Judul: A Friend's Goodwill
Penulis: Denkus
Penyunting: Sari Mulia Eri
Desain sampul: Generared by AI
Penerbit: Bhuana Sastra
Terbit: November 2023
Tebal: 176 hlm.
ISBN: 9786230416132
Sempat kejar-kejaran dengan polantas, empat remaja yang membawa mayat ditangkap. [kalimat pertama, A Friend's Goodwill]
Empat siswa SMA; Langit, Iman, Satria, dan Hari, diamankan polisi setelah melarikan mobil menghindari razia. Dan saat mobil digeledah, di dalamnya ditemukan mayat temannya, Awan, yang mati dengan tusukan di leher. Penusukan terjadi di villa saat mereka liburan untuk merayakan ulang tahun Awan. Introgasi panjang dilakukan oleh polisi dan Langit terpojok dengan hasil yang dikemukakan ketiga temannya. Langit terus mengatakan kalau dia bukan pembunuh Awan walaupun dia pernah merisaknya di masa lalu.
Selama polisi menyelidiki kasus ini, Langit kembali memasuki kesehariannya sebagai murid sekolah. Tetapi semua sudah berbeda. Ketiga temannya keluar dari sekolah dan tidak ada akses untuk berkomunikasi. Banyak murid yang menuduhnya sebagai pembunuh dan beberapa di antaranya melakukan perisakan kepada Langit karena kebencian dengan tingkahnya di masa lalu.
Langit percaya kalau ketiga temannya pun bukan pembunuh Awan. Didukung dengan pernyataan Pak Bram, polisi yang menangani kasus ini, kalau pembunuhnya bukan di antara keempatnya, tetapi ada orang lain yang melakukannya, memotivasi Langit untuk mencari tahu siapa pembunuh Awan dan apa motifnya
Penyelidikan Langit selalu menemui kesulitan karena orang di sekitarnya sudah mencapnya sebagai pembunuh. Banyak pihak yang tidak percaya dan enggan untuk membantunya.
Berhasilkah Langit menemukan pembunuh Awan dan membongkar apa motifnya?
Novel A Friend's Goodwill karya Denkus ini bergenre thriller mistery karena membahas soal kasus pembunuhan dan proses mencari tahu siapa pelakunya. Tipikal novel yang bikin penasaran karena penulis menebar petunjuk sedikit-sedikit pada setiap babnya lalu akan dibongkar menjelang ceritanya berakhir. Di sini pun sama, kita akan diberi tahu bertahap apa yang terjadi di masa lalu dan latar belakang dari tokoh atau pun sebuah peristiwa. Teknik ini kerap dipakai novel misteri dan membuat pembaca menebak-nebak siapa pelakunya dan bagaimana kejadiannya.
Isu yang diangkat penulis adalah perundungan di lingkungan sekolah SMA. Potret keadaan yang memang ada di sekitar kita. Beberapa kasus mencuat akhir-akhir ini di media sosial. Pelaku bukan hanya anak SMA saja, tapi ada juga yang anak SMP. Dilakukan bukan oleh anak laki-laki, tetapi ada juga anak perempuan. Miris sekali bukan?
Bentuk perundungan bisa bermacam-macam. Ada yang disuruh membelikan makanan, ada yang dipukuli atau ditendang, dan di novel ini lebih mengerikan lagi sebab ada adegan jari korban dipukul pakai palu oleh pelaku hingga jadi setengah buntung.
Pembaca akan diajak bersimpati dengan korban perundungan yang kebanyakan mental mereka ikutan rusak. Membuat trauma, dan tidak sedikit para korban memendam kebencian dan rasa marah yang dipendam dalam waktu lama. Di novel ini akan kita temukan beberapa korban yang dulunya dirisak justru berubah jadi perisak saat kesempatan itu datang. Bagai lingkaran setan, tidak berujung. Makanya pakar kesehatan selalu menekankan kesembuhan mental korban sebab jika tidak diatasi sampai tuntas ditakutkan si korban akan berubah jadi pelaku di masa depan.
Yang berbeda dari kasus perundungan lain, di novel ini kita akan mendalami perasaan pelaku yang bertobat. Bahkan di sini diceritakan kalau pelaku dan korban menjadi teman baik. Tapi tetap saja, cap perundung yang melekat susah dibersihkan.
Tema keluarga dan persahabatan juga akan kita temukan di novel ini. Pada beberapa bagian penulis berhasil membikin saya menangis. Peran keluarga dalam kasus bully sangat penting, baik untuk korban maupun pelaku. Beberapa kali saya menangis karena terharu dengan hubungan Langit dan orang tuanya. Saya salut dengan papanya Langit yang bisa tegas pada kasus anaknya tetapi di sisi lain beliau juga menyayangi dengan gestur dan keputusan-keputusan bijak sebagai ayah.
Persahabatan Langit dengan Awan dan ketiga temannya merupakan gambaran kedewasaan dari anak SMA. Langit yang sedang menebus kesalahannya kepada Awan justru harus kehilangan karena kematian dan teman-teman Langit lainnya menopang dengan moral kalau yang kehilangan bukan dia saja, tapi semua. Pokoknya kita akan dibuat percaya kalau pelaku bully juga bisa tobat dan jadi lebih baik. Tetapi kalau di dunia nyata, entahlah ya.
Alur cerita di novel ini maju-mundur. Kita akan diajak melihat apa yang terjadi setelah Langit dan ketiga temannya bisa keluar dari kantor polisi setelah diintrogasi berjam-jam. Yang paling kentara adalah soal hukum sosial yang lebih mengerikan. Langit dibuat tak berdaya dengan tatapan nyinyir murid lain, tuduhan sebagai pembunuh, dan puncaknya sampai dia dilempar telur.
Alur mundur akan muncul saat penulis membahas soal kejadian perundungan yang dilakukan Langit baik kepada Awan dan korban lainnya di masa lalu. Sekaligus penulis juga memberikan latar belakang kenapa Awan dan korban lainnya bisa jadi sasaran bully.
Banyak karakter yang muncul di novel ini tapi yang paling dominan dibahas adalah Langit. Dia murid SMA yang petantang-petenteng, suka merisak, tempramen, dan sok gagah-gagahan. Namun dia kemudian berubah jadi lebih baik. Menjadi sahabat yang bisa diandalkan, peka terhadap lingkungan sekitar, dan bisa menurut dengan orang dewasa. Ketiga temannya (Hari, Satria, dan Iman) menjadi karakter pendukung yang secara penggambaran belum kuat sebab mereka tampak menjadi nakal saat Langit nakal dan kemudian jadi baik saat Langit sudah tobat. Seperti mengikuti arah angin saja dan yang jadi anginnya yaitu Langit. Tidak ada penjelasan lengkap kenapa mereka ikut-ikutan apa yang dilakukan Langit.
Awan yang jadi korban pembunuhan tidak mendapatkan sorotan yang banyak sebab kita tidak bisa menyelami kedalaman karakter orang mati. Sebagian karakter yang dimunculkan dari tokoh Awan hanya melalui bagian-bagian masa lalu yang diceritakan ulang. Kita akan mengenal Awan sebagai sosok pemuda yang dermawan, suka membantu, baik, pekerja keras, dan menyayangi anak-anak.
Masih ada beberapa karakter pendukung lain yang memiliki peran penting misalnya korban bully lain seperti Nathan dan Miko. Ada juga karakter Nenek, Kenzo, orang tua Langit, murid-murid belajar pinggir kali, Pak Bram, dan guru di sekolah.
Dari keseluruhan karakter yang muncul, saya akui kalau penulis berhasil menghidupkan tokoh dengan baik dan memberi nyawa kepada alur cerita sehingga emosi dari mereka bisa sampai kepada saya sebagai pembaca. Ada poin yang bisa dikembangkan penulis yaitu soal gambaran fisik para tokohnya yang belum detail sehingga saya tidak bisa membayangkan Langit, Awan, Nathan, dan tokoh lainnya sosok seperti apa. Setelah selesai membaca novel ini saya masih menganggap mereka itu tetap di dua dimensi, sekadar tulisan nama karena poin tadi menurut saya belum terpenuhi.
Selain tipis, berkat gaya penulisan Kak Denkus yang lugas, to the poin, dan meringkas laju alur yang tepat membuat saya bisa menyelesaikan novel ini dalam sekali duduk. Setiap paragrafnya pun tidak disusun panjang-panjang jadi tidak bosan dengan ceritanya dan tahu-tahu sudah mau beres saja.
Kesimpulannya, novel A Friend's Goodwill ini mempunyai cerita menarik dan mengharukan. Kita akan dibuat lebih sadar tentang urgensi penyelesaian dan penanganan kasus bully. Bahaya perundungan bukan soal fisik saja, tetapi lebih dalam lagi karena menembus pada psikologi korban yang secara tidak kasat mata tetapi efeknya ada dan nyata.
Nah, sekian ulasan saya untuk novel ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!