Resensi Novel Confessions - Minato Kanae


Judul:
Confessions

Penulis: Minato Kanae

Penerjemah: Clara Canceriana, Andry Setiawan

Desain sampul: Pola

Penerbit: Penerbit Haru

Terbit: Juli 2022, cetakan kesebelas

Tebal: 304 hlm.

ISBN: 9786025385889


Moriguchi Yuko adalah seorang guru SMP. Saat anaknya yang berusia 4 tahun ditemukan meninggal, semua orang mengira itu cuma kecelakaan nahas.

Akan tetapi, Moriguchi yakin anaknya dibunuh oleh dua dari anak didiknya. Karena itu, dia tidak akan membiarkan kedua anak itu bebas. Dia ingin membalas dendam, dan balas dendam yang dia lakukan itu hanyalah awal dari sebuah mimpi buruk...


Novel Confessions ini menceritakan tentang pembunuhan anak perempuan bernama Manami, 4 tahun, anak dari wali kelas bernama Moriguchi Yuko. Tubuh Manami ditemukan mengambang di kolam renang sekolah SMP S. Polisi menyimpulkan kalau ini kasus kecelakaan. Manami jatuh ke dalam kolam renang setelah dia memberi makan anjing, sampai ia meninggal.

Yuko menemukan kejanggalan atas kematian putrinya. Putrinya tidak serta merta jatuh ke kolam tapi dia dibunuh. Yuko melakukan penyelidikan sendiri dan dugaan kuat mengarah kepada dua muridnya: Watanabe Tsuya dan Shimomura Naoki . Ia pun memilih mengundurkan diri dari SMP tempat ia mengajar dan berniat balas dendam. Menurutnya, jika pelaku ditangkap polisi, itu akan jadi hukuman yang ringan untuk mereka. 

Pada perpisahan caturwulan, Yuko berpamitan di depan kelas sekaligus mengultimatum pembunuh putrinya. Ia membuat pengakuan yang mengejutkan seisi kelas.



Saya mencampurkan darah  yang baru saja saya ambil tadi pagi ke dalam susu kalian berdua. -hal. 68

Ancaman mematikan sebab darah itu berasal dari ayah Manami yang mengidap HIV. 

Apa yang sebenarnya terjadi dengan Manami di kolam renang itu? Dan bagaimana nasib pelaku pembunuhnya?


Walau novel ini memiliki cerita misteri, tapi tema yang paling kerasa banget adalah tema keluarga. Bukan yang hartwarming sih, tapi lebih ke tragis. Di sini kan pelaku pembunuhan itu anak SMP, dan yang paling sedih dengan fakta ini tentu saja ibunya. Kelihatan banget penggambaran pengorbanan ibu untuk melindungi anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kejahatan. Ada juga bagian cerita yang menunjukan kalau bagaimana pola asuh (ilmu parenting) anak di keluarga berefek pada perilakunya. Contoh di novel ini adalah perceraian orang tua, kekerasan orang tua, dan ketiadaan sosok ibu bisa membuat anak terobsesi mencari perhatian orang tua dengan cara yang berlebihan.

Saya juga suka dengan konsep cerita misterinya. Pada awal bab, pembaca sudah diberi tahu siapa pembunuhnya jadi kita tidak perlu menebak-nebak lagi siapa pelakunya. Berikutnya penulis mengembangkan cerita dengan plot maju, untuk menunjukkan efek peristiwa pembunuhan tersebut bagi orang-orang yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung. Kejutan akan diberikan penulis di beberapa tempat dan cukup mengagetkan. Usaha penulis mengelabui dugaan pembaca sangat berhasil. 



Format plot begini ternyata tidak mengurangi keseruan membaca novelnya. Karena setelah itu kita akan disodorkan lebih banyak detail tentang masa lalu para tokohnya, kondisi psikologi mereka, kehidupan mereka di masyarakat-keluarga-sekolah, dan tentu saja harapan-harapan mereka yang kemudian menjadi motif kenapa pembunuhan itu terjadi.

Ada enam bab yang setiap babnya diceritakan dengan sudut pandang berbeda-beda. Urutannya sebagai berikut: Yuko, Mizuki (ketua kelas), Kakaknya Naoki, Shimamura Naoki, Watanabe Tsuya, dan terakhir kembali lagi ke sudut pandang Yuko. Di sinilah penulis mempreteli setiap tokoh sampai dalam sekali. Penokohan yang benar-benar utuh. Pembaca tidak akan diberi ruang untuk menghakimi siapa yang baik dan siapa yang jahat. Karena setiap tokoh punya pembenaran atas pilihan tindakannya. Terlepas pembenaran itu dibenarkan atau justru kekeliruan.


Moriguchi Yuko adalah tipikal seorang ibu yang baik. Pilihannya untuk balas dendam karena dia kehilangan hal paling berharga dari hidupnya yaitu putrinya. Jadi wajar kalau dia memutuskan untuk menjadi iblis dan menghukum si pembunuh. Shimomura Naoki digambarkan sebagai murid baik-baik yang tidak menonjol pada prestasinya. Saking baiknya, dia akhirnya terbawa arus untuk terlibat pembunuhan. Mentalnya juga lemah yang akhirnya membuat dia memilih untuk tidak sekolah setelah kejadian ultimatum wali kelasnya. Sedangkan Watanabe Tsuya adalah murid yang cerdas tapi secara psikologi terganggu. Dia punya trauma masa kecil dan itu melahirkan obsesi untuk melakukan kejahatan demi menarik perhatian. Selain itu masih ada beberapa tokoh tambahan yang masing-masing memiliki peran penting dalam membeberkan pelaku pembunuhan.

Dari novel ini juga saya mendapatkan wawasan baru mengenai pendidikan di Jepang. Dari latar belakang Yuko, kita akan tahu suka dukanya jadi pengajar di Jepang. Dari latar belakang tokoh murid , kita akan tahu program dan kegiatan murid selama di sekolah, Termasuk dari latar belakang orang tua murid, kita akan tahu apa saja yang menjadi tuntutan sekolah kepada mereka dan anaknya.

Setelah tuntas di halaman terakhir, saya justru terkesan dengan poin penceritaan mengenai cara pengasuhan anak (parenting) yang berefek pada perilaku anak. Novel ini mengingatkan dengan tegas jika anak itu dibentuk oleh orang tua, jika cara membentuknya keliru, hasilnya akan jelek. Dan pertaruhan dari pengasuhan ini adalah kesehatan jiwa anak. Jika jiwa anak terganggu dan tidak lekas disembuhkan, akan terus terbawa sampai anak jadi dewasa, dan bukan tidak mungkin anak tadi akan tumbuh menjadi sosok penjahat.

Saya beruntung akhirnya bisa membaca novel ini setelah sebelumnya mendengar puja-puji pembaca lain pada novelnya. Benar-benar pengalaman yang seru. Saya sangat merekomendasikan novel ini untuk penggemar bacaan misteri. Dan saya memberikan nilai 5/5 bintang.

Sekian resensi novel Confessions karya Minato Kanae dari saya. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



2 komentar:

  1. Sejak uda jadi mamah muda anak baru 2 (masih balita batita), aku sekarang jarang adin baca yang genrenya ngedark thriller wkwkwk...ntah mungkin aku yang orangnya emang parnoan atau baperan jadi baca buku yang ngedark atau terlalu seram gini takut kebawa pikiran... hahhaa...tapi baca sinopsisnya aku jadi ingat modelan buku jepang gini malah kayak film film korsel thriler yang temanya sering kali balas dendam ya..ngeri hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya malah suka yang dark begini, Mbak, apalagi kalau ada misterinya, tambah suka. Kerasa masuk ke ceritanya dan kayak ikutan ke kasusnya.
      Bener sih, ada rasa-rasa film atau drama korea gitu. Adegan balas dendamnya pun elegan kayak series The Glory. Puncak balas dendamnya tidak sampai bikin kotor tangan sendiri.

      Hapus