Resensi Novel Utang Dan Sampah Sesudah Pesta - Mikhael N. Naibaho

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Utang Dan Sampah Sesudah Pesta

Penulis: Mikhael N. Naibaho

Editor: Afrianty P. Pardede

Desain sampul: Gofar Amar

Penerbit: Elex Media Komputindo

Terbit: Juni 2025

Tebal: viii + 192 hlm.

ISBN: 9786230071027

Tag: batak, bapak, keluarga, adat


Novel ini membahas soal keresahan Tona sebagai kepala keluarga yang tidak ingin dua anaknya menjadi budak. Pikiran ini muncul gara-gara Orang Asing yang datang ke Siborongborong mengucapkannya. Sejak itu pikiran Tona berlarian dan ia mendapatkan banyak wawasan baru.

Dia jadi pemikir yang beda dengan kebanyakan orang. Koyai, istrinya, sangat terkejut. Selalu ada beda pendapat. Tona berpikiran mendalam, Koyai belum cukup mampu memahami. Perdebatan kadang selalu muncul dan bisa kapan pun meledak.

Ide besarnya adalah bagaimana seorang Tona membawa perubahan kepada masyarakat Batak agar mereka sadar kalau kemiskinan mereka dibikin oleh keputusan sendiri. Isu paling disorot tentang pesta pernikahan yang dibiayai dengan hutang akibat permintaan sinamot yang mahal. Awal mula kemiskinan itu datang ya karena memaksakan diri, padahal adat aslinya tidak menuntut dengan perayaan besar. Ditambah paham masyarakat tentang 'banyak anak banyak rejeki' yang justru melanggengkan kemiskinan secara turun temurun.

Tapi jika melawan arus adat, tahu sendiri tekanannya seperti apa. Beruntung Tona memiliki kawan yang berpikiran terbuka seperti Gokma. Kawannya ini pemilik Buku Lapo, yang kemudian dijadikan tempat berdiskusi soal apa pun, paling sering membahas soal pemerintah yang belum becus mengatur negara.

Saya suka ceritanya karena sudut pandangnya menggunakan pria yang sudah jadi kepala keluarga. Di tengah tuntutan menafkahi keluarga, Tona justru dibuat pusing dengan semangatnya memperbaiki diri dan keluarga. Dan novel ini tidak menyodorkan keserbamudahan karena Tona yang berubah malah menimbulkan banyak masalah. Satu momen dia membikin istrianya marah dan Koyai pulang ke rumah orang tuanya. Makin sedih hati Tona karena kekeliruannya.

Banyak isu negara yang disinggung. Tapi banyak juga pelajaran soal keluarga yang disodorkan. Yang paling mengena itu soal pentingnya kematangan seseorang sebelum memutuskan menikah. Dan benar juga kalau pelajaran setelah menikah itu jarang diberikan, kebanyakan hanya membahas soal pentingnya melaksanakan pernikahan. Padahal kehidupan setelah pernikahan justru lebih dinamis dan menantang.

Tona dan Koyai adalah pasangan suami istri yang romantis dengan kadar pas. Naik turun hubungan mereka sebagai pasangan dan orang tua untuk kedua anaknya sangat menggemaskan. Kadang bikin kesal, lebih banyak bikin saya mesem-mesem. Mereka punya pikiran yang polos meski berusaha lebih cerdas agar keluarga mereka naik taraf.

Ada fenomena joget-joget yang disinggung di sini. Pilihan masyarakat kampung untuk mendapatkan uang lebih cepat dan mudah tapi tetap berdampingan dengan resiko pengabaian kepada keluarga. Efeknya angka perceraian naik. Kekinian banget isu yang dibawakan.

Penggalan cerita yang mengesankan saya adalah keberhasilan Tona mendirikan rumah di tanah yang dibeli sendiri dan dia persembahkan kepada istrinya, Koyai. Benar-benar mengharukan. Apalagi jika mengingat kalau mereka harus keluar dari kontrakan yang sudah lama mereka tempati. Dari sini saya belajar kalau jadi laki-laki harus bekerja keras untuk keluarga. Contohnya Tona, dia melakukan beberapa pekerjaan dan terus mengasah ilmu pertukangannya demi mewujudkan impian memiliki rumah sendiri walau sederhana. Jangan malas dan jangan gampang menyerah dengan keadaan.

Secara keseluruhan novel ini sangat menarik. Konflik yang dibawa sangat dekat dengan kita. Menampilkan tokoh-tokoh yang berasal dari masyarakat biasa. Dan walau banyak sindiran kepada pemerintah, ceritanya dibikin ringan. Beberapa bagian malah bikin saya ketawa.

Nah sekian kesan saya setelah membaca novel Utang Dan Sampah Sesudah Pesta. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

***

Kutipan-Kutipan

  • Langkah pertama memang selalu berat (p.6)
  • Pernikahan hanya topeng untuk menormalisasi perbudakan (p.7)
  • Semua yang berlebihan selalu membawa kerusakan (p.13)
  • Hidup bukan tentang seberapa banyak uangmu, tapi bagaimana nasibmu yang telah tertulis (p.14)
  • Ini yang kukatakan sebelum kau menikah. Kau harus mempersiapkan mental, pemikiran dan iman (p.23)
  • Orang-orang kota sekarang ingin hidup di desa, kita ingin hidup seperti orang kota. Itu yang membuat hidup terasa berat (p.28)
  • Rezeki itu gabungan dari kerja keras, kecerdasan, dan keberanian (p.31)
  • Kejahatan di sekitar kita terjadi karena tidak adanya kepedulian (p.37)
  • Kalau kau yakin, lakukan. Kalau kau ragu, lupakan. Jangan lama-lama terlarut, masih banyak mimpi yang bisa kau wujudkan jadi kenyataan (p.41)
  • Pemikiran bagus itu harus diikuti sikap yang optimis (p.46)
  • Jika kebahagiaanku diukur dengan punya uang, maka seumur hidup aku tidak akan bahagia (p.63)
  • Perjalanan hidup mengajarkanku, ada yang harus direlakan hilang dan ada yang harus dipertahankan mati-matian (p.96)
  • Pikiranmu menentukan apa yang kau bicarakan, yang kau bicarakan membentuk sikapmu, sikapmu membentuk karaktermu, dan karaktermu menentukan nasibmu (p.104)
  • Ada kemudahan, ada kesulitan. Berjalanlah. Sesekali berhenti. Sesekali mundur, tapi jangan ubah tujuan hanya karena merasa tidak mampu. Ubah tujuan, jika memang untuk ditingkatkan. Jangan menurunkan standar (p.107)
  • Bunuh diri dan berbuat jahat pada manusia lain adalah kesalahan berpikir (p.112)
  • Cara terbaik bagi orang miskin untuk bertahan hidup adalah menyadari dia miskin dan tidak bertindak seperti orang kaya. Tidak perlu berutang untuk hidup seperti orang yang berpunya. Jalani hidup apa adanya (p.113)
  • Jika uang memang bisa mengatur segalanya, maka orang yang tidak kompeten mengatur masyarakat, akan bisa menjadi pejabat sebab ia dapat posisi karena banyak uang (p.140)
  • Kalau mau kayak, usahakan kekayaan. Jangan cari kekayaan, tapi mau bijak juga. Akhirnya nanti satu pun nggak dapat (p.145)
  • Jika hanya bekerja keras tanpa ada rencana dan strategi, itu akan sia-sia atau hasilnya jauh di bawah harapan (p.146)
  • Atas nama mengikuti zaman, kami dengan cepat mengubah budaya. Melakukan improvisasi. Yang semakin hari, bergerak semakin jauh. Adat sepertinya telah kehilangan esensinya (p.171)
  • Semakin banyak pengetahuan, akan semakin banyak kesedihan (p.173)
  • Setiap orang memiliki perjuangan hidup masing-masing. Nilai perjuangan hidup seseorang berbeda dengan orang lain. Tidak ada tolok ukur yang valid untuk perjuangan itu dan tak bisa digeneralisir (p.184)
  • Hidup mengikuti pendapat orang banyak, itulah yang membuat kami miskin lintas generasi (p.184)

Resensi Buku Anak Poupelle Of Chimney Town - Akihiro Nishino

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]

Judul: Poupelle Of Chimney Town

Penulis & ilustrator: Akihiro Nishino

Penerjemah: Hiroaki Kato, Arina Ephipania

Penerbit: Noura Books

Terbit: Mei 2023, cetakan kedua

Tebal: 90 hlm

ISBN: 9786232422902

Tag: cerobong asap, keluarga, ayah


Walau pun saya penikmat novel, tapi saya juga sangat suka buku anak. Selain tipis, buku anak juga kebanyakan punya cerita yang sederhana. Nilai moral yang disampaikan juga jelas sehingga memahaminya cukup mudah.

Kali ini saya baca buku anak bagus; baik secara fisik bukunya, juga secara ceritanya. 

Tentang Kota Cerobong Asap yang begitu suram. Warganya tidak bisa melihat langit saking pekatnya asap yang menaungi. Dan ada momen Tukang Paket yang menjatuhnya sebuah jantung di malam perayaan Hallowen, jatuh di tumpukan sampah, dan kemudian terbentuklah Manusia Sampah. 

Kehadirannya di kota itu menimbulkan keriuhan karena penampilannya yang buruk dan berbau busuk. Saat orang-orang menjauhinya, seorang anak laki-laki yang bekerja sebagai pembersih cerobong asap bernama Lubicchi justru mendekatinya dan bersikap bersahabat. Lubicchi juga yang memberikan nama Poupelle kepada manusia sampah. 

Meski sudah dibersihkan, bau tubuh Poupelle tidak pernah hilang. Dan karena kedekatannya itu, Lubicchi jadi korban perundungan oleh anak-anak yang lain. Lubicchi memutuskan untuk menjauhinya. Menyedihkan sekali.







Secara garis besar ceritanya begitu sederhana. Ini tentang persahabatan tulus. Ketika Poupelle dan Lubicchi berjauhan pun, perasaan tulus itu tidak luntur. Ditambah dengan menggabungkan persahabatan dan memori kepada seorang ayah yang sudah meninggal, makin-makin menjadi keharuan kisahnya.

Momen paling menohok itu ketika Poupelle menyerahkan nyawanya kepada Lubicchi sebagai sebuah pengorbanan. Duh, beneran rasanya seperti ditonjok di ulu hati. Meski sudah dijauhi, Poupelle masih menyimpan rasa persahabatan mereka. Dan menariknya, momen itu dilakukan di suasana yang super indah. 

Kesederhanaan ceritanya memang tidak bisa diurai panjang-panjang di sini. Selain itu, ilustrasinya begitu menawan dan detailnya menarik. Ini tipikal buku anak yang saya suka, gambarnya penuh warna dan teksnya tidak banyak.

Dari kisah Poupelle dan Lubicchi kita bisa kembali mengingat persahabatan tulus yang mana yang masih kita punya hingga hari ini. Terutama untuk pembaca dewasa. Jangan-jangan kita jauh dari yang namanya 'ketulusan'.

Nah, sekian ulasan buku anak Poupelle Of Chimney Town ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Resensi Novel The King Of Torts (Ganti Rugi) - John Grisham

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: The King Of Torts (Ganti Rugi)

Penulis: John Grisham

Penerjemah: Hidayat Saleh

Desain sampul: Eduard Iwan Mangopang

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Oktober 2004, cetakan kedua

Tebal: 544 hlm.

ISBN: 9792206760

Tag: hukum, sidang, pengacara


Dari dulu sudah pengen baca novel dari penulis John Grisham karena yang saya tahu temanya kebanyakan soal hukum dan kriminal. Koleksi saya baru dua buku, selain yang ini, ada judul lain yaitu The Confession (Pengakuan). Saya pilih novel ini jadi perkenalan karya beliau karena enggak setebal yang satunya, dan ukuran buku ini lebih kecil dibandingkan ukuran novel pada umumnya.

Ide cerita novel ini tentang pengacara Kantor Pembela Umum bernama Clay Carter yang hidupnya biasa saja, kemudian dia banting setir menjadi pengacara ganti rugi atas bujukan Max Pace dan dia berubah mendadak jadi kaya raya.

Karena tema soal hukum dan pengacara, kita akan melihat dunia seorang pengacara menjalankan tugasnya. Salah satunya membantu gugatan klien. Di sini diperlihatkan strategi-strategi menangani kasus gugatan, melawan pengacara lain di persidangan, dan proses mengumpulkan fakta-fakta agar kasusnya jadi terang benderang.

Kebusukan pengacara pun dijabarkan jelas, apalagi jika jadi pengacara ganti rugi. Mereka menyasar perusahaan yang mempunyai produk jelek dan merugikan konsumen. Dimulai dari mengumpulkan konsumen yang dirugikan pemakaian produk, ditelaah efek jeleknya oleh tenaga ahli, dan setelah divaliditas keterhubungan antara produk dan efek sampingnya, pengacara-pengacara ini mendampingi konsumen tadi menggugat perusahaan tersebut.

Sebagai perusahaan, gugatan pengacara ini bakal menimbulkan banyak kerugian. Citra perusahaan dipertaruhkan dan jika sampai ke persidangan bisa menjadi kasus pidana. Makanya para pengacara mempunyai opsi penyelesaian tanpa sidang, dengan membayarkan ganti rugi. Jumlah uang yang dikeluarkan perusahaan untuk setiap penggugat akan dipotong sebagian sebagai jasa pengacara. Jika penggugat sampai ratusan bahkan ribuan, jumlah uang yang didapat juga makin banyak.

Sekilas posisi pengacara ganti rugi sedang melindungi konsumen. Pada batas tertentu memang betul, tapi penyelesaian ganti rugi kadang jadi keputusan salah jika kerugian di masa depan lebih besar dibandingkan penggantian saat kasusnya diselesaikan.

Setelah tahu kasusnya, saya jadi berpikir, jangan-jangan di Indonesia pun banyak produk-produk buruk yang bisa dibawa ke pengadilan. Contohnya, dulu pernah ada obat sirup yang dinyatakan membahayakan kesehatan anak dan harusnya masyarakat yang pernah menggunakannya bisa menggugat ganti rugi karena penggunaannya pasti memengaruhi kesehatan. Sayangnya, kasus begini belum dijadikan kasus besar. Padahal gugatan begini bisa jadi momen perubahan besar bagi semua pihak sebelum produk dipasarkan untuk dikonsumsi masyarakat.

Selain tema hukum dan pengacara, cerita romansanya pun menarik. Clay dan Rebecca memiliki perbedaan status sosial. Orang tua Rebecca kadang mencampuri keputusan mereka. Patah hati enggak bisa dihindari saat Rebecca menikah dengan pria lain yang lebih mapan. Move on jadi babak baru yang butuh kerja keras.



Tokoh Clay Carter digambarkan manusiawi banget. Selain kegugupan dalam gaya hidup ketika dari pengacara biasa menjadi kaya raya, ambisi menunjukkan ego pun diperlihatkan Clay saat ia membayar model cantik yang ditunjukkan di pesta pernikahan Rebecca. Apa uang menyelesaikan masalah Clay? TIDAK! Uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Clay tetap merasa kesepian.

Clay juga jadi contoh tokoh yang dikalahkan keserakahan. Sukses di dua kasus awal, ia dihantam karma buruk di kasus ketiga. Sejak awal Clay tahu ada yang tidak beres di kasus terbarunya tapi jumlah duit gede membutakan firasatnya itu. Dan BOMM, kasus ketiga menyeretnya pada keterpurukan. Miris sekali, apalagi saat beberapa orang di sekitarnya mencoba mencegah tapi tidak berhasil.

Hubungan Clay dengan ayahnya dan teman-temannya juga mengharukan. Saat sukses dan terpuruk mereka ada mendampingi. Kuncinya adalah karma baik dari kebaikan yang diberikan. Saat Clay di titik terendah karena butuh uang banyak, teman-temannya yang dulu pernah diberi bonus super gede, datang menawarkan memberi bantuan dari uang yang dulu juga. Percakapan yang bener-bener menyentuh hati.

Gaya bercerita di novel ini sangat baik. Detail, runut, tahu poin-poin mana yang harus digali lebih dalam, dan penggambaran yang tidak bertele-tele. Penokohan pun sangat menarik. Tidak ada yang digambarkan baik banget bak malaikat, melainkan diselipkan juga sisi abu-abu. Latar belakang tokoh utamanya pun cukup bulat dan lengkap. 

Kesimpulannya, saya sangat menikmati cerita dengan tema hukum, kriminal, dan pengacara. Dan saya makin tertarik membaca judul karya penulis lainnya. Walau tebal, tapi ceritanya memuaskan.

Nah, sekian ulasan saya untuk novel The King Of Torts ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

[Intermeso] Bukan Resensi Tapi Jurnal Baca


Kali ini saya enggak menulis resensi buku tapi artikel intermeso yang sudah lama tidak saya buat. Untuk yang belum tahu artikel intermeso itu apa, saya ingatkan lagi ya, ini artikel bebukuan yang temanya random dan bebas. Biasanya berupa keresahan atau opini saya untuk hal tertentu yang rasanya pengen diutarakan atau dikomentari. Hitung-hitung bacaan ringan disela membaca dan mengulas buku.

Ada yang sadar nggak kalau header blog ini berubah pas awal tahun. Yup, jadi saya menambahkan kata 'jurnal blogger' pada logo blog ini. Itu semua ada latar belakangnya lho!

Masalah saya selama ini adalah kesulitan membuat resensi buku setiap menamatkan bacaan. Ini tuh jadi PR banget secara saya menganggap bacaan saya benar-benar tuntas kalau ulasannya sudah dipublikasikan. Ini membuat saya sulit lanjut baca buku berikutnya jika ulasan buku sebelumnya belum rampung. Tidak heran kalau dalam sebulan saya hanya sanggup menyelesaikan antara 2 sampai 4 buku saja. 

Format resensi buku sudah beberapa kali saya rubah dan coba tapi enggak cukup ampuh menyelesaikan masalahnya. Kerangka resensi buku seperti pakem yang susah ditinggalkan dan dalam beberapa kasus itu membikin saya molor membuat ulasan buku. Sering juga saya menghapus draft ulasan buku jika hasilnya tidak memuaskan. Berlarut-larut akhirnya merenggut waktu dan kenikmatan membaca buku.

Awal tahun ini momen itu datang dan saya memberanikan diri untuk bereksperimen lagi. Saya ingin menulis jurnal bloger untuk proses membaca buku. Sebut saja Jurnal Baca Tidak perlu pakem saklek, tidak perlu panjang, tidak perlu lengkap, dan sebebas-bebasnya. Semoga dengan tagline 'jurnal bloger' a.k.a. Jurnal Baca ini bakal membuat tulisan saya lebih terasa personal lagi.

Akhirnya saya balik lagi ke tujuan awal menulis ulasan buku; merekap bacaan yang sudah saya baca dan ditujukan untuk arsip pribadi. 

Sampai tulisan resensi novel Shogun Jilid 2 kemarin belum saya aplikasikan jurnal baca ini. Ke depannya saya akan coba melakukannya. Semoga dengan cara ini saya bisa menambah jumlah buku yang dibaca sehingga TBR saya bisa berkurang cepat. Saya bakal tenang beli buku baru kalau TBR saya berkurang banyak, hehe.


Resensi Novel Shogun Jilid 2 - James Clavell

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Shogun Jilid 2

Penulis: James Clavell

Penerjemah: D. Anshar

Sampul: Leopold Adi Surya

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

Terbit: Februari 2025, cetakan pertama

Tebal: iv + 468 hlm.

ISBN: 9786231343284

Tag: sastra jepang, shogun, samurai, sejarah, laut


Sinopsis

Yoshi Toranaga berhasil kabur dari Osaka dengan tidak mudah. Blacktorne dan Mariko ikut rombongan juga. Dengan kapal dayung mereka mencapai Anjiro, daerah kekuasaan Yabu. Mariko dan Blacktorne ditinggal di sana, Toranaga melanjutkan perjalanan ke Edo.

Selama di Anjiro, Blacktorne mengalami banyak hal. Ia dituntut untuk bisa menguasai bahasa Jepang dalam waktu enam bulan, jika gagal maka seluruh rakyat akan dibumihanguskan. Selama itu juga Blacktorne berusaha belajar lebih banyak, bukan soal bahasa saja, tapi manusianya.

Hubungannya dengan Mariko selaku penerjemah dan gurunya, berkembang makin liar. Ada gejolak membara tapi harus diredam karena hubungan mereka salah. Mariko masih memiliki suami dan menurut adat tidak pantas dan aib jika berselingkuh.

Selain itu kedatangan Toranaga ke Anjiro setelah beberapa waktu balik ke Edo mengindikasikan perebutan kekuasaan makin memanas. Perang sepertinya tidak bisa dihindari. Toranaga yang mengundurkan diri dari Dewan Lima Datuk dan berharap bisa mengulur waktu justru dibenturkan kenyataan kalau penggantinya sudah ditunjuk lagi.

Sekutu Toranaga bahkan dibantai habis saat menolak menjadi sekutu Ishido. Posisinya kemudian digantikan oleh adik tiri Toranaga, Zataki. Perang saudara pun sepertinya akan meletus.



Resensi

Di Jilid 2 ini lebih banyak membahas soal kehidupan Blacktorne di Anjiro. Akan diulik lebih banyak orang-orang di sekitarnya seperti Mariko, Yabu, Omi, Fujiko, Kiku dan masih banyak lagi.

Perihal seksualitas akan dibahas banyak juga. Saya kaget waktu bagian Kiku menjelaskan alat bantu seksual kepada Blacktorne dan Mariko. Ternyata Jepang memang lebih vulgar dalam urusan seksualitas walaupun ada pemahaman kalau perempuan ditakdirkan melayani nafsu pria tanpa menuntut dirinya harus dipuaskan. Paham ini bertentangan dengan kegiatan seksual di negeri Blacktorne berasal.

Saya juga takjub dengan sifat Toranaga sebagai pemimpin. Ia selalu menekankan kepada siapa pun agar bisa bersikap sabar, jangan sembrono dengan buru-buru. Sifat tenangnya di situasi yang memancing emosinya juga mengagumkan. Dan itu ia praktikkan agar bawahannya mengikuti.

Penceritaan di Jilid 2 ini masih sama baiknya dengan Jilid 1. Ada beberapa typo tapi tidak menggangu bacaan. Penerjemahan juga sangat baik dan enak dibaca. Dan karena ceritanya berkembang ke berbagai arah, membaca novel tebal ini memang butuh kesabaran. Alurnya agak lambat tapi keseruannya akan terbayar menjelang akhir buku.

Nah, singkat saja ulasan saya kali ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Bebukuan Mei 2025

 


Halo!

Sudah beda bulan dan waktunya memublikasikan Bebukuan. Artikel yang merangkung buku apa saja yang sudah dibaca dan buku apa saja yang didapatkan. Ini memang sudah telat banget gara-gara saya kelupaan melulu untuk memfoto buku terakhir yang didapatkan dan sampai artikel ini rilis, saya belum juga melakukannya. Maafkeun ya!

Sebelum ke inti artikelnya, saya mau cerita sedikit mengenai kendala kemarin di blog ini. Jadi, setelah saya rampung membaca novel Shogun Jilid 1, saya coba menuliskan resensinya. Dan ternyata.... saya mentok kehabisan ide. Ide saya, diksi saya, format saya, terasa mentah semua. Saya benar-benar stres ketika mencoba membuat ulasan novel itu. Berbagai format resensi saya coba tetapi tetap saja tidak bisa saya selesaikan. Kebanyakan percobaan tersebut berujung dihapus. 

Sempat bimbang apakah setiap novel yang saya baca harus diulas atau ya sudah dinikmati saja proses membacanya. Tapi di sisi lain saya selalu ingin punya rekam jejak setiap bacaan yang sudah saya selesaikan. Karena dari bacaan itu saya juga belajar banyak soal manusia. 

Setelah beberapa hari bertarung dengan kemandegan itu, akhirnya saya bisa juga mengetik ulasan dengan lancar di jam-jam saya biasanya sudah tidur, pukul 10 malam. Kalau dipikir-pikir mungkin saya tidak boleh terlalu berat menekan diri sendiri untuk menghasilkan ulasan yang WAH. Ya bikinlah ulasan yang memang beneran suara hati dan penilaian objektif saja. Toh, tulisan ini semua tujuannya juga untuk keperluan diri sendiri. Akhirnya saya belajar untuk melepaskan setiap beban dari keharusan menulis ulasan ala-ala media. 

Segitu curhat saya semoga enggak kepanjangan ya. Nah, tanpa berlama-lama lagi, yuk kita masuk ke rekapan bebukuan saya di bulan kemarin:

Bacaan Mei 2025

1. Satine oleh Ika Natassa

2. Shogun Jilid 1 oleh James Clavell

3. Serenada Di Ujung Senja oleh Millea


Koleksi Mei 2025

1. Shogun Jilid 1 oleh James Clavell



Mendadak ingin baca novel tebal dan pilihan saya jatuh ke novel Shogun ini. Saya tahu di dalam ceritanya pasti ada unsur jepang-jepangan, apalagi di sampul depannya ada gambar pedang samurai. Begitu paketnya sampai, saya langsung memutuskan membacanya dan ternyata seru banget. Ulasannya sudah saya tulis juga lho!

2. Shogun Jilid 2 oleh James Clavell



Ada keraguan pas mau beli jilid 2 ini karena harganya masih mahal. Sempat beberapa hari memantau harganya dan pergerakannya sedikit sekali. Akhirnya berkat testimoni sender di X yang bisa beli novel dengan promo murah di Lazada, saya bisa beli novelnya jauh di bawah harga normal. Diskonnya terhitung lebih dari 50%. Kesabaran yang berbuah manis. Manis sekali malah karena bisa beli novel dengan harga murah meriah, hehe.

3. Shogun Jilid 3 oleh James Clavell 



Masih karena saya dapat diskon lumayan, akhirnya saya membeli jilid ketiganya. Sempat bimbang antara beli ini atau novel Belantara (Trisurya #2). Dipikir-pikir karena saya belum baca novel Trisurya walau sudah punya, saya akhirnya memilih melanjutkan series Shogun saja. Dan harga yang saya bayar jadi lebih murah dengan diskon 50% di Lazada.

***

Alhamdulillah sudah bisa mulai sedikit beli bukunya. Semoga bisa konsisten membeli bukunya enggak banyak-banyak karena TBRnya masih banyak banget.

Nah, buku apa saja yang sudah kalian baca bulan Mei kemarin? Share yuk!

Resensi Novel Serenada Di Ujung Senja - Millea

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Serenada Di Ujung Senja

Penulis: Millea

Penyunting: Ining Isaiyas

Sampul: Anadanu J.

Penerbit: PT Bukune Kreatif Cipta

Terbit: April 2017, cetakan pertama

Tebal: vi +370 hlm.

ISBN: 9786022202219

Tag: romansa, selingkuh

Sinopsis

Alexa, 28 tahun, tengah menjalin hubungan percintaan dengan Adrian, suami dan ayah dari seseorang. Sudah jalan 4 tahun. Tidak ada yang tahu bahkan ketiga sahabatnya: Rachel. Ella, dan Celia. Perjalanan yang tidak mudah sebab mimpinya untuk memiliki sang kekasih tidak gampang diwujudkan.

Lalu, orang tuanya menggagas pertemuan keluarga dengan teman mereka untuk mengenalkan Alexa kepada Vino. Alexa menentang perjodohan tersebut terang-terangan di depan Vino. Bukannya mundur, Vino justru lebih giat mendekatinya dengan hampir setiap hari mampir ke apartemennya. Kehadiran Vino tidak pernah diceritakan kepada Adrian sebab Alexa keukeuh tidak akan menikah dengannya.

Adrian sempat memutuskan untuk mengakhiri hubungan terlarangnya namun itu jadi ujian yang menyakitkan. Disty, istrinya, sangat berbeda dengan Alexa dalam menghargainya.  Keduanya sempat mengalami jeda. Dan saat mereka kembali bersama, rahasia mereka terbongkar.

Siapkah Alexa menerima semua resiko pilihannya untuk mencintai seseorang yang milik orang lain?

Apakah Vino akan terus memperjuangkan Alexa ketika perjuangannya seperti jalan di tempat?



Resensi

Saya tidak menyangka bakal suka dengan novel ini. Cerita romansa dibumbui perselingkuhan tapi di novel ini sudut pandangnya dari si pelaku. Yup, Alexa sebagai tokoh utama adalah selingkuhan Adrian, pria yang sudah menikah dan punya satu anak.

Sepanjang membaca, emosi saya dibuat jungkir balik. Kadang benci banget sama Alexa sebagai selingkuhan, kadang juga merasa sedih ketika pengorbanannya disepelekan. Saya sebenarnya tidak menemukan alasan kuat kenapa Alexa mau jadi selingkuhan dari laki-laki yang tidak memandikannya dengan harta. Dikesankan kalau Alexa tulus sayang sama Adrian. Tapi aneh saja rasa itu dibiarkan membesar dan mendalam padahal ia tahu itu salah dan Alexa itu bukan gadis yang baru menginjak dewasa. Dia harusnya bisa berpikir lebih jernih. Apalagi backround Alexa sangat baik; punya keluarga harmonis dan sahabat yang baik-baik.

Sementara dari sisi Adrian, saya bisa memahami kenapa dia bisa selingkuh. Dijelaskan kalau pria itu punya sisi ego lebih besar. Ketika istrinya punya ego lebih kuat, Adrian akhirnya memilih mempunyai perempuan lain yang bisa dia kendalikan sebagai pembuktian egonya. Dan momen itu didapat saat dia ketemu Alexa yang begitu menurut, menyayangi, bisa bersikap lembut, dan pengertian.

Karena mengambil sudut pandang dari pasangan selingkuh, kita akan dikasih tau bagaimana mereka menyembunyikan hubungan terlarang itu. Komunikasi menggunakan email atau SMS. Ketemuan sesekali di hotel dengan masing-masing beralasan yang masuk akal. Atau jalan-jalan keluar negeri berduaan. Dan cara itu berhasil menutupi permainan mereka. Meskipun Alexa mempunyai sahabat-sahabat dekat tapi mereka tidak pernah mencium hal itu.

Yang paling kasihan di novel ini adalah Vino. Pria yang sedang berusaha menjalin hubungan serius tapi hatinya jatuh ke perempuan yang menurut saya kurang baik. Pasangan selingkuh itu dua orang yang jahat. Dan orang dewasa yang selingkuh bukan hanya sekadar chat semata tapi bisa lebih jauh dari itu. Jadi bisa dibayangkan sendiri betapa menjijikan hubungan pasangan selingkuh itu dan kasihan sekali misalkan ada yang mendapatkan pasangan ini.

Berbeda dengan nasib percintaannya, Vino digambarkan sebagai karakter yang menyenangkan. Selain wajahnya yang senyumable, auranya juga positif banget. Enggak heran kalau Vino bisa cepat akrab dengan sahabat seapartemen Alexa, Celia.




Bom dari cerita ini adalah momen ketika akhirnya istri Adrian mengetahui hubungan mereka yang sudah berjalan 4 tahun. Tapi sayangnya momen itu enggak sampai meledak karena ternyata novel ini adalah bagian satu dari rangkaian ceritanya.

Karena temanya soal perselingkuhan, jadi jangan kaget menemukan narasi adegan hubungan badan dan diksinya begitu lugas untuk menggambarkannya. Ini yang bikin saya merasa geram saat membacanya karena hubungan mereka akan menghancurkan banyak hati; pasangan, anak, orang tua, para sahabat, dan mungkin rekan kerja.

Pemilihan POV dari pelaku selingkuh tergolong berani. Dan ini sangat sukses untuk mempermainkan emosi pembaca. Penceritaan juga tidak bertele-tele. Banyak momen dipaparkan sepertinya tujuannya agar pembaca bisa melihat sisi manusiawi dari pasangan selingkuh itu. 


"Lelaki yang baik nggak akan pernah sedikit pun berpikir untuk mencari celah supaya bisa ngekhianatin istrinya, apa pun alasannya." (hal. 102)


Secara keseluruhan, saya sangat menikmati cerita Alexa, Adrian, dan Vino. Ada momen bikin geram, bikin cengengesan, sedih, kecewa, dan deg-degan. Dan saya pengen banget melanjutkan ceritanya tapi pas cek di goodreads kayaknya belum ada buku keduanya. Huft!

Nah, sekian ulasan saya untuk novel Serenada Di Ujung Senja. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Resensi Novel Shogun Jilid 1 - James Clavell

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: Shogun Jilid 1

Penulis: James Clavell

Penerjemah: D. Anshar

Sampul: Leopold Adi Surya

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

Terbit: Februari 2025, cetakan pertama

Tebal: iv + 537 hlm.

ISBN: 9786231343277

Tag: sastra jepang, shogun, samurai, sejarah, laut


Sinopsis

Kapal Erasmus adalah satu dari lima kapal Belanda yang selamat setelah melakukan perjalanan ke Dunia Baru. John Blacktorne, orang Inggris, menjadi nahkodanya dan harus bertahan saat kapalnya diterjang badai. Awak kapal lainnya sudah dalam kondisi mengenaskan akibat kurang makan dan minum. Di ujung harapan bisa menemukan daratan yang bagai mimpi, kapal yang diamuk badai akhirnya mendarat di daratan Jepang.

Berharap bisa memulihkan diri dan kembali pulang, Blacktorne dan awak kapal lainnya justru terjebak di negara yang secara bahasa, pakaian, makanan dan kebiasaannya sangat berbeda dengan negara asal mereka. Kapal dan harta di dalamnya di sita oleh Daimyo Kashigi Yabu. Nasib mereka akan ditentukan oleh keputusan pemimpin besar, Yoshi Toranaga.

Blacktorne sempat melawan penekanan dari Yabu tapi ia tercengang ketika tahu kemampuan mereka menggunakan pedang. Yabu adalah seorang samurai. Prajuritnya pun seorang samurai. Blacktorne tahu akan sangat sulit melawan mereka dengan kemampuan seperti itu.

Selain mereka, orang Portugis sudah lebih dulu tiba di Jepang untuk menyebarkan ajaran Katolik. Kehadiran Blacktorne memicu kebencian mereka karena Spanyol dan Portugis sudah bermusuhan dengan Inggris dan Belanda. Selain perseteruan dua negara, perbedaan agama pun menyulut kebencian antara keduanya. 

Setelah salah satu awak kapal meninggal akibat penyiksaan kejam yang diperintahkan oleh Yabu, Blacktorne memilih mengikuti perintahnya sembari menunggu kesempatan untuk membalas dendam. Ia pun ikut dengan rombongan ketika Yabu diminta datang ke Istana Osaka, kekuasaan Ishido Kazunari.

Blacktorne terjebak dalam perebutan kekuasaan antara Toranaga dan Ishido. Sejak Taiko meninggal, Jepang dikepalai oleh Dewan Lima Datuk yang masing-masing memimpin beberapa wilayah. Toranaga tidak memiliki sekutu, sedangkan dewan lain merapat ke pihak Ishido. Rapat Dewan Lima Datuk yang akan dilaksanakan di Istana Osaka disinyalir akan mengkudeta Toranaga agar lengser. Nyawanya terancam dan ketika pergerakan mulai gesit dilakukan Ishido, Toranaga harus bisa melarikan diri dari kungkungan Istana Osaka.



Resensi

Karena baru jilid 1, novel ini mencoba mengenalkan dasar ceritanya. Orang asing bernama Blacktorne yang terjebak di antara dua pemimpin besar Jepang yang berebut kekuasaan. Pengenalan yang dimaksud berupa penjabaran segala hal tentang Jepang sebagai daratan yang baru pertama kali di singgahi tokoh utamanya.

Beberapa informasi menarik tentang Jepang cukup membuat saya ber'oh'. Misalnya mengenai seorang samurai yang begitu menjunjung tinggi kehormatannya. Prinsip ini yang membuat mereka melakukan seppuku (bunuh diri) secara suka rela jika gagal melakukan tugas atau malu karena melakukan kesalahan. Perintah seppuku ini bisa dengan gampang dilontarkan oleh pemimpinnya dan begitu gampang pula dilaksanakan oleh anak buahnya.

Orang Jepang hanya dibolehkan memiliki satu istri tapi mereka boleh memiliki gundik sebanyak-banyaknya. Dan praktik seksual mereka bukan hanya hubungan hetero, mereka juga menganggap normal berhubungan dengan sesama jenis. Di sini ada momen Blacktorne marah besar gara-gara ditawari laki-laki hanya karena ia menolak ditawari perempuan. Padahal alasan Blacktorne memang sedang tidak ingin bercinta. Lucu banget kejadiannya.

Politik kekuasaan antara Toranaga dan Ishido ini seperti bom waktu. Cara-cara licik dan picik dilakukan keduanya untuk mengetahui rencana masing-masing dan menggagalkannya. Orang sekitar mereka pun mulai berhitung merapat ke pihak mana yang kira-kira akan menguntungkan. Dua pemimpin besar ini memiliki kebijakan yang berbeda sehingga jika salah memilih bisa-bisa kelangsungan hidup mereka terancam.

Nama Taiko disebut sebagai seorang petani yang berhasil menjadi pembawa kedamaian di Jepang. Pertama kali nama ini disebut, saya seperti pernah tahu ada buku yang judulnya Taiko. Dan begitu dicari, benar saja ada novel judulnya Taiko yang ditulis oleh Eiji Yoshikawa. Novel ini sendiri diceritakan setahun setelah Taiko meninggal dunia. Rasanya akan tambah lengkap kalau nanti saya baca juga novelnya. Biar jelas kenapa sosok Taiko begitu dihormati oleh Dewan Lima Datuk ini.

Karena menyebut pekerjaan nahkoda, novel ini pun melekat dengan cerita soal lautnya. Kemampuan Blacktorne sebagai nahkoda handal dipaparkan dalam beberapa kejadian mendebarkan di laut. Kehidupan selama di kapal pun dijabarkan lumayan banyak. Sehingga unsur perlautannya sangat terasa, bukan sekadar tempelan cerita saja.

Novel ini diceritakan dengan sangat detail makanya novelnya cukup tebal. Dan jilid 1 ini baru babak pembukaan menjelang peperangan yang besar (dugaan saya). Tidak bisa diprediksi apa yang bakal terjadi di jilid 2 dan saya beneran enggak sabar ingin membaca kelanjutannya.

Penerjemahan juga sangat enak dan diksinya gampang dipahami. Istilah-istilah Jepangnya dijelaskan juga jadi tidak bikin pembaca bingung. Mungkin untuk beberapa pembaca, narasi novel ini akan rada berat karena banyak paragraf panjang, bukan tipikal novel yang banyak dialog bergantian. Banyak juga dialog panjang karena kebanyakan menjelaskan atau menceritakan sesuatu.

Karakternya SANGAT BANYAK. Tantangan banget kalau harus inget semuanya. Tapi saya memilih fokus ke beberapa karakter saja biar proses membacanya lancar; Blacktorne dan Toranaga. Pengembangan karakternya sangat bagus terutama Blacktorne. Awalnya ia begitu kasar dan tipikal orang yang reaktif, tapi lama-lama setelah mengalami banyak hal, ia belajar untuk tenang dan melihat keadaan sekitar sebelum bertindak. Kecerdasan ini pula yang kayaknya menyelamatkannya dari kematian yang terus mengintai.

Secara keseluruhan, saya sangat puas membaca novel ini. Petualangan Blacktorne di Jepang menghadapi para samurai dan penguasanya begitu seru. Banyak informasi baru soal Jepang yang saya dapatkan juga. 

Nah, sekian ulasan novel Shogun Jilid 1 ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Resensi Novel Satine - Ika Natassa

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: Satine

Penulis: Ika Natassa

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Desember 2024

Tebal: 336 hlm.

ISBN: 9786020679983

Tag: kesepian, jodoh, karir, metropop


Karir bagus, umur sudah kepala tiga, tapi kekasih belum punya. Satine merasa kesepian. Lewat aplikasi jodoh Bespoke ia dipertemukan dengan pria bernama Ash Risjad. Satine butuh teman kencan dan Ash butuh teman ngobrol. Keduanya sepakat untuk berkencan dengan ketentuan tertentu.

Kencan kontrak tetap punya resiko, salah satunya menumbuhkan rasa sayang, dan itu jadi pelanggaran kesepakatan. Sejak pengakuan Ash itu, mereka mengakhiri kontrak kencan tersebut. Bukannya perasaan itu makin memudar, justru makin menyiksa. Asumsi-asumi tumbuh di hidup masing-masing. Dan efek perpisahan itu mengguncang hidup Satine dan Ash secara signifikan.

Perasaan sedih dan gundah yang dihadapi keduanya memberi momen merenung mengenai luka di masa lalu. Mungkin ini waktu yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang belum rampung. Tentang Satine dan kebahagiannya bekerja. Tentang Ash dan kebencian kepada ayahnya yang kasar.

Apakah Satine bisa menemukan kebahagiaan yang sebenarnya? Apakah Ash bisa menerima kenyataan kalau ia memiliki darah ayahnya? Dan takdir apa yang akan digariskan untuk keduanya?

***


Novel Satine jadi novel ketiga yang saya baca dari deretan karya Ika Natassa. Sebelumnya saya sudah membaca novel Critical Eleven dan novel The Architecture of Love

Novel ini membahas nelangsanya jadi orang yang secara umur pada umumnya sudah harus menikah (kepala tiga) tapi pacar aja enggak punya. Digambarkan jadi orang kesepian, kalo nonton sendirian, sibuk dengan pekerjaan sampe lembur, ada momen senang atau sedih tidak bisa berbagi dengan siapa pun. Momen-momen menyedihkan jadi joblo ngenes terasa banget di sini.

Karir bagus, duit banyak, tapi kalo kesepian, enggak membuat kita bahagia. Duit dipakai untuk melarikan diri dari rasa sepi, tapi percayalah, saat menjelang tidur, perasaan sendirian itu mendekap erat dan otak kita akan melayang mempertanyakan kenapa nasib begini amat, keputusan apa yang salah di masa lalu, dan kira-kira apa yang bisa dilakukan untuk merubahnya. Jujur, kesepian itu perasaan yang bisa disangkal di mulut tapi di dalam hati enggak bisa diajak bohong.

Bakal jadi debat panjang kalau diulik kenapa Satine masih lajang di usia 37 tahun padahal karirnya gemilang. Setiap orang punya alasan kenapa belum mempunyai pasangan. Tapi yang bahaya itu kalau alasannya berupa keegoisan kita. Satine bekerja mati-matian untuk mengejar validasi dari ibunya. Lalu, ketika validasi didapat, apa itu merubah situasi. Jawabannya, merubah, tapi tidak keseluruhan. Apa bikin bahagia? Satu sisi iya, sisi lain ia juga kehilangan banyak.

Kemapanan memang bisa dikejar, tapi waktu yang seharusnya dinikmati terbuang percuma. Saat Satine umur 37 tahun, temannya sudah menikah. Mungkin temannya tidak sekaya Satine, tapi saya percaya temannya ini sudah mengalami susah-senang bersama pasangan, pengalaman hidupnya sudah kaya, dan bersama pasangan ia sudah belajar banyak untuk jadi bijaksana.

Dan yang paling menohok buat saya, seloyal-loyalnya kita ke perusahaan, ketika kita sudah tidak bermanfaat lagi, kita akan disingkirkan dan diganti dengan karyawan yang baru. Ini hukum alam corporate. Dan kita harus mengakui kalau tanpa kita pun perusahaan akan tetap jalan. Jadi, buat apa kita jadi budak perusahaan sampai membuat kita kehilangan waktu menikmati hidup dan kesehatan. Bekerjalah dengan baik, bekerjalah dengan porsinya.



Novel ini juga menyinggung isu parenting dan kesehatan mental (trauma). Satine jadi sosok yang begitu karena di masa lalunya ada tuntutan dari ibunya untuk sukses. Dan itu jadi alasan utama kenapa Satine bekerja lebih keras. Ditambah hubungan keduanya terlalu dingin, jarang ngobrol, serba sungkan, dan egois karena tidak ada yang memulai, sehingga perjalanan Satine untuk mencapai puncak karirnya terkesan berjuang sendirian.

Lalu isu trauma bisa dipelajari dari tokoh Ash. Mempunyai ayah yang kasar dan pemarah membuat Ash berusaha untuk tidak seperti ayahnya itu. Lalu ada satu momen ia marah dan memukuli rekan kerjanya, Ash merasa gagal dan menganggap dirinya sebagai sosok monster, tidak jauh beda dengan sosok ayahnya. Gara-gara perasaan menjudge diri sendiri seburuk itu, Ash mengambil keputusan dan langkah yang keliru lagi. Jadilah drama jauh-jauhan dengan Satine yang menurut saya agak gimana gitu mengingat Ash itu sudah kepala tiga, harus bisa bijaksana ketika ia keliru langkah harusnya ia fokus membenahi, bukan meratapi.

Dari semua konflik di novel ini, saya diingatkan lagi soal arti pentingnya melakukan komunikasi tulus dan mendalam. Kalau kita ada masalah, ada salah paham, ada sesuatu yang perlu diperjelas, lakukan komunikasi, bukan justru berasumsi dan menebak-nebak. Manusia kebanyakan tidak diberikan kemampuan menebak isi pikiran orang lain jadi jangan mengandalkan 'orang lain harus tahu dan mengerti kita'. Mulailah memulai pembicaraan.

Sisi romansa begitu kental terasa di novel ini. Banyak kejadian biasa yang dikemas jadi momen romantis. Makan nasi padang dini hari bareng gebetan, lihat pameran lukisan di galeri, atau berdua melihat sebaran lampu menyerupai bintang. Dan kejadiannya bukan yang diada-adakan atau dipaksakan oleh penulis sehingga momen tadi terasa pas aja untuk ceritanya.

Secara alur cerita, kita akan dibawa terus maju mengikuti apa yang dialami oleh Satine dan Ash pasca mereka memutuskan mengakhiri kontrak kencan. Beberapa bagian menjelaskan masa lalu tapi porsinya tidak banyak, yah seperti penegasan saja, apa yang terjadi hari ini disebabkan oleh sesuatu atau keputusan di masa lalu.

Sedikit yang tidak nyaman adalah cara penulis membuat narasi terlalu lengkap untuk informasi sederhana. Banyak kalimat pembukaan yang dipakai (kebanyakan di awal paragraf tiap berganti POV). Tentu saja itu informatif tapi bagi saya itu mengurangi momen untuk mendalami alur utamanya. Ini tergantung selera juga sih, saya mungkin tipe yang ketika alur sedang jalan, saya butuh fokus yang intens masuk ke jalan ceritanya. Jangan diganggu dulu dengan narasi-narasi pendukung, saya lebih butuh narasi penggerak utamanya biar emosi yang sudah dibangun tidak buyar seketika.

Kalau untuk diksi tidak ada masalah. Terasa lugas dan cerdas. Banyak narasi bahasa inggris dan saya butuh waktu lebih lama untuk memahami isi paragrafnya. Tapi itu tidak menyurutkan semangat untuk membaca novelnya sampai kelar.



Sudut pandang dalam novel ini dibagi dua, bergantian antara Satine dan Ash. Yang membedakan penggunaan kata 'gue' di bagian Ash dan kata 'aku' di bagian Satine. Tapi saya tidak menemukan perbedaan rasa antara kedua bagian itu. Narasinya sama-sama terasa cerdas, sama-sama terasa pilu, dan sama-sama banyak menceritakan buah pikiran masing-masing.

Seandainya semua bagian menggunakan kata 'aku', dan judul bagian Satine atau Ash-nya dihapus, saya pasti kesulitan membedakan yang sedang bercerita itu Santie atau Ash, saking tidak ada gap dalam struktur narasinya. Katanya, narasi tokoh perempuan dan tokoh laki-laki harus memiliki perbedaan agar karakter tokohnya berkesan untuk pembaca. Contohnya kalau versi perempuan boleh banyak mengungkapkan pikirannya, kalau versi laki-laki dibuat lebih banyak narasi aksinya. 

Pendalaman karakter untuk tokoh utamanya sudah sangat baik. Satine Muchlis digambarkan sebagai pekerja keras, kesepian, tertekan dengan tuntutan dari ibunya, dan pejuang validasi. Sedangkan Ash Risjad digambarkan sebagai pria yang menyimpan trauma kekerasan, observer, dan perasa. Sayangnya, saya tidak terkesan dengan kedua tokoh ini. Mungkin karena kurangnya penggambaran kedekatan dengan orang-orang sekitarnya sehingga kebaikan keduanya tidak cukup terasa.

Kesimpulannya, menurut saya, novel ini memberi persepektif tentang pilihan beberapa orang yang mengejar karir sehingga urusan asmara rada kesulitan. Ada alasan kenapa pilihan itu dijalani, ada juga resiko yang timbul dari situasi tersebut. Setelah membaca novel ini, kita patut refleksi, sudah seberapa tepat kita mengambil keputusan, baik tentang asmara, finansial, dan keluarga. Dan pertanyaan berikutnya, sudahkan keputusan itu membahagiakan hidup kita?

Sekian ulasan novel Satine dari saya. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Bebukuan April 2025


Halo!

Karena sudah di awal bulan, saya membuat postingan rutin bebukuan. Isinya merekap buku apa saja yang sudah dibaca dan buku apa saja yang saya dapatkan selama satu bulan.

Ada sedikit kekecewaan karena bulan April kemarin saya lagi-lagi beli buku yang lumayan banyak. Padahal saya tahu jumlah TBR saya masih banyak menumpuk. Terlebih karena saya hanya membaca sedikit buku sehingga TBR saya tidak berkurang tapi makin bertambah banyak saja. 

Tetapi selalu ada kesempatan untuk berubah, sedikit beli buku, banyak membaca buku. Yuk bisa yuk!

Bacaan April 2025

1. Makhluk Bumi oleh Sayaka Murata

2. Dream Record oleh Lee Hye-rin


Koleksi April 2025

1. The Hunger Games #1 oleh Suzanne Collins



Saya sudah lama mencari novel Hunger Games yang sampulnya putih untuk melengkapi buku kedua dan ketiga yang sudah punya. Namun tetap tidak dapat padahal sudah bolak-balik nyari di tiga akun eccomerce beda-beda. Dan begitu gramedia menerbitkan ulang series ini dengan sampul baru, saya pun memutuskan membeli buku pertamanya agar segera bisa mulai membaca seriesnya.

2. Novelis Sebagai Panggilan Hidup oleh Haruki Murakami



Penulis Haruki Murakami jadi penulis yang begitu saya idolakan usai membaca trilogi novel 1Q84. Saat tahu ada buku nonfiksi ini, tanpa ragu langsung membelinya. Saya penasaran dengan proses kreatif seorang Haruki ketika membuat novel. Karena menurut saya, novel-novelnya begitu kompleks, penuh drama, dan unik.

3. Dream Record oleh Lee Hye-rin



Saya terpikat membeli novel ini karena sampulnya yang ala dongeng banget. Sangkaannya, cerita di dalamnya bakal manis. Tetapi setelah membaca novelnya, isinya tidak semanis itu kok. Ceritanya lebih serius.

4. Semilir Saat Beban Terangkat oleh Moon Kyeong-min



Untuk buku ini dibeli karena berbarengan dengan Dream Record dan karena terbitan baru. Kalau dari premis di belakang bukunya, novel ini punya cerita yang harusnya menghangatkan hati karena unsur keluarga begitu ditekankan.

5. Jangan Cemas oleh Shunmyo Masuno



Buku nonfiksi soal mendalami kecemasan hidup begitu menarik buat saya karena mungkin dari buku itu bakal ditemukan pencerahan. Semakin umur bertambah, goal hidup saya bergeser ke arah 'menangkan'. Makanya bacaan pun lebih ke tema-tema bagaimana mendapatkan kedamaian hidup dari berbagai sisi.

6. How To Heal Your Inner Child oleh Simon Chapple



Buku ini dibeli karena saya ingin menggali masa lalu saya karena merasa ada luka masa kecil yang belum sembuh. Saya merasa ketidakmajuan saya karena bayang-bayang masa kecil yang penuh trauma. Dan siapa tahu dengan membaca buku ini, saya bisa mempelajari apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu dan mulai mencari langkah-langkah penyembuhannya.

7. Segala Kekasih Tengah Malam oleh Mieko Kawakami



Dulu pernah baca novel dari penulis yang judulnya Heaven. Bukan yang terkesan sekali tapi karya barunya ini tetap harus dicoba. Kalau di novel Heaven penulis mengangkat isu perundungan, saya penasaran tema apa yang akan dibawa di novel barunya ini.

8. Trunk oleh Kim Ryeo-ryeong



Selain ini terbitan baru dari gramedia, saya terpikat dengan sampulnya yang sederhana; backround hijau dan tas koper merah. Premisnya menarik, istri kontrak yang eksistensinya terusik. Ada unsur misteri juga.

9. Matthes oleh Alan TH



Beberapa orang di X sedang membaca buku ini dan saya pun tertarik. Katanya bagus makanya mau saya coba. Dan rupanya buku ini bakal jadi trilogi, buku keduanya sudah terbit beberapa waktu lalu.

***

Segitu update bebukuan bulan April kemarin. Harapannya semoga bulan Mei ini saya bisa membaca lebih banyak buku dan menikmati prosesnya.

Nah, buku apa yang sudah kalian baca bulan April lalu?