibelikan novelnya sendiri hanya untuk meromantisasi nasib kepenulisannya. Dia tahu anak dan istri harus dinafkahi, dia tahu cincin istrinya masuk pegadaian demi ongkos ke Jakarta. Egonya ditonjolkan demi usaha yang berangin-angin.

Pasti kita pernah dengar soal tumbal penglaris warung dan di Warung Penajem kita diajak kenalan dengan suami istri bernama Kartawi dan Jum yang kehidupan mereka terangkat sejak Jum mengelola warung. Kartawi ragu dengan desas-desus tentang istrinya yang sudah memberikan tubuhnya kepada dukun bernama Koyor sebagai imbalan sudah membuat warungnya ramai. Ia pun menanyakan langsung dan jawabannya meremukkan hatinya. Walau begitu, Jum dan anak-anaknya sudah jadi bagian hidupnya selama ini yang sulit ditinggalkan begitu saja. Di sisi lain, jika mengingat kenyaataan penajem yang dilakukan istrinya itu hati Kartawi begitu kesakitan.

Perubahan seseroang bisa dikarenakan banyak faktor. Bahkan jika itu menyakut karakter baik. Ini digambaran dalam cerita Paman Doblo Merobek Layang-Layang. Paman Doblo yang dikenal masyarakat sebagai orang paling baik dan gemar menolong mendadak berubah sejak bekerja menjadi satpam di perusahaan kilang kayu. Prinsip hidupnya bergeser, kebaikannya hanya untuk yang memerintahnya. Membaca cerpen ini bikin mikir, pasti banyak banget orang yang berubah menjadi sosok lain karena tuntutan hidup, termasuk saya sendiri mungkin.

Kang sarpin Minta Dikebiri menceritakan Kang Sarpin yang meninggal sewaktu akan menjual beras akibat sepedanya tidak seimbang dan tubuhnya disambar mobil. Setelah ia meninggal, cerita bagaimana almarhum hidup terkuak. Citra Kang Sarpin memang kurang bagus, dikenal suka bertingkah aneh dan berlebihan, dan doyan main perempuan. Tapi banyak yang tidak tahu kalau sebelum kejadian naas itu Kang Sarpin menemui seseorang untuk minta tolong agar ia bisa jadi orang lebih baik.

Sudut pandang roh dipakai penulis ketika menyentil soal masyarakat perantauan yang mudik menjelang lebaran dan menyebabkan jalan jadi ramai. Utamanya untuk pamer, sisanya silaturahmi. Karsim, si tokoh utama bernasib naas harus tergilas mobil sewaktu menyebrang jalan hendak menuju sawah, padahal sebelumnya ia sudah menunggu lama di pinggir jalan dengan kekalutan sekadar menyebrang jalan. Ini bisa dibaca pada cerpen Akhirnya Karsim Menyebrang Jalan.

Nasib miris sebagai orang tua miskin kepada anaknya terjelaskan di cerita Sayur Bleketupuk. Parsih merasa bingung karena sudah menjanjikan kepada kedua anaknya; Darto dan Darti, untuk naik jaran undar di pasar malam, namun suaminya belum juga datang dari tempat proyek. Karena kebingungan yang makin bertambah, Parsih memutuskan memberi makan kedua anaknya sayur Bleketupuk. Sayuran yang bisa menghilangkan pusing dan membuat mengantuk. Keputusan yang keliru sebab rencana ke pasar malam jadi wacana walaupun suaminya akhirnya tiba meski terlambat.

Rusmi Ingin Pulang menceritakan kekhawatiran seorang Bapak yang akan menyambut anak perempuannya pulang setelah bekerja di luar kota. Pasalnya, masyarakat sudah menggunjing soal Rusmi, katanya ia bekerja di lingkungan pelacuran. Kang Hamim takut kepulangan anaknya tidak diterima warga. Bentuk cinta dari orang tua kepada anak salah satunya dalam bentuk kekhawatiran.

Kehidupan bekas terminal yang tragis dipaparkan dalam Dawir, Turah, dan Totol. Ketiganya berperan sebagai ayah, ibu, dan anak. Dawir jadi bapak Totol karena suka saja. Tidak ada yang tahu siapa bapaknya Totol, bisa jadi Dawir, bisa jadi Jeger si preman, bisa juga supir atau kernet lain. Turah menerima dirinya digarap demi melunasi jatah Dawir yang harusnya disetor. Di sini disentil juga soal penyakit menular seksual dan kemungkinan penularannya yang luas dari kalangan tunawisma.

Saya baru tahu istilah Harta Gantungan dari kumcer ini. Cadangan harta untuk biaya mengurus kematian pemiliknya. Kang Nurya punya kerbau dan dijadikan harta gantungan, sampai-sampai dia rela lehernya terus membengkak daripada harus menjual kerbaunya untuk berobat. Ia tidak mau jasadnya terbengkalai jika mati nanti. 

Pemandangan Perut mengajak kita untuk sadar kalau nilai kita dilihat orang sekitar. Melalui mata Sardupi yang bisa melihat beraneka macam pemandangan dalam perut orang-orang, patutnya kita menjaga diri. Ada pemandangan buah durian yang makin besar hingga durinya menembus kulit perut, ada gulungan gawat berduri yang berputar-putar menimbulkan suara kering dan menusuk telinga, ada pemandangan guru yang berdiri di depan kelas mengajar bidadara dan bidadari, dan masih banyak lainnya.

Pengalaman religius bertemu malaikat penyangga langit dialami Markatab saat ia ikut tahlilan. Prosesi agama yang sebagian umat membolehkannya, sebagian lain tidak mengharuskannya. Di cerita Salam dari Penyangga Langit kita akan diajak memahami makna tahlil untuk mereka yang mengerjakannya.

Bulan Kuning Sudah Tenggelam menjadi cerita favorit saya. Yuning berdebat dengan ayahnya tentang permintaan beliau agar pindah ke rumah dekat mereka. Tetapi suaminya, Koswara, menolak tawaran itu lantaran ia sakit hati kepada orang tua Yuning. Hati Yuning hancur saat tahu perdebatan itu merobohkan ketahanan ayahnya hingga meninggal. Dan ia bimbang kembali ketika niatnya menemani ibunya, justru ibunya menyuruh untuk menyusul suaminya. Drama desas-desus suaminya yang didekati mahasiswi cantik membuat Yuning menampilkan sosoknya yang lebih tenang dan anggun walaupun dalam prosesnya ia kesulitan. 

Saya merekomendasikan kumcer ini dibaca sebagai referensi untuk yang mau belajar membuat cerita. Karena dari kumcer ini saya jadi yakin untuk membuat cerita yang mengesankan tidak perlu membuat drama yang rumit, apalagi yang bertele-tele. Yang paling penting kita harus menyajikan ceritanya setulus mungkin.

Nah, sekian ulasan saya untuk kumcer Mata Yang Enak Dipandang ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Desember 17, 2021

[EBook] Kubah - Ahmad Tohari



Judul: Kubah

Penulis: Ahmad Tohari

Editor: Eka Pudjawati

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Januari 2019, cetakan ketujuh

Tebal: 216 hlm.

ISBN: 9789792287745

***

Tidak mudah bagi seorang lelaki mendapatkan kembali tempatnya di masyarakat setelah dua belas tahun tinggal dalam pengasingan di Pulau Buru. Apalagi hati masyarakat memang pernah dilukainya. Karman, lelaki itu, juga telah kehilangan orang-orang yang dulu selalu hadir dalam jiwanya. Istrinya telah menikah dengan lelaki lain, anaknya ada yang meninggal, dan yang tersisa tidak lagi begitu mengenalnya. Karman memikul dosa sejarah yang amat berat dan dia hampir tak sanggup menanggungnya.

Namun di tengah kehidupan yang hampir tertutup baginya, Karman masih bisa menemukan seberkas sinar kasih sayang. Dia dipercayai oleh Pak Haji, orang terkemuka di desanya yang pernah dikhianatinya karena dia sendiri berpaling dari Tuhan, untuk membangun kubah masjid di desa itu. Karman merasakan menemukan dirinya kembali, menemukan martabat hidupnya.

***

Sinopsis

Novel Kubah menceritakan tokoh Karman yang akhirnya bisa bebas setelah mendekam dalam pengasingan di Pulau Buru akibat dirinya yang tergabung dalam partai komunis. Kebebasan yang membuatnya bingung akan pulang kemana, sebab di Pegaten pernah menjadi tempat dia hidup dengan banyak kesalahan. Saat ia ditangkap dan diasingkan, Karman meninggalkan Marni, istrinya, bersama tiga anak. Berita buruk yang membikin patah hati muncul di tahun kelima, melalui sebuah kartu pos Marni meminta ijin menikah lagi. Hidup tanpa kepala keluarga bukan perkara mudah bagi Marni dan anak-anaknya. Karman yang tidak jelas kapan akan bebas tidak mempunyai pilihan selain melepaskan Marni dan berusaha rela. Tapi itu tidak mudah dilakukan.

Karman kemudian memulai hidup kembali dengan menemui sepupunya, Gono. Dia rumah saudaranya itu dia bertemu pertama kali dengan anak sulungnya, Rudio. Pertemuan yang mengharukan antara ayah-anak yang memendam rindu. 

Dari sinilah cerita Karman mulai benderang. Masa lalu kelam seperti ditimbun dengan sendirinya. Pegaten masih ramah menerimanya dengan senyuman. Dan Karman menjadi lebih matang sebagai ayah bagi anak-anaknya, Rudio dan Tini, yang kini sudah dewasa. Karman menemukan kesempatan kedua dalam hidupnya.

Resensi

Setelah sebelumnya dibuat terharu biru dan terkesan membaca novel Orang-Orang Proyek, kali ini pun saya dibikin menangis saking menikmati cerita yang disajikan penulis dalam novel Kubah. Dengan gaya bercerita yang sederhana, lugas, sopan, kisah Karman sangat enak diikuti. Sejarah masa kemerdekaan dan setelahnya tidak membuat novel ini seperti buku teks sejarah sekolahan. Unsur dramanya kental dan itu yang bikin saya ketagihan dengan karya-karya Ahmad Tohari.

Drama yang muncul dalam novel Kubah ini mengenai tobatnya salah satu anggota partai komunis. Kita tahu sendiri posisi mantan anggota partai komunis dan keluarganya masih dianggap penjahat di negeri ini. Apalagi pada masa itu, mantan anggota PKI pasti begitu tersisih. 

Dengan runut, penulis memaparkan kisah hidup Karman dimulai dari latar belakang orang tuanya, masa kecilnya, masa mudanya, hingga sampai pada titik dia terdoktrin oleh aktivis PKI. Sosok Karman begitu jelas terbayang oleh saya karena penulis dengan detail menceritakan biografinya secara lengkap.

Dari novel ini, saya jadi paham bagaimana anggota PKI merekrut anggota partai dengan cara menghasut dan mencuci otak pemuda dengan ajaran komunis agar menetang pemerintah. Intrik busuk yang dilaksanakan dengan halus, ditutupi dengan muslihat, membuat PKI jadi organisasi jahat di mata saya. Karman sebagai korban menjadi contoh memilukan. Dia seperti diperdaya. 

Yang membuat saya begitu emosional ketika membaca novel ini ada pada bagian ketika Paman Hasyim berdebat dan bertengkar dengan Karman. Paman Hasyim menghendaki Karman kembali ke jalan agama, tapi Karman bersikukuh jika agama adalah candu yang melenakan warga dengan penindasan yang dilakukan pemerintah. Komunis memang mejauhkan anggotanya dari agama dan ini yang bikin anggotanya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.

Selain unsur sejarah kelam PKI yang dikemukakan penulis, ada juga unsur romansa dan drama keluarga. Karman mengalami polemik rumah tangga yang rumit saat dia akhirnya ditangkap dan diasingkan. Istri dan anak perlu melanjutkan hidup. Dan Karman harus berbesar hati menerima kondisi yang dipilih istrinya. Menghilangnya sosok Karman di tengah keluarga membuat dinamika yang tidak biasa bagi anak-anaknya. Apalagi ibu mereka sudah bersuami lagi dan memiliki anak. Kepulangan sang ayah membuat mereka berpikir apa yang akan terjadi nanti.

Romansa muncul ketika Karman masih muda. Lagi-lagi urusan cintanya tidak mulus. Rifah, anak dari Haji Bakir, yang ditaksirnya tidak bisa ia gapai. Pun setelah Rifah jadi janda, situasinya sudah berubah sebab dia memilih bersitegang dengan ayah Rifah. Kemunculan Marni menjadi obat. Sayangnya, masa indah itu tak lama karena mereka harus dipisahkan tragedi.

Novel Kubah begitu menggugah. Meski konfliknya kelam, tapi menguar aura sederhana yang muncul dari beberapa tokoh yang hadir. Jika pada novel Orang-Orang Proyek ada Pak Tarya yang bijak, di novel ini muncul Haji Bakir dan Paman Hasyim yang pembawaannya tenang dan berwibawa. Banyak sekali pengajaran dan perenungan hidup yang mereka sampaikan di novel ini. 

Dari novel ini saya juga merasakan nostalgia masa kecil yang begitu riuh menyenangkan. Masih bisa bermain-main di sawah, mengaji ramai-ramai di musolah, dan menikmati alam pedesaan yang masih asri. Melihat masa sekarang, kenangan masa kecil jadi ingatan berharga yang begitu diingat langsung menghangatkan hati. Pengen kembali ke masa itu kalau bisa.

Pelajaran moral yang saya dapatkan setelah membaca novel ini, "Seburuk-buruknya kita, sesalah-salahnya kita, selama masih bernafas kejarlah kesempatan kedua untuk menjadi lebih baik. Segala niat baik akan dimudahkan jalannya. Percaya itu!" Dan apa yang dialami Karman di ujung cerita novel ini membuat saya tersenyum senang.

Oya, judul Kubah pada novel ini merujuk pada pemberian dan balas budi Karman untuk lingkungan yang sudah menerimanya kembali dengan memberikan kesempatan kedua. Karman membikinkan kubah untuk mesjid dekat rumah Haji Bakir.

Dengan sangat bangga, saya ingin merekomendasikan novel ini bagi siapa pun. Ceritanya bagus. Dan saya mau memberikan nilai 5 dari 5 bintang untuk kisah tobatnya Karman.

Nah, sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!



Desember 15, 2021

[EBook] Orang-Orang Proyek - Ahmad Tohari



Judul: Orang-Orang Proyek

Penulis: Ahmad Tohari

Editor: Eka Pudjawati

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Januari 2019, cetakan keempat

Tebal: 256 hlm.

ISBN: 9786020320595

***

Aku insinyur. Aku tak bisa menguraikan dengan baik hubungan antara kejujuran dan kesungguhan dalam pembangunan proyek ini dengan keberpihakan kepada masyarakat miskin. Apakah yang pertama merupakan manifestasi yang kedua? Apakah kejujuran dan kesungguhan sejatinya adalah perkara biasa bagi masyarakat berbudaya, dan harus dipilih karena keduanya merupakan hal yang niscaya untuk menghasilkan kemaslahatan bersama?

Memahami proyek pembangunan jembatan di sebuah desa bagi Kabul, insinyur yang mantan aktivis kampus, sungguh suatu pekerjaan sekaligus beban psikologis yang berat. "Permainan" yang terjadi dalam proyek itu menuntut konsekuensi yang pelik. Mutu bangunan menjadi taruhannya, dan masyarakat kecillah yang akhirnya menjadi korban. Akankah Kabul bertahan pada idealismenya? Akankah jembatan baru itu mampu memenuhi dambaan lama penduduk setempat?

***

Sinopsis

Novel Orang-Orang Proyek ini menceritakan tentang seorang insinyur bernama Kabul. Dia mantan aktivis di kampusnya. Takdir membawanya untuk mengerjakan proyek Jembatan di sekitar sungai Cibawor. Seperti proyek lainnya, dalam pengerjaan pembangunan jembatan ini, Kabul menemukan praktik potong anggaran dari hulu ke hilir oleh oknum dan sudah dianggap biasa. 

Dana menipis, mutu prioritas. Kondisi ini membikin pusing Kabul. Padahal jiwa idealismenya menginginkan pembangunan jembatan ini berjalan baik dengan mutu teruji. Sebab menurut undang-undang, pemborong wajib menjamin bangunan yang dikerjakan bisa dimanfaatkan setidaknya selama sepuluh tahun.

Sikap Kabul membuatnya bertentangan dengan kepala proyek, Pak Dalkijo. Beliau justru mencemooh sikap Kabul yang dianggapnya naif. 

Di tengah pergulatan soal proyek, Kabul yang sudah berusia kepala tiga, dipusingkan perkara asmara. Apalagi ketika orang-orang yang ada di sekitar proyek membicarakan kedekatan dia dengan Wati, Kabul harus melakukan tindakan agar tidak semakin liar prasangka orang-orang. Dan keputusannya justru membuat Wati seperti bunga yang tidak pernah disiram.

Resensi

Saya menyesal sebab kenapa tidak dari dulu saya membaca novel bagus ini. Padahal ebook-nya sendiri sudah punya dari lama. Saya menyatakan novel ini bagus sebab konflik umum yang ada di sebuah proyek diceritakan dengan gaya tutur sederhana. Sehingga saya merasa senang membacanya sebab ceritanya terkesan renyah dan gurih.

Praktik korupsi ketika dana proyek pembanguan digelontorkan menjadi kritik novel ini kepada pemerintah. Sekaligus menjadi wawasan bagi masyarakat sebagai pembaca jika proyek pembangunan pemerintah bisa menjelma jadi lahan basah untuk orang-orang jahat mengkayakan diri. Meski pada novel ini mengambil latar waktu tahun 1990, dan jika dikaitkan dengan masa sekarang, kebobrokan orang-orang pemerintah tidak pernah berkurang. Bahkan tindakan korupsi sekarang-sekarang ini terbilang lebih jahat. Misalnya kasus korupsi oleh menteri ketika wabah covid merebak. Pelakunya seperti tidak punya hati nurani, mengambil untung dari penderitaan masyarakat.

Kabul menjadi sosok jagoan di tengah sistem yang semrawut dan terorganisir, tentu menjadi yang kalah. Ada yang bilang, "Ketika masuk politik, menjadi orang baik di tengah orang jahat, akan menyusahkan. Pilihannya, ikut jadi penjahat atau tidak masuk politik sama sekali." Memang benar, novel ini membawa situasi tersebut melalui tokoh Kabul yang akhirnya menyerah dengan proyek jembatan yang diikuti syarat-syarat untuk kepentingan penguasa-penguasa jebolan partai. Kabul tidak bisa menyanggupi membuat jembatan dengan bahan-bahan bangunan yang mutunya buruk atau memakai bekasan. Kabul juga enggan menyelesaikan pembangunan jembatan dalam tempo singkat yang akan berimbas pada kualitas akhirnya.

Selain soal konflik proyek, penulis juga membawa telaahan bagi pembaca. Salah satunya mengenai makna kehidupan. Kabul lahir dari keluarga biasa. Dia beruntung karena memiliki ibu yang mengedepankan pendidikan anak. Walau sulit mewujudkan hal itu, perjuangan ibunya membuahkan hasil sebab Kabul menjadi insinyur yang masih bernurani.

Kabul pun membantu adik-adiknya agar memiliki masa depan lebih baik dengan berkuliah. Dia melepaskan sementara target berkeluarga sebab bertanggung jawab sampai adik-adiknya bisa mandiri. Kabul dengan pola pikir sederhana menganggap pilihan hidupnya sebagai kewajaran. Sehingga selama menjalani tugas tersebut, Kabul tetap menjadi Kabul yang sederhana, tidak terkontaminasi dengan iming-iming hidup mewah meski tempatnya di lahan basah.

Berkebalikan dengan Pak Dalkijo, yang sama berasal dari keluarga biasa, tapi ketika kesempatan memutus kemiskinan keluarganya datang, dia berpikir itu sebagai momen balas dendam. Cara tidak terpuji dihalalkan demi tujuannya itu. Padahal dia sadar tindakannya keliru. Ini ciri orang yang sudah terkontaminasi ambisi dan egois.

Perenungan lainnya akan kita temukan melalui sudut pandang Kabul ketika memperhatikan orang-orang proyek. Terutama mereka yang masih muda harus rela melepaskan kenikmatan masa muda dan justru memilih bekerja keras. Alasannya agar kehidupan terus berlanjut. Jadi pembaca perlu bersyukur sebab bisa mencicipi bangku kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang lebih bersih. Padahal di sekitar kita banyak orang-orang seperti orang-orang proyek yang tidak punya kesempatan seperti yang kita dapatkan.

Novel ini tidak melulu membicarakan tentang kritik orang-orang pemerintah atau penguasa, tapi penulis memasukan cerita romansa yang manis banget. Kabul dan Wati menjadi salah satu pasangan yang tidak tergesa-gesa dengan perasaannya. Kabul awalnya melihat Wati sebagai rekan kerja. Namun debar itu datang setiap kali Wati merengut. Meski Wati menunjukkan gelagat-gelagat berharap, Kabul menimbang tidak menanggapi sebab tanggung jawab kepada adik-adiknya tetap prioritas. Tapi hubungan mereka semakin dekat sampai rumor merebak gaduh. Kabul sebagai lelaki dewasa memilih mencari saran dari kawannya mengenai harus bersikap bagaimana.

Kenyataan Wati sudah punya pacar membuat Kabul semakin menjaga jarak. Dia sangat menghormati Wati dan pasangan. Meski gara-gara sikap Kabul membikin Wati merana, Kabul tetap pada prinsipnya. Tidak sopan mengganggu perempuan yang masih ada hubungan dengan orang lain. Dan berkat kesabaran Kabul dan Wati, mereka menemukan titik terang ketika Wati dengan berani meminta kejelasan dari pacarnya.

Yang paling membekas buat saya, novel ini menempatakn sosok ibu sebagai rumah terbaik bagi anak untuk pulang. Pun ketika Kabul dipusingkan dengan keputusan final atas posisinya di proyek jembatan, Kabul memilih pulang dan menceritakan kepada ibunya. Termasuk ketika dia gamang mengenai Wati, Kabul pun menceritakan kepada ibunya. Kabar jika Kabul sudah menambatkan hati membuat ibunya terharu biru.

Saya begitu tertarik dengan karakter-karakter yang ada di novel ini. Selain ada Kabul dan Wati, kita juga akan dikenalkan dengan Pak Tarya, pensiunan pegawai Kantor Penerangan yang hobi memancing dan bisa meniup seruling. Beliau memiliki pandangan luas soal hidup yang rupanya tajam diasah pengalaman. Lalu ada juga Mak Sumeh, pemilik warung di lokasi proyek yang rupanya menjadi teman curhat Wati. Beliau sosok ibu-ibu yang bawel tapi omongannya banyak benarnya. Ada juga kepala desa bernama Basar, kawan kuliah Kabul yang sama-sama aktivis. Beliau justru merasa salah menjadi kepala desa karena jabatan ini mengikatnya untuk berkolaborasi dengan orang-orang pemerintah atau penguasa. Pilihan sulit ketika harus menempatkan satu kaki pada penguasa, satu kaki pada warga. Dan masih banyak tokoh pendukung lainnya yang meramaikan suasana lokasi proyek dengan konflik kecil mereka.

Dari novel Orang-Orang Proyek ini saya mengambil nilai, "Hidup sederhana saja dengan mengembangkan rasa." Ini pendapat saya, dengan hidup sederhana, kita akan adem dan tenang sebab tidak menuntut terlalu keras harus mencapai sesuatu. Pikiran 'harus mencapai' ini yang sebenarnya menjadi beban dan membikin hidup tidak tenang.

Lalu 'mengembangkan rasa' menjadi kontrol atas hidup sederhana ini. Kita boleh mengingikan sesuatu tapi jangan menjadi obsesi. Dengan rasa sebagai indikator mencapai tujuan, akan ada dua pertimbangan. Jika itu membuat resah dan bikin hidup diburu-buru, itu obsesi. Tapi jika itu membuat hidup menyenangkan dan bersemangat, itu cita-cita.

Membaca novel Orang-Orang Proyek menjadi pengalaman yang menyenangkan dan membuat saya ingin menjadi pribadi lebih tenang. Maka saya memberikan nilai 5 dari 5 bintang. Novel ini saya sangat rekomendasikan.

Nah, sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!