Judul: Like A Momentary Ray Between Clouds
Penulis: Mami Sunada
Alih bahasa: Joyce Anastasia Setyawan
Penyunting: Claudia Putri
Ilustrasi sampul: Resoluzy
Penerbit: M&C (PT Gramedia Pustaka Utama)
Terbit: September 2021, cetakan pertama
ISBN: 9786230305535
***
Mereka melihat kematian itu.
Mereka menyadari kesalahan itu.
Kini yang bisa mereka lakukan adalah menebus dosa-dosa itu.
Like A Momentary Ray Between Clouds adalah kumpulan cerita pendek tentang keluarga korban, tersangka, dan saksi mata setelah menyaksikan kecelakaan tragis yang menewaskan anak laki-laki berusia 8 tahun.
***
Sinopsis
Anak laki-laki berusia 8 tahun itu bernama Shun. Dia tewas tertabrak mobil di persimpangan ketika mengendarai sepeda sepulang latihan sepak bola. Berita kecelakaan ini masuk koran karena si penabrak adalah wanita yang cukup dikenal.
Kisah Chieko merupakan sudut pandang seorang perempuan yang menjadi selingkuhan dari rekan kerjanya, Kenji. Sebagai selingkuhan, Chieko cukup sabar dan tidak menuntut kepada Kenji untuk terus bertemu apalagi ketika dia tahu jika istri Kenji terlibat dalam kecelakaan yang menewaskan seorang anak laki-laki. Hubungan salah mereka pada akhirnya menemukan ujung ketika persetubuhan mereka tanpa kondom. Momen dimana keduanya akhirnya sadar kalau semua berresiko.
Kisah Yoshino justru lebih dekat dengan kehidupan Shun sebab Yoshino adalah ibunya Shun. Kehilangan anak menjadi pukulan besar baginya. Tidak mudah melewati hari-hari setelah tragedi itu. Bahkan butuh satu tahun baginya untuk mengijinkan pasangan suami istri yang menabrak Shun untuk memberikan penghormatan. Tapi Yoshino bisa bangkit kembali sampai akhirnya dia bertemu dengan Kawamata, pemilik Toserba Shizuru. Keduanya menyadari jika menimpakan takdir hari ini karena kesalahan pilihan mereka dan menjadi penyesalan, akan tambah berat untuk melangkah ke depan. Keduanya berdamai dengan masa lalu dan menyongsong masa depan dengan lebih semangat.
Kisah Kenji berkutat lebih dalam soal tragedi itu. Gara-gara dia mabuk, istrinya yang menyetir mobil dan tragedi di persimpangan itu tidak bisa dihindari. Kehidupannya berubah sebab istrinya mengalami trauma yang mendalam. Dan saat temannya, Hirota, meninggal, dia merasa kembali menghadapi kekelaman yang sama ketika tragedi itu terjadi. Setelah menghadiri persemayaman Hirota, Kenji bertemu dengan Kunugida Yuu, teman seangkatan. Dari dia terlontar cerita mengenai Hirota dan perasaannya yang dipendam.
Kisah Misato menyoroti perannya yang menjadi pelaku utama kecelakaan itu. Trauma hebat dialaminya sampai-sampai dia tidak bisa keluar rumah padahal ada kewajiban mengantar anaknya sekolah TK yang berusia 5 tahun. Beruntung dia memiliki sosok teman di sekolah TK tersebut bernama Yuu-chan, yang mengerti keadaanya sehingga Yuu-chan bisa membuat Misato nyaman untuk memulai semuanya dari awal. Selain itu Misato juga begitu mengagumi atasannya, Bu Kurogi, yang menurutnya beliau itu bisa mengendalikan situasi segenting apa pun dengan tenang dan bijak. Dari beliaulah Misato belajar lebih baik lagi.
Kisah Kouichi merupakan bagian lain dari tragedi. Dia adalah karyawan biasa yang memiliki latar belakang keluarga yang tidak lengkap. Sehingga sosoknya dikenal introvert. Begitu kenal dengan salah satu perempuan, dia justru tidak bisa mengendalikan diri dan menyebabkan kemarahan perempuan tersebut. Permintaan maafnya yang dilakukan dengan mendatangi rumah perempuan tersebut dianggap sebagai tindakan menguntit. Semua kejadian ini membuatnya kesulitan untuk keluar rumah dan pada akhirnya memilih untuk berobat ke dokter. Pikirannya menerawang jauh tentang apa yang dia alami dalam hidup dan justru melahirkan kebencian kepada perempuan itu. Momen saat dia ingin melampiaskan emosi itu, Kouichi justru melihat kecelakaan tersebut. Dia melihat bagaimana anak kecil itu yang awalnya masih bernafas hingga ia tewas di tempat. Dari tragedi ini Kouichi menyadari makna hidup yang tidak boleh sia-sia, sebab anak kecil pada kecelakaan itu seperti berusaha keras untuk tetap hidup tapi tidak bisa.
***
Resensi
Buku ini berisi kumpulan cerita dengan tokoh-tokoh yang berkaitan pada kecelakaan yang menewaskan anak laki-laki berusia 8 tahun. Sehingga kita akan dikenalkan dengan mereka dan kehidupannya. Tidak ada alur lurus yang bisa diikuti, tetapi setiap bab-nya mengajak kita untuk mendalami karakter tokohnya.
Dari buku ini kita bisa belajar bahwa setiap orang memiliki perang dan masalah hidup masing-masing. Tidak ada yang satu lebih enak daripada yang lain. Semua berusaha menemukan makna hidup yang berarti di tengah kesedihan, tragedi, kehilangan, dan masalah lainnya.
Isu sosial dalam buku ini sangat relevan dengan kehidupan kita. Perselingkuhan, LGBT, rendah diri, berpikir berlebihan, berprasangka buruk, menjadi nilai cerita yang bersifat kemanusiaan dan dari konflik seputar itu kita bisa menjadi pribadi kuat, bijaksana, dan lebih baik.
Saya menyukai cerita terjemahan dari jepang ini karena terasa kuat dari penggalian karakter. Walau konfliknya tidak dasyat, tapi penulis mencoba memperkenalkan tokoh yang bisa jadi ada di sekitar kita. Selain itu gaya bercerita yang tenang dan terarah membuat membaca buku ini seperti sedang menyelam di air: seru, nyaman dan menenangkan.
Saya juga suka dengan kover bukunya. Potret persimpangan jalan dimana Shun tertabrak mobil. Sangat gamblang mempresentasikan isi ceritanya. Dan jangan lupa juga jika buku ini dilabeli untuk pembaca umur 21 ke atas sebab ada bagian narasi seksual. Label ini juga bisa menjadi peringatan soal tema cerita yang berat, yang kayaknya lebih mudah dipahami oleh pembaca dewasa dibandingkan pembaca muda.
"... Bagiku, kehidupan ini semuanya tentang cara tangkap. Itu dan prinsip tidak melakukan hal yang tidak disukai. Itu mutlak...." (hal.123). Kalimat ini bisa menjadi resep agar memiliki pengendalian hidup yang baik. Saya memaknainya dengan jika ingin punya kehidupan baik, kita harus memiliki pandangan baik kepada khidupan sekalipun sedang tidak baik-baik saja. Dan satu lagi, melakukan hal yang kita sukai akan membuat kita merasa menikmati hidup, bukan sekadar asal hidup.
Dan menurut saya kekurangan buku ini adalah kurang tebal. Isi berupa cerpen membuat setiap tokoh yang ada diceritakan dengan padat sehingga saya belum cukup mengenal mereka. Tentu ini jadi kesulitan tersendiri bagi penulis sebab harus mengenalkan tokoh dan mencmpurkan dengan konflik hidup mereka.
Nah, itu adalah kesan saya setelah membaca buku Like A Momentary Ray Between Clouds ini. Saya memberikan nilai 4/4 bintang. Dan saya mulai ketagihan membaca buku terjemahan asia yang diterbitkan M&C dan Penerbit Clover.
Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!