Resensi Buku Anak Poupelle Of Chimney Town - Akihiro Nishino

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]

Judul: Poupelle Of Chimney Town

Penulis & ilustrator: Akihiro Nishino

Penerjemah: Hiroaki Kato, Arina Ephipania

Penerbit: Noura Books

Terbit: Mei 2023, cetakan kedua

Tebal: 90 hlm

ISBN: 9786232422902

Tag: cerobong asap, keluarga, ayah


Walau pun saya penikmat novel, tapi saya juga sangat suka buku anak. Selain tipis, buku anak juga kebanyakan punya cerita yang sederhana. Nilai moral yang disampaikan juga jelas sehingga memahaminya cukup mudah.

Kali ini saya baca buku anak bagus; baik secara fisik bukunya, juga secara ceritanya. 

Tentang Kota Cerobong Asap yang begitu suram. Warganya tidak bisa melihat langit saking pekatnya asap yang menaungi. Dan ada momen Tukang Paket yang menjatuhnya sebuah jantung di malam perayaan Hallowen, jatuh di tumpukan sampah, dan kemudian terbentuklah Manusia Sampah. 

Kehadirannya di kota itu menimbulkan keriuhan karena penampilannya yang buruk dan berbau busuk. Saat orang-orang menjauhinya, seorang anak laki-laki yang bekerja sebagai pembersih cerobong asap bernama Lubicchi justru mendekatinya dan bersikap bersahabat. Lubicchi juga yang memberikan nama Poupelle kepada manusia sampah. 

Meski sudah dibersihkan, bau tubuh Poupelle tidak pernah hilang. Dan karena kedekatannya itu, Lubicchi jadi korban perundungan oleh anak-anak yang lain. Lubicchi memutuskan untuk menjauhinya. Menyedihkan sekali.







Secara garis besar ceritanya begitu sederhana. Ini tentang persahabatan tulus. Ketika Poupelle dan Lubicchi berjauhan pun, perasaan tulus itu tidak luntur. Ditambah dengan menggabungkan persahabatan dan memori kepada seorang ayah yang sudah meninggal, makin-makin menjadi keharuan kisahnya.

Momen paling menohok itu ketika Poupelle menyerahkan nyawanya kepada Lubicchi sebagai sebuah pengorbanan. Duh, beneran rasanya seperti ditonjok di ulu hati. Meski sudah dijauhi, Poupelle masih menyimpan rasa persahabatan mereka. Dan menariknya, momen itu dilakukan di suasana yang super indah. 

Kesederhanaan ceritanya memang tidak bisa diurai panjang-panjang di sini. Selain itu, ilustrasinya begitu menawan dan detailnya menarik. Ini tipikal buku anak yang saya suka, gambarnya penuh warna dan teksnya tidak banyak.

Dari kisah Poupelle dan Lubicchi kita bisa kembali mengingat persahabatan tulus yang mana yang masih kita punya hingga hari ini. Terutama untuk pembaca dewasa. Jangan-jangan kita jauh dari yang namanya 'ketulusan'.

Nah, sekian ulasan buku anak Poupelle Of Chimney Town ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Resensi Novel The King Of Torts (Ganti Rugi) - John Grisham

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: The King Of Torts (Ganti Rugi)

Penulis: John Grisham

Penerjemah: Hidayat Saleh

Desain sampul: Eduard Iwan Mangopang

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Oktober 2004, cetakan kedua

Tebal: 544 hlm.

ISBN: 9792206760

Tag: hukum, sidang, pengacara


Dari dulu sudah pengen baca novel dari penulis John Grisham karena yang saya tahu temanya kebanyakan soal hukum dan kriminal. Koleksi saya baru dua buku, selain yang ini, ada judul lain yaitu The Confession (Pengakuan). Saya pilih novel ini jadi perkenalan karya beliau karena enggak setebal yang satunya, dan ukuran buku ini lebih kecil dibandingkan ukuran novel pada umumnya.

Ide cerita novel ini tentang pengacara Kantor Pembela Umum bernama Clay Carter yang hidupnya biasa saja, kemudian dia banting setir menjadi pengacara ganti rugi atas bujukan Max Pace dan dia berubah mendadak jadi kaya raya.

Karena tema soal hukum dan pengacara, kita akan melihat dunia seorang pengacara menjalankan tugasnya. Salah satunya membantu gugatan klien. Di sini diperlihatkan strategi-strategi menangani kasus gugatan, melawan pengacara lain di persidangan, dan proses mengumpulkan fakta-fakta agar kasusnya jadi terang benderang.

Kebusukan pengacara pun dijabarkan jelas, apalagi jika jadi pengacara ganti rugi. Mereka menyasar perusahaan yang mempunyai produk jelek dan merugikan konsumen. Dimulai dari mengumpulkan konsumen yang dirugikan pemakaian produk, ditelaah efek jeleknya oleh tenaga ahli, dan setelah divaliditas keterhubungan antara produk dan efek sampingnya, pengacara-pengacara ini mendampingi konsumen tadi menggugat perusahaan tersebut.

Sebagai perusahaan, gugatan pengacara ini bakal menimbulkan banyak kerugian. Citra perusahaan dipertaruhkan dan jika sampai ke persidangan bisa menjadi kasus pidana. Makanya para pengacara mempunyai opsi penyelesaian tanpa sidang, dengan membayarkan ganti rugi. Jumlah uang yang dikeluarkan perusahaan untuk setiap penggugat akan dipotong sebagian sebagai jasa pengacara. Jika penggugat sampai ratusan bahkan ribuan, jumlah uang yang didapat juga makin banyak.

Sekilas posisi pengacara ganti rugi sedang melindungi konsumen. Pada batas tertentu memang betul, tapi penyelesaian ganti rugi kadang jadi keputusan salah jika kerugian di masa depan lebih besar dibandingkan penggantian saat kasusnya diselesaikan.

Setelah tahu kasusnya, saya jadi berpikir, jangan-jangan di Indonesia pun banyak produk-produk buruk yang bisa dibawa ke pengadilan. Contohnya, dulu pernah ada obat sirup yang dinyatakan membahayakan kesehatan anak dan harusnya masyarakat yang pernah menggunakannya bisa menggugat ganti rugi karena penggunaannya pasti memengaruhi kesehatan. Sayangnya, kasus begini belum dijadikan kasus besar. Padahal gugatan begini bisa jadi momen perubahan besar bagi semua pihak sebelum produk dipasarkan untuk dikonsumsi masyarakat.

Selain tema hukum dan pengacara, cerita romansanya pun menarik. Clay dan Rebecca memiliki perbedaan status sosial. Orang tua Rebecca kadang mencampuri keputusan mereka. Patah hati enggak bisa dihindari saat Rebecca menikah dengan pria lain yang lebih mapan. Move on jadi babak baru yang butuh kerja keras.



Tokoh Clay Carter digambarkan manusiawi banget. Selain kegugupan dalam gaya hidup ketika dari pengacara biasa menjadi kaya raya, ambisi menunjukkan ego pun diperlihatkan Clay saat ia membayar model cantik yang ditunjukkan di pesta pernikahan Rebecca. Apa uang menyelesaikan masalah Clay? TIDAK! Uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Clay tetap merasa kesepian.

Clay juga jadi contoh tokoh yang dikalahkan keserakahan. Sukses di dua kasus awal, ia dihantam karma buruk di kasus ketiga. Sejak awal Clay tahu ada yang tidak beres di kasus terbarunya tapi jumlah duit gede membutakan firasatnya itu. Dan BOMM, kasus ketiga menyeretnya pada keterpurukan. Miris sekali, apalagi saat beberapa orang di sekitarnya mencoba mencegah tapi tidak berhasil.

Hubungan Clay dengan ayahnya dan teman-temannya juga mengharukan. Saat sukses dan terpuruk mereka ada mendampingi. Kuncinya adalah karma baik dari kebaikan yang diberikan. Saat Clay di titik terendah karena butuh uang banyak, teman-temannya yang dulu pernah diberi bonus super gede, datang menawarkan memberi bantuan dari uang yang dulu juga. Percakapan yang bener-bener menyentuh hati.

Gaya bercerita di novel ini sangat baik. Detail, runut, tahu poin-poin mana yang harus digali lebih dalam, dan penggambaran yang tidak bertele-tele. Penokohan pun sangat menarik. Tidak ada yang digambarkan baik banget bak malaikat, melainkan diselipkan juga sisi abu-abu. Latar belakang tokoh utamanya pun cukup bulat dan lengkap. 

Kesimpulannya, saya sangat menikmati cerita dengan tema hukum, kriminal, dan pengacara. Dan saya makin tertarik membaca judul karya penulis lainnya. Walau tebal, tapi ceritanya memuaskan.

Nah, sekian ulasan saya untuk novel The King Of Torts ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

[Intermeso] Bukan Resensi Tapi Jurnal Baca


Kali ini saya enggak menulis resensi buku tapi artikel intermeso yang sudah lama tidak saya buat. Untuk yang belum tahu artikel intermeso itu apa, saya ingatkan lagi ya, ini artikel bebukuan yang temanya random dan bebas. Biasanya berupa keresahan atau opini saya untuk hal tertentu yang rasanya pengen diutarakan atau dikomentari. Hitung-hitung bacaan ringan disela membaca dan mengulas buku.

Ada yang sadar nggak kalau header blog ini berubah pas awal tahun. Yup, jadi saya menambahkan kata 'jurnal blogger' pada logo blog ini. Itu semua ada latar belakangnya lho!

Masalah saya selama ini adalah kesulitan membuat resensi buku setiap menamatkan bacaan. Ini tuh jadi PR banget secara saya menganggap bacaan saya benar-benar tuntas kalau ulasannya sudah dipublikasikan. Ini membuat saya sulit lanjut baca buku berikutnya jika ulasan buku sebelumnya belum rampung. Tidak heran kalau dalam sebulan saya hanya sanggup menyelesaikan antara 2 sampai 4 buku saja. 

Format resensi buku sudah beberapa kali saya rubah dan coba tapi enggak cukup ampuh menyelesaikan masalahnya. Kerangka resensi buku seperti pakem yang susah ditinggalkan dan dalam beberapa kasus itu membikin saya molor membuat ulasan buku. Sering juga saya menghapus draft ulasan buku jika hasilnya tidak memuaskan. Berlarut-larut akhirnya merenggut waktu dan kenikmatan membaca buku.

Awal tahun ini momen itu datang dan saya memberanikan diri untuk bereksperimen lagi. Saya ingin menulis jurnal bloger untuk proses membaca buku. Sebut saja Jurnal Baca Tidak perlu pakem saklek, tidak perlu panjang, tidak perlu lengkap, dan sebebas-bebasnya. Semoga dengan tagline 'jurnal bloger' a.k.a. Jurnal Baca ini bakal membuat tulisan saya lebih terasa personal lagi.

Akhirnya saya balik lagi ke tujuan awal menulis ulasan buku; merekap bacaan yang sudah saya baca dan ditujukan untuk arsip pribadi. 

Sampai tulisan resensi novel Shogun Jilid 2 kemarin belum saya aplikasikan jurnal baca ini. Ke depannya saya akan coba melakukannya. Semoga dengan cara ini saya bisa menambah jumlah buku yang dibaca sehingga TBR saya bisa berkurang cepat. Saya bakal tenang beli buku baru kalau TBR saya berkurang banyak, hehe.


Resensi Novel Shogun Jilid 2 - James Clavell

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Shogun Jilid 2

Penulis: James Clavell

Penerjemah: D. Anshar

Sampul: Leopold Adi Surya

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

Terbit: Februari 2025, cetakan pertama

Tebal: iv + 468 hlm.

ISBN: 9786231343284

Tag: sastra jepang, shogun, samurai, sejarah, laut


Sinopsis

Yoshi Toranaga berhasil kabur dari Osaka dengan tidak mudah. Blacktorne dan Mariko ikut rombongan juga. Dengan kapal dayung mereka mencapai Anjiro, daerah kekuasaan Yabu. Mariko dan Blacktorne ditinggal di sana, Toranaga melanjutkan perjalanan ke Edo.

Selama di Anjiro, Blacktorne mengalami banyak hal. Ia dituntut untuk bisa menguasai bahasa Jepang dalam waktu enam bulan, jika gagal maka seluruh rakyat akan dibumihanguskan. Selama itu juga Blacktorne berusaha belajar lebih banyak, bukan soal bahasa saja, tapi manusianya.

Hubungannya dengan Mariko selaku penerjemah dan gurunya, berkembang makin liar. Ada gejolak membara tapi harus diredam karena hubungan mereka salah. Mariko masih memiliki suami dan menurut adat tidak pantas dan aib jika berselingkuh.

Selain itu kedatangan Toranaga ke Anjiro setelah beberapa waktu balik ke Edo mengindikasikan perebutan kekuasaan makin memanas. Perang sepertinya tidak bisa dihindari. Toranaga yang mengundurkan diri dari Dewan Lima Datuk dan berharap bisa mengulur waktu justru dibenturkan kenyataan kalau penggantinya sudah ditunjuk lagi.

Sekutu Toranaga bahkan dibantai habis saat menolak menjadi sekutu Ishido. Posisinya kemudian digantikan oleh adik tiri Toranaga, Zataki. Perang saudara pun sepertinya akan meletus.



Resensi

Di Jilid 2 ini lebih banyak membahas soal kehidupan Blacktorne di Anjiro. Akan diulik lebih banyak orang-orang di sekitarnya seperti Mariko, Yabu, Omi, Fujiko, Kiku dan masih banyak lagi.

Perihal seksualitas akan dibahas banyak juga. Saya kaget waktu bagian Kiku menjelaskan alat bantu seksual kepada Blacktorne dan Mariko. Ternyata Jepang memang lebih vulgar dalam urusan seksualitas walaupun ada pemahaman kalau perempuan ditakdirkan melayani nafsu pria tanpa menuntut dirinya harus dipuaskan. Paham ini bertentangan dengan kegiatan seksual di negeri Blacktorne berasal.

Saya juga takjub dengan sifat Toranaga sebagai pemimpin. Ia selalu menekankan kepada siapa pun agar bisa bersikap sabar, jangan sembrono dengan buru-buru. Sifat tenangnya di situasi yang memancing emosinya juga mengagumkan. Dan itu ia praktikkan agar bawahannya mengikuti.

Penceritaan di Jilid 2 ini masih sama baiknya dengan Jilid 1. Ada beberapa typo tapi tidak menggangu bacaan. Penerjemahan juga sangat baik dan enak dibaca. Dan karena ceritanya berkembang ke berbagai arah, membaca novel tebal ini memang butuh kesabaran. Alurnya agak lambat tapi keseruannya akan terbayar menjelang akhir buku.

Nah, singkat saja ulasan saya kali ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Bebukuan Mei 2025

 


Halo!

Sudah beda bulan dan waktunya memublikasikan Bebukuan. Artikel yang merangkung buku apa saja yang sudah dibaca dan buku apa saja yang didapatkan. Ini memang sudah telat banget gara-gara saya kelupaan melulu untuk memfoto buku terakhir yang didapatkan dan sampai artikel ini rilis, saya belum juga melakukannya. Maafkeun ya!

Sebelum ke inti artikelnya, saya mau cerita sedikit mengenai kendala kemarin di blog ini. Jadi, setelah saya rampung membaca novel Shogun Jilid 1, saya coba menuliskan resensinya. Dan ternyata.... saya mentok kehabisan ide. Ide saya, diksi saya, format saya, terasa mentah semua. Saya benar-benar stres ketika mencoba membuat ulasan novel itu. Berbagai format resensi saya coba tetapi tetap saja tidak bisa saya selesaikan. Kebanyakan percobaan tersebut berujung dihapus. 

Sempat bimbang apakah setiap novel yang saya baca harus diulas atau ya sudah dinikmati saja proses membacanya. Tapi di sisi lain saya selalu ingin punya rekam jejak setiap bacaan yang sudah saya selesaikan. Karena dari bacaan itu saya juga belajar banyak soal manusia. 

Setelah beberapa hari bertarung dengan kemandegan itu, akhirnya saya bisa juga mengetik ulasan dengan lancar di jam-jam saya biasanya sudah tidur, pukul 10 malam. Kalau dipikir-pikir mungkin saya tidak boleh terlalu berat menekan diri sendiri untuk menghasilkan ulasan yang WAH. Ya bikinlah ulasan yang memang beneran suara hati dan penilaian objektif saja. Toh, tulisan ini semua tujuannya juga untuk keperluan diri sendiri. Akhirnya saya belajar untuk melepaskan setiap beban dari keharusan menulis ulasan ala-ala media. 

Segitu curhat saya semoga enggak kepanjangan ya. Nah, tanpa berlama-lama lagi, yuk kita masuk ke rekapan bebukuan saya di bulan kemarin:

Bacaan Mei 2025

1. Satine oleh Ika Natassa

2. Shogun Jilid 1 oleh James Clavell

3. Serenada Di Ujung Senja oleh Millea


Koleksi Mei 2025

1. Shogun Jilid 1 oleh James Clavell



Mendadak ingin baca novel tebal dan pilihan saya jatuh ke novel Shogun ini. Saya tahu di dalam ceritanya pasti ada unsur jepang-jepangan, apalagi di sampul depannya ada gambar pedang samurai. Begitu paketnya sampai, saya langsung memutuskan membacanya dan ternyata seru banget. Ulasannya sudah saya tulis juga lho!

2. Shogun Jilid 2 oleh James Clavell



Ada keraguan pas mau beli jilid 2 ini karena harganya masih mahal. Sempat beberapa hari memantau harganya dan pergerakannya sedikit sekali. Akhirnya berkat testimoni sender di X yang bisa beli novel dengan promo murah di Lazada, saya bisa beli novelnya jauh di bawah harga normal. Diskonnya terhitung lebih dari 50%. Kesabaran yang berbuah manis. Manis sekali malah karena bisa beli novel dengan harga murah meriah, hehe.

3. Shogun Jilid 3 oleh James Clavell 



Masih karena saya dapat diskon lumayan, akhirnya saya membeli jilid ketiganya. Sempat bimbang antara beli ini atau novel Belantara (Trisurya #2). Dipikir-pikir karena saya belum baca novel Trisurya walau sudah punya, saya akhirnya memilih melanjutkan series Shogun saja. Dan harga yang saya bayar jadi lebih murah dengan diskon 50% di Lazada.

***

Alhamdulillah sudah bisa mulai sedikit beli bukunya. Semoga bisa konsisten membeli bukunya enggak banyak-banyak karena TBRnya masih banyak banget.

Nah, buku apa saja yang sudah kalian baca bulan Mei kemarin? Share yuk!