Resensi Buku Tanpa Rencana - Dee Lestari

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Tanpa Rencana

Penulis: Dee Lestari

Penyunting: Ardhias Nauvaly

Desain sampul: Fahmi Ilmansyah

Penerbit: Penerbit Bentang

Terbit: November 2024, cetakan pertama

Tebal: xii + 208 hlm.

ISBN: 9786231864352


Sebuah cerita akan mengesankan jika di dalamnya mengandung 'sesuatu' yang baru bagi pembacanya. Dan itu yang selalu disajikan oleh Dee Lestari dalam karya-karyanya. Alasan ini juga yang membuat saya memutuskan untuk segera punya buku Tanpa Rencana ini.

Buku ini bukan novel melainkan kumpulan cerita. Ada 18 judul yang isinya berupa cerpen dan prosa. Beberapa tulisan benar-benar memuaskan saya akan 'sesuatu' itu. 

Dalam cerita pembuka Asam Garam kita akan diajak mencicipi garam hitam yang dihasilkan dari mata air asin di Gunung Mili, Papua. Aneh, garam dibuat dari laut tetapi khusus yang ini justru dibuat di ketinggian gunung. Dan yang menakjubkan, bagi siapa pun yang mencicipi garam ini, akan dibuat menangis dengan sendirinya. Ini dialami Gaspar, seorang wartawan, sebagai tokoh utama setelah ikut Pak Rian, selaku pemilik Kedai Asam Garam, melakukan ritual di depan mata air asin tersebut.

"Berapa banyak kehilangan yang sudah kamu alami, Gaspar?" (hal. 19). Kuncinya ini, kehilangan, dan garam hitam jadi perekam kenangan itu. 



Bagi yang kangen dengan tokoh-tokoh di series Supernova, Dee memunculkan mereka di cerita The Supernova Lounge. Mereka kumpul sedang reuni. Ada tamu istimewa pula, Jati Wesi, tokoh dari buku berbeda tapi diundang hadir di tengah-tengahnya. Yang patut ditunggu, dari obrolan mereka dengan Dee sendiri, bakal ada buku baru dari mereka lagi. Tapi yang paling dekat bakal terbit adalah buku kedua dari Aroma Karsa, begitu kodenya.

"Saya sudah memutuskan untuk mengerjakan judul yang lain dulu. Saya harus menyelesaikan arc Jati Wesi dan Tanaya Suma." (hal. 48).


Yang unik dari cerita Surat Cinta di Botol Kaca menceritakan dua sahabat; Fia dan Tinus, yang masih akrab padahal keduanya sudah umur lima puluhan. Fia sudah menyerah dengan asmaranya setelah bercerai dari Alfian dan ia mengandalkan keajaiban harapan kalau-kalau ia menemukan surat cinta yang disimpan dalam botol apa pun. Kini ia menjalani hari-hari dengan anak perempuanya bernama Lili yang sudah 22 tahun. Sedangkan Tinus sendiri masih gemar mencari pasangan lewat aplikasi dating walau hasilnya selalu gagal. 

Keakraban Fia dan Tinus justru menginspirasi Lili agar punya pasangan serasa sahabatan. "Kan, katanya jodoh terbaik itu sahabat kita sendiri." (hal. 90).

"Dua orang yang nggak bisa hidup tanpa satu sama lain," bisiknya di telingaku. "Itu lebih dari cukup." (hal. 96)

Hal menarik sekaligus cerita yang menghangatkan hati saya temukan di cerita Temu & Power Rangers. Pak Ramli punya anak perempuan bernama Selma yang suka sekali main dengan ayam jago yang dinamai Temu. Kehilangan Temu jadi momen awal bagaimana Pak Ramli lebih dimengerti Emak dan ia belajar sekecil apa pun kebaikan kepada orang lain pasti akan berbalik ke diri sendiri. 



Rupanya buku ini begitu personal ditulis oleh Dee. Tak heran ada juga tulisannya yang berupa ungkapan hati Dee sebagai penulis. Di Balik Papan Tik mengungkapkan bagaimana susahnya jadi penulis ketika ide tulisannya mentok.

Hari ini berbeda. Aku ingin kamu bicara. Jangan diam. Hari ini, aku begitu kosong tanpamu dan terdesak sehingga tak punya pilihan lain. Ketiadaanmu memaksaku untuk akhirnya bercerita tentangmu. Ide. (hal. 103)


Kesan saya setelah membaca buku kumpulan cerita Tanpa Rencana ini, saya masih menemukan 'sesuatu' itu dan menyenangkan bisa membaca cerita yang begitu singkat tapi bermakna. Keunggulan seorang Dee dan karyanya itu adalah setiap tulisannya bertutur dengan niat sehingga pembaca bukunya pasti menemukan 'sesuatu', padahal sebelumnya tidak sedang kehilangan.

Sekian ulasan singkat saya untuk buku Tanpa Rencana ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku ya!



Resensi Kumcer Sengkarut - Natsume Soseki, Edogawa Ranpo, Kajii Motojiro, Ogawa Mimei

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul:
Sengkarut

Penulis: Natsume Soseki, Edogawa Ranpo, Kajii Motojiro, Ogawa Mimei

Penerjemah: Asri Pratiwi Wulandari, Armania Bawon Kresnamurti, Mega Dian P.

Desain sampul: @sukutangan

Penerbit: Mai

Terbit: April 2021, cetakan kedua

Tebal: 100 hlm.

ISBN: 9786237351597


Melanjutkan membaca buku tipis dari Penerbit Mai, kali ini saya menjajal kumpulan cerita pendek dengan tajuk Sengkarut. Judul buku ini jika dicari artinya, saya hanya mendapatkan makna lain yaitu 'berjalinan'. Dan begitu selesai membaca semua cerpennya, saya masih tidak paham arti judul Sengkarut dengan keenam cerpennya.

Kovernya yang begitu artistik menyisipkan simbol-simbol yang ada di cerpen-cerpennya, seperti malaikat, pohon sakura, buah lemon, rumput dengan daun agak lebar, dan kursi. Dan latar belakang hitam pada kovernya seperti menegaskan jika semua cerpennya memiliki nuansa pilu dan sedih. 

*

Malaikat Permen Cokelat (Ogawa Mimei) menceritakan tentang sudut pandang gambar malaikat pada bungkus permen cokelat tentang perjalanannya dari mulai keluar dari pabrik di Tokyo hingga ia bisa kembali ke Tokyo setelah dititipkan lama di warung di daerah yang jauh. Saya melihatnya malaikat merekat di bungkus permen seperti tugas dan bakal tuntas kalau bungkusnya dibuang sehingga malaikat tadi bakal terbang naik ke langit. Perjalanan yang menarik sekaligus menantang sebab nasib beberapa permen cokelat harus berada di desa yang miskin. Otomatis permen tadi akan terlalu lama berada di toples karena tidak ada yang membelinya. Bayangkan saja sendiri ya bagaimana perasaan si malaikat itu.

Meski begitu, malaikat tak dapat terhindar dari perasan senang juga perasaan sedih selama berada di bumi sebelum jiwa mereka melayang jauh ke langit biru (hal. 6)

*


Cerita Lemon (Kajii Motojiro) membahas soal keresahan seseorang akibat keinginan yang tidak bisa dijangkau. Dan dia menemukan buah lemon di toko buah yang secara ajaib bisa meredakan keresahannya. Di cerita ini saya setuju dengan penggambaran bagaimana rasanya mempunyai keinginan tapi tidak tergapai dan mau tidak mau harus menekan perasaan itu yang seperti gumpalan di dada. 

Saat kita mengalami hal itu, pasti kita akan merasa tidak tenang. Melakukan ini tidak menyenangkan, melakukan itu juga tidak menyenangkan. Sekalipun kita melakukan hobi yang menurut kita akan menyenangkan, tapi biasanya itu tidak akan berhasil. Karena biasanya yang bisa meredakan keresahan tadi ya berupa dipenuhi keinginan itu. 

Yang menarik di cerita Lemon ini adalah karakternya yang doyan berkhayal. Secara enggak langsung seperti memberi pesan kalau kita harus berhati-hati dengan khayalan sebab jika terlalu ngawur akan jadi keinginan berupa obsesi yang jika dipelihara terus akan menggerus kebahagian kita dan melahirkan keresahan setiap waktu.

*

Pada cerita Rumput Racun (Edogawa Ranpo) ada sentilan soal orang tua yang memiliki banyak anak namun tidak bisa mencukupi kebutuhannya. Digambarkan juga bagaimana peliknya jadi ibu yang memiliki anak banyak dan rentang umur tiap anaknya berdekatan.

Usiaku sudah tidak muda, aku harus menggendong bayiku yang baru lahir di depan dan bayiku yang berusia tiga tahun di punggung, lalu masih harus mencuci dan memasak. Sekarang saja suamiku sudah membentak-bentak setiap malam, mungkin dia akan membentak-bentak lebih keras lagi. Putriku yang berusia lima tahun akan semakin histeris (hal. 37).

Cerpen ini membahas dua sahabat yang pergi ke padang rumput lalu salah satunya bercerita mengenai rumput yang bisa dipergunakan untuk aborsi. Dan mereka menggibah soal istri tukang pos yang punya banyak anak, ditambah sekarang sudang hamil lagi, dan mengalami kerepotan setiap waktu. Saat mereka mau pulang karena sudah gelap, mereka menemukan istri tukang pos di belakang mereka. Gara-gara ini si tokoh utama risau dan yakin kalau istri tukang pos sudah mendengar obrolannya. Dan saat ia memastikan soal rumput itu, benar saja sudah terpotong.

*

Cerita Di Bawah Pohon Sakura (Kajii Motojiro) jadi cerpen paling singkat di buku ini. Ini membahas soal khayalan tokoh 'aku' yang membayangkan kalau di balik keindahan bunga sakura yang mekar sebenarnya dipupuk oleh mayat di bawah akarnya. Saya bisa menduga kalau deskripsi soal mayat di bawah akar pohon sakura hanya bayangan karena ada kalimat ini, "Mayat, yang mengambang dalam benakku, dalam imajinasi yang tak kuketahui asal-usulnya ini, sekarang laksana menyatu dengan pohon sakura, tak mau beranjak pergi meski kuguncang-guncang kepalaku" (hal. 48 - 49)

*

Ada yang pernah mendengar bunyi-bunyi aneh saat dirawat di rumah sakit? Dalam cerita Bunyi Misterius (Natusme Soseki) memaparkan pengalaman tokoh utamanya yang saat rawat inap di rumah sakit, ia mendengar suara aneh seperti suara memarut lobak yang berasal dari kamar sebelahnya. Sampai ia keluar dari rumah sakit, rasa penasarannya mengendap di benak. Lalu, kali kedua di rawat di rumah sakit yang sama, namun di kamar yang beda, barulah jawabannya didapatkan setelah berbincang dengan perawat yang pada waktu itu merawat pasien di kamar sebelahnya.

Karena tema rumah sakit, cerpen ini membahas soal kematian yang silih berganti pada pasien. Boleh lah dikatakan secara terselubung cerpen ini mengingatkan kita akan pentingnya hidup sehat dan baik. Beberapa penyakit akut disinggung di sini dan kita harus bersyukur karena tidak mengidapnya.

*


Dan di cerpen Kursi Manusia (Edogawa Ranpo) menceritakan tentang penulis perempuan bernama Yoshiko yang menerima surat dan draft naskah. Dalam surat itu diceritakan tentang lelaki yang miskin dan jelek namun ahli membuat kursi. Ia menceritakan panjang lebar tentang kepiluan hidupnya karena memiliki fisik yang kurang menyenangkan, tentang hidup sehari-harinya sebagai tukang furnitur, dan tentang kesenangannya yang penuh ambisi hingga ia menciptakan kursi paling aneh, kursi yang bisa diisi manusia. Lelaki itu kemudian masuk ke dalam kursi aneh tadi dan mulai menjalani hidup sebagai kursi.

Banyak cerita selama ia jadi kursi dari menganalisa seseorang menurut bentuk badan dan aroma hingga kebimbangan antara menyudahi aksinya itu atau melanjutkan. Dia pun jatuh cinta pada beberapa orang yang sempat mendudukinya. Hingga akhirnya perasaan itu tertambat kepada Yoshiko, namun sulit bagi si lelaki untuk mengungkapkan perasaannya karena ia sadar awal mula mereka bersinggungan pun lebih mengerikan.

*

Membaca cerpen pasti melahirkan interpretasi yang berbeda-beda tiap orangnya dan begitu pun dengan hasil membaca buku ini. Saya merasa seru membaca cerpen-cerpen di sini, dengan keanehan dan kepiluan yang masih bisa diterima dengan nalar. Tidak terlalu mengejutkan ataupun membuat mual, tapi yang pasti tidak ada yang bikin perasaan berbunga-bunga, hehe.

Buku kumcer ini pas untuk jadi selingan di saat kita sedang membaca buku tebal. Itu juga yang saya lakukan, buku ini jadi jeda di tengah saya membaca buku lain. Dan hasilnya memang tidak mendistraksi bacaan utamanya.

Sekian ulasan saya untuk buku kumcer Sengkarut karya keempat penulis hebat; Natsume Soseki, Edogawa Ranpo, Kajii Motojiro, dan Ogawa Mimei. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku ya!



Resensi Novel Semalam Di Kereta Bima Sakti - Miyazawa Kenji

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul:
Semalam Di Kereta Bima Sakti

Penulis: Miyazawa Kenji

Penerjemah: Armania Bawon Kresnamurti

Ilustrasi sampul dan isi: Pola

Penerbit: Mai

Terbit: Desember 2022, cetakan pertama

Tebal: 114 hlm.

ISBN:


Setelah kemarin bisa membaca buku cerita Rumah Pohon Kesemek karya Tsuboi Sakae yang ceritanya sangat ringan, kini saya juga membaca buku tipis dari Penerbit Mai lagi; Semalam Di kereta Bima Sakti. Sampul novel ini tuh cantik banget. Karena membawa kata 'Bima Sakti', ilustrasi sampulnya pun berlatar ruang angkasa yang dipenuhi bintang-bintang membentuk rasi. Tapi apakah cerita di dalam buku ini secantik sampulnya?

Novel Semalam Di Kereta Bima Sakti ini menceritakan anak laki-laki bernama Giovanni yang disisihkan oleh teman-teman sekolahnya. Dia juga merasa jauh dengan teman dekatnya, Campanella. Dan pada suatu malam saat digelar Festival Bima Sakti, Giovanni mau mengambil susu untuk makan malam ibunya, justru bertemu dengan teman-teman sekolahnya dan tak bisa menghindar jadi bahan ejekan. Ia pun melarikan diri menaiki Bukit Hitam.

Sebuah kejadian aneh menimpanya. Ia yang diserang cahaya putih, merasa silau, dan saat membuka mata justru ia sudah duduk di bangku dalam kereta. Giovanni tidak sendiri, Campanella ikut juga. Perjalanan keduanya melintasi angkasa di tengah Bima Sakti dimulai.



Unsur fantasinya di novel ini sangat terasa. Memadukan perjalanan kereta dengan luar angkasa saja sudah jadi ide yang menakjubkan. Namun penggambaran peristiwa perjalanan ini buat saya masih sulit dibayangkan. Banyak sekali detail yang di luar nalar. Misalnya, air sungai yang sangat bening tapi bukan bentuknya air. Taman bunga yang bunga-bunganya memancarkan sinar warna-warni.  Deretan menara segitiga yang punya lampu. Jujur, saya tidak bisa membayangkan sebagus apa latar yang diciptakan penulis. Harapan saya, baiknya buku ini menyisipkan ilustrasi bergambar dengan warna-warni. Ini pasti akan membantu banget pembaca menyelami kedalaman cerita ajaib soal luar angkasanya.

Ada penekanan kalau Giovanni dan Campanella adalah teman dekat. Di awal cerita sudah dikondisikan kalau keduanya mulai menjauh. Ada cerita apa di balik kerenggangan mereka ini yang masih kurang saya dapatkan. Secara posisi keduanya jadi bersebrangan. Giovanni jadi anak yang pendiam dan korban perundungan, sedangkan Campanella ikut gerombolan perundung walaupun dia tidak ikut merundung secara langsung. Mungkin karena keringkasan ceritanya akibat naskah aslinya sendiri yang masih mentah, jadi konflik antara Giovanni dan Campanella tidak tereksplorasi dengan utuh.

Perjalanan di dalam kereta menuju Bima Sakti bisa dibilang simbol perjalanan menuju akhirat. Gio dan Campa sempat bertemu dengan seorang pemuda yang mendampingi anak laki-laki dan perempuan yang rambutnya basah. Dari cerita si pemuda tadi, mereka adalah korban kapal tenggelam. Bagian ini terasa memilukan sih. Pada perhentian di Salib Selatan ada dialog penegasan soal akhirat ini: "Tapi kami harus turun di sini," kata Kaoru dengan sedih. "Kalau mau ke surga, kami harus turun di sini." (hal. 93).

Untuk akhir ceritanya pun bagi saya sudah cukup baik. Setidaknya perjalanan yang dilakukan Giovanni dan Campanella menjadi isyarat alam semesta dan Tuhan, dan pembaca jadi tahu kenapa perjalanan ke Bima Sakti seabsurd itu. Walau pun pada penutupannya diakhiri dengan agak 'kentang' sebab membuyarkan kesedihan yang harusnya di momen itu terasa memilukan.

Sama seperti buku Rumah Pohon Kesemek, di novel ini pun ada beberapa ilustrasi menarik yang mewakili dari penggalan ceritanya. Andai saja ilustrasinya berwarna, pasti akan lebih menarik.







Kesimpulannya, buku ini menarik secara garis besar ceritanya, tapi jika harus menghanyutkan diri ke dalam perjalanan yang dilakukan kedua tokoh utamanya, saya pasti memilih nanti saja. Makna cerita yang ingin disampaikan penulis bisa saya pahami namun buku ini bukan bacaan yang mengesankan bagi saya. Sorry.

Sekian ulasan saya untuk novel Semalam Di Kereta Bima Sakti karya Miyazawa Kenji. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku ya!



Resensi Buku Rumah Pohon Kesemek - Tsuboi Sakae

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Rumah Pohon Kesemek

Penulis: Tsuboi Sakae

Penerjemah: Asri Pratiwi Wulandari

Ilustrasi sampul dan isi: Puty Puar

Penerbit: Mai

Terbit: November 2022, cetakan pertama

Tebal: 64 hlm.

ISBN:


Keputusan paling tepat pas minat baca turun drastis ya harus pilih bacaan paling ringan dan tipis. Ini yang bikin saya mengubek tumpukan buku mencari bacaan ringan plus tipis demi menangkis gejala reading slump. Dan akhirnya saya memutuskan membaca buku dengan sampul kuning menyala dan ada gambar lucunya.

Buku cerita Rumah Pohon Kesemek ini menuturkan potret kehidupan Fumie dan Yoichi; kakak adik, selama tinggal di rumah yang di pekarangannya ada pohon kesemek. Pohon kesemek ini ditanam oleh Kakeknya kakek. Kemudian dirawat dengan apik oleh kakek hingga pohon kesemeknya berbuah dengan bagus, besar-besar, dan manis. 

Memelihara pohon dengan baik akan memberikan manfaat baik juga. Tapi kakek melakukan kekeliruan karena menyusun bebatuan sisa membangun sumur di sekitar pohon kesemek. Yang akhirnya membuat pohon kesemek tidak berbuah di tahun itu. Karena demi memperbaiki kesalahannya, kakek bekerja keras memindahkan bebatuan tadi hingga ia ambruk, sakit, dan pergi selama-lamanya. Di momen ini agak sedih membacanya sebab Fumie dan Yoichi harus mengalami kehilangan sosok yang disayanginya.



Namun selang waktu berlalu, Fumie dan Yuichi pun dilimpahkan kebahagian sebab mereka akhirnya punya adik, dan adik mereka kembar, keduanya laki-laki, yang diberi nama Hideo dan Shinnosuke. Yang bikin lucu, Paman Santaro suka usil bercanda mau meminta salah satu adik mereka sebab Paman Santaro dan Bibi Tsuneko belum dikaruniai anak. Kalau sudah dibencandi begitu, Yoichi akan menentang keras usul pamannya itu.


"Yoichi, kau tidak mau memberiku Shinnosuke? Kalau begitu Hideo juga boleh."

"Tidak mau. Dua duanya tidak boleh."


Membaca buku cerita ini akan membuat kita bernostalgia masa anak-anak dengan segala kepolosannya. Kesederhanaan dan keharmonisan begitu terasa hingga membawa kehangatan di dada saat membacanya. 

Menariknya lagi, buku ini disisipi banyak gambar lucu khas anak-anak. Gaya gambarnya mengingatkan saya pada buku pelajaran anak-anak pas tahun 90-an. Dan ini bikin saya makin betah membacanya sambil membayangkan gambarnya jadi berwarna.







Karena bukunya tipis, bisa dibaca dalam sekali duduk, dengan cerita yang ringan, buku ini bagus sebagai selingan setelah membaca deretan bacaan yang punya konflik sedang, bahkan berat. Lumayan bikin enteng otak dan bisa memelihara semangat membaca buku. Jadi saya merekomendasikan buku ini untuk dipilih jika kita sudah mulai mundur dalam membaca buku, entah dengan alasan apa pun kenapa bisa mengalami kemunduran tadi.

Sekian ulasan buku cerita Rumah Pohon Kesemek karya Tsuboi Sakae ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku ya!