[Buku] Ferryman - Claire McFall


Judul:
Ferryman (Pergi dan Kembali)

Penulis: Claire McFall

Alih bahasa: Nadya Andwiani

Editor: Reita Ariyanti

Cover: Azam Raharjo

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: November 2021

Tebal: 384 hlm.

ISBN: 9786020648088


Dylan selamat dari kecelakaan kereta api yang mengerikan. Sepertinya begitu.

Namun, hamparan suram di sekeliling gadis itu tenyata bukanlah Skotlandia. Itu padang kekosongan, yang terbentuk dari berbagai perasaan dan ketakutannya, perbatasan menuju alam kematian.

Dan ada Tristan, sang Ferryman. Ia bertugas memandu dan menyebrangkan roh Dylan. Hanya saja penyebrangan kali ini sangat berbahaya, karena para wraith mengincar roh gadis tersebut.

Saat berjuang untuk bertahan hidup, Dylan lantas bertanya-tanya di alam manakah ia seharusnya berada-dan apa yang harus ia pertaruhkan untuk sampai ke sana.

***

SINOPSIS

Novel Ferryman ini bercerita mengenai remaja perempuan bernama Dylan yang pada awal novel langsung digambarkan kerap bertengkar dengan ibunya, Joan. Di sekolah Dylan bukan remaja yang bersinar. Dia murid biasa saja. Dylan memiliki sahabat bernama Katie, sayangnya, sahabatnya itu harus pindah karena orang tuanya berpisah. Sejak kepindahan Katie, kehidupan sekolahnya berubah suram sebab tidak ada selain dia yang mengerti tentangnya.

Dylan pun punya nasib sama, orang tuanya berpisah. Dan akhir pekan ini dia berencana mengunjungi ayahnya. Dylan menaiki kereta menuju tempat ayahnya. Tiba-tiba saat kereta masuk terowongan terjadi guncangan hebat. Dylan terbangun dalam kegelapan. Ia berusaha keras keluar dari kereta saat sadar kalau kereta yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Begitu keluar dari lorong, Dylan tidak mengenali tempat ia berada. Saat bingung itulah ia melihat sosok remaja laki-laki yang memiliki mata biru. Merasa tidak punya rencana baik dan enggak menunggu pertolongan sendirian, Dylan mengikuti remaja laki-laki tadi yang bernama Tristan. Dialah sang Ferryman, pemandu roh.

Ini adalah perjalanan Dylan melintasi padang kekosongan menuju batas dunia, tempat dia bisa menunggu keluarganya turut berkumpul. Perjalanan yang tidak mudah sebab akan ada roh jahat yang menyerang dan bisa membunuh rohnya kedua kali hingga dinyatakan tamat riwayatnya. 

Tapi Dylan memiliki ide aneh, menentang aturan dunia roh. Apalagi setelah ia sampai di batas dunia, Dylan merasa takdirnya bukan ini. Ia pun bertekad menemukan sang pemandu roh-nya dengan bertaruh dirinya sendiri karena tidak pernah ada yang berusaha kembali ke padang kekosongan untuk menemukan sang Ferryman-nya.

Berhasilkah Dylan menemukan Tristan? Dan bisakah Dylan kembali ke dunia manusia dengan membawa sang Ferryman?


IDE CERITA

Begitu membaca awal novel ini yang membahas dunia setelah kematian, mengingatkan saya akan dunia kubur setelah kita meninggal. Katanya, kita akan diberikan balasan di dunia kubur atas amalan di dunia sambil menunggu Hari Kebangkitan. Tapi pada novel ini justru roh akan melakukan perjalanan panjang melintasi padang kekosongan menuju batas dunia. Sedangkan pada ajaran islam, akan ada dua kondisi: yang amalnya baik akan tidur dengan nyaman dan nyenyak, sedangkan yang amalnya buruk akan ditimpa siksa kubur sepanjang penantian itu.

Tema petualangan bisa juga disematkan pada novel ini sebab ada momen melakukan perjalanan panjang, ada usaha menghindari serangan roh jahat, bahkan ada bagian lika-liku melewati medan yang aneh-aneh seperti padang kerikil dan rawa yang menjijikan. Roh jahat merupakan ketakutan paling besar sebab jika sampai ditarik ke bawah tanah, maka roh korban akan dinyatakan mati. Eksistensinya sudah berakhir, bahkan ada juga yang berubah menjadi roh jahat.

Tema percintaan pun akan kita temukan pada hubungan Dylan dan Tristan. Hubungan terlarang sebab Dylan adalah roh dari manusia, sedangkan Tristan adalah roh sesungguhnya yang mengemban tugas memandu. Gara-gara percikan roman ini, Dylan melawan aturan yang berlaku di dunia roh. Seharusnya ia menunggu di batas dunia, tapi Dylan memilih kembali ke padang kekosongan. Dylan tidak sendirian melakukan kegilaan itu, ia membawa Tristan bersamanya. Tristan menentang ide Dylan, tapi karena alasan 'mencintai', ia pun menurut melakukannya.

Tidak banyak yang dibahas pada novel ini, dan bagi saya novel ini terlalu sederhana konfliknya sehingga saya sempat merasa bosan mengikuti perjalanan Dylan dan Tristan. Lebih banyak membahas bagaimana mereka harus segera sampai di tujuan dan bagaimana kedua roh ini berhubungan satu dengan yang lainnya.

PLOT/GAYA BERCERITA/POV/KARAKTER

Novel Ferryman ini menggunakan plot maju. Kalau pun membahas masa lalu lebih banyak disajikan dalam bentuk narasi saja. Sayangnya, masa lalu dari kehidupan Dylan sangat singkat dibahas sehingga saya tidak cukup mengenal Dylan dengan baik kecuali mengenalnya sebagai murid yang biasa saja di sekolah.

Penulis bercerita dengan baik, apalagi pada bagian mendeskripsikan dunia roh yang menurut saya cukup berhasil sehingga pembaca bisa membayangkan rupa padang kekosongan itu. Karena dunia roh bukan dunia yang mesti sesuai nalar, penyajian dunia roh ini memang agak absurd dan aneh-aneh. Saya masih ingat mengenai deskripsi lautan hitam yang airnya begitu mengundang hasrat ingin menyelami. Tapi saking hitamnya, kita tidak bisa mengantisipasi ada mahluk dan ancaman apa yang menanti di dalam sana. Airnya juga berbau busuk. Pokoknya menyeramkan membayangkan lautan hitam yang riaknya tenang tapi penuh misteri.

Untuk POV yang digunakan pada novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Ini pilihan yang akan membuat pembaca bisa merasakan pengkarakteran pada semua tokoh, baik Dylan atau Tristan.


Untuk karakter di novel ini tidak banyak. Dylan ini gadis yang menurut saya masih labil. Saya beberapa kali kesal karena dia kadang memutuskan sesuatu semau sendiri. Misalnya keputusan dia untuk kembali mencari roh pemandunya karena alasan sayang dan cinta. Menurut saya alasan ini terlalu dangkal sedangkan posisi saat itu kita dalam kondisi sudah mati, menjadi roh. Keserampangannya dalam bertindak seringnya membahayakan. Dan Dylan ini bukan tipikal kapokan makanya momen dia keras kepala terjadi beberapa kali.

Tristan sendiri sang pemandu roh yang polos meski dia sudah menjalankan perannya beratus-ratus tahun. Dan tidak ada alasan yang kuat kenapa dia begitu terkesan dengan Dylan sehingga pada akhirnya Tristan ini kalah oleh perasaannya dan mendukung keputusan Dylan yang sembarangan.

Kedua tokoh utama ini tidak ada yang membuat saya simpati. Sebab mereka memiliki karakter yang tidak loveable. 

Selain Dylan dan Tristan, ada beberapa karakter pendukung seperti Joan (ibu Dylan), James (ayah Dylan), Katie (sahabat Dylan), Jonas (salah satu roh yang dipandu Tristan), Eliza (roh wanita yang sudah lama tinggal di batas dunia).

BAGIAN FAVORIT

Jujur, saya tidak menemukan momen favorit yang membuat saya merasa suka banget. Cerita di novel ini terlalu berjarak dengan pembaca karena membahas dunia setelah kematian. Saya sendiri bingung mau memosisikan diri sebagai siapa dan bagaimana mencari keterhubungan pengalaman tokohnya dengan pengalaman sendiri. Jadi, ya, memang tidak ada bagian favorit di novel ini bagi saya.


PETIK-PETIK

Agak susah sih menemukan pesan moralnya. Tapi saya menemukan poin indah ketika sudah di ujung cerita. Yaitu mengenai sosok Joan sebagai orang tua yang kerap bertengkar dengan Dylan, sebenarnya dia sangat menyayangi sepenuh hati. Sebagai ibu, sekeras-kerasnya ia bertentangan dengan anak, tidak akan mau dia kehilangan anak itu, apalagi kalau sampai anaknya meninggal, pasti sedihnya luar biasa.

RATING

Novel Ferryman ini adalah buku pertama dari trilogi. Kesan saya memang kurang bagus dengan novel ini. Meski begitu saya masih berminat untuk membaca buku selanjutnya sebab pada ending novel pertama ini meninggalkan tanda tanya besar mengenai nasib Dylan dan Tristan selanjutnya. 

Saya memberikan nilai 3/5 bintang. Novel ini memadukan cerita kehidupan setelah kematian dengan romansa hubungan roh manusia dengan roh pemandunya. Agak aneh tapi penasaran.

Nah sekian ulasan versi saya. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



[Buku] 28 - Jeong You-Jeong


Judul:
28

Penulis: Jeong You-Jeong

Alih bahasa: Iingliana

Editor: Juliana Tan

Ilustrator sampul: Martin Dima

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Oktober 2022

Tebal: 520 hlm.

ISBN: 9786020663654

Segalanya berawal dari pria paruh baya yang ditemukan sekarat dengan mata semerah darah di lantai kamar mandi apartemennya. Anjing-anjing di dalam apartemennya juga tewas atau sekarat dengan kondisi yang sama. Keesokan harinya, para anggota damkar dan paramedis UGD yang berusaha menyelamatkan pria tersebut mulai mengalami gejala mata merah yang serupa, lalu tewas dalam waktu singkat. Hanya Han Ki-joon, ketua tim tanggap darurat, yang belum terinfeksi.

Sejak saat itu, semakin banyak warga Hwayang yang tewas akibat wabah misterius tersebut. Ki-joon berusaha mengeluarkan istri dan bayinya dari Hwayang, tetapi pemerintah mendadak mengumumkan situasi darurat dan mengerahkan pasukan militer untuk memblokir setiap jalan keluar dari kota. Tidak seorang pun boleh masuk ataupun keluar.

Kota Hwayang yang dulunya damai pun berubah menjadi neraka anarki penuh darah.

***

SINOPSIS

Novel 28 ini menceritakan tentang warga yang tinggal di Hwayang dan terjebak wabah aneh. Wabah itu memiliki gejala awal membuat mata anjing dan manusia menjadi merah darah. Disusul pecahnya pembuluh darah di sekujur badan sehingga banyak organ tubuh yang gagal fungsi sehingga menyebabkan kematian. Kebanyakan korban mengalami muntah darah akibat rusaknya paru-paru. Dan sampai mereka meninggal hanya butuh kurang dari 3 hari sejak mata mereka berubah warna menjadi merah.

Jae-Hyeong adalah mantan pembalap Iditarod (balapan kereta yang ditarik anjing di belahan salju) yang pulang dari Alaska, kembali ke Korea, setelah mengalami tragedi mengerikan saat lomba berlangsung. Ia mengelola rumah penampungan anjing bernama Dreamland. Pada satu waktu ada wartawan bernama Kim Yun-Ju yang membongkar masa lalu Jeo-Hyeong dan membuat eksistensinya dipertanyakan publik; dokter hewan atau pembiak anjing.

Kim Yun-Ju sebagai wartawan yang artikelnya mendapat sorotan publik mengenai Jae-Hyeong, bertekad membongkar lebih banyak. Dia pun berupaya untuk mendekati sosok dokter hewan tersebut. Tapi wabah yang tiba-tiba merebak membuatnya terjebak di Hwayang dan ia pun berkeliling di tengah berantakannya kota sembari memburu berita.

Park Dong-Hae adalah pemuda yang harus didepak dari pelatihan militer sejak ia kedapatan membunuh anjing-anjing di lokasi tersebut. Ia harus menjalani pelayanan publik dengan bergabung ke tim tanggap darurat Pemadam Kebakaran di bawah arahan Ki-Jun. Aksinya ketika menyiksa anjing bernama Cookie yang merupakan peliharaan ayahnya digagalkan Jae-Hyeong dan sejak itu ia memburu Jae-Hyeong dan anjing-anjingnya.

Ki-Jun adalah ketua tanggap darurat Pemadam Kebakaran yang menemukan korban pertama wabah mata merah. Seorang lelaki ditemukan tewas di kamar mandi dengan luka gigitan dan mata merah. Kondisi serupa pun ditemukan pada anjing-anjing di apartemen itu. Tidak ada yang menduga jika orang-orang yang ikut menangani pasien pertama ini akan mengalami gejala yang sama. Satu per satu mereka meninggal.

Noh Su-Ji adalah perawat UGD yang ikut menangani orang pertama terkena wabah mata merah. Dan dari sekian banyak tenaga medis yang terlibat, hanya beberapa saja yang tidak terinfeksi, termasuk dirinya. Perjuangannya tambah berat karena rekan-rekannya bertumbangan sedangkan pasien dengan gejala sama terus bertambah.

Rango, satu-satunya anjing yang bercerita. Dia merupakan anjing yang diselamatkan korban pertama di apartement. Dan saat korban pertama ditemukan meninggal oleh tim tanggap darurat, Rango berhasil kabur. Pengelanaanya pun di mulai.

Kota Hwayang di-lockdown demi mencegah wabah mata merah keluar dari wilayah itu. Kebijakan pertama yang ditempuh pemerintah adalah dengan membantai semua anjing, baik yang dipelihara maupun yang di tempat penampungan. Bersamaan dengan itu, pergolakan warga mulai terjadi dimana-mana karena kota tidak lagi kondusif. Bnayak warga yang berusaha kabur dari Hwayang dan mau tak mau tentara harus menembaki warga yang tidak patuh. Pilihan yang tersisa di kondisi ini adalah bertahan hidup, tapi entah sampai kapan.



***

IDE CERITA

Saya membaca novel ini awalnya karena blurb-nya yang menarik. Soal wabah mengerikan, jadi ingat dengan wabah covid yang baru-baru ini menjadi pandemi. Saya temukan poin-poin yang relate dengan kondisi saat ini seperti penggunaan masker, lockdown, dan harapan pada vaksin.

Saya juga mencari tahu soal penulisnya, dan ternyata Jeong You-Jeong sudah menerbitkan dua novel yang sudah dialihbahasakan berjudul The Good Son (Anak Teladan) dan 7 Years of Darkness (7 Tahun Kegelapan). Saya pun berburu novel lainnya itu dan sudah punya yang 7 Tahun Kegelapan, semoga segera bisa dibaca walau tebalnya itu butuh keteguhan untuk membacanya.

Adanya wabah mematikan yang misterius menjadi awalan cerita yang menarik. Pembaca akan dibuat penasaran soal asal wabah mata merah, gejala, penanganan, dan nasib yang terkena. Saya pun demikian, sangat ingin tahu penyebab awal mulanya wabah merah ini.

Lalu kebijakan lockdown atau pengisolasian suatu daerah menjadi babak lain yang menuntun pembaca untuk mengetahui usaha-usaha tokoh-tokoh cerita untuk bertahan hidup (survive). Dan sepanjang mengikuti kisahnya, kita akan disodorkan porak-porandanya sebuah kota akibat dijangkiti wabah. Ini mengingatkan saya pada hebohnya masyarakat saat covid dinyatakan melanda Indonesia. Harga kebutuhan pokok terpengaruh, masker mulai langka, pengobatan belum jelas akan menyembuhkan atau justru mengulur waktu. Dan saat itu keputusan lockdown menimbulkan pro dan kontra karena masyarakat sudah ketakutan akan nasib masa depan.

Wabah mata merah menyebar cepat bagaikan api neraka. Orang-orang yang berhasil lolos dari wabah mati kelaparan, mati beku, atau mati dibunuh orang lain. Penjarahan, penembakan, pemerkosaan, pembunuhan, pembakaran... semua kejahatan yang bisa dilakukan manusia terjadi dimana-mana setiap hari dan setiap saat. -(hal.508)

Di balik wabah dan ketakutan yang ditimbulkannya, pembaca akan diseret menyelami kehidupan tokoh-tokoh yang ada, dengan masalah masing-masing. Jae Hyeong yang harus berjuang menyelamatkan anjing-anjing dari pembantaian tentara. Ki-Jun yang harus meninggalkan istri dan anaknya untuk menyelamatkan orang-orang. Kim Yun-Ju yang harus mengesampingkan idealis jurnalisnya di tengah kekacauan. Noh Su-Ji yang harus mengutamakan kesehatan pasien dibanding dirinya. Dan Park Dong-Hae yang harus bergelut dengan mentalnya yang rusak karena ayahnya.

Kita akan melihat ragam emosi manusia saat menghadapi situasi genting. Pilihan yang ada hanya seputar mendahulukan kepentingan sendiri atau kepentingan orang banyak. Walau wabah mengerikan, namun manusia yang terdesak jauh lebih membahayakan. 

Membaca novel ini tuh seperti sedang berkaca atas kejadian Covid kemarin. Nuansa ketakutan, kebingungan, dan kepanikannya hampir serupa. Namun di Indonesia sendiri tidak sampai parah karena menurut saya pemerintah bisa mengatur arah warganya harus berbuat apa, walaupun pada pelaksanaanya harus mengalami drama-drama yang membagongkan.

Di novel ini lebih mengerikan dari sekadar Covid kemarin. Apalagi keputusan penanggulangannya harus melibatkan tentara dalam upaya menghalangi warga Hwayang keluar dari zona merah. Membunuh warga yang mungkin akan jadi perantara menularnya wabah dianggap keputusan akhir paling baik daripada harus membuat banyak warga di luar daerah itu yang bisa kena. Sehingga ada narasi yang menyebutkan 'lubang-lubang' mayat anjing dan manusia. Ini mengindikasikan kalau mereka lebih brutal menghalangi penyebaran penyakitnya.


PLOT/GAYA BERCERITA/POV/KARAKTER

Novel 28 ini mengusung plot campuran antara alur maju dan alur mundur. Namun lebih dominan alur maju. Alur mundur dibuat untuk menjelaskan lebih rinci apa yang terjadi di masa lalu. Contohnya, narasi mengenai backround hidup Park Dong-Hae sejak kecil hingga ia bisa masuk ke tim tanggap darurat Pemadam Kebakaran, untuk menjelaskan kenapa Park Dong-Hae memiliki mental yang tidak stabil.

Yang menarik dari novel ini, walau banyak tokoh yang difokuskan, mereka saling memiliki pertalian cerita. Dalam bukunya sendiri, setiap tokoh akan diberikan porsi bagian cerita, ditandai dengan judul nama tokohnya. Semua tokoh yang saya sebutkan di sinopsis saling bersinggungan, ada yang memang intim, ada juga yang sekelebatan.

Gaya bercerita penulis memang detail dan menyeluruh. POV-nya dibuat bergantian untuk semua tokoh sentral. Sehingga jangan heran kalau kita akan membaca jalan cerita yang sama tapi diceritakan oleh dua tokoh yang berbeda. Misal ketika POV Ringo menyaksikan perseteruan Park Dong-Hae dengan ayahnya di rumah yang sudah hangus terbakar, kita juga akan mendapatkan ceritanya dari POV Jae-Hyeong yang kebetulan sedang melangkah ke arah rumah itu juga. Teknik menulis dan bercerita yang seperti ini yang membuat novel ini menjadi novel bantal. 

Ritme ceritanya tidak meledak-ledak walau ada bagian aksi dan tembak-menembak. Saya kira karena setting novelnya di musim salju, jadi diksi yang dipakai pun membawa nuansa dingin yang akhirnya sampai juga ke pembaca.

Untuk karakter yang muncul di novel ini memang terbilang banyak. Awalnya rada bingung tapi lama-lama akan terbiasa juga. Mengingat profesi mereka yang berbeda-beda, kita pun akan bisa membedakannya dengan lebih mudah. 

Bagi saya tidak ada karakter yang saya sukai walau secara pembentukan karakternya sudah sangat berhasil dihidupkan. Mungkin karena nasib mereka semuanya tragis jadi tidak ada tokoh yang membuat saya mau memujinya. Penulis memang tega sekali membuat nasib tokoh-tokohnya begitu, tanpa memikirkan perasaan pembaca.

Banyak tokoh sampingan yang muncul. Dan yang masih kerasa emosinya tentu saja karakter anak kecil yang buta bernama Seung-Ah. Setelah kakeknya meninggal karena terinfeksi, Seung-Ah dibawa dan diurus oleh Jae-Hyeong dengan dibantu Kim Yun-Ju. Kehilangan yang dialami Seung-Ah bukan sekali, tapi dua kali. Awalnya anjingnya yang mati, lalu disusul kakeknya yang meninggal. Dan nasib hidupnya pun lebih tragis lagi ke depannya.

BAGIAN FAVORIT

Di novel ini tidak ada momen yang menyenangkan atau yang membuat saya mau menangis gara-gara terharu. Tetapi ada bagian novel ini yang membuat saya begitu mual ketika membacanya.

Su-Jin yang akhirnya kembali ke apartemennya demi menunggu kepulangan ayahnya justru harus mengalami pemerkosaan oleh tiga pemuda. Penulis dengan apik menjabarkan proses mengerikan itu. Narasinya tidak menjadi vulgar tapi justru lebih ke memilukan. Su-Jin digambarkan sampai linglung.

Yang membuat saya mual karena mempertanyakan kenapa nasib orang-orang baik harus dibawa ke titik itu. Penulis memang tega. Tidak memberikan kebahagian yang harusnya menjadi balasan bagi mereka yang sudah berjuang dengan keras di tengah wabah yang memporak-porandakan kota Hwayang.

Setelah selesai membaca bagian itu, saya harus berhenti baca karena saya terbawa emosi, mual, kesal, dan pilu. Ini bisa jadi efek karena saya sudah mengikuti nasib orang baik lainnya yang sama-sama tidak bahagia. Saya jadi ikutan capek dan dongkol. 

Pria itu menyeret Su-jin ke kamar utama dan melempar Su-Jin ke ranjang ayahnya. Begitu tangan pria itu terlepas dari rambutnya, tubuh pria itu langsung menindih perutnya. Kedua lutut pria itu mengepit kedua lengan Su-Jin. Lalu tinju pria itu melayang ke dagu Su-Jin.

Pria itu orang pertama. Lalu, orang kedua, dan orang ketiga.... Lalu orang pertama lagi... Ketiga pria itu makan, minum, menggeledah, dan menghancurkan seisi rumah. -(hal.454-455)

Tragis pisan!


PETIK-PETIK

Sepanjang membaca novel 28 ini saya lebih ke menikmati jalan ceritanya. Namun setelah selesai dibaca, hikmah yang bisa petik adalah mengenai keharusan memiliki tujuan hidup yang jelas. Tidak masalah walau tujuan hidup kita itu receh. Tapi perlu diketahui kalau adanya tujuan hidup akan membuat kaki kita terus bergerak. Kita tidak boleh hidup dengan konsep mengikuti alurnya saja. 

Penekanan usaha bertahan hidup dalam kondisi genting sangat terasa di novel ini. Bertahan hidup ini pun yang kemudian menjadi tujuan hidup Jae-Hyeong, yang kemudian diikuti juga oleh Kim Yun-Ju.

Saya pun jadi merasa lebih bersemangat dan berani menentukan apa yang menjadi tujuan hidup saya dan akan saya upayakan semaksimal mungkin. Karena saya muslim, saya percaya Allah SWT akan melihat usaha itu, dan akan mengganjarnya karena "Allah tidak tidur."

KUTIPAN

  • Jadi selama ada tekad, di situ ada jalan. -Hal.148

RATING

Sebenarnya emosi yang muncul setelah membaca novel 28 ini tidaklah bagus. Saya sendiri merasa masih marah dan entahlah, karena nasib tragis yang dialami tokoh-tokohnya. Tidak rela saja mereka dibegitukan oleh penulisnya. Tapi ini jadi semacam parameter kalau penulis sudah berhasil menggaet pembaca pada cerita yang ditulisnya.

Saya memberikan nilai 4/5 bintang. Novel ini seru dibaca, penuh emosi. Saya merekomendasikan untuk pembaca lain. Tapi setelah ini, saya ragu kalau harus membaca ulang. Selain faktor cerita yang suram, novel ini juga terbilang tebal cuy!



[Buku] Toko Tukar Tambah Nasib - Lia Seplia


Judul:
Toko Tukar Tambah Nasib

Penulis: Lia Seplia

Penyunting: Prisca Primasari

Ilustrasi sampul: Abdul M.

Penerbit: PT Falcon

Terbit: September 2022, cetakan pertama

Tebal: viii + 330 hlm.

ISBN: 9786026714749


"Selamat datang di toko Tukar tambah Nasib. Kami bisa memperbaiki hidupmu dan menukarnya dengan kehidupan orang lain yang ingin kamu jalani. Sudah puaskah kamu dengan hidupmu? Datanglah ke toko kami."

Toko Tukar Tambah Nasib memberi kesempatan bagus kepada orang-orang yang tidak puas dengan hidupnya. Salah satunya adalah Naya Saura, seorang pegawai minimarket yang hidupnya penuh luka dan ketidakberuntungan. Toko tersebut memberi Naya privilese untuk menjalani kehidupan seperti yang selama ini ia idam-idamkan: Lala (balerina ternama), Sato (direktur sebuah perusahaan kosmetik), Meri (istri pengusaha kaya dengan dua anak yang lucu-lucu), dan Riko (koki muda yang berlimpah harta).

Namun, ternyata tak ada kehidupan yang sesempurna dan seberkilau kelihatannya. Ada syarat yang harus dipenuhi. Ketika Naya sadar bahwa setiap pertukaran nasib harus ditukar dengan sesuatu yang paling berharga, kehidupan siapakah yang akan ia pilih?

***

SINOPSIS

Novel ini menceritakan tokoh utama bernama Naya Saura, yang kerja jadi kasir di sebuah minimarket. Kehidupannya tidak berjalan mulus seakan-akan nasib malang sudah jadi garis tangannya. Di keluarga, di lingkungan kerja, Naya tidak pernah menjadi sosok yang bersinar. Justru posisinya seperti beban saja.

Naya menjalani hidup dengan perasaan hampa. Sampai akhirnya ia menerima surat tawaran dari sebuah Toko Tukar Tambah Nasib untuk bertukar nasib dengan orang lain. Naya menyebutkan keempat temannya: Lala, Meri, Sato, dan Riko. Ia ingin menjalani hidup seperti mereka. Tetapi, pertukaran itu tidak gratis, ada harga yang harus Naya korbankan. Sebelum memutuskan kehidupan siapa yang akan dipilih, Naya berkesempatan untuk mengintip kehidupan keempat temannya itu.

Lala adalah balerina ternama. Hidupnya begitu disorot. Tetapi di balik pencapaiannya saat ini, Lala hanya boneka dari mimpi ibunya, Belinda. Lala kehilangan kebebasan, dan secara otomatis kehilangan kebahagiaan. 

Sato lahir dari keluarga yang kaya. Tapi dia pengecut di lingkungannya. Korban bully. Karena yang ia punya hanya uang, maka kekuatan uang digunakannya untuk melindunginya. Sebagai keturunan yang kelak mewarisi perusahaan kosmetik besar, Sato bersaing dengan sepupunya. Demi menyelamatkan nasib warisan itu, Sato melepaskan perempuan yang ia kasihi dengan tulus, dan harus memilih perempuan yang sama-sama memiliki tujuan soal uang. Pilihan yang membuatnya tidak bahagia.

Meri terlahir di keluarga yang ramai. Saudaranya banyak. Dan impiannya adalah bisa segera meninggalkan rumah orang tuanya agar punya privasi. Doanya dikabulkan semesta, Meri memiliki pasangan idaman semua wanita; kaya dan tampan. Tetapi bukannya ketenangan yang didapatkan, justru banyak hal membuatnya cemas. Suaminya yang populer rawan diambil perempuan lain, mau tak mau Meri tidak bisa bersantai sebagai dirinya sendiri sehingga ia harus terlihat selalu cantik. Belum lagi soal pengasuhan anak yang kadang bersebrangan dengan ipar-ipar dan mertuanya. Kehidupan Meri tidak semenyenangkan yang dilihat orang-orang.

Riko adalah koki bintang yang wajahnya masuk di kover majalah ternama. Perjalanannya untuk mearih posisinya kini penuh liku-liku. Ia mulai kerja di restoran sejak belia. Bakatnya yang membawanya menjadi asisten Chef Ilga. Keputusan Chef Ilga, sosok yang sudah dianggapnya sebagai ayah, untuk membuat restoran sendiri justru membawa Riko di fase terjerembab. Hutang Chef Ilga menjadi bebannya. Beruntung Riko bertemu dengan Vera, teman SMA-nya yang mau membantu menyelesaikan semua masalah. Sayangnya Riko tidak berumur panjang. Pilihan yang sulit, hidupnya aman dan mapan tapi tidak berumur panjang.

Naya tidak tertarik dengan kehidupan keempat temannya karena akhirnya ia tahu hidup mereka tidak sebaik yang ia sangka. Tapi kontrak sudah disepakati, memilih salah satu kehidupan yang sudah diintip atau membatalkan kontrak tapi berujung meninggal. Naya tetap harus memutuskan.


IDE CERITA

Judul novel memakai kata 'toko' mulai bermunculan. Tapi novel ini jadi yang pertama yang saya baca. Penasaran sih apakah ada kesamaan di antara novel-novel itu. Dugaan saya sih semua novelnya membawa unsur fantasi. Biar jelas, nanti saya buktikan setelah membaca semua novelnya.

Di novel ini unsur fantasi sudah bisa diketahui dari judulnya. Di kehidupan nyata mana ada toko yang melayani tukar tambah nasib. Yang ada jual beli barang kebutuhan sehari-hari atau jual pulsa. Tapi di sini kita akan diajak masuk ke toko yang dikelola oleh pasangan T1 dan T2 dan membuktikan jasa tukar tambah nasib itu. Bingungkan bacanya, hehe.

Pengunjung akan datang ke toko itu setelah menerima surat tawaran. Jadi enggak semua orang bisa tahu dan datang ke situ. Dan layanan tukar tambah nasib ini memang ada. Hanya saja, sebagai kontrak transaksi, pengunjung terpilih harus menyerahkan barang yang memiliki nilai berharga. Ingat, yang berharga bukan melulu diukur dari harga ya. Barang berharga bisa karena muatan memorinya.

Pengunjung terpilih sudah dipastikan tidak bahagia dengan hidupnya. Banyak alasan yang membuat itu. Tawaran merubah nasib pasti menggiurkan. Pada poin ini, kita sepakat dong ternyata manusia itu, termasuk kita-kita, kadang masih buta sama yang namanya kebahagiaan atau happiness, dan pasti masih mencari-cari. Jangan-jangan kita-kita yang begitu bisa digolongkan mengalami sakit mental.

Pepatah yang bilang 'rumput tetangga selalu lebih hijau' memang banyak dialami kita semua. Iri dan dengki yang kemudian kita rasakan. Membanding-bandingkan menjadi kerjaan harian. Ujung-ujungnya malah galau dan resah sendirian.

Ide ini yang tampaknya ingin disampaikan penulis melalui toko anehnya itu. Tema sakit mental atau gangguan psikologi memang sedang marak. Di novel ini penulis memfokuskan untuk mengulik soal makna bahagia di kehidupan. Pertanyaannya: Sudah bahagiakah kita selama ini?

Lapis demi lapis kita akan disodorkan kehidupan tokoh-tokoh yang ternyata tidak semanis yang terlihat. Isunya banyak dan beragam, tentang keluarga, tentang pertemanan, tentang karir, tentang cita-cita, dan masih banyak sisi lain dari hidup yang dibahas. Dalam satu buku, kita akan berkenalan dengan beberapa kehidupan orang-orang. Kita akan belajar banyak di situ.


PLOT/GAYA BERCERITA/POV/KARAKTER

Karena ada momen mengintip kehidupan orang lain, ada plot mundur untuk menceritakan ulang tokoh yang kehidupannya diintip. Di bagian itu penulis menerangkan sebab-akibat kenapa kehidupan tokoh yang diintip itu tidak sempurna. Setelah beres dipaparkan, alur berubah ke plot maju. Giliran Naya yang merenung pertimbangan apa yang membuatnya harus memilih kehidupan yang diintipnya tadi.

Untuk gaya bercerita Kak Lia Seplia ini terasa kaku buat saya. Walau kadarnya masih aman untuk dinikmati sih. Saya seperti melihat air dan minyak ketika membaca bukunya. Karena ceritanya ada unsur fantasi yang condong ke sisi filsafat hidup, harusnya diksi yang digunakan lebih lembut dan tenang. Yang ada sekarang gaya berceritanya terasa lugas dan kekinian. Ini jadi gap buat saya ketika ingin memasuki ceritanya. Penilaian ini murni pendapat pribadi ya, bisa saja kesan di pembaca lain berbeda. 

Sedangkan sudut pandang yang digunakan adalah POV Orang Ketiga. Penulis berhasil menempatkan si tokoh utama untuk terus terlibat dengan kehidupan yang diintip meski perannya sebagai sampingan. Sempat aneh di awal-awal karena pada halaman depan disebutkan jika Naya berteman dengan keempatnya. Dan saat mengintip itu, Naya mendadak jadi asing bagi mereka. Ini yang harus dipahami pelan-pelan.

Novel akan berkesan jika ditopang juga oleh karakter-karakter yang mengesankan. Untuk saya, di novel ini tidak ada karakter yang membuat saya sangat menyukainya.

Naya Saura: Perempuan lajang yang ternyata menyimpan trauma. Sering rendah diri dan sering overthinking. Hidupnya demi kebahagian orang lain dan mengabaikan kebahagiannya sendiri.

Untuk karakter keempat temannya Naya sudah saya paparkan di bagian Sinopsis ya. Dan tidak ada yang saya sukai.

Aji: Pacar Naya yang dewasa dan tulus. Karena porsi cerita untuk karakter Aji tidak banyak jadi belum tergali semenarik apa sosoknya. Tapi di keterbatasan itu, sosok Aji terbilang bagus dan baik sebagai pasangan.

Kila dan Kenzi: Adik kembar Naya yang cuek. Hubungan mereka dingin dan kaku. 

Dan masih ada beberapa karakter pendukung lainnya, seperti Bapak Ibunya Naya, saudara-saudara Meri, dan karakter lainnya.

BAGIAN FAVORIT

Bagian cerita yang hampir membuat saya menangis adalah ketika Naya sudah bertekad membatalkan kontrak. Artinya dia harus meninggal. Lalu pada hari H, Naya berbuat baik sebanyak-banyaknya untuk keluarganya. Bangun pagi, membersihkan rumah, membuatkan sarapan untuk adiknya, dan membuatkan kopi untuk ayahnya. Semua orang rumah heran. Saat disinggung soal kematian, semua hening. Sumpah sedih banget.

"Palingan mati doang pas tidur. Sebagai beban keluarga, aku enggak keberatan." - hal.296.

Jokes-nya dark pisan ya! Siuen aing!

Selain itu saat Naya menelepon teman-temannya dan berterima kasih karena sudah menjadi temannya, juga membuat sedih. Saya bisa merasakan kegetiran, ketakutan, kepasrahan, yang dialami Naya. Hidup begini-begini saja, tanpa tujuan, hanya membuat sedih saja, dan jika kematian pilihan terbaiknya, Naya ingin berpisah dengan sebaik-baiknya.


PETIK-PETIK

Saya sadar kalau hidup semua orang tidak ada yang sempurna. Pasti mereka juga punya masalah. Jadi sebaiknya tidak pernah membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain. Cukup dijalani dan dinikmati, apa pun bentuk kehidupan kita.

Selain itu, saya juga belajar untuk terus berbuat baik. Karena setiap perbuatan baik itu pasti akan ada balasannya. Mungkin bukan dibalas untuk kita, tapi bisa jadi dibalas untuk orang tua kita, saudara kita, atau bahkan untuk pasangan kita. Pada bagian akhir novel ini dibahas pesan kebaikan ini. Naya banyak berbuat baik, dan kebaikannya dibalas untuk orang di sekelilingnya sehingga Naya terlihat selalu tidak beruntung.

Oya, jika kita melihat orang seperti Naya, yang perlu dilakukan adalah menolongnya. Mereka sebenarnya sedang tidak baik-baik saja. Tetapi mereka tidak tahu cara keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Ini sempat diucapkan oleh T-2 mengenai kondisi Naya, "...karena tidak ada yang menolongnya. Dia merasa berjuang sendirian. Dia mungkin sudah merasa lelah." -hal. 298.

KUTIPAN

  • Kesempatan bagus seringnya tidak datang saat kamu mengharapkannya. Kesempatan bagus seringnya datang saat kamu tidak berekspektasi apa-apa. -hal. 2
  • "Mana ada kata terlambat untuk belajar? ... Sekolah itu cuma tempat kita mementingkan nilai, bukan keterampilan..." -hal. 23
  • "...Jangan pernah menganggap hidup semua orang sama seperti produk pabrik. Setiap orang membawa alasan tersendiri, termasuk luka-luka, masalah-masalah, dan pilihan-pilihannya." -hal. 28
  • "Banyak anak di dunia ini yang tidak akrab dengan ibunya sendiri. Bukan karena tidak sayang, melainkan karena sayanglah mereka menjaga jarak agar tidak menyakiti lebih jauhdan lebih dalam lagi..." -hal. 33
  • "Kamu bisa saja mengenal seseorang, tapi kamu nggak akan pernah tahu jalan cerita hidupnya." -hal. 38
  • "Rumah bukan soal tempat. Rumah itu tentang perasaan pulang." -hal.104
  • "Sebelum ingin didengarkan dan dipahami orang lain, coba belajar untuk mendengarkan dan memahami orang lain terlebih dahulu." -hal. 131
  • "Jangan membesar-besarkan hal sepele. Jangan mengada-adakan masalah yang sebenarnya nggak pernah ada." -hal.170
  • "Pemimpin keras kepala sekaligus bodoh adalah awal kehancuran rakyatnya." -hal.214
  • "... pintar adalah orang yang mampu mengakali hidup, sekeras apa pun hidup mencoba mengakalinya." -hal. 224
  • "Apa pun yang terjadi pada anak, berakar dari rumah dan lingkungannya." -hal.237


NILAI

Novel Toko Tukar Tambah Nasib ini terbilang sangat fresh. Ceritanya menarik dan memiliki pesan moral yang berbobot. Akan menyadarkan pembaca mengenai makna bahagia. Sayangnya, saya belum mendapatkan klimaks pada ceritanya. Jika boleh berandai-andai, saya lebih suka tokoh Naya dibuat meninggal. Lalu orang-orang yang ditinggalkan Naya mulai sadar akan keberadaan kebaikannya. Sesuatu yang berharga akan terasa nilainya saat sudah tidak ada. Pasti akan lebih dramatis dan menggunjang hati pembaca.

Namun untuk keseluruhan cerita Naya ini saya memberikan nilai 4/5 bintang. Bacaan yang baik dan saya rekomendasikan.