[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]
Judul: The Name Of The Game
Penulis: Adelina Ayu
Penyunting: Ani Nuraini Syahara
Desain sampul: Wina Witaria
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer (BIP)
Terbit: Desember 2022, cetakan kedua
Tebal: 336 hlm.
ISBN: 9786232165991
Tag: young adult, romansa, toxic masculinity
Novel The Name Of The Game menceritakan tentang gadis bernama Flo yang naksir kakak tingkat di kampusnya bernama Daryll. Tapi di waktu yang hampir bersamaan, Flo juga kenalan dengan kakak tingkat lainnya yang bernama Zio. Awalnya Flo tidak tahu kalau Daryll dan Zio saling kenal karena sejak SMP hingga kuliah mereka barengan melulu.
Daryll dikenal sebagai cowok galak khas kating, dia suka band Sheila on 7, dan juga penyayang binatang. Sedangkan Zio dikenal sebagai cowok kemayu, paling tahu make up, dan suka wangi vanila. Sejak pertemuan pertama Flo sudah naksir Daryll dan berharap bisa jadi pacarnya. Sedangkan Zio sudah dianggap bestie sekaligus sahabat seru-seruan.
Semakin dekat hubungan Flo dan Daryll, susah juga untuk menahan perasaan suka. Satu momen Flo akhirnya mengakui duluan. Tetapi reaksi Daryll justru membuat Flo bingung, Daryll memilih menjauhinya. Keyakinan Flo dengan perhatian Daryll selama ini ternyata berbalik menyakitinya.
Zio yang semula hanya menganggap Flo teman mulai bergeser perasaan. Selama bersama Flo, Zio sadar dirinya diterima dengan terbuka meski ia berbeda dari laki-laki kebanyakan. Perasaan kagum itu kemudian berubah menjadi suka. Namun Zio memilih memendamnya karena dia tahu Flo lebih tertarik dengan Daryll.
Di tengah kegalauan karena ditolak Daryll, Zio berterus terang tentang perasaannya selama ini. Flo kaget bukan main dan bingung harus bagaimana.
***
Novel ini termasuk bacaan ringan. Tema percintaan anak kampus dan konflik tarik ulur perasaan memang bikin gemes. Kita diingatkan dua poin besar dalam urusan suka-sukaan. Pertama, jangan men-treatment seseorang seperti pacaran kalau memang tidak akan dipacari. Anak orang dikasih angin surga, begitu minta kejelasan, malah bilangnya, 'suka tapi bukan sebagai pacar.' Gimana enggak bikin galau.
Kedua, jangan langsung meromantisasi treatment seseorang hanya karena kamu menyukai orangnya. Bahaya. Bisa jadi orang itu melakukan hal yang sama ke semua orang. Jadi kelihatan kan kalau salah paham soal suka-sukaan bukan biangnya di satu pihak, tapi kedua pihak sama-sama keliru.
Selain soal percintaan, novel ini juga mengangkat isu besar yaitu isu toxic masculinity. Diwakili tokoh Zio yang kemayu, kita diingatkan kalau memang beneran ada lho cowok yang kayak cewek tapi mereka tetap cowok.
Digambarkan dengan gamblang kesusahan Zio diterima lingkungan. Tidak sedikit yang menghina, menertawakan, meremehkan, bahkan membully-nya. Zio mengakui kalau butuh waktu dan hati besar untuk benar-benar menerima kondisinya yang berbeda.
Secara penokohan sudah sangat baik dan menarik. Tidak ada tokoh yang dibuat sempurna banget dan pasti ada masalahnya. Ini menunjukkan kalau setiap orang punya perangnya masing-masing. Selain membuat cerita jadi lebih kaya, masalah pun membuat keterhubungan emosi antara cerita dengan pembacanya.
Penceritaan penulis pun sangat enak. Disesuaikan dengan kebiasaan cara bertutur anak kuliahan, rasa novel ini jadi terkesan meriah, bersemangat, dan anak muda banget. Tidak kaku baik dari gurauan maupun dialog-dialognya.
Dari novel ini saya belajar untuk tidak menghakimi orang-orang dengan pembawaan mereka. Tidak ada satu orang pun yang ingin membawa kekurangan. Tapi jika Tuhan memberikan itu, mereka butuh usaha keras untuk berdamai dengan keadaan. Kita harus tahu, banyak banget kekecewaan, kemarahan, tangisan, bahkan mungkin rasa putus asa dalam prosesnya. Dan kita belum tentu akan sekuat mereka jika berada di posisi mereka.
Secara keseluruhan, saya sangat menikmati membaca novel ini. Percintaan anak kampusnya seru, konfliknya rame, dan renungannya lumayan dalam. Saya bakal ingat terus kalau tidak ada orang yang sempurna, yang ada adalah belajar menerima.
Sekian ulasan saya untuk novel The Name Of The Game ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!
***
Kutipan-Kutipan
- Hidup itu kadang membosankan.... Makanya, kita harus bikin hidup lebih berwarna dengan mencari kebahagiaan dari hal-hal kecil... (p.31)
- Lo tau nggak sebab utama perasaan galau itu bukan putus, diselingkuhin, atau ditolak, tapi saat lo udah tahu kalau lo nggak bisa, tapi masih tetep ngotot. Ngotot ngarep, ngotot bertahan, dan ngotot terus cari tahu hal yang padahal udah jelas... (p. 268)
































