Tampilkan postingan dengan label denkus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label denkus. Tampilkan semua postingan

Januari 30, 2025

Resensi Novel I Know Who Killed Your Grandma- Denkus

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]




Judul: I Know Who Killed Your Grandma

Penulis: Denkus

Editor: Yandi Asd

Desain sampul & isi: @curutwashere

Penerbit: Ponyo Media Pustaka

Terbit: Desember 2024, cetakan pertama

Tebal: viii + 243 hlm.

ISBN/QRCBN: 6215776941492

Tag: pembunuhan, remaja, misteri, penculikan, pelecehan seksual


SINOPSIS

Neneknya Ibra meninggal jadi korban tabrak lari di sekitar Jembatan Kiliwang. Anak tetangganya bernama Agam yang selama ini diasuh nenek juga menghilang. Polisi segera melakukan penyelidikan karena ada kemungkinan kasus tabrak lari itu berhubungan dengan kasus penculikan anak yang dalam setahun sudah ada empat kasus di Kota Timur.

Saat Ibra sedang sibuk mencari pelaku penabrak nenek dan menghilangnya Agam, ia dikuntit oleh teman sekelasnya, Gandhi. Pengakuan mengejutkan kalau dirinya tahu pelaku penabrak nenek dikirim Gandhi kepada Ibra. Dengan dibantu Bagas, mereka merencanakan untuk bertemu. Pak Oka, polisi yang menangani kasus itu pun dilibatkan. Tetapi Gandhi mendadak tidak muncul. Sejak itu Gandhi tidak bisa ditemui dan dia menghilang.

Ibra dan Pak Oka bekerja sama mencari tahu keanehan yang ada. Termasuk soal keterlibatan polisi bernama Badru yang selama ini mengawasi Gandhi setelah dia merasa aneh dengan hilangnya kabar dari orang tua Gandhi yang kabarnya pergi ke luar kota.

 


ULASAN

Novel I Know Who Killed Your Grandma bergenre thriller mistery. Kita akan diajak menggali misteri tabrak lari neneknya Ibra yang susah dipecahkan karena tidak ada saksi dan bukti. Apalagi saat kejadian itu cuaca sedang hujan deras sehingga TKP lebih steril.

Kasus tabrak lari ini rupanya hanya pemicu untuk membongkar kasus besar yaitu jual beli organ manusia. Operasinya adalah anak kecil diculik, dibunuh, organnya diambil, jasadnya ada yang dimutilasi, kemudian dibuang sembarangan. Kejahatan ini terorganisir dan melibatkan orang penting sehingga sulit dibongkar kasusnya. Dan bagi keluarga korban, kejahatan ini dikutuk karena sangat sadis mengingat korbannya adalah anak-anak polos.

Selain itu dibahas juga kasus pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan panti asuhan. Bagian ini mengingatkan saya pada kasus baru-baru ini soal anak panti asuhan di Tangerang yang dilecehkan oleh pemilik dan pengasuh panti. Masa kanak-kanak yang seharusnya jadi waktu emas dalam pembentukan karakter justru dirusak dengan menanamkan trauma mendalam. Miris sekali.

Saya suka rangkaian ceritanya karena ditulis dengan bertahap dan diakhiri dengan tuntas. Setidaknya pembaca tahu siapa dalang semua ini. Walau pun saya tidak menemukan kepastian nasib Agam, apakah selamat atau sudah dieksekusi. Tidak ada penjelasan lengkap soal penangkapan pelaku utama dari bisnis jual beli organ manusia ini mengartikan potret membongkar jaringan bisnis ilegal tidak bisa menyentuh pemuncaknya. Kuasa pemuncak selalu lebih hebat dibanding penegak hukum dan itu memang ada di kenyataan sehari-hari. 

Sebagai novel misteri, saya kira bakal ada cerita Pak Oka bertindak seperti detektif. Namun sayang sekali, pemecahan petunjuknya sangat dangkal. Pelaku diketahui atas aduan saksi tidak langsung. Bukan karena Ibra atau Pak Oka menyatukan petunjuk-petunjuk yang ditemukan, lalu disimpulkan yang mengarah ke pelaku. Saya tidak bisa membayangkan jika tidak ada saksi, kasus yang menimpa nenek dan Agam pasti jadi kasus tidak terpecahkan berikutnya.



Di novel ini pun diperlihatkan beragamnya karakter remaja dilihat dari latar belakang orang tua. Ibra ditinggalkan ibunya dan ayahnya meninggal sehingga harus bekerja di usianya yang masih SMA. Elang, rekan kerja Ibra di kelab, tumbuh dari orang tua yang kerap melakukan kekerasan dan memaksanya bekerja. Bagi dia, adanya orang tua tidak berfungsi sama sekali karena seharusnya yang mencari nafkah itu orang tua, bukan dirinya. Elang akhirnya menyimpan kebencian kepada mereka.

Gandhi, teman sekelas Ibra, jadi anak adopsi. Ia menanggung beban untuk menyenangkan orang tua barunya dan menghindari menyusahkan mereka. Sifatnya makin pendiam karena dia membawa trauma dari masa lalu. Dan Bagas yang memiliki bapak seorang jaksa mempresentasikan remaja normal karena hidup di tengah keluarga normal. 

Novel ini menjadi pengingat kalau kejahatan jual beli organ manusia itu ada di sekitar kita dan penting menjaga anak-anak dari jangkauan mata. Selain itu, secara gamblang novel ini menyuarakan soal menjadi orang tua yang bertanggung jawab. Anak-anak selalu jadi korban dari ketidakutuhan keluarga. Yang diserang masalah keluarga yang rusak itu bukan fisik, melainkan psikis. Mereka bisa bilang kalau kondisi mereka baik-baik saja, namun masalah itu dipendam sedemikian rupa agar tidak terlihat, lalu suatu hari nanti secara bawah sadar akan menyeruak ke permukaan dalam bentuk kerusakan kepribadian yang sudah akut. Lalu siapa yang harus disalahkan? Dan bagaimana memulai memperbaikinya lagi?

Secara gaya penulisan, saya tidak ragu hasilnya karena saya sudah membaca novelnya yang lain, A Friend's Goodwill. Diksinya terasa lugas, runut, dan mudah dipahami sehingga mengikuti dan menikmati ceritanya cukup enjoy. Saran saya yang mungkin bisa dipertimbangkan adalah untuk mengungkap kejadian sebenarnya sebaiknya tidak diceritakan lengkap sebagai bab khusus. Bisa disampaikan dari proses introgasi saja sebagai pengakuan. Dalam novel ini akan lebih pas kalau kesaksian saksi saja yang dipakai, tidak perlu ada bab lima. Beberapa bagian cerita yang tidak terungkap jelas, diserahkan saja ke pembaca untuk dibayangkan. Istilahnya, biarkan beberapa tali cerita nyangkut di pikiran pembaca. Jangan semua diputus.

Secara keseluruhan, bagi siapa pun yang menyukai cerita misteri dengan dibalut kasus kejahatan pasti akan suka dengan novel ini. Walau masih ada catatan saran dari saya, novel ini tetap seru dibaca.

Nah, sekian ulasan saya untuk novel I Know Who Killed Your Grandma. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!




 * Terima kasih Kak Denkus atas kiriman novelnya :)

November 13, 2023

Resensi Novel A Friend's Goodwill - Denkus


Judul:
A Friend's Goodwill

Penulis: Denkus

Penyunting: Sari Mulia Eri

Desain sampul: Generared by AI

Penerbit: Bhuana Sastra

Terbit: November 2023

Tebal: 176 hlm.

ISBN: 9786230416132


Sempat kejar-kejaran dengan polantas, empat remaja yang membawa mayat ditangkap. [kalimat pertama, A Friend's Goodwill]



Empat siswa SMA; Langit, Iman, Satria, dan Hari, diamankan polisi setelah melarikan mobil menghindari razia. Dan saat mobil digeledah, di dalamnya ditemukan mayat temannya, Awan, yang mati dengan tusukan di leher. Penusukan terjadi di villa saat mereka liburan untuk merayakan ulang tahun Awan. Introgasi panjang dilakukan oleh polisi dan Langit terpojok dengan hasil yang dikemukakan ketiga temannya. Langit terus mengatakan kalau dia bukan pembunuh Awan walaupun dia pernah merisaknya di masa lalu.

Selama polisi menyelidiki kasus ini, Langit kembali memasuki kesehariannya sebagai murid sekolah. Tetapi semua sudah berbeda. Ketiga temannya keluar dari sekolah dan tidak ada akses untuk berkomunikasi. Banyak murid yang menuduhnya sebagai pembunuh dan beberapa di antaranya melakukan perisakan kepada Langit karena kebencian dengan tingkahnya di masa lalu.

Langit percaya kalau ketiga temannya pun bukan pembunuh Awan. Didukung dengan pernyataan Pak Bram, polisi yang menangani kasus ini, kalau pembunuhnya bukan di antara keempatnya, tetapi ada orang lain yang melakukannya, memotivasi Langit untuk mencari tahu siapa pembunuh Awan dan apa motifnya

Penyelidikan Langit selalu menemui kesulitan karena orang di sekitarnya sudah mencapnya sebagai pembunuh. Banyak pihak yang tidak percaya dan enggan untuk membantunya. 

Berhasilkah Langit menemukan pembunuh Awan dan membongkar apa motifnya?




Novel A Friend's Goodwill karya Denkus ini bergenre thriller mistery karena membahas soal kasus pembunuhan dan proses mencari tahu siapa pelakunya. Tipikal novel yang bikin penasaran karena penulis menebar petunjuk sedikit-sedikit pada setiap babnya lalu akan dibongkar menjelang ceritanya berakhir. Di sini pun sama, kita akan diberi tahu bertahap apa yang terjadi di masa lalu dan latar belakang dari tokoh atau pun sebuah peristiwa. Teknik ini kerap dipakai novel misteri dan membuat pembaca menebak-nebak siapa pelakunya dan bagaimana kejadiannya.

Isu yang diangkat penulis adalah perundungan di lingkungan sekolah SMA. Potret keadaan yang memang ada di sekitar kita. Beberapa kasus mencuat akhir-akhir ini di media sosial. Pelaku bukan hanya anak SMA saja, tapi ada juga yang anak SMP. Dilakukan bukan oleh anak laki-laki, tetapi ada juga anak perempuan. Miris sekali bukan?

Bentuk perundungan bisa bermacam-macam. Ada yang disuruh membelikan makanan, ada yang dipukuli atau ditendang, dan di novel ini lebih mengerikan lagi sebab ada adegan jari korban dipukul pakai palu oleh pelaku hingga jadi setengah buntung.

Pembaca akan diajak bersimpati dengan korban perundungan yang kebanyakan mental mereka ikutan rusak. Membuat trauma, dan tidak sedikit para korban memendam kebencian dan rasa marah yang dipendam dalam waktu lama. Di novel ini akan kita temukan beberapa korban yang dulunya dirisak justru berubah jadi perisak saat kesempatan itu datang. Bagai lingkaran setan, tidak berujung. Makanya pakar kesehatan selalu menekankan kesembuhan mental korban sebab jika tidak diatasi sampai tuntas ditakutkan si korban akan berubah jadi pelaku di masa depan.

Yang berbeda dari kasus perundungan lain, di novel ini kita akan mendalami perasaan pelaku yang bertobat. Bahkan di sini diceritakan kalau pelaku dan korban menjadi teman baik. Tapi tetap saja, cap perundung yang melekat susah dibersihkan. 

Tema keluarga dan persahabatan juga akan kita temukan di novel ini. Pada beberapa bagian penulis berhasil membikin saya menangis. Peran keluarga dalam kasus bully sangat penting, baik untuk korban maupun pelaku. Beberapa kali saya menangis karena terharu dengan hubungan Langit dan orang tuanya. Saya salut dengan papanya Langit yang bisa tegas pada kasus anaknya tetapi di sisi lain beliau juga menyayangi dengan gestur dan keputusan-keputusan bijak sebagai ayah.

Persahabatan Langit dengan Awan dan ketiga temannya merupakan gambaran kedewasaan dari anak SMA. Langit yang sedang menebus kesalahannya kepada Awan justru harus kehilangan karena kematian dan teman-teman Langit lainnya menopang dengan moral kalau yang kehilangan bukan dia saja, tapi semua. Pokoknya kita akan dibuat percaya kalau pelaku bully juga bisa tobat dan jadi lebih baik. Tetapi kalau di dunia nyata, entahlah ya.

Alur cerita di novel ini maju-mundur. Kita akan diajak melihat apa yang terjadi setelah Langit dan ketiga temannya bisa keluar dari kantor polisi setelah diintrogasi berjam-jam. Yang paling kentara adalah soal hukum sosial yang lebih mengerikan. Langit dibuat tak berdaya dengan tatapan nyinyir murid lain, tuduhan sebagai pembunuh, dan puncaknya sampai dia dilempar telur. 

Alur mundur akan muncul saat penulis membahas soal kejadian perundungan yang dilakukan Langit baik kepada Awan dan korban lainnya di masa lalu. Sekaligus penulis juga memberikan latar belakang kenapa Awan dan korban lainnya bisa jadi sasaran bully.

Banyak karakter yang muncul di novel ini tapi yang paling dominan dibahas adalah Langit. Dia murid SMA yang petantang-petenteng, suka merisak, tempramen, dan sok gagah-gagahan. Namun dia kemudian berubah jadi lebih baik. Menjadi sahabat yang bisa diandalkan, peka terhadap lingkungan sekitar, dan bisa menurut dengan orang dewasa. Ketiga temannya (Hari, Satria, dan Iman) menjadi karakter pendukung yang secara penggambaran belum kuat sebab mereka tampak menjadi nakal saat Langit nakal dan kemudian jadi baik saat Langit sudah tobat. Seperti mengikuti arah angin saja dan yang jadi anginnya yaitu Langit. Tidak ada penjelasan lengkap kenapa mereka ikut-ikutan apa yang dilakukan Langit.

Awan yang jadi korban pembunuhan tidak mendapatkan sorotan yang banyak sebab kita tidak bisa menyelami kedalaman karakter orang mati. Sebagian karakter yang dimunculkan dari tokoh Awan hanya melalui bagian-bagian masa lalu yang diceritakan ulang. Kita akan mengenal Awan sebagai sosok pemuda yang dermawan, suka membantu, baik, pekerja keras, dan menyayangi anak-anak.

Masih ada beberapa karakter pendukung lain yang memiliki peran penting misalnya korban bully lain seperti Nathan dan Miko. Ada juga karakter Nenek, Kenzo, orang tua Langit, murid-murid belajar pinggir kali, Pak Bram, dan guru di sekolah.

Dari keseluruhan karakter yang muncul, saya akui kalau penulis berhasil menghidupkan tokoh dengan baik dan memberi nyawa kepada alur cerita sehingga emosi dari mereka bisa sampai kepada saya sebagai pembaca. Ada poin yang bisa dikembangkan penulis yaitu soal gambaran fisik para tokohnya yang belum detail sehingga saya tidak bisa membayangkan Langit, Awan, Nathan, dan tokoh lainnya sosok seperti apa. Setelah selesai membaca novel ini saya masih menganggap mereka itu tetap di dua dimensi, sekadar tulisan nama karena poin tadi menurut saya belum terpenuhi.

Selain tipis, berkat gaya penulisan Kak Denkus yang lugas, to the poin, dan meringkas laju alur yang tepat membuat saya bisa menyelesaikan novel ini dalam sekali duduk. Setiap paragrafnya pun tidak disusun panjang-panjang jadi tidak bosan dengan ceritanya dan tahu-tahu sudah mau beres saja.

Kesimpulannya, novel A Friend's Goodwill ini mempunyai cerita menarik dan mengharukan. Kita akan dibuat lebih sadar tentang urgensi penyelesaian dan penanganan kasus bully. Bahaya perundungan bukan soal fisik saja, tetapi lebih dalam lagi karena menembus pada psikologi korban yang secara tidak kasat mata tetapi efeknya ada dan nyata.

Nah, sekian ulasan saya untuk novel ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!