Resensi Kumcer Tiga Permintaan Dan Cerita-Cerita Lain oleh Enid Blyton

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Tiga Permintaan Dan Cerita-Cerita Lain

Penulis: Enid Blyton

Penerjemah: Indri K. Hidayat

Ilustrasi: Val Biro

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juni 2016, cetakan ketiga belas

Tebal: 192 hlm.

ISBN: 9786020330143

Tag: cerpen, anak-anak


Di sela membaca kumcer yang berat, saya memutuskan membaca kumcer anak. Dan pilihan saya jatuh pada buku kumcer Tiga Permintaan Dan Cerita-Cerita Lain yang ditulis Enid Blyton. Ada delapan cerita pendek yang kategorinya cerita anak dengan pesan moral yang layak banget disampaikan: Tiga Permintaan, Charlie si Pembohong, Pantas Jadi Tukang Sapu, Pak Topple dan Sebutir Telur, Masalah Sepele, Baskom Cuci Bu Cepat, Sally Ceroboh dan Tabby Jujur, dan Kena Batunya.


Pada cerita Tiga Permintaan mengisahkan Elsie dan Bobby yang saudaraan tapi suka bertengkar. Saat mereka sedang duduk-duduk di rerumputan tepi hutan, Elsie menemukan dan menangkap Peri. Keduanya meminta agar Peri mengabulkan tiga permintaan. Dan keduanya bertengkar lagi soal permintaan apa yang akan diminta. Namun ujung-ujungnya tidak ada permintaan yang dikabulkan yang menguntungkan mereka. "Orang yang bertengkar tak bisa berpikir jernih. Akibatnya, mereka melakukan hal-hal yang bodoh" (hal. 22).


Pentingnya berpenampilan bersih dan rapi disampaikan lewat cerita Pantas Jadi Tukang Sapu. Dick susah disuruh untuk membersihkan diri. Tampilannya kotor dan urakan. Dick kesal kepada Bu Guru Brown karena dinasehati. Ia pun kabur ke hutan dan malah ditangkap orang-orang kerdil. Dick dipaksa membersihkan cerobong asap karena disangka tukang sapu dan dia dikunci di dalamnya. Setelah selesai, Dick dibebaskan dengan tampilan lebih kotor dan hitam. Sejak itu Dick berubah lebih memperhatikan kebersihan diri sebab tidak mau mengulang membersihkan cerobong asap rumah orang-orang kerdil.


Kita diingatkan untuk tidak menceritakan sesuatu yang kita tidak tahu dalam cerita Pak Topple dan Sebutir Telur. Pak Topple yang akan kedatangan bibinya hendak membuat kue tapi telur satu-satunya yang ada di dalam kulkas justru membusuk. Ia pun menemui tetangganya, Pak Plod yang seorang polisi yang sedang bekerja di perempatan, untuk ijin meminta telur dari kandangnya. Pak Plod mengijinkan. Pak Topple segera pulang dan masuk ke pekarangan rumahnya lalu mengambil sebutir telur. Aksinya itu diketahui oleh Nyonya Suka Berbisik dan berkesimpulan Pak Topple sedang mencuri telur. Dan dia menceritakan yang dilihatnya kepada Tuan Suka Bicara, Tuan Suka Bicara menyampaikan lagi kepada Nona Sederhana, Nona Sederhana mengulangi ceritanya kepada Ibu Pendengar, Ibu Pendengar membicarakan lagi dengan Tuan Suka Ikut Campur, sampai akhirnya Tuan Suka Ikut Campur mengadukan hal ini kepada Pak Plod dan memintanya agar Pak Topple dipenjara. Merasa ada salah paham, Pal Plod segera membereskannya dengan merunut penyebaran kabar tidak benar itu.

Cerita yang lainnya pun sama serunya dan mudah dipahami. Jika cerita di buku ini diceritakan kepada anak-anak, pasti mereka akan menyukainya.

Yang paling penting dari sebuah cerita anak adalah harus mempunyai nilai baik yang disampaikan. Anak-anak adalah generasi emas. Pelajaran kebaikan sangat penting ditanamkan kepada mereka agar menjadi karakter kuat yang akan terus dibawa sampai mereka dewasa.

Buku ini tipis dan bagusnya lagi banyak ilustrasi yang mendukung ceritanya. Saya membaca buku ini seperti nostalgia dengan buku anak pas saya masih anak-anak dulu.

Secara keseluruhan, buku ini bagus banget dibaca oleh anak-anak atau dibacakan orang dewasa kepada anak-anak sebagai bahan pendidikan karakter. Tidak menggurui, tokoh-tokohnya menarik, dan kisah-kisahnya tidak membosankan.

Nah, sekian ulasan saya untuk buku kumcer Tiga Permintaan dan Cerita-Cerita Lain. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Resensi Novel Janji Untuk Ayah oleh Nurunala

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Janji Untuk Ayah

Penulis: Nurunala

Editor: Trian Lesmana

Desain sampul: Sukutangan

Penerbit: Grasindo

Terbit: Agustus 2024

Tebal: iv + 188 hlm.

ISBN: 9786020531090

Tag: keluarga, pendakian



SINOPSIS

Novel Janji Untuk Ayah mengisahkan pemuda bernama Gilang Satria Bahari yang pada kepulangan rutin mingguannya dari Kota Bogor ke Leuwibatu, ia mendapatkan kabar kalau ibunya meninggal karena covid. Tidak ada tanda, tidak ada belasungkawa, tidak bisa menyolati untuk terakhir kali, jenazah ibunya dibawa mobil ambulan untuk dimakankan.

Kehilangan yang begitu mendadak itu membuat hidupnya limbung dan hampa. Tidak ada lagi alasan kenapa dia harus hidup sedangkan satu-satunya orang yang dia punya sudah tidak ada. Gilang dan ibunya pendatang di Leuwibatu dan selama ini ibunya rapat menutup soal asal muasal mereka.

Sebuah alamat di Banyuwangi menjadi petunjuk yang ditinggalkan ibunya sebelum tiada. Gilang yakin di sana ada jawaban soal siapa ayahnya dan cerita bagaimana ibunya bisa memutuskan tinggal di Bogor, berjuang membesarkan dirinya. Gilang memutuskan melakukan perjalanan dari Bogor ke Banyuwangi dengan motor Supranya. Dia tidak tahu apa yang akan ditemuinya di alamat itu tapi Gilang perlu nama kakeknya untuk disematkan di nisan ibunya.



ULASAN

Novel ini bergenre drama keluarga membahas hubungan anak dan orang tua. Dimana anak laki-laki kehilangan ibunya dan kemudian mencari ayahnya. Penulis berhasil merajut ceritanya penuh emosional. Pada beberapa bagian berhasil membuat mata saya berkaca-kaca. 

Konflik utama novel ini mengenai pencarian jati diri seorang anak yang tidak tahu asal muasalnya. Sepanjang hidup dia hanya kenal sosok ibu dan tidak tahu sedikit pun tentang ayah dan keluarga besarnya. Dan pencarian alamat di Banyuwangi menjadi momen berharga Gilang belajar soal kehidupan dari rentetan kejadian yang ia alami sendiri atau pun dari cerita-cerita orang yang ia temui.

Di sini juga disinggung soal perlawanan warga Wanirejo terhadap pemimpin daerah yang akan melakukan penggusuran warga demi pertambangan. Kasus ini banyak ditemui dimana orang-orang berkuasa memberi ijin untuk proyek tambang tanpa memikirkan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Warga yang diiming-imingi uang ganti rugi akan jadi korban. Uang seberapa banyaknya pun pasti akan habis. Dan ketika itu terjadi, tanah yang harusnya jadi tempat bergantung sudah raib.

Penulis membeberkan perjalanan Gilang dari Bogor ke Banyuwangi dengan penuh liku-liku. Tapi yang paling berkesan untuk saya ada dua momen. Pertama, saat dia kehilangan motor beserta perbekalan. Rasanya saya ikut terbawa nelangsa. Tidak tahu lagi harus melakukan apa. Ingin membatalkan ke Banyuwangi tapi sayang sudah sejauh itu, mau balik ke Bogor pun rasanya tidak pantas. Kedua, saat Gilang melakukan pendakian ke Puncak Merbabu. Saya selalu terkesan dengan cerita-cerita pendakian. Mungkin karena itu salah satu keinginan saya yang belum terwujud hingga saat ini.

Novel ini kaya dengan pembelajaran hidup. Banyak banget nasihat-nasihat yang dituturkan penulis tanpa menggurui. Mungkin karena dibalut dalam pengalaman para tokoh yang ada di sini jadinya saya begitu legowo memahami maknanya. Nilai agama islam juga begitu terasa di sini namun penulis membawakanya dengan apik membaur pada alur cerita.

Ending cerita dieksekusi dengan bijak walaupun untuk saya pribadi itu pilihan yang berat. Tujuan dia menemukan nama kakeknya yang akan ditulis di batu nisan makam ibunya sudah jadi ujung yang cukup. Dia memilih tidak melakukan konfrontasi dengan ayahnya. Dia menerima semua jalan hidup yang disusun Tuhan. 

Perubahan sosok Gilang yang di awal perjalanan menggebu, bingung, tidak tahu bakal bagaimana jika ia bertemu ayahnya, akhirnya berubah seiring perjalanan panjang yang dia lalui. Dia belajar banyak hal dan memetik kebijaksanaan. Saya kira ini pelajaran buat siapa pun, pengalaman hidup selalu bisa mematangkan karakter seseroang.

Novel ini jadi novel ketiga yang saya baca dari penulis dan saya selalu suka dengan karyanya karena ditulis dengan diksi yang tidak bertele-tele, porsinya pas ketika harus menggali kedalaman emosi, dan sokongan drama keluarga menjadikan rasa kisahnya menghangatkan hati dan penuh keharuan.

Kekurangan novel ini hanya satu, kovernya tidak menarik. Poin ini saya ungkapkan juga di ulasan novel Seribu Wajah Ayah. Terlalu sederhana dan suram. Rasanya isi cerita yang begitu menyentuh belum terwakilkan dengan kovernya yang berwarna hijau dan menampilkan sosok Gilang yang menggendong ransel naik gunung. Mungkin jika latarnya diganti dengan pemandangan di Puncak Merbabu, novel ini bakal lebih dilirik pembaca.

Dari novel ini saya belajar soal penerimaan terhadap takdir yang sudah ditetapkan Allah SWT. Banyak hal dari hidup yang kita pertanyakan terutama bagian yang tidak menyenangkan. Kenapa saya harus lahir? Kenapa saya harus memiliki orang tua yang sekarang? Kenapa orang tua miskin? Kenapa saya harus lelah-lelah memperjuangkan hidup sedangkan yang lain bisa kelihatan senang-senang saja? Dan novel ini memberi contoh bagaimana cara menerima semua keluhan tadi dan gugatan kita atas hidup yang sedang kita jalani.

Secara keseluruhan, saya begitu menikmati kisah perjalanan Gilang yang penuh drama dan pelajaran hidup dalam novel ini. Dan bagi siapa pun yang ingin merenungkan kembali makna keluarga terutama tentang ayah dan ibu, novel ini bisa jadi rekomendasi untuk dibaca.

Nah, sekian ulasan saya untuk novel Janji Untuk Ayah ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Catatan:

  • Kita merasa takut bukan karena tidak bisa. Kita merasa takut karena tidak biasa (hal. 50)
  • Kalau tak bisa buat orang bahagia, paling tidak jangan sakiti hatinya (hal. 61)
  • Hidup yang damai, dimulai dengan menerima hal-hal yang enggak bisa kita ubah (hal. 77)
  • Kita punya tujuan besar, tapi kita breakdown tujuan itu jadi langkah-langkah yang lebih kecil. Langkah-langkah yang mudah dicapai (hal. 80)
  • Sesuatu bernilai tinggi bukan hanya karena bentuknya. Tetapi juga perjuangan untuk mendapatkannya (hal. 86)
  • Dalam hidup ini, seenggaknya kita harus punya tiga hal ini: kebebasan untuk memilih, keberanian untuk menggeleng, dan nyali untuk melawan (hal. 90)
  • Kita kita memang harus berjalan sendiri, tanpa punya banyak pilihan. Tapi, percayalah, tak pernah ada manusia yang benar-benar sendiri (hal. 96)
  • Hidup itu sebenarnya sederhana, yang hebat-hebat cuma tafsirannya (hal. 117)
  • Setahu saya, rasa takut tidak akan membuat kematian berhenti datang. Rasa takut justru membuatmu berhenti hidup (hal. 124)
  • Untung rugi dalam hidup, menurutku, adalah tentang seberapa optimal kita menggunakan waktu yang Tuhan kasih (hal. 130)
  • Momen ketika kita kehilangan segalanya, kadang adalah momen untuk menemukan diri sendiri (hal. 148)

Bebukuan Januari 2025


Halo!

Mengawali awal tahun dan sudah dilewati bulan Januari ini, maka saya harus membuat tulisan soal Bebukuan selama sebulan kemarin. Kayaknya saya harus mengingatkan kembali soal Bebukuan ini.

Jadi, Bebukuan ini artikel yang merekap selama sebulan sudah baca buku apa, buku apa saja yang didapatkan, dan kira-kira bulan depannya bakal baca buku apa. Ini hanya artikel senang-senang jadi tidak ada tuntutan yang membebani. Dibawa santai aja ya.

Artikel Bebukuan ini bakal saya publikasikan di tanggal muda karena untuk membuatnya saya harus merekap dan memfoto buku-bukunya. 

Nah, segitu remainder dari saya soal Bebukuan. Langsung saja kita intip rekapan Bebukuan untuk Januari kemarin!


Bacaan Januari 2025

1. Cewek Paling Badung Di Sekolah oleh Enid Blyton

2. Sekali Lagi Si Paling Badung oleh  Enid Blyton

3. I Know Who Killed Your Grandma oleh Denkus


Koleksi Januari 2025



1. Satine oleh Ika Natassa

Cuma berbekal rasa penasaran, saya memutuskan membeli buku terbaru dari Ika Natassa. Ingin tahu alur cerita bagaimana lagi yang akan disajikan penulis, setelah sebelumnya saya sudah membaca 2 novel lainnya: Critical Eleven dan The Architecture Of Love.

Saya menyimpulkan jika di 2 novel sebelumnya penulis menggali bagaimana menyatukan dua tokoh utama dengan alur yang elegan dan romantis. Karakternya pun berasal dari masyarakat urban. Kira-kira apakah di novel ini pun dua unsur tadi akan dipakai penulis?



2. Love In The Kingdom Of Oil oleh Nawal El Saadawi

3. Karnak Cafe oleh Najib Mahfudz

Saya membeli novel Love In The Kingdom Of Oil karena nama penulisnya yang merupakan penulis novel Perempuan Di Titik Nol. Saya belum membaca novel itu tapi saya akan berkenalan dengan kepenulisan beliau melalui novel ini. Alasan lainnya karena preloved novel ini dijual dengan harga terjangkau. Saya tidak mau melewatkannya.

Saya membeli kedua novel ini di toko daring shopee Bumi book store. Koleksinya lumayan menarik. Dan untuk menggenapi pembelian, saya secara acak memilih novel Karnak Cafe ini. Sepintas novel ini kayak novel sastra lama gitu. Dan benar saja, begitu dicek, novel ini ditulis tahun 1974 oleh penulis dari Mesir. Jadul banget. Penasaran di tahun segitu, novel yang ditulis bakal bawa konflik apaan.





4. A Suspicious Secondhand Shop (Toko Barang Bekas yang Mencurigakan) oleh Michio Shusuke

5. The Newcomer (Pembunuhan di Nihonbashi) oleh Keigo Higashino

6. Sang Penyelaras Nada oleh Chiang Sheng Kuo

Ketiga novel ini saya beli preloved juga. Ketemu pas menggali kata kunci "wts buku novel" di akun X. Dijual secara paket dan harganya begitu terjangkau. Alasan saya karena ketiga buku ini belum punya dan ingin menggenapi koleksi buku saya yang kategori literasi asia. Beberapa buku terjemahan dari asia sudah masuk koleksi, tinggal mencadangkan waktu saja untuk membaca kesemuanya.

Novel A Suspicious Secondhand Shop jadi yang paling bikin penasaran. Kan dari tahun lalu tiba-tiba banyak buku asia yang diterjemahkan yang punya judul ada kata tokonya. Sebanyak itu rupanya toko-toko di dunia ini yang memiliki romantisasi kisah hidup manusia.

Sudah ada 3 novel yang berbau toko yang sudah saya baca: Toko Tukar Tambah Nasib (Lia Seplia), Dollagoot; Toko Penjual Mimpi (Lee Me Ye), dan Wizard Bakery (Gu Byeong-Mo). Berikutnya novel apa lagi ya?



7. I Know Who Killed Your Grandma oleh Denkus

Senang sekali karena saya dihubungi oleh Kak Denkus untuk kerjasama mengulas novel terbarunya ini. Saya tahu penulis Kak Denkus ini sejak membaca novelnya yang berjudul A Friend's Goodwill, novel tentang pembunuhan. Dan novel I Know Who Killed Your Grandma masih punya genre sama dengan novel sebelumnya, thriller mistery. Tikipal novel yang menyajikan kasus pembunuhan dan kita akan diajak menebak siapa pelaku dan apa yang jadi motifnya.



8. Catatan Pembunuhan Sang Novelis (Malice) oleh Keigo Higashino

Saya sempat membaca novel ini di perpustakaan digital tapi enggak selesai. Awal cerita novel ini benar-benar memikat dan bikin penasaran. Dan sejak tahun lalu saya memasukkan novel Malice ini ke wishlist. Saya benar-benar menunggu bisa membeli novel ini dengan harga yang jauh lebih rendah. Dan beruntung bulan ini saya bisa membelinya dengan harga 50 ribuan dengan novel kondisi baru.



9. The Lord of The Ring: The Fellowship of The Ring oleh J.R.R. Tolkien

Banyak banget series yang ingin saya baca tapi bukannya mencicil satu per satu, malah sibuk membeli bukunya saja. Setelah tahun lalu membeli Harry Potter buku 1 sampai 3, tahun ini bakal mulai series The Lord of The Ring. Saya suka sama film epiknya dan penasaran versi bukunya. Saya sampai beli 2 buku padahal sama saja karena berbarengan saya menyepakati ke dua pembeli. Gak apa-apa lah, nanti kalau sudah niat melepas, bakal saya lepas salah satunya.



10. Almond oleh Sohn Won - Pyung

Saya membeli ini karena menurut beberapa pembaca ceritanya bagus. Untuk menunggu bisa beli ini saya sampai harus menunggu gramedia kasih diskon 30% dan saya bayar sebagian lagi pakai koin di Lazada. Alhasil harganya jadi sangat murah. Saya kebetulan sudah membaca buku yang lainnya, Tube, dan lumayan suka. Nanti ulasannya akan saya buat setelah saya baca ulang.



11. Janji Untuk Ayah oleh Nurunala

Saya suka dengan novel karya Nurunala sejak membaca novel Seribu Wajah Ayah dan sejak itu saya sudah berniat mengusahakan untuk membaca karyanya yang lain. Novel lainnya yang sudah dibaca adalah Festival Hujan. Sejauh ini saya cukup terkesan dengan gaya penulisannya yang tidak bertele-tele dan penulis selalu mengambil tema kehidupan manusia yang gampang relate dengan siapa pun.




12. Norwegian Wood oleh Haruki Murakami

13. Five Survive oleh Holly Jackson

Kedua buku ini saya beli pas di hari ulang tahun saya sebagai reward gitu. Dan kebetulan waktu itu di gramedia.com ada diskon 30%. Buku yang saya incar bukunya Haruki Murakami, tapi saya kepincut juga dengan bukunya Holly Jackson yang kebetulan bakal rilis juga buku paling anyarnya. 


Rencana Baca Februari 2025

Bulan Februari ini saya menyiapkan 5 buku yang akan saya baca dan semoga bisa diselesaikan sampai ke membuat ulasannya di sini.



1. Mata Malam oleh Han Kang

2. Upacara Kehidupan oleh Sayaka Murata

3. Janji Untuk Ayah oleh Nurunala

4. Catatan Pembunuhan Sang Novelis (Malice) oleh Keigo Higashino

5. Win Your Inner Battles oleh Darius Foroux


Nah segitu dulu update Bebukuan Januari 2025 ini. Semoga bulan Februari ini bisa mendapatkan pengalaman baik bersama buku-buku yang akan dibaca. 

Kira-kira, berapa buku yang sudah kalian siapkan untuk menemani Februari ini? Silakan sharing di kolom komentar ya!




Resensi Novel I Know Who Killed Your Grandma- Denkus

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]




Judul: I Know Who Killed Your Grandma

Penulis: Denkus

Editor: Yandi Asd

Desain sampul & isi: @curutwashere

Penerbit: Ponyo Media Pustaka

Terbit: Desember 2024, cetakan pertama

Tebal: viii + 243 hlm.

ISBN/QRCBN: 6215776941492

Tag: pembunuhan, remaja, misteri, penculikan, pelecehan seksual


SINOPSIS

Neneknya Ibra meninggal jadi korban tabrak lari di sekitar Jembatan Kiliwang. Anak tetangganya bernama Agam yang selama ini diasuh nenek juga menghilang. Polisi segera melakukan penyelidikan karena ada kemungkinan kasus tabrak lari itu berhubungan dengan kasus penculikan anak yang dalam setahun sudah ada empat kasus di Kota Timur.

Saat Ibra sedang sibuk mencari pelaku penabrak nenek dan menghilangnya Agam, ia dikuntit oleh teman sekelasnya, Gandhi. Pengakuan mengejutkan kalau dirinya tahu pelaku penabrak nenek dikirim Gandhi kepada Ibra. Dengan dibantu Bagas, mereka merencanakan untuk bertemu. Pak Oka, polisi yang menangani kasus itu pun dilibatkan. Tetapi Gandhi mendadak tidak muncul. Sejak itu Gandhi tidak bisa ditemui dan dia menghilang.

Ibra dan Pak Oka bekerja sama mencari tahu keanehan yang ada. Termasuk soal keterlibatan polisi bernama Badru yang selama ini mengawasi Gandhi setelah dia merasa aneh dengan hilangnya kabar dari orang tua Gandhi yang kabarnya pergi ke luar kota.

 


ULASAN

Novel I Know Who Killed Your Grandma bergenre thriller mistery. Kita akan diajak menggali misteri tabrak lari neneknya Ibra yang susah dipecahkan karena tidak ada saksi dan bukti. Apalagi saat kejadian itu cuaca sedang hujan deras sehingga TKP lebih steril.

Kasus tabrak lari ini rupanya hanya pemicu untuk membongkar kasus besar yaitu jual beli organ manusia. Operasinya adalah anak kecil diculik, dibunuh, organnya diambil, jasadnya ada yang dimutilasi, kemudian dibuang sembarangan. Kejahatan ini terorganisir dan melibatkan orang penting sehingga sulit dibongkar kasusnya. Dan bagi keluarga korban, kejahatan ini dikutuk karena sangat sadis mengingat korbannya adalah anak-anak polos.

Selain itu dibahas juga kasus pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan panti asuhan. Bagian ini mengingatkan saya pada kasus baru-baru ini soal anak panti asuhan di Tangerang yang dilecehkan oleh pemilik dan pengasuh panti. Masa kanak-kanak yang seharusnya jadi waktu emas dalam pembentukan karakter justru dirusak dengan menanamkan trauma mendalam. Miris sekali.

Saya suka rangkaian ceritanya karena ditulis dengan bertahap dan diakhiri dengan tuntas. Setidaknya pembaca tahu siapa dalang semua ini. Walau pun saya tidak menemukan kepastian nasib Agam, apakah selamat atau sudah dieksekusi. Tidak ada penjelasan lengkap soal penangkapan pelaku utama dari bisnis jual beli organ manusia ini mengartikan potret membongkar jaringan bisnis ilegal tidak bisa menyentuh pemuncaknya. Kuasa pemuncak selalu lebih hebat dibanding penegak hukum dan itu memang ada di kenyataan sehari-hari. 

Sebagai novel misteri, saya kira bakal ada cerita Pak Oka bertindak seperti detektif. Namun sayang sekali, pemecahan petunjuknya sangat dangkal. Pelaku diketahui atas aduan saksi tidak langsung. Bukan karena Ibra atau Pak Oka menyatukan petunjuk-petunjuk yang ditemukan, lalu disimpulkan yang mengarah ke pelaku. Saya tidak bisa membayangkan jika tidak ada saksi, kasus yang menimpa nenek dan Agam pasti jadi kasus tidak terpecahkan berikutnya.



Di novel ini pun diperlihatkan beragamnya karakter remaja dilihat dari latar belakang orang tua. Ibra ditinggalkan ibunya dan ayahnya meninggal sehingga harus bekerja di usianya yang masih SMA. Elang, rekan kerja Ibra di kelab, tumbuh dari orang tua yang kerap melakukan kekerasan dan memaksanya bekerja. Bagi dia, adanya orang tua tidak berfungsi sama sekali karena seharusnya yang mencari nafkah itu orang tua, bukan dirinya. Elang akhirnya menyimpan kebencian kepada mereka.

Gandhi, teman sekelas Ibra, jadi anak adopsi. Ia menanggung beban untuk menyenangkan orang tua barunya dan menghindari menyusahkan mereka. Sifatnya makin pendiam karena dia membawa trauma dari masa lalu. Dan Bagas yang memiliki bapak seorang jaksa mempresentasikan remaja normal karena hidup di tengah keluarga normal. 

Novel ini menjadi pengingat kalau kejahatan jual beli organ manusia itu ada di sekitar kita dan penting menjaga anak-anak dari jangkauan mata. Selain itu, secara gamblang novel ini menyuarakan soal menjadi orang tua yang bertanggung jawab. Anak-anak selalu jadi korban dari ketidakutuhan keluarga. Yang diserang masalah keluarga yang rusak itu bukan fisik, melainkan psikis. Mereka bisa bilang kalau kondisi mereka baik-baik saja, namun masalah itu dipendam sedemikian rupa agar tidak terlihat, lalu suatu hari nanti secara bawah sadar akan menyeruak ke permukaan dalam bentuk kerusakan kepribadian yang sudah akut. Lalu siapa yang harus disalahkan? Dan bagaimana memulai memperbaikinya lagi?

Secara gaya penulisan, saya tidak ragu hasilnya karena saya sudah membaca novelnya yang lain, A Friend's Goodwill. Diksinya terasa lugas, runut, dan mudah dipahami sehingga mengikuti dan menikmati ceritanya cukup enjoy. Saran saya yang mungkin bisa dipertimbangkan adalah untuk mengungkap kejadian sebenarnya sebaiknya tidak diceritakan lengkap sebagai bab khusus. Bisa disampaikan dari proses introgasi saja sebagai pengakuan. Dalam novel ini akan lebih pas kalau kesaksian saksi saja yang dipakai, tidak perlu ada bab lima. Beberapa bagian cerita yang tidak terungkap jelas, diserahkan saja ke pembaca untuk dibayangkan. Istilahnya, biarkan beberapa tali cerita nyangkut di pikiran pembaca. Jangan semua diputus.

Secara keseluruhan, bagi siapa pun yang menyukai cerita misteri dengan dibalut kasus kejahatan pasti akan suka dengan novel ini. Walau masih ada catatan saran dari saya, novel ini tetap seru dibaca.

Nah, sekian ulasan saya untuk novel I Know Who Killed Your Grandma. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!




 * Terima kasih Kak Denkus atas kiriman novelnya :)

Resensi Novel Sekali Lagi Si Paling Badung - Enid Blyton

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Sekali Lagi Si Paling Badung

Penulis: Enid Blyton

Penerjemah: Djokolelono

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juni 2017, cetakan kesembilan

Tebal: 280 hlm.

ISBN: 9789792280319

Tag: novel, remaja, teenlit, asrama, sekolah, sahabat


SINOPSIS

Semester baru dimulai di Sekolah Whyteleafe dan kali ini kedatangan anak baru; Jennifer Harris, Kathleen Peters, dan Robert Jones. Jenny dikenal begitu baik dan periang. Kathleen suka bertengkar dan mukanya tidak menyenangkan. Robert berbadan besar dan wajahnya muram.

Kali ini Elizabeth benar-benar punya musuh. Ia tidak suka Robert karena menurut kabar yang beredar dia suka merundung anak di bawah tingkatnya. Sampai akhirnya ia memergoki Robert mengayun-ayunkan Peter dengan kencang hingga Peter ketakutan. Dan saat masalah ini di bawa ke Rapat Besar, Peter menyangkal hal itu. Sejak itu Elizabeth dianggap suka mencampuri urusan orang lain oleh Robert. Dan keduanya mulai saling memusuhi satu sama lain.

Jenny menirukan gaya Mam' zelle saat memarahi Kathleen dan dilebih-lebihkannya. Saat itu Kathleen memergoki aksinya itu dan sejak itu ia begitu marah pada Jenny. Keduanya berseteru saling menjelekan. Hingga akhirnya Elizabeth turun tangan dan keterlibatannya itu justru menyeretnya ikut dimusuhi Kathleen.

Kathleen dengan keji mengerjai Elizabeth dan Jenny agar mereka dihukum. Buku Elizabeth disembunyikan, peralatan berkebunnya dikotori. Tikus Jenny diletakan di meja Bu Ranger hingga ia marah besar hingga akhirnya kabur. 

Elizabeth yakin kalau pelakunya Robert. Ditambah ia memergoki Robert yang tengah mengintimidasi Leslie. Elizabeth pun mengadukan hal itu di Rapat Besar dan berharap Robert dihukum.

Sampai kapan Elizabeth akan salah menunjuk orang sebagai pelaku yang mengerjainya dan Jenny?

ULASAN

Saya melanjutkan buku kedua dari The Naughties Series dan kali ini konflik yang dibahas mengenai perseteruan Elizabeth dengan teman-temannya. Kehidupan sekolah Elizabeth jadi lebih berdinamika karena musuh-musuhnya; Robert dan Kathleen. 

Yang menarik di sini, dalam menyelesaikan kenakalan remaja harus dicari tahu akar masalahnya. Robert sebagai siswa yang suka mem-bully anak lemah ternyata mempunyai latar belakang yang membentuknya jadi seperti itu. Kathleen pun mempunyai kisah dibalik penampilannya yang begitu kusam, wajah berbintik-bintik, rambut tidak pernah rapi, dan sikapnya yang selalu murung.

Saya begitu terharu ketika Robert dan Kathleen menemukan titik balik untuk berubah jadi lebih baik. Keduanya seperti kempompong yang berubah jadi kupu-kupu. Saya juga salut dengan Rita dan William sebagai Ketua Murid yang bijaksana memutuskan apa-apa yang harus dilakukan untuk setiap aduan dan keluhan yang disampaikan peserta Rapat Besar. Termasuk menghukum Robert dan Kathleen namun tanpa mempersulit lagi keduanya.

Dan Elizabeth sebagai tokoh utama masih saja suka lupa dengan niatnya untuk jadi anak yang baik. Beberapa kali ia masih suka bertindak tanpa berpikir dan ujung-ujungnya menimbulkan masalah. Misalnya saat ia membakar sampah tanpa menunggu arahan John. Atau saat ia membiarkan Peter menaiki kuda yang rewel hingga hampir saja Peter mengalami hal buruk.

Baca juga: Resensi Novel Cewek Paling Badung di Sekolah

Keburukan lainnya dari Elizabeth adalah gampang terpancing emosi. Sehingga ia sering tersulut amarah dan membuat teman-temannya segan. Namun semua orang di Sekolah Whyteleafe paham kalau Elizabeth itu anak manis dan dia sedang berusaha jadi anak baik dan mampu bersikap adil. Hanya kadang-kadang cara yang dipilihnya keliru.

Secara keseluruhan, novel ini sangat mengharukan dan pada beberapa bagian membuat saya hampir menangis. Ada banyak nilai-nilai kebaikan yang bisa diambil. Dan lebih baik novel ini dibaca oleh remaja sebagai pembelajaran.

Sekian ulasan saya kali ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Resensi Novel Cewek Paling Badung Di Sekolah - Enid Blyton

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Cewek Paling Badung Di Sekolah

Penulis: Enid Blyton

Penerjemah: Djokolelono

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juni 2017, cetakan kesepuluh

Tebal: 264 hlm.

ISBN: 9789792280302

Tag: novel, remaja, teenlit, asrama, sekolah



SINOPSIS

Elizabeth Allen, anak perempuan sebelas tahun yang dikirim ke sekolah asrama, Sekolah Whyteleafe, karena orang tuanya akan bepergian selama setahun dan mereka tidak percaya untuk menitipkan Elizabeth kepada pengasuhnya, Nona Scott. Elizabeth adalah anak badung, bahkan pengasuhnya sudah berganti-ganti karena tidak tahan menghadapi ulahnya.

Karena tidak suka pergi ke sekolah, Elizabeth berjanji akan jadi anak nakal, badung, dan bandel di sekolah agar segera dikeluarkan dan dijemput ibunya pulang. Elizabeth berat meninggalkan rumah, kuda, dan Timmy, anjingnya. Dan yang membuatnya lebih berat, ia merasa tidak punya teman. Selama ini kenakalannya membuat Elizabeth tidak disukai teman-temannya. Kalau di asrama, mau tidak mau ia harus berbaur, itu yang membuat Elizabeth tidak ingin pergi ke sekolah.

Benar saja, awal-awal Elizabeth di sekolah tingkahnya sangat menyebalkan. Ia memasang wajah cemberut, tidak tersenyum, kalau bicara ketus, punya makanan tidak mau berbagi, dan suka menentang peraturan sekolah dan asrama. Kepribadiannya ini yang membuatnya tidak berteman dengan siapa pun. Bahkan saat belajar pun, ia sering membuat gurunya marah dan menghukumnya keluar dari kelas.

Sikap buruk Elizabeth bertujuan agar dia segera dikeluarkan dari sekolah. Tetapi teman-teman dan gurunya justru tidak terprovokasi. Saat Rita menjelaskan kalau ada teman sekamarnya yang lebih menderita dari dia, yaitu Joan, Elizabeth terenyuh ingin membantunya. 

Hubungan dingin Elizabeth dan Joan di awal-awal berupah mencair. Joan bisa melihat sisi lain dari teman sekamarnya itu. Elizabeth tidak seburuk yang selama ini ditampilkan. Keduanya semakin dekat layaknya sahabat. Suka duka dilalui bersama-sama. Ujian hubungan mereka muncul saat Elizabeth ingin membuat Joan bahagia tapi dengan cara yang salah. 

Lambat laun Elizabeth menemukan banyak hal menarik di Sekolah Whyteleafe. Teman-teman yang baik, guru musik yang memujinya, sahabat yang menemaninya, kegiatan berkuda, membantu berkebun, dan masih banyak lagi.

Beberapa kejadian membuat Elizabeth berubah jadi anak perempuan baik-baik. Perlakuan teman-teman dan guru kepadanya lebih menyenangkan. Namun pikirannya tambah bingung karena dia sudah sesumbar akan meninggalkan sekolah ini pada pertengahan semester karena waktu itu sekolah ini tidak menyenangkan, sementara sekarang dia sangat suka dengan sekolah ini. 

Perpisahan itu tetap harus ada atau Elizabeth mau mengakui kalau dulu ia salah menilai sekolahnya?


ULASAN

Sengaja saya pilih bacaan ringan di awal tahun biar enggak tersendat-sendat menyelesaikannya. Rencananya saya mau baca series The Lord of The Rings di perpustakaan digital, tapi enggak jadi karena di Ipusnas ebooknya enggak bisa diunduh sebab eror, di Ijakarta dan Ruang Buku Kominfo tidak tersedia, dan di Eperpusdikbud masih antrian panjang. Hasilnya saya coba cari bacaan lain dan ketemu buku ini.

Ternyata buku ini berseri: The Naughties Girl Series. Di Goodread tampak ada 10 buku dan di Eperpusdikbud hanya ada 4 judul. Rencananya saya mau membaca semuanya.

Konflik di novel ini pasti membuat kita bernostalgia saat umur kita belasan tahun. Remaja yang keras kepala dan haus perhatian. Susah untuk mendengarkan wejangan dari orang dewasa karena saat itu pikiran kita masih pendek. Tapi momen saat itu bisa dibilang gerbang kita mencari jati diri. 

Tokoh Elizabeth keukeuh tidak suka Sekolah Whyteleafe padahal dia belum mencoba untuk berbaur dengan ritmenya. Di otak dia pokoknya harus keluar dari situ dan hanya ada satu jalan yaitu menjadi murid nakal agar sekolah mengeluarkannya. 

Dasarnya Elizabeth ini anak baik dan manis namun ia memilih menampilkan sikap yang bukan dirinya, hasilnya ia tidak bahagia. Beberapa perseteruan dengan rekan-rekannya tidak terhindarkan tetapi Elizabeth harus menghadapi dan menyelesaikannya. Hikmahnya adalah jadilah diri sendiri dalam versi terbaik. Kalau jadi diri sendiri tapi bersikap buruk, itu tetap saja pandangan yang salah.


"Memang, minta maaf sesuatu yang paling sulit di dunia. Tetapi hal kecil ini bisa membuat suatu perubahan besar. Cobalah..." (hal. 167)


Ada juga konflik sahabat Elizabeth bernama Joan yang menyoroti soal hubungan orang tua dan anak yang punya komunikasi tidak terbuka sehingga anak dan orang tua mempunyai pikiran masing-masing. Joan melihat orang tuanya tidak sayang kepadanya sehingga beberapa momen penting terlewat begitu saja. Sedangkan orang tua Joan masih berkutat dengan kesedihan di masa lalu dan melupakan anak yang lain karena si anak tidak komplen apa pun. Orang tua Joan menganggap Joan baik-baik saja padahal tidak begitu kenyataannya.

Saya suka penyelesaian konflik yang ada karena membuat karakter tokoh-tokohnya bertumbuh lebih baik. Perubahan yang dialami Elizabeth dan Joan begitu mengharukan. Banyak pelajaran karakter yang baik di novel ini yang dibutuhkan oleh remaja-remaja.

Selain Joan, banyak teman Elizabeth yang menarik dan seru. Nora adalah kepala kamar yang ditinggali Elizabeth. John Terry adalah kepala kebun yang diangkat karena kesukaanya berkebun walaupun ia masih siswa. Richard adalah kakak tingkat, teman duet Elizabeth di kelas musik Pak Lewis. Herry adalah teman yang suka memelihara kelinci dan pernah menghadiahi anak kelinci untuk Elizabeth dan Joan.

Ada juga guru-guru yang jadi pembimbing para siswa. Bu Belle dan Bu Best adalah pemimpin sekolah. Bu Ranger adalah wali kelas Elizabeth. Pak Lewis adalah guru musik.

Berkat novel ini saya bisa ikut merasakan keseruan sekolah berasrama. Kelihatannya sangat disiplin tapi peraturan-peraturan itu sengaja ditegakkan agar penghuni asrama bisa mengontrol dirinya. Misalnya ada aturan setiap anak hanya boleh menggunakan uang sejumlah tertentu setiap minggu dan sisa uang yang dikirim orang tua mereka harus dikumpulkan di ketua siswa. Kelihatannya sangat membatasi tapi tujuan dari aturan ini agar tidak ada kesenjangan. Dan sebenarnya siswa boleh menggunakan uangnya yang lebih tadi tapi harus jelas peruntukannya dan harus disetujui di Rapat Besar.

Yang menarik lainnya, guru-guru di Sekolah Whyteleafe tidak pernah menghukum muridnya. Yang menghukum murid adalah murid lainnya sesuai kesepakatan saat Rapat Besar. Aturan ini dibuat agar murid yang nakal sadar kalau kenakalannya tidak merugikan guru-guru tapi merugikan murid lainnya. Sehingga setiap murid bisa sama-sama merasakan sesama dan tidak mementingkan ego.

Secara keseluruhan, saya suka dengan cerita ringan seperti ini. Selain mudah diikuti alurnya, nilai moral yang disampaikan begitu lugas dan jelas. Saya tidak kesusahan menangkap bagian-bagian pesan yang ingin disampaikan penulis. Ke depannya, saya akan melanjutkan series ini karena seseru itu.

Demikian ulasan saya kali ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Halo 2025



SELAMAT TAHUN BARU!!!


Tahun 2024 sudah berlalu. Ada banyak cerita di tahun kemarin dan kalau saya harus mengungkapkan dalam satu kalimat, saya bakal bilang, "Tahun penyembuhan." Semua lini hidup ditata kembali. Lalu tahun ini harus lebih seru lagi. 

Saya juga bersyukur karena masih bisa mengisi blog ini dengan ulasan buku yang sudah dibaca. Walau beberapa waktu saya terserang reading slump, tapi sepanjang setahun kemarin saya bisa membaca sebanyak 34 buku. Belum berhasil memenuhi target Goodreads 2024 Reading Challenge sebanyak 50 buku. Tapi, it's OK. Tantangan itu untuk memotivasi bukan membebani.

Dan tahun 2025 ini saya sudah menulis apa saja yang akan jadi panduan dalam hal bebukuan. Berikut daftarnya:


  1. Target Goodreads 2025 Reading Challenge adalah 50 buku. Dan ulasannya akan saya terbitkan di blog. 
  2. Mengurangi TBR. Hitungannya begini: 35 buku TBR di bawah 2024, 15 buku beli baru.
  3. Konsisten memublikasikan artikel Bebukuan setiap awal bulan.
  4. Mengadakan 1 giveaway setiap bulan. Hadiahnya tidak melulu buku baru, buku preloved pun harusnya bisa ya. Doakan semoga rejeki saya lebih lancar dan berkah biar terwujud agendanya.
  5. Lebih aktif bersosialisasi di akun X: @adindilla. Harus banyak belajar menggunakan sosial media tersebut untuk kegiatan literasi.

Enggak usah banyak-banyak target terkait baca membaca, mengingat saya juga bakal lebih fokus ke pekerjaan. Ada target pribadi juga yang harus diupayakan sebaik mungkin.

Semoga tahun 2025 segala-galanya berjalan baik, semua harapan yang sudah didoakan bisa terwujud, dan sepanjang tahun disehatkan badannya.

Amin ya Rabb...


Cirebon, 01 Januari 2025

Hapudin



.