Tampilkan postingan dengan label resensi buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label resensi buku. Tampilkan semua postingan

November 13, 2023

Resensi Novel A Friend's Goodwill - Denkus


Judul:
A Friend's Goodwill

Penulis: Denkus

Penyunting: Sari Mulia Eri

Desain sampul: Generared by AI

Penerbit: Bhuana Sastra

Terbit: November 2023

Tebal: 176 hlm.

ISBN: 9786230416132


Sempat kejar-kejaran dengan polantas, empat remaja yang membawa mayat ditangkap. [kalimat pertama, A Friend's Goodwill]



Empat siswa SMA; Langit, Iman, Satria, dan Hari, diamankan polisi setelah melarikan mobil menghindari razia. Dan saat mobil digeledah, di dalamnya ditemukan mayat temannya, Awan, yang mati dengan tusukan di leher. Penusukan terjadi di villa saat mereka liburan untuk merayakan ulang tahun Awan. Introgasi panjang dilakukan oleh polisi dan Langit terpojok dengan hasil yang dikemukakan ketiga temannya. Langit terus mengatakan kalau dia bukan pembunuh Awan walaupun dia pernah merisaknya di masa lalu.

Selama polisi menyelidiki kasus ini, Langit kembali memasuki kesehariannya sebagai murid sekolah. Tetapi semua sudah berbeda. Ketiga temannya keluar dari sekolah dan tidak ada akses untuk berkomunikasi. Banyak murid yang menuduhnya sebagai pembunuh dan beberapa di antaranya melakukan perisakan kepada Langit karena kebencian dengan tingkahnya di masa lalu.

Langit percaya kalau ketiga temannya pun bukan pembunuh Awan. Didukung dengan pernyataan Pak Bram, polisi yang menangani kasus ini, kalau pembunuhnya bukan di antara keempatnya, tetapi ada orang lain yang melakukannya, memotivasi Langit untuk mencari tahu siapa pembunuh Awan dan apa motifnya

Penyelidikan Langit selalu menemui kesulitan karena orang di sekitarnya sudah mencapnya sebagai pembunuh. Banyak pihak yang tidak percaya dan enggan untuk membantunya. 

Berhasilkah Langit menemukan pembunuh Awan dan membongkar apa motifnya?




Novel A Friend's Goodwill karya Denkus ini bergenre thriller mistery karena membahas soal kasus pembunuhan dan proses mencari tahu siapa pelakunya. Tipikal novel yang bikin penasaran karena penulis menebar petunjuk sedikit-sedikit pada setiap babnya lalu akan dibongkar menjelang ceritanya berakhir. Di sini pun sama, kita akan diberi tahu bertahap apa yang terjadi di masa lalu dan latar belakang dari tokoh atau pun sebuah peristiwa. Teknik ini kerap dipakai novel misteri dan membuat pembaca menebak-nebak siapa pelakunya dan bagaimana kejadiannya.

Isu yang diangkat penulis adalah perundungan di lingkungan sekolah SMA. Potret keadaan yang memang ada di sekitar kita. Beberapa kasus mencuat akhir-akhir ini di media sosial. Pelaku bukan hanya anak SMA saja, tapi ada juga yang anak SMP. Dilakukan bukan oleh anak laki-laki, tetapi ada juga anak perempuan. Miris sekali bukan?

Bentuk perundungan bisa bermacam-macam. Ada yang disuruh membelikan makanan, ada yang dipukuli atau ditendang, dan di novel ini lebih mengerikan lagi sebab ada adegan jari korban dipukul pakai palu oleh pelaku hingga jadi setengah buntung.

Pembaca akan diajak bersimpati dengan korban perundungan yang kebanyakan mental mereka ikutan rusak. Membuat trauma, dan tidak sedikit para korban memendam kebencian dan rasa marah yang dipendam dalam waktu lama. Di novel ini akan kita temukan beberapa korban yang dulunya dirisak justru berubah jadi perisak saat kesempatan itu datang. Bagai lingkaran setan, tidak berujung. Makanya pakar kesehatan selalu menekankan kesembuhan mental korban sebab jika tidak diatasi sampai tuntas ditakutkan si korban akan berubah jadi pelaku di masa depan.

Yang berbeda dari kasus perundungan lain, di novel ini kita akan mendalami perasaan pelaku yang bertobat. Bahkan di sini diceritakan kalau pelaku dan korban menjadi teman baik. Tapi tetap saja, cap perundung yang melekat susah dibersihkan. 

Tema keluarga dan persahabatan juga akan kita temukan di novel ini. Pada beberapa bagian penulis berhasil membikin saya menangis. Peran keluarga dalam kasus bully sangat penting, baik untuk korban maupun pelaku. Beberapa kali saya menangis karena terharu dengan hubungan Langit dan orang tuanya. Saya salut dengan papanya Langit yang bisa tegas pada kasus anaknya tetapi di sisi lain beliau juga menyayangi dengan gestur dan keputusan-keputusan bijak sebagai ayah.

Persahabatan Langit dengan Awan dan ketiga temannya merupakan gambaran kedewasaan dari anak SMA. Langit yang sedang menebus kesalahannya kepada Awan justru harus kehilangan karena kematian dan teman-teman Langit lainnya menopang dengan moral kalau yang kehilangan bukan dia saja, tapi semua. Pokoknya kita akan dibuat percaya kalau pelaku bully juga bisa tobat dan jadi lebih baik. Tetapi kalau di dunia nyata, entahlah ya.

Alur cerita di novel ini maju-mundur. Kita akan diajak melihat apa yang terjadi setelah Langit dan ketiga temannya bisa keluar dari kantor polisi setelah diintrogasi berjam-jam. Yang paling kentara adalah soal hukum sosial yang lebih mengerikan. Langit dibuat tak berdaya dengan tatapan nyinyir murid lain, tuduhan sebagai pembunuh, dan puncaknya sampai dia dilempar telur. 

Alur mundur akan muncul saat penulis membahas soal kejadian perundungan yang dilakukan Langit baik kepada Awan dan korban lainnya di masa lalu. Sekaligus penulis juga memberikan latar belakang kenapa Awan dan korban lainnya bisa jadi sasaran bully.

Banyak karakter yang muncul di novel ini tapi yang paling dominan dibahas adalah Langit. Dia murid SMA yang petantang-petenteng, suka merisak, tempramen, dan sok gagah-gagahan. Namun dia kemudian berubah jadi lebih baik. Menjadi sahabat yang bisa diandalkan, peka terhadap lingkungan sekitar, dan bisa menurut dengan orang dewasa. Ketiga temannya (Hari, Satria, dan Iman) menjadi karakter pendukung yang secara penggambaran belum kuat sebab mereka tampak menjadi nakal saat Langit nakal dan kemudian jadi baik saat Langit sudah tobat. Seperti mengikuti arah angin saja dan yang jadi anginnya yaitu Langit. Tidak ada penjelasan lengkap kenapa mereka ikut-ikutan apa yang dilakukan Langit.

Awan yang jadi korban pembunuhan tidak mendapatkan sorotan yang banyak sebab kita tidak bisa menyelami kedalaman karakter orang mati. Sebagian karakter yang dimunculkan dari tokoh Awan hanya melalui bagian-bagian masa lalu yang diceritakan ulang. Kita akan mengenal Awan sebagai sosok pemuda yang dermawan, suka membantu, baik, pekerja keras, dan menyayangi anak-anak.

Masih ada beberapa karakter pendukung lain yang memiliki peran penting misalnya korban bully lain seperti Nathan dan Miko. Ada juga karakter Nenek, Kenzo, orang tua Langit, murid-murid belajar pinggir kali, Pak Bram, dan guru di sekolah.

Dari keseluruhan karakter yang muncul, saya akui kalau penulis berhasil menghidupkan tokoh dengan baik dan memberi nyawa kepada alur cerita sehingga emosi dari mereka bisa sampai kepada saya sebagai pembaca. Ada poin yang bisa dikembangkan penulis yaitu soal gambaran fisik para tokohnya yang belum detail sehingga saya tidak bisa membayangkan Langit, Awan, Nathan, dan tokoh lainnya sosok seperti apa. Setelah selesai membaca novel ini saya masih menganggap mereka itu tetap di dua dimensi, sekadar tulisan nama karena poin tadi menurut saya belum terpenuhi.

Selain tipis, berkat gaya penulisan Kak Denkus yang lugas, to the poin, dan meringkas laju alur yang tepat membuat saya bisa menyelesaikan novel ini dalam sekali duduk. Setiap paragrafnya pun tidak disusun panjang-panjang jadi tidak bosan dengan ceritanya dan tahu-tahu sudah mau beres saja.

Kesimpulannya, novel A Friend's Goodwill ini mempunyai cerita menarik dan mengharukan. Kita akan dibuat lebih sadar tentang urgensi penyelesaian dan penanganan kasus bully. Bahaya perundungan bukan soal fisik saja, tetapi lebih dalam lagi karena menembus pada psikologi korban yang secara tidak kasat mata tetapi efeknya ada dan nyata.

Nah, sekian ulasan saya untuk novel ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



September 23, 2023

Resensi Novel The Mocha Eyes - Aida M. A.


Judul:
The Mocha Eyes

Penulis: Aida M. A.

Penyunting: Laurensia Nita

Sampul: Bara Umar Birru

Penerbit: Penerbit Bentang

Terbit: Mei 2013, cetakan pertama

Tebal: x + 250 hlm.

ISBN: 9786027888326

Nilai: 4/5 bintang

Komposisi: Cinta, Kejujuran, Kelembutan, Perubahan, dan Moka

Cara penyajian: Tuangkan kejujuran, kelembutan, perubahan, dan moka ke dalam cangkir. Tambahkan 180 cc air cinta, aduk, dan sajikan.

Kehadiranmu menjadi hal yang kutunggu. Kusesap kelembutanmu dengan senyuman, menafikan sedikit pahit karena ternyata terasa manis. Kamu dan aku seperti dua hal yang terlihat senada, tetapi berbeda. Karena aku justru menemukanmu dalam sepotong cinta.

Ya, menunggumu bersatu denganku, seperti mencari rasa cokelat dalam secangkir mochacccino. Karena aku tak akan merasakan manis dalam setiap hal yang tergesa-gesa, kecuali semuanya tiba-tiba menghilang.


Novel The Mocha Eyes ini menceritakan seorang gadis bernama Muara yang karakternya berubah setelah ia diperkosa oleh salah satu kenalan di kampusnya. musibah itu pun menjadi pukulan berat bagi ayahnya sehingga kabar itu membuatnya syok dan meninggal. Muara menanggung beban berat, selain kehormatannya direnggut, ia pun merasa menjadi penyebab ayahnya meninggal.

Butuh waktu berbulan-bulan bagi Muara untuk kembali menjalani hari-harinya. Dan ketika ia sudah membuka hati kepada Damar, lagi-lagi Muara harus menelan kepahitan dengan diputuskan pacarnya dengan alasan sikapnya yang begitu dingin.

Muara bertambah skeptis kepada kehidupan. Malam hari sulit untuk tidur sebab mimpi buruk itu selalu datang. Sehingga Muara kerap terlambat masuk kerja dan itu yang membuatnya sering diberhentikan kerja. Berulang kali Ibunya menasihati namun Muara tidak mengindahkannya. Dia menutup diri, bersikap dingin, dan pesimis.

Beruntung ada tempat makan ayam goreng yang menerimanya kerja. Keseringan terlambat dan bersikap dingin belum berubah. Dan pada satu waktu ada pelatihan crew yang diadakan di puncak, di sinilah Muara bertemu Fariz, trainner-nya. Diskusi kecil yang mereka lakukan membuka babak baru. Muara diingatkan jika hidup tak melulu pahit. Melalui secangkir moka, Muara diajarkan menggali rasa cokelat yang dicampur pahitnya kopi.


Novel The Mocha Eyes ini merupakan bagian series Love Flavour yang diterbitkan Penerbit Bentang. Sebelumnya saya pernah membaca judul lainnya yaitu The Coffee Memory karya Riawani Elyta.

Kesan pertama setelah membaca novel ini, saya cukup menikmati romansa antara Muara dan Fariz yang dibangun penulis. Romansa yang dihadirkan tipikal romansa dewasa, tidak menye-menye ala anak muda. 

Isu trauma masa lalu begitu kental disampaikan pada novel ini. Saya tidak bisa membayangkan seberapa hancur hidup seorang gadis yang jadi korban perkosaan dan setelah itu ayahnya meninggal karena kejadian ini. Kasus perkosaan bukan soal sepele. Korbannya akan memikul trauma ini seumur hidup dan menjadi nasib buruk yang tidak akan pernah bisa dihapuskan atau dilupakan. Karakter Muara yang begitu skeptis pada apa pun, pendiam, tertutup, menjadi contoh efek bagi si korban. Karena korban akan kehilangan kepercayaan diri, merasa kotor, malu dengan penilaian orang di sekitar, dan di sisi lain ia enggan dikasihani.

Kehadiran Fariz sebagai konselor bagi Muara menjadi jembatan terbukanya segala perasaan yang dipendam Muara. Ini bagian penting dari isu trauma masa lalu, jika korban harus bisa membuka diri dengan menceritakan masa lalunya, apa yang dirasakannya, harapan-harapannya, agar tumpukan perasaan itu terurai. Setidaknya proses konseling ini menjadi pelepasan beban hidup, dan tujuannya agar pikiran dan hatinya lebih lega. Dengan begitu, pikiran dan hatinya bisa diisi lagi dengan hal-hal baik dan menyenangkan yang lebih banyak.


Bagian paling menyenangkan di novel ini saat Muara berangsur-angsur memiliki gairah hidup setelah ia menceritakan masalahnya kepada Fariz. Semangat Muara seperti menular kepada saya sebagai pembaca. Bukan apa-apa, saya cukup bisa merasakan karakter Muara yang gelap, dan begitu dia mulai bersinar lagi, itu membuat saya senang.

Ada beberapa catatan yang menurut saya bisa diperbaiki dalam novel ini:

  1. Karena ini novel romansa, kita akan menemukan dialog-dialog manis. Tapi jujur saja, kayaknya sedikit sekali orang di kehidupan nyata akan mengatakan dialog-dialog manis tadi. Jadi pada bagian ini saya cukup geli membayangkannya.
  2. Hanya karakter Muara yang menurut saya menonjol dan utuh. Karakter seperti Fariz dan Meisha tidak tergali lebih dalam. Ini yang membuat saya kurang terkoneksi secara karakter dengan mereka.
  3. Bagian Muara berkonsultasi dengan Fariz soal masa lalunya terlalu singkat. Saya jadi tidak bisa merasakan pergulatan batin Muara ketika dia membuka rahasianya kepada Fariz. Dan untuk kasus pelik yang dipikul Muara, rasanya akan butuh banyak pertemuan dengan konselor.

Walau ada catatan seperti di atas, secara umum novel ini masih enak dinikmati, layaknya menikmati kopi moka.

Saya juga suka dengan kovernya. Perpaduan warna cokelat kayu, papan tulis hitam, dan lantai abu-abu, membuat novel ini tambah manis.

Sekian ulasan saya untuk novel ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



September 12, 2023

Resensi Novel The Apartment - Utep Sutiana


Judul:
The Apartment

Penulis: Utep Sutiana

Penyelaras aksara: Dewi Hannie

Desainer: Billy R.

Penerbit: Bhuana Ilmu Populer

Terbit: September 2019

Tebal: 178 hlm.

ISBN: 9786232165410

Nilai: 3/5


Sabrina Larasati ditemukan tewas di balkon apartemennya. Dari hasil penelitian tim forensik kepolisian, Sabrina meninggal dikarenakan kekerasan fisik. Rimba Rayya-sang fotografer, yang juga adalah pacarnya- menjadi tersangka utama.

Akan tetapi, seiring waktu bergulir dan berdasarkan fakta-fakta yang didapat di TKP, beberapa nama pun muncul ke permukaan dan diyakini oleh pihak kepolisian menjadi tersangka utama berikutnya.

Kasus semakin rumit ketika Syifa-manajer artis Sabrina-ternyata juga tewas beberapa hari sebelum Sabrina terbunuh.


Novel The Apartment menceritakan seorang gadis 32 tahun berprofesi artis terkenal bernama Sabrina Larasati. Kehidupannya sedang suntuk karena kesibukannya sebagai artis yang penuh jadwal syuting. Ditambah kemunculan Dustin, sahabat lamanya, yang kian meneror dengan tujuan menjadikannya sebagai pacar.

Teror Dustin mengusik hidup Sabrina, dan ketenangannya bertambah rusak saat manajernya, Syifa, menyampaikan ada lelaki bernama Anton, mengaku sahabatnya dari kampung, yang mendesak ingin menemuinya. Sabrina tidak punya pilihan selain pindah apartemen dan ia akan pindah ke apartemen kosong milik kekasihnya, Rimba Rayya-sang fotografer.

Suatu pagi, Lelma yang berkunjung ke apartemen Sabrina yang baru, ia justru menemukan sosok Sabrina sudah terkapar di balkon dengan luka tusukan. Sebelum dibunuh, tampaknya Sabrina diperkosa lebih dulu karena di tubuhnya ditemukan sperma.

Selain itu, manajer Sabrina, Syifa, juga ditemukan terbunuh di apartemennya. Kepala belakangnya dipukul benda tumpul. 

Penyelidikan polisi untuk dua kasus pembunuhan mengarah kepada orang-orang terdekat dari si korban. Lelma, Dustin, Rimba, dan Anton merupakan nama-nama yang masuk investigasi. Lelma adalah teman seapartemen Sabrina. Dustin adalah sahabat yang kemudian mengejar Sabrina agar jadi pacarnya. Rimba adalah kekasih Sabrina. Anton adalah sahabat lama Sabrina dari kampung.

Lalu, siapa sebenarnya pembunuh Sabrina dan Syifa? Dan apa motif pembunuhan keduanya?


Novel The Apartment ini bergenre thriller misteri. Ceritanya ada pembunuhan dan kita diajak menelusuri mencari tahu siapa pembunuhnya. Dan di sini juga kita akan menemukan usaha penulis untuk menggiring pembaca menebak ke terduga pelaku, dan menjelang akhir cerita, mulai dipatahkan satu demi satu dugaan tersebut dengan alibi-alibi yang meyakinkan.

Saya suka dengan ceritanya karena memang saya jarang membaca genre ini, terutama karya penulis dalam negeri. Dan genre ini tentu saja membuat saya betah melanjutkan membaca karena penasaran dengan sosok pelaku pembunuhnya.

Lembar demi lembar misterinya cukup menarik. Terutama ketika penulis mulai menjabarkan alibi-alibi kenapa terduga pelaku tidak jadi pelaku. Semakin diungkap alibinya, semakin mengerucut sosok pelakunya. Dan di akhir cerita, lumayan mengagetkan, "Kenapa pelakunya dia?". Saya tidak akan membocorkan siapa pelakunya, tapi saya perlu bilang kalau Sabrina adalah korban apes atau nasib tak mujur.

Ada tiga hal yang saya tidak suka dari novel ini. Pertama, penulis menampilkan orang-orang berengsek di sekitar korban (Sabrina). Dengan begitu, pembaca sudah yakin kalau di antara mereka sebagai pelakunya karena motifnya jelas. Dan ketika mereka menjalankan rencana buruk kepada Sabrina, ketertarikan saya pada kasusnya berkurang. Akan jauh lebih seru kalau ada orang-orang baik di sekitar Sabrina yang justru menyimpan bara dalam sekam, dan saat cerita akan diakhiri, penulis membuka motifnya dengan gamblang. Ini akan mengejutkan pembaca.

Kedua, pace ceritanya yang terlalu cepat. Banyak detail yang dipersingkat dengan paragraf narasi sehingga pembaca tidak bisa masuk dengan karakter-karakter yang ada. Susah bagi saya untuk simpati dengan tokoh-tokohnya. Ini membuat saya maklum dengan novel terjemahan yang bergenre sama dan memiliki ketebalan yang menguji, karena di novel tersebut memaparkan lebih banyak detail cerita.

Ketiga, ending cerita yang tidak memuaskan. Penulis dengan mudahnya tidak mengganjar pelaku dengan hukuman yang setimpal. Pelaku malah bisa bebas dan leluasa meninggalkan Indonesia dengan sangat jumawa. Pada bagian ini, peran polisi dan detektif jadi tidak ada gunanya.

Walau novel ini memiliki kekurangan, tetapi ceritanya masih menghibur dan bisa dinikmati. Sayangnya memang belum memberikan kesan mendalam. 

Sekian ulasan saya untuk novel The Apartement ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!




Juli 30, 2023

Resensi Buku Anak: Spog Mencari Bumi - Arleen A & VinK


Judul:
Spog Mencari Bumi

Penulis: Arleen A

Ilustrasi: VinK

Penyunting: Noni M. T.

Penerbit: PT Bhuana Ilmu Populer

Terbit: Januari 2008

Tebal: 60 hlm.

ISBN: 9789797986575

Perkenalkan, namaku Spog. Aku adalah seekor anjing yang tinggal di planet Alotita, yang letaknya jauh dari Bumi. Tapi nenek moyangku sebenarnya berasal dari Bumi. Sekarang aku sudah cukup besar untuk naik pesawat ruang angkasa sendiri. Makanya aku ingin sekali main ke Bumi. Tapi aku nggak tahu jalan ke sana. Padahal Bumi sangat jauh dan banyak bahaya yang menghadang di depan. Bisakah kamu membantuku menemukan planetmu?

***

Karena sedang kesusahan membaca novel, saya memutuskan untuk mengunduh IJakarta, perpustakaan digital punya pemerintah DKI Jakarta, dan memilih bacaan anak-anak. Nama penulis yang saya ingat saat itu adalah Kak Arleen A. Setahu saya beliau sudah punya beberapa buku anak-anak. Dan begitu dicari, wuihh... ada banyak bukunya. Pilihan saya pun jatuh ke buku series Spog, seekor anjing yang berasal dari Planet Alotita.

Buku Spog Mencari Bumi merupakan buku pertama petualangan Spog. Sebagai permulaan, penulis membahas dulu siapa Spog dan kenapa anjing ini bisa berada di Planet Alolita. Rupa-rupanya Spog ini sebenarnya ras anjing dari Bumi. Dulunya, nenek moyangnya ikut astronot dari Bumi ketika melakukan penjelajahan angkasa dan mereka tertinggal di Planet Alolita. Biar sudah menjadi penghuni Planet Alolita, cerita tentang Bumi tetap dilestarikan ke generasi berikutnya. Dan secara turun temurun mereka melakukan pencarian keberadaan Bumi berada.

Dan dirasa Spog ini sudah cukup mampu mengendalikan pesawat luar angkasa, dia pun melakukan perjalanan mencari Bumi. Ternyata perjalanannya tidak mudah. Spog memulai petualangannya dan ia pun bertemu banyak hal seperti mahluk air, raksasa gondrong, raksasa ungu, naga, anak laki-laki dari Bumi bernama Roy dan masih banyak lagi.

Siapa sih yang enggak suka cerita petualangan? Anak-anak juga pasti suka. Ditambah karakternya hewan lagi. Pasti mereka bakal tertarik banget dan senang mengikuti kisahnya. Yang menonjol dari buku anak-anak adalah sajian ceritanya yang sederhana. Bahkan gaya penulisan pun menggunakan diksi yang mudah dimengerti. Enggak perlu juga pakai konflik yang berat-berat biar anak-anak gampang memahami maksud ceritanya.

Buku ini juga dicetak full warna dan gambarnya sangat enak dilihat. Cocok sih buat bacaan anak-anak. Tetapi yang menurut saya kurang pas adalah formatnya yang meminta pembaca memilih kelanjutan cerita dengan membuka halaman berikutnya sesuai pilihan kita, itu bakal terlalu berat buat anak-anak. Apalagi jumlah skenarionya banyak pisan.

Pada halaman 4, akan ada pilihan sebagai berikut: - Jika kamu pikir Spog sebaiknya berusaha berkomunikasi dengan makhluk penyerangnya, lanjutkan ke halaman 7. - Jika kamu pikir Spog sebaiknya menekan tombol Turbo untuk lari ke Planet Biru, lanjutkan ke halaman 8.

Untuk membaca kelanjutan kisahnya, kita tinggal membuka halaman sesuai pilihan kita. Tapi saya yakin, walau sudah memilih satu skenario, kita akan dibuat penasaran dengan pilihan yang lainnya. Ini pula yang membuat saya menuliskan semua pola pilihan skenario dalam buku ini. Karena setiap pilihan skenario akan membawa kita pada petualangan baru dan akhir cerita yang berbeda.

Why? Why? Kenapa?

Jujur saja, saya yang sudah gede gini aja merasa terbebani dengan pilihan yang ternyata bisa sampai 25 skenario petualangan. Gila! DUA PULUH LIMA SKENARIO. Kalau buku ini dikasihkan ke anak SD, mereka bakal pusing sendiri. Secara sepanjang membaca bukunya, kita harus mengingat alur mana yang sudah dipilih dan PR lainnya anak-anak yang membaca buku ini harus bakal membolak-balikkan halaman dan lama-lama mereka akan merasa mumet sendiri.

Saya tidak tahu alasan penulis kenapa membuat pilihan ceritanya sebegitu banyak. Saya justru berharap buku ini hanya punya dua sampai lima skenario saja, dan itu cukup banget untuk menyampaikan pesan moral. 

Kalau boleh menduga-duga, jangan-jangan tuntutan halaman biar banyak. Sebab dipastikan kalau pilihannya hanya sekitar dua sampai lima skenario saja, pasti halamannya terpangkas banyak. Kecuali buku ini dibanyakin ilustrasinya dan dilakukan pemenggalan narasi ceritanya yang semula dibuat satu halaman, dirubah jadi tiga atau empat halaman.

Lagian, anak-anak itu suka liat gambar dibanding membaca banyak kalimat. Dan teknik melihat gambar yang disisipkan narasi cerita bisa membuat mereka betah untuk membuka-buka buku. Lama-lama mereka keranjingan membaca. Enggak apa-apa buku yang dibaca tipis-tipis, seiring umur dan kemampuan baca yang meningkat, bacaan mereka juga akan bergeser ke yang lebih tebal.

Posan moral di buku ini cukup relevan dengan usia anak-anak, dimana mereka sedang butuh-butuhnya pembelajaran nilai kebaikan. Banyak sekali pilihan-pilihan baik yang dilakukan Spog dan aman ditiru oleh pembaca anak-anak. Contohnya Spog mau membantu naga yang tertusuk, padahal naga bukanlah hewan jinak, tetapi Kak Arleen membawakan kisahnya dengan sederhana.

Secara keseluruhan, saya masih bisa menikmati ceritanya. Dan saya masih kuat untuk bolak-balik halaman bukunya kok. Buku ini benar-benar ringan, cukup menghibur di tengah kesusahan saya menyelesaikan membaca novel yang sudah lama menimbun.

Saya memberikan nilai 3/5 bintang, dan buku ini akan lebih baik dijadikan bacaan orang tua yang mau mendongengkan kisah kepada anak-anak, bukan anak-anak itu sendiri yang membacanya. Dengan opsi dibacakan tentu saja akan membangun hubungan erat orang tua dan anak.

Sekian ulasan saya kali ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku.


Juni 07, 2023

Resensi Novel Confessions - Minato Kanae


Judul:
Confessions

Penulis: Minato Kanae

Penerjemah: Clara Canceriana, Andry Setiawan

Desain sampul: Pola

Penerbit: Penerbit Haru

Terbit: Juli 2022, cetakan kesebelas

Tebal: 304 hlm.

ISBN: 9786025385889


Moriguchi Yuko adalah seorang guru SMP. Saat anaknya yang berusia 4 tahun ditemukan meninggal, semua orang mengira itu cuma kecelakaan nahas.

Akan tetapi, Moriguchi yakin anaknya dibunuh oleh dua dari anak didiknya. Karena itu, dia tidak akan membiarkan kedua anak itu bebas. Dia ingin membalas dendam, dan balas dendam yang dia lakukan itu hanyalah awal dari sebuah mimpi buruk...


Novel Confessions ini menceritakan tentang pembunuhan anak perempuan bernama Manami, 4 tahun, anak dari wali kelas bernama Moriguchi Yuko. Tubuh Manami ditemukan mengambang di kolam renang sekolah SMP S. Polisi menyimpulkan kalau ini kasus kecelakaan. Manami jatuh ke dalam kolam renang setelah dia memberi makan anjing, sampai ia meninggal.

Yuko menemukan kejanggalan atas kematian putrinya. Putrinya tidak serta merta jatuh ke kolam tapi dia dibunuh. Yuko melakukan penyelidikan sendiri dan dugaan kuat mengarah kepada dua muridnya: Watanabe Tsuya dan Shimomura Naoki . Ia pun memilih mengundurkan diri dari SMP tempat ia mengajar dan berniat balas dendam. Menurutnya, jika pelaku ditangkap polisi, itu akan jadi hukuman yang ringan untuk mereka. 

Pada perpisahan caturwulan, Yuko berpamitan di depan kelas sekaligus mengultimatum pembunuh putrinya. Ia membuat pengakuan yang mengejutkan seisi kelas.



Saya mencampurkan darah  yang baru saja saya ambil tadi pagi ke dalam susu kalian berdua. -hal. 68

Ancaman mematikan sebab darah itu berasal dari ayah Manami yang mengidap HIV. 

Apa yang sebenarnya terjadi dengan Manami di kolam renang itu? Dan bagaimana nasib pelaku pembunuhnya?


Walau novel ini memiliki cerita misteri, tapi tema yang paling kerasa banget adalah tema keluarga. Bukan yang hartwarming sih, tapi lebih ke tragis. Di sini kan pelaku pembunuhan itu anak SMP, dan yang paling sedih dengan fakta ini tentu saja ibunya. Kelihatan banget penggambaran pengorbanan ibu untuk melindungi anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kejahatan. Ada juga bagian cerita yang menunjukan kalau bagaimana pola asuh (ilmu parenting) anak di keluarga berefek pada perilakunya. Contoh di novel ini adalah perceraian orang tua, kekerasan orang tua, dan ketiadaan sosok ibu bisa membuat anak terobsesi mencari perhatian orang tua dengan cara yang berlebihan.

Saya juga suka dengan konsep cerita misterinya. Pada awal bab, pembaca sudah diberi tahu siapa pembunuhnya jadi kita tidak perlu menebak-nebak lagi siapa pelakunya. Berikutnya penulis mengembangkan cerita dengan plot maju, untuk menunjukkan efek peristiwa pembunuhan tersebut bagi orang-orang yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung. Kejutan akan diberikan penulis di beberapa tempat dan cukup mengagetkan. Usaha penulis mengelabui dugaan pembaca sangat berhasil. 



Format plot begini ternyata tidak mengurangi keseruan membaca novelnya. Karena setelah itu kita akan disodorkan lebih banyak detail tentang masa lalu para tokohnya, kondisi psikologi mereka, kehidupan mereka di masyarakat-keluarga-sekolah, dan tentu saja harapan-harapan mereka yang kemudian menjadi motif kenapa pembunuhan itu terjadi.

Ada enam bab yang setiap babnya diceritakan dengan sudut pandang berbeda-beda. Urutannya sebagai berikut: Yuko, Mizuki (ketua kelas), Kakaknya Naoki, Shimamura Naoki, Watanabe Tsuya, dan terakhir kembali lagi ke sudut pandang Yuko. Di sinilah penulis mempreteli setiap tokoh sampai dalam sekali. Penokohan yang benar-benar utuh. Pembaca tidak akan diberi ruang untuk menghakimi siapa yang baik dan siapa yang jahat. Karena setiap tokoh punya pembenaran atas pilihan tindakannya. Terlepas pembenaran itu dibenarkan atau justru kekeliruan.


Moriguchi Yuko adalah tipikal seorang ibu yang baik. Pilihannya untuk balas dendam karena dia kehilangan hal paling berharga dari hidupnya yaitu putrinya. Jadi wajar kalau dia memutuskan untuk menjadi iblis dan menghukum si pembunuh. Shimomura Naoki digambarkan sebagai murid baik-baik yang tidak menonjol pada prestasinya. Saking baiknya, dia akhirnya terbawa arus untuk terlibat pembunuhan. Mentalnya juga lemah yang akhirnya membuat dia memilih untuk tidak sekolah setelah kejadian ultimatum wali kelasnya. Sedangkan Watanabe Tsuya adalah murid yang cerdas tapi secara psikologi terganggu. Dia punya trauma masa kecil dan itu melahirkan obsesi untuk melakukan kejahatan demi menarik perhatian. Selain itu masih ada beberapa tokoh tambahan yang masing-masing memiliki peran penting dalam membeberkan pelaku pembunuhan.

Dari novel ini juga saya mendapatkan wawasan baru mengenai pendidikan di Jepang. Dari latar belakang Yuko, kita akan tahu suka dukanya jadi pengajar di Jepang. Dari latar belakang tokoh murid , kita akan tahu program dan kegiatan murid selama di sekolah, Termasuk dari latar belakang orang tua murid, kita akan tahu apa saja yang menjadi tuntutan sekolah kepada mereka dan anaknya.

Setelah tuntas di halaman terakhir, saya justru terkesan dengan poin penceritaan mengenai cara pengasuhan anak (parenting) yang berefek pada perilaku anak. Novel ini mengingatkan dengan tegas jika anak itu dibentuk oleh orang tua, jika cara membentuknya keliru, hasilnya akan jelek. Dan pertaruhan dari pengasuhan ini adalah kesehatan jiwa anak. Jika jiwa anak terganggu dan tidak lekas disembuhkan, akan terus terbawa sampai anak jadi dewasa, dan bukan tidak mungkin anak tadi akan tumbuh menjadi sosok penjahat.

Saya beruntung akhirnya bisa membaca novel ini setelah sebelumnya mendengar puja-puji pembaca lain pada novelnya. Benar-benar pengalaman yang seru. Saya sangat merekomendasikan novel ini untuk penggemar bacaan misteri. Dan saya memberikan nilai 5/5 bintang.

Sekian resensi novel Confessions karya Minato Kanae dari saya. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Mei 26, 2023

Resensi Novel Lara Rasa - Nureesh Vhalega


Judul:
Lara Rasa

Penulis: Nureesh Vhalega

Editor: Anindya Larasati

Ilustrasi & sampul: Amalina Asri

Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Terbit: 2023

Tebal: viii + 214 hlm.

ISBN: 9786230046315


Di usia 28 tahun, Alara masih belum punya pekerjaan tetap, kondisi finansialnya memprihatinkan, dan target memiliki rumah sekaligus menikah sebelum berumur 30 tahun terasa kian jauh dari jangkauan. Parahnya, dia justru membuat keputusan-keputusan salah dan memperumit hidupnya sendiri. Mulai dari bekerja di perusahaan rintisan yang membuatnya seakan rodi, terlibat dalam drama percintaan yang videonya viral, sampai bertengkar hebat dengan orang tua. Alara harus mengurai permasalahannya dan mencari solusi agar hidupnya kembali berjalan normal. Dan, di atas segalanya, agar target hidupnya tercapai.



Novel Lara Rasa ini menceritakan seorang gadis bernama Alara yang secara usia sudah matang tetapi dia belum menikah, pacar saja belum punya. Masalah hidup Alara bukan soal jodoh saja, dia juga bermasalah dengan pekerjaan barunya yang super-pressure. Kalau bukan karena keinginan besarnya untuk membeli rumah, Alara pasti sudah resign dari lama.

Plus, Alara tinggal dengan orang tua toxic yang saban waktu selalu bertengkar adu mulut. Tidak jarang benda-benda di rumah melayang hingga pecah dan rusak. Baginya rumah bukan tempat nyaman untuk pulang makanya sesekali ia menginap di apartemen sepupunya, Tiani. Dan impian terbesar Alara adalah membeli rumah agar bisa segera kabur dari rumah orang tuanya.

Di pesta pernikahan temannya, Alara justru bertemu dengan Putra, teman SMA. Perhatian Putra sangat manis sehingga hubungan keduanya pun naik ke level pacaran. Di tengah hubungan manis yang sedang dirajut, Alara merasa tidak nyaman pada kedekatan Putra dengan Venita, mantannya. Menurut Putra hubungan mereka sudah berakhir dan kedekatan saat ini karena mereka menjalankan bisnis bareng-bareng.



Puncak masalah Alara datang bertubi-tubi. Satu, Mama Alara bohong soal dia meminjam uang tabungan yang disiapkan untuk DP rumah karena salah satu tantenya butuh urgensi, dan uang itu harus hilang akibat penipuan investasi. Dua, Alara dilabrak Venita karena dianggap perebut pacar di sebuah acara promosi film. Videonya viral hingga membuat Alara terpuruk. Dan buntut dari keributan itu Alara harus memutuskan hubungan dengan Putra. Tiga, Alara dihardik Papanya dengan kata-kata jahat dan membuatnya memutuskan untuk keluar dari rumah itu.

"Dasar anak nggak tau diri! Bisanya cuma bikin malu keluarga!" hardiknya. "Kalau mau jadi perempuan murahan, belajar yang benar! Jangan setengah-setengah dan ketahuan. Pantas saja sampai umur segini kamu nggak nikah. Siapa yang mau sama perempuan rusak kayak kamu?" -hal.152.

Beruntung Alara memiliki orang-orang terdekat yang care. Ada Tiani (sepupunya), Kevan (temannya, naksir Tiani tapi ditolak mulu), dan Ansel (rekan kerja Alara yang usianya lebih muda). Mereka tidak membiarkan Alara berjuang sendiri, mereka selalu siaga di sampingnya.

Tapi, apakah Alara bisa bertahan di tengah masalah yang bertubi-tubi itu?



Setelah membaca novel As Always, I Love... saya kembali membaca novel terbaru Kak Nureesh yang tahun ini baru saja diterbitkan.

Novel ini mengharukan karena ada bagian yang relate dengan hidup saya. Alara dan saya sama-sama punya masalah yang banyak. Dan kami sama-sama harus bisa mengurai dan menyelesaikan masalah tersebut. Membaca novel ini membuat saya tambah semangat hidup sebab sebanyak apa pun masalah pasti bisa diselesaikan.

Ciayo!!!

Ada dua masalah gede yang dihadapi Alara. Pertama, dia punya orang tua yang toxic. Bagaimana perasaan Alara tidak hancur kalau hampir setiap hari mendengar Papa dan Mamanya adu mulut, dia sering dikata-katain dengan kasar, dan bahkan kelahiran Alara sering disebut sebagai biang masalah mereka? 

Saya geram banget membaca bagian hubungan Alara dengan orang tuanya. Pengen banget teriak di telinga Papa dan Mamanya, "Woiii, kalian yang nge*e, kalian yang ena-ena sampai kebobolan, kenapa anak yang disalahin?! Kalian yang nggak mikir sebelum begituan, bangs*t!!!"

Dari orang tua Alara kita belajar, "Enggak semua yang tua itu dewasa." Dan gara-gara masalah orang tua ini, Alara ingin segera kabur dari rumahnya. 



Kedua
, Alara jatuh cinta dengan orang yang salah. Walau Putra itu punya material pasangan yang baik, tapi sikap dia yang enggak tegas soal mantan jelas-jelas bakal berpengaruh untuk kelangsungan hubungan percintaannya. Alara denial sama gelagat aneh Putra yang kalau ditanya soal mantan, jawabnya gagap dan enggak tegas.

Bucin boleh saja tapi jangan sampai membuat insting jadi tumpul. Karena manusia itu punya kedalaman hati yang enggak bisa ditebak. Kecuali kalau kita sudah siap patah hati.

"Al, jangan terlalu percaya sama orang. nanti lo yang sakit akhirnya." -hal. 9

Gaya penulisan Kak Nureesh terasa renyah sekali. Tidak menggunakan banyak bahasa inggris, dialognya terasa banget bahasa ngobrolnya, dan narasinya juga lugas. Ini yang membuat saya merasa kalau novelnya page turner banget, betah dibaca.

Plot ceritanya tidak melebar kemana-mana jadi kita bisa fokus ke masalah yang gede-gede saja. Dan penyelesaian konflik yang dipilih Kak Nureesh sudah cukup adil, terutama konflik keluarga ya. 

Tidak semua keluarga itu harmonis, dan pilihan antara anak dan orang tua untuk jalan masing-masing bisa jadi keputusan terbaik dari keputusan buruk yang mau enggak mau harus ditempuh.

Penokohan di novel ini juga sangat baik. Alara digambarkan gadis yang penuh masalah tapi vibes-nya positif. Kekurangan Alara hanya satu, suka menyalahkan diri sendiri. Tetapi saya suka dengan perubahan sikap Alara terhadap masalah yang dihadapinya. 

Kalau Putra tipikal pria dewasa yang romantis. Sayangnya dia kurang tegas sama keputusannya. Kekurangan ini bisa membuat hubungan rentan sebab perempuan itu butuh keputusan pasti. Sedangkan Ansel tipe pria pemalu, pendiam, tapi perhatian. Dia tidak tergesa-gesa menarik lawan jenis, menunggu momen yang tepat. Ansel juga punya hubungan yang baik dengan keluarganya.

Tokoh lainnya yang memberi warna alur novel ini ada Tiani, Kevan, Safa, dan beberapa lagi yang disebutkannya hanya sekilas. Namun peran Tiani dan Kevan sangat penting di hidup Alara sebab mereka ini yang memastikan Alara kuat digempur masalah.


Secara keseluruhan, membaca novel ini bagai diingatkan untuk terus bertahan di tengah banyaknya masalah. Sekaligus hidup itu enggak melulu adanya momen manis dan indah saja. Sedih, capek, putus asa, bosan, jenuh, muak, akan menimpa siapa saja. Tapi jangan berhenti hidup. Lepaskan semua emosi dengan menangis, jika kurang, mengumpat saja. Sebab hidup terlalu berharga untuk diakhiri sebelum waktunya.

"Pernah nggak lo mikir, kalau yang sebenarnya lo butuhin buat ngerasa bahagia adalah berdamai sama diri sendiri?..." -hal. 10

Ada satu paragraf yang isinya pengakuan Alara kepada psikolognya dan itu bikin saya tertohok. Ada di halaman 197. Intinya, Alara cuma ingin mendengar kata maaf setelah mereka mengucapkan kata-kata yang menyakitkan. Menurut saya memang kata maaf itu bisa meluruhkan segalanya. Makanya kita semua harus berani mengucapkan kata maaf ketika terjadi perselisihan, jangan justru merasa sok paling benar.

Untuk novel mengharukan ini yang mengajari kita untuk menjadi manusia utuh, saya memberikan nilai 5/5 bintang. Saya sangat merekomendasikan novel ini dibaca oleh kalian yang beranjak dewasa agar tahu gambaran gimana beratnya menjadi dewasa.

Sekian ulasan saya, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku.


Mei 22, 2023

Resensi Novel As Always, I Love... - Nureesh Vhalega


Judul:
As Always I Love...

Penulis: Nureesh Vhalega

Penyunting: Maria Lusia Anindya

Penerbit: PT Elex Media Komputido

Terbit: Januari 2020

Tebal: 288 hlm.

ISBN: 9786230012259


Beberapa bulan menjelang pernikahannya, ayah Lyrrani Bestari meninggal. Dunianya runtuh, karena selama ini dia merasa hanya punya ayahnya dan Rayen, sahabatnya sejak masa SMA. Tidak hanya itu, beberapa masalah mulai bermunculan seiring persiapan pernikahannya. Sesosok orang yang hilang dari hidupnya empat belas tahun lalu, tiba-tiba kembali. Belum lagi, Juan, tunangannya, yang tetap sibuk dnegan pekerjaannya di tengah persiapan pernikahan mereka.

Lyrra bersyukur punya Rayen yang dapat selalu ia andalkan di tengah semua permasalahan yang dihadapinya. Keduanya begitu dekat sampai semua orang di sekitar meragukan persahabatan mereka. "Kami cuma sahabat" sudah sering mereka lontarkan.

Apakah Rayen dapat membantu Lyrra melewati ini semua menuju pernikahannya? Ataukah Rayen akan menghancurkan semuanya... dengan menyatakan perasaan yang sesungguhnya?

***


"Yang terbaik bakal datang di waktu yang tepat. Bukan di waktu yang kita mau, atau kita harapkan, tapi di waktu yang tepat." -hal. 172.

Setahun pacaran, Lyrra akhirnya dilamar oleh Juan dan diterima. Kabar ini disampaikan ke ayahnya tapi reaksi beliau bukan seperti yang Lyrra mau, walau ujung-ujungnya tetap direstui dengan syarat dan ketentuan yang disampaikan langsung kepada Juan.

Enam bulan lagi pesta pernikahan akan digelar. Sejak malam lamaran itu Lyrra sudah merasakan ada perasaan aneh yang mengganjal di hatinya. Entah untuk masalah yang mana.

Namun ayah Lyrra mendadak meninggal. Ia pun terpuruk, merasa sendirian. Tidak ada rumah untuk pulang, ibu tiri jelas bukan pilihan tepat sebab ia tidak akrab dengannya. Beruntung Rayen jadi pahlawan sejati yang akan bersedia kapan pun dan dimana pun.



"... Dan, nggak ada anak yang baik-baik aja dua minggu setelah orangtuanya meninggal. Lo bisa bohongin semua orang, tapi lo nggak bisa bohongin gue." -hal. 62.

Sakit hati lebih dalam muncul saat tidak sengaja Lyrra bertemu kembali dengan ibu kandungnya yang sudah bertahun-tahun meninggalkannya. Lyrra sangat membenci ibunya, jangankan mendengarkan penjelasan soal masa lalu, bertemu saja enggan.

Masalah makin bertumpuk saat Rayen mengungkapkan perasaannya. Lyrra sangat sedih dan marah sebab hubungannya dengan Juan sudah sejauh ini. Ia bingung harus berbuat apa.

Sekuat apa pun Lyrra menghindar, kebenaran akan terwujud di tangan semesta. Tuhan seperti sedang merajut lagi kisah baru antara Lyrra dengan ibunya, antara Lyrra dengan Juan, dan antara Lyrra dengan Rayen. Masa lalu yang pelik mulai menemukan titik terang. Semua yang tertutupi mulai tersibak jelas.

Lyrra bukan saja berperang dengan kisah cintanya, tapi ia pun harus menghadapi masa lalu yang keliru. Tapi apakah Lyrra bisa berdamai dengan masalahnya yang bertubi-tubi?


Membaca novel As Always, I Love... mengingatkan saya pada novel My Pre-Wedding Blues karya Anna Triana. Ceritanya soal persahabatan lawan jenis yang sebenarnya saling suka tapi karena alasan tertentu harus dipendam. Semakin pelik lagi ketika yang perempuan akan menikah dan yang lelaki galau.

Formula novel roman yang sudah banyak dipakai tapi buat saya tetap saja menarik. Soalnya pasti banyak yang mengalami situasi begitu. Dan paling banyak alasannya karena mereka enggak mau merusak persahabatan. Mereka takut kalau pas sudah pacaran lalu ada ketidakcocokan dan akan berujung putus. Persahabatan mereka pun pasti terpengaruh, bisa putus juga.

"Cuma karena lo bakal nikah, bukan berarti gue harus buru-buru ngikutin jejak lo. Apa yang lo anggap baik, belum tentu baik buat orang lain. Jangan egois." -hal. 34

Tetapi di novel ini berbeda, alasannya karena keluarga. Saya kaget sih pas tahu alasan sebenarnya kenapa Lyrra dan Rayen tidak bersatu sejak dulu, padahal kedekatan mereka sudah terlalu solid. Alasan itu logis menahan keduanya. 

Selain romansa, novel ini pun kental banget tema keluarganya. Menyinggung soal keputusan bercerai karena tahu mereka bersatu tanpa cinta yang utuh, dan kalau dilanjutkan akan tambah menyakiti satu sama lain. Dan keputusan bercerai ini sebenarnya memengaruhi anak. Lyrra adalah contoh korban perceraian orang tua yang sampai ia dewasa tidak tahu apa penyebabnya. Asumsi berkembang liar dan tanpa tahu cerita sebenarnya ia membenci ibu kandungnya.

"... Luka bukan sesuatu yang bisa dihindari dari hidup. Setiap manusia yang bernafas pasti akan merasakannya. Tapi... jangan biarkan luka menenggelamkan kamu, Lyrra." -hal. 91

Di novel ini pun akan disajikan keruwetan keluarga Lyrra dan Rayen. Tetapi saya menangkap poin kalau anak yang bijaksana akan mendahulukan kebahagian orang tua di atas segalanya. Cukup mengharukan sekali mengetahui kenapa Rayen bisa sebego itu memendam perasaannya. Di balik kebegoannya ada keikhlasan pengorbanan yang luar biasa.

Saya suka dengan gaya menulis Kak Nuressh yang lugas dan langsung pada poinnya. Tidak diindah-indahkan, tidak nyastra. Narasinya mudah dipahami, dan kayaknya ini kelebihan novel yang kerasa banget di lini CityLite dan Le Marrige. Jadi ketika ada dialog yang meluap-luap, saya bisa merasakan emosi panasnya.

Kalau untuk cerita urbannya sudah pasti kerasa. Latar di Jakarta dan pekerjaan sebagai arsitek. Situasi prefesional sangat terasa sehingga detail ini tidak hanya sebagai tempelan saja. 



Karakter-karakternya juga berhasil dihidupkan penulis. Lyrrani Bestari digambarkan sebagai pekerja keras, mandiri, supel, baik, cantik, dan agak enggak enakan. Saya suka sih bagaimana Lyrra memelihara kedekatannya dengan teman-temannya; Anggit dan Irenne, padahal mereka sudah berada di fase yang berbeda-beda. Irenne sedang menunggu kelahiran bayinya, Anggit masih berpetualangan mencari pasangan, dan Lyrra sedang menuju pernikahan. Namun mereka menghargai satu sama lain, kalau pun ada sindir-sindiran itu lantaran rasa sayang semata.

Juan Harnanto Irsyad, si calon suami Lyrra adalah pria dewasa yang karirnya sudah mapan. Pintar memasak dan pandai mengambil hati. Tipe yang bijaksana dalam menghadapi masalah. Dia mudah meminta maaf dan enggan berlarut-larut dalam amarah ketika sedang berseteru dengan Lyrra. Hubungan mereka pun akan kembali manis. Kekurangannya satu, pekerjaan yang nanjak dibuntuti resiko kesibukan yang susah diprediksi. Ini yang kadang bikin Lyrra sedih sebab momen kebersamaan mereka suka direnggut oleh pekerjaan urgensi.

Rayendra Kendavaz adalah sahabat dekat Lyrra yang terpikat sejak di bangku SMA. Sering bertindak konyol tapi terukur. Misalnya, dia tidak mengisi bensin mobilnya karena ingin berangkat kerja bareng dengan Lyrra. Atau dia main catur dengan ayah Lyrra agar bisa mengambil hatinya sehingga restu bisa turun. Di balik sosoknya yang kadang menyebalkan, Rayen tipe pria yang super perhatian. Sudah bisa dipastikan sih, siapa pun perempuan yang memiliki pasangan seperti Rayen pasti hidupnya akan jauh lebih berwarna. Bisa romantis, bisa bikin emosi.

Selain ketiga tokoh utama di atas, ada juga sahabat Lyrra; Anggit dan Irenne. Ada juga ayah dan ibu Lyrra. Dan tentu saja ibunya Rayen, Tante Nia.

"Hidup bersama orang yang mencintai kamu memang baik, Sayang, tapi nggak ada yang lebih hebat dari hidup bersama orang yang mencintai kamu, juga kamu cintai." -hal. 210.

Untuk kovernya yang didominasi warna putih terlihat sederhana. Ada sosok perempuan yang berambut panjang dan pada ilustrasi rambutnya dipenuhi coret-coret kusut. Menggambarkan sekali bagaimana otak Lyrra yang dipenuhi masalah.

Buat saya novel ini cukup berkesan karena ceritanya yang cukup menyentuh dan gaya menulis penulis yang enak diikuti. Saya merekomendasikan novel ini untuk pembaca yang suka cerita romansa tapi yang kekinian, baik dari segi konflik atau pun narasinya. Saya memberikan nilai 4/5 bintang.

Sekian ulasan novel As Always, I Love... dari saya. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku.


Maret 18, 2023

Resensi Buku Twelve And A Half - Gary Vaynerchuck


Judul:
Twelve And A Half

Penulis: Gary Vaynerchuck

Penerjemah: Ingrid Nimpoeno

Penerbit: Noura Books

Terbit: Agustus 2022, cetakan pertama

Tebal: 252 hlm

ISBN: 9786232423435



Twelve and a Half atau dua belas setengah, yang merupakan judul buku ini merujuk pada 12 nilai hidup dan setengah nilai hidup. Nilai tersebut dirangkum sebagai bahan-bahan emosional: rasa syukur (1), kesadaran diri (1), akuntabilitas (1), optimisme (1), empati (1), kebaikan (1), kegigihan (1), keingintahuan (1), kesabaran (1), keyakinan (1), kerendahan hati (1), ambisi (1), dan keterusterangan (1/2). 

Bagi penulis, setiap nilai hidup bernilai 1 karena sudah cukup menguasai. Sedangkan untuk nilai hidup yang masih proses dipelajari karena menjadi kekurangan bagi pribadinya, penulis memberikan nilai 1/2.

Rasa Syukur: Sikap menerima keadaan melalui perspektif lain yang lebih positif. Dan dengan bersyukur kamu akan terhindar dari penyesalan yang mendalam. 

Orang mendongak memandang mereka yang berperingkat lebih tinggi, tetapi tidak menunduk memandang miliaran orang yang berperingkat lebih rendah. (hal.29)

Kesadaran Diri: Mengenali diri sendiri dan mengakui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan. Kalau kamu sudah sadar diri, kamu akan kokoh menghadapi situasi yang berubah-ubah. Jika ada kelemahan, dapat kamu tingkatkan. Jika ada kelebihan, dapat kamu kuatkan.

Akuntabilitas: Memegang tanggung jawab dan tidak menunjuk orang lain atas nasib buruk yang kamu alami. Jika kamu menunjuk orang lain, artinya kamu lemah sebab kamu menjadi korban dari ulah orang lain. Dan dengan bertanggung jawab kamu akan dinilai sebagai orang yang berkomitmen baik.



Optimisme: Selalu mengedepankan harapan dan hanya melihat hal-hal baik saja. Bukan berarti tidak pernah melihat kemungkinan buruk, tapi hal-hal baik tadi menjadi bahan bakar utama melanjutkan hidup. Cara ini akan membuat langkah kamu lebih ringan meskipun kamu harus menghadapi masalah yang berat dan pelik.

Empati: Menempatkan diri menjadi orang lain karena kamu sadar jika kamu tidak mengenal seorang pun secara utuh. Kamu tidak bisa menilai seseorang atas dasar pandangan sekilas saja, dan penting sekali untuk bisa berempati agar bisa melihat seseorang dengan lebih baik.

Kebaikan: Bersikap baik meskipun di situasi tidak baik. Memang berat melakukannya tapi jika mampu melakukannya, keadaan buruk akan mampu dilewati dengan baik pula.

Kegigihan: Bukan sekadar rajin tetapi condong ke fokus melakukan sesuatu sesuai keyakinan. Dan saat melakukannya, kamu harus bisa menikmati prosesnya, tidak melulu berorientasi pada hasil semata.

Keingintahuan: Modal penting untuk berkembang dan menjadi pribadi lebih baik yaitu dengan mengakui kebodohan diri sendiri. Tanpa sikap ini, kamu akan menjadi orang biasa-biasa saja sebab menjalani hidup bagai mengikuti air mengalir.

Kesabaran: Nilai hidup yang paling banyak disebut, sebab kamu tahu kalau melakukan apa pun butuh waktu. Tidak ada pencapaian yang bisa diraih dengan instan. Butuh proses dan kerja keras. Dan sewaktu menjalani itu semua, dengan kesabaran yang tebal, kita akan merasakan kepuasan yang maksimal.

Keyakinan: Keteguhan hati dengan apa yang kita putuskan dan apa yang kita kerjakan. Terlepas pada benar atau salah, dengan sikap yakin kamu akan lebih bertanggung jawab.

Kerendahan Hati: Sikap menganggap diri sendiri tidak istimewa dan tidak menganggap orang lain lebih istimewa. Dengan sikap ini kamu akan terhindar dari kekecewaan terhadap orang lain.

Ambisi: Hasrat kuat untuk mencapai dan mewujudkan tujuan yang didambakan. Pada prosesnya dibutuhkan kesabaran dan kecermatan.

Keterusterangan: Kejujuran yang disampaikan walau hasilnya pahit. Tetapi sikap ini akan membuat lawan kamu berpikir dan mengevaluasi masalah.



Buku ini terdiri dari 3 Bab. Bab pertama membahas soal dua belas setengah (12 1/2) bahan-bahan emosional tadi, yang dijabarkan dengan cukup jelas dan singkat. Selain pengertian dari bahan-bahan emosional, penulis juga membahas pengalaman pribadinya ketika mengaplikasikannya. Penjelasannya sederhana, mudah dipahami, dan sangat relate dengan pembaca.

Saya sangat terkesan dengan bahan-bahan emosional yang dituturkan penulis. Seperti bercermin dan mulai mengakui ke diri sendiri jika ternyata masih banyak kekurangan. Membacanya membuat saya seperti diingatkan. Dan setelah dibaca semua bab pertama ini, saya semakin termotivasi untuk menjadi lebih baik dengan memperhatikan bahan-bahan emosinal tadi dan memastikan untuk terus mengasahnya.

Bahan emosional yang paling berkesan buat saya adalah kesabaran. Membacanya seperti melucuti diri sendiri yang suka buru-buru, spontanitas, dan reaktif. Sifat jelek ini kadang menyisakan penyesalan nantinya. Dan saya bertekad untuk perlahan-lahan memoles kesabaran agar saya lebih tenang menikmati hidup.

Bab kedua berisi contoh skenario peristiwa sehari-hari dan bahan-bahan emosional apa yang paling baik dipakai ketika mengalami hal tersebut. Ada 35 skenario peristiwa, dan hampir semuanya berada di lingkup dunia pekerjaan dan bisnis. Hubungan antara bawahan dengan atasan atau hubungan antara kolega. Ini memang sudah jelas kalau kita baca ulang jargon judulnya yang menyebutkan, "Kecerdasan Emosional Terpenting dalam Bisnis." Makanya, contoh peristiwanya ya seputar dunia kerja.

Penulis mewanti-wanti jika bahan-bahan emosional tadi tidak bisa diaplikasikan secara sendiri-sendiri. Pasti harus dikombinasikan, bisa dengan satu atau lebih bahan emosional lainnya. Dan setiap menghadapi skenario hidup, kamu membutuhkan kombinasi yang pas.


Salah satu contoh skenario menarik adalah apa yang akan kita lakukan jika ketika kita jadi pemimpin harus memimpin anggota tim yang lebih lama bekerja di tempat kerja dan usianya juga lebih tua. Dan penulis memberikan kombinasi bahan emosional yang terdiri dari empati, kebaikan, dan kerendahan hati. Empati gunanya untuk memahami apa yang orang tersebut rasakan, kebaikan gunanya untuk memperlakukan orang tersebut dengan baik, dan kerendahan hati gunanya menjaga kita agar tidak mendadak sombong dengan posisi jabatan baru. Dengan begini, hubungan pemimpin dan anggota tim tadi akan tetap solid.

Contoh skenario menarik lainnya adalah apa yang akan kamu lakukan jika pekerjaan saat ini membebani kamu karena ada pengurangan tim dan belum ada penggantinya, kamu ingin resign, tetapi kamu nyaman dengan orang-orangnya. Penulis menyodorkan kombinasi antara keterusterangan, keingintahuan, dan empati. Keterusterangan membuat kamu bisa menyampaikan apa yang kamu rasakan atas pekerjaan saat ini kepada atasan, keingintahuan akan membuat kamu memahami ada alasan apa kenapa belum ada rekrutmen lagi, dam empati membuat kamu bisa melihat kasus ini dari berbagai sisi, baik sisi manajer maupun sisi pemilik perusahaan. Jika sudah menerapkan kombinasi tadi, kamu tinggal memutuskan antara resign atau bertahan.

Pada bab ketiga, penulis memberikan tantangan bagi pembaca untuk menerapkan bahan-bahan emosional tadi. Buku ini ingin mengajak pembacanya untuk mempraktikan, bukan sekadar menuturkan teori-teorinya saja.

Sebagai contoh praktik ambisi, kamu akan diminta untuk merekam video dan membahas mimpi-mimpi yang ingin kamu wujudkan. Video ini di-share di media sosial agar pengikut kamu tahu. Cara ini akan membuat kamu memutar otak berupaya mewujudkan omongan di video tadi. Sebab pertaruhannya, kalau kamu gagal, kamu akan diolok-olok.

Sepanjang saya membaca buku, butuh ekstra sabar untuk menyelesaikan buku nonfiksi. Ditambah harus membuat ulasannya, itu pekerjaan yang berat. Tapi membaca buku ini memberikan efek langsung, saya mencoba bersikap gigih dan sabar dalam proses membacanya.

Menurut saya buku ini akan mengingatkan kita pada beberapa sikap positif yang diperlukan dalam keseharian. Jika kita praktikan terus, saya yakin kita akan menjadi pribadi yang menyenangkan dan kehidupan kita pun akan jauh lebih nyaman dan tenang.

Beberapa kutipan menarik:

  • Bijak dan jujurlah dengan diri sendiri mengenai salah langkah anda, tetapi jangan mulai menyesalinya. (hal. 30)
  • Jika ada mengambil energi dari rasa syukur, anda akan tahu bahwa itu bertahan jauh lebih lama daripada energi yang diambil dari rasa tidak percaya diri, kemarahan, atau kekecewaan. (hal. 31)
  • Pengkhayal tidak memiliki kesadaran diri mengenai kekuatan dan kelemahan mereka. (hal. 35)
  • Rasa tidak aman sering kali mengakibatkan penghindaran. Orang cenderung paling menghindari kekurangan mereka sendiri. (hal. 35)
  • Sulit untuk menerima kesalahan jika anda tidak baik kepada diri sendiri atau optimistis mengenai masa depan; menerimanya akan membuat anda benar-benar rentan terhadap penilaian orang lain. (hal. 42)

Buku ini bisa menjadi panduan meningkatkan kecerdasan emosional dalam bisnis. Berbobot dibaca oleh siapa pun yang sudah menginjak dunia pekerjaan. Dan karenanya, saya memberikan nilai 4/5 bintang.

Sekian ulasan saya untuk buku ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku.