Tampilkan postingan dengan label misteri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label misteri. Tampilkan semua postingan

Februari 29, 2024

Resensi Novel Kokokan Mencari Arumbawangi - Cyntha Hariadi

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Kokokan Mencari Arumbawangi

Penulis: Cyntha Hariadi

Editor: Mirna Yulistianti

Sampul: Roy Wisnu

Ilustrasi: Rassi Narika

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juli 2020, cetakan pertama

Tebal: x + 338 hlm.

ISBN: 9786020640259


Gara-gara punya anak laki-laki yang cengeng, Nanamama jadi pengen punya anak lagi buat jadi adik Kakaputu. Tapi sayangnya Nanamama sudah enggak bersuami. Tapi harapannya terkabul berkat burung Kokokan yang singgah di desa dan meletakkan seorang anak perempuan di kebun bawang. Anak perempuan ini kemudian diberi nama Arumbawangi.

Karena datang bukan dari rahim melainkan dibawa oleh burung Kokokan, Arumbawangi sering dianggap petaka dan kutukan oleh warga desa. Bahkan sempat ada ide agar Arumbawangi dikeluarkan dari desa. Namun karena Kakaputu sudah sayang, Nanamama memutuskan keukeuh membesarkannya. Warga pun makin tidak suka dengan keluarga Nanamama, apalagi dulu Nanamama pernah menolak menjual tanahnya kepada pengusaha hotel.

Hotel yang dulu terbengkalai kini kedatangan pemilik baru bernama Pak Rudi. Beliau ternyata membawa anak laki-lakinya, Jojo, yang kerap marah-marah dan berteriak-teriak. Ada penyebabnya kenapa Jojo bisa bersikap menyebalkan begitu. 

Pertemuan Jojo dengan Kakaputu dan Arumbawangi membuat kehidupan Jojo berubah. Dia belajar banyak hal dan menemukan kebahagian lagi. Namun tragedi kebakaran di hotel itu tidak bisa dicegah hingga merenggut nyawa. Seluruh warga desa menuduh Nanamama sebagai penyebabnya dan membuat Nanama merasa dikhianati oleh seluruh warga hingga ia jatuh sakit dan meregang nyawa.

Kakaputu dan Arumbawangi harus terus melanjutkan hidup. Tetapi nasib pilu yang mendera makin terasa berat dilalui tanpa keberadaan Nanamama. Bukan apa-apa, orang terdekat mereka yang kelihatan berubah jadi baik ternyata memiliki maksud terselubung.

Bisakah Kakaputu dan Arumbawangi mempertahankan tanah mereka sesuai pesan Nanamama?

***


Ceritanya bagus banget dan karena ini sebuah dongeng jadi kita akan menemukan cerita yang ajaib. Bakal susah dibayangkan bagaimana burung bisa membawa anak kecil, saya tidak tahu segede apa burungnya, hehe. Dan keajaiban ini mengingatkan saya pada cerita di film Baby Boss, adiknya Tim yang bayi itu, diantarkan oleh burung dan diletakan di depan pintu si pemesan.

Karena tokoh utamanya berusia anak-anak, novel ini mungkin masuk ke genre buku anak, dan yang membuatnya berbeda dengan buku anak lainnya, di sini kisahnya mengandung kegetiran, kesedihan, dan perjuangan berat yang dialami dua anak kecil setelah ibunya meninggal. 

Tema kehilangan dibahas berkali-kali melalui beberapa tokoh. Kakaputu dan Arumbawangi kehilangan Nanamama. Jojo kehilangan ibunya. Pak Rudi kehilangan Jojo. Semua drama ini sangat menyentuh hati.

Novel ini juga membawa isu lingkungan menjadi topik dan konflik utama. Terutama menyoroti soal ambisi merubah area hijau seperti hutan, sawah atau kebun menjadi deretan gedung megah oleh pengusaha. Tentu saja kegiatan ini akan membawa kerusakan bagi lingkungan dan habitat di sekitarnya. 

Secara garis besar, novel ini menampilkan perlawanan keluarga kecil melawan ketamakan pengusaha dan masyarakat sekitar. Menyaksikan bagaimana Nanamama menentang keras soal pembangunan hotel di desanya, membuat kita melek kalau perjuangan menjadi minoritas yang benar di tengah mayoritas yang salah ternyata bikin membatin, padahal yang dipertahankan adalah tanah sendiri.

Saya yang sangat suka cerita dengan latar pedesaan, sangat menikmati membaca novel ini. Lokasi cerita ini ada di Bali, dimana di sana ada satu daerah yang sawah teraseringnya diakui UNESCO. Penulis berhasil menggambarkan situasi pedesaan dan aktifitasnya dengan sangat nyata. Soal sawah yang padinya menguning dan kerap disantroni burung-burung, atau bagaimana keriangan anak-anak main lumpur saat tanah sawah masih digenangi air.




Tokoh-tokoh di novel ini pun begitu hidup. Nanamama dan anak-anaknya menjadi protagonis yang mengesankan. Dan saya masih terkesan dengan sifat-sifat mereka walaupun sudah selesai membaca novelnya. Karakter mereka khas keluarga sederhana dari pedesaan. Di sini juga ada karakter antagonis yang menyebalkan yaitu Wawatua yang mengincar tanah Nanamama dengan lebih dulu ingin jadi wali Kakaputu dan Arumbawangi. Walau pun yang diincarnya bukan harta untuk diri sendiri, tetapi cara dia memprovokasi warga dan kelicikannya benar-benar jahat.              

Nilai-nilai moral dalam novel ini pun sangat menggugah. Kita seperti diingatkan kembali soal hidup dalam kesederhanaan dan paham arti cukup. Nanamama sering mengatakan kalau tanah bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari kita jika dirawat dan dijaga dengan baik, makanya dia tidak silau mata oleh tawaran yang mau membeli tanahnya. Dan ketika beliau tiada, Nanamama ternyata memiliki simpanan dan tabungan untuk kedua anaknya. Berkat mempraktikan arti cukup, kita pasti bisa menabung untuk pegangan ketika situasi buruk terjadi tiba-tiba.

Kesimpulannya, novel ini punya cerita yang bakal menghanyutkan pembaca dengan unsur kehidupan pedesaan dan konfliknya. Sajian yang sederhana tapi bernilai mahal.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


September 12, 2023

Resensi Novel The Apartment - Utep Sutiana


Judul:
The Apartment

Penulis: Utep Sutiana

Penyelaras aksara: Dewi Hannie

Desainer: Billy R.

Penerbit: Bhuana Ilmu Populer

Terbit: September 2019

Tebal: 178 hlm.

ISBN: 9786232165410

Nilai: 3/5


Sabrina Larasati ditemukan tewas di balkon apartemennya. Dari hasil penelitian tim forensik kepolisian, Sabrina meninggal dikarenakan kekerasan fisik. Rimba Rayya-sang fotografer, yang juga adalah pacarnya- menjadi tersangka utama.

Akan tetapi, seiring waktu bergulir dan berdasarkan fakta-fakta yang didapat di TKP, beberapa nama pun muncul ke permukaan dan diyakini oleh pihak kepolisian menjadi tersangka utama berikutnya.

Kasus semakin rumit ketika Syifa-manajer artis Sabrina-ternyata juga tewas beberapa hari sebelum Sabrina terbunuh.


Novel The Apartment menceritakan seorang gadis 32 tahun berprofesi artis terkenal bernama Sabrina Larasati. Kehidupannya sedang suntuk karena kesibukannya sebagai artis yang penuh jadwal syuting. Ditambah kemunculan Dustin, sahabat lamanya, yang kian meneror dengan tujuan menjadikannya sebagai pacar.

Teror Dustin mengusik hidup Sabrina, dan ketenangannya bertambah rusak saat manajernya, Syifa, menyampaikan ada lelaki bernama Anton, mengaku sahabatnya dari kampung, yang mendesak ingin menemuinya. Sabrina tidak punya pilihan selain pindah apartemen dan ia akan pindah ke apartemen kosong milik kekasihnya, Rimba Rayya-sang fotografer.

Suatu pagi, Lelma yang berkunjung ke apartemen Sabrina yang baru, ia justru menemukan sosok Sabrina sudah terkapar di balkon dengan luka tusukan. Sebelum dibunuh, tampaknya Sabrina diperkosa lebih dulu karena di tubuhnya ditemukan sperma.

Selain itu, manajer Sabrina, Syifa, juga ditemukan terbunuh di apartemennya. Kepala belakangnya dipukul benda tumpul. 

Penyelidikan polisi untuk dua kasus pembunuhan mengarah kepada orang-orang terdekat dari si korban. Lelma, Dustin, Rimba, dan Anton merupakan nama-nama yang masuk investigasi. Lelma adalah teman seapartemen Sabrina. Dustin adalah sahabat yang kemudian mengejar Sabrina agar jadi pacarnya. Rimba adalah kekasih Sabrina. Anton adalah sahabat lama Sabrina dari kampung.

Lalu, siapa sebenarnya pembunuh Sabrina dan Syifa? Dan apa motif pembunuhan keduanya?


Novel The Apartment ini bergenre thriller misteri. Ceritanya ada pembunuhan dan kita diajak menelusuri mencari tahu siapa pembunuhnya. Dan di sini juga kita akan menemukan usaha penulis untuk menggiring pembaca menebak ke terduga pelaku, dan menjelang akhir cerita, mulai dipatahkan satu demi satu dugaan tersebut dengan alibi-alibi yang meyakinkan.

Saya suka dengan ceritanya karena memang saya jarang membaca genre ini, terutama karya penulis dalam negeri. Dan genre ini tentu saja membuat saya betah melanjutkan membaca karena penasaran dengan sosok pelaku pembunuhnya.

Lembar demi lembar misterinya cukup menarik. Terutama ketika penulis mulai menjabarkan alibi-alibi kenapa terduga pelaku tidak jadi pelaku. Semakin diungkap alibinya, semakin mengerucut sosok pelakunya. Dan di akhir cerita, lumayan mengagetkan, "Kenapa pelakunya dia?". Saya tidak akan membocorkan siapa pelakunya, tapi saya perlu bilang kalau Sabrina adalah korban apes atau nasib tak mujur.

Ada tiga hal yang saya tidak suka dari novel ini. Pertama, penulis menampilkan orang-orang berengsek di sekitar korban (Sabrina). Dengan begitu, pembaca sudah yakin kalau di antara mereka sebagai pelakunya karena motifnya jelas. Dan ketika mereka menjalankan rencana buruk kepada Sabrina, ketertarikan saya pada kasusnya berkurang. Akan jauh lebih seru kalau ada orang-orang baik di sekitar Sabrina yang justru menyimpan bara dalam sekam, dan saat cerita akan diakhiri, penulis membuka motifnya dengan gamblang. Ini akan mengejutkan pembaca.

Kedua, pace ceritanya yang terlalu cepat. Banyak detail yang dipersingkat dengan paragraf narasi sehingga pembaca tidak bisa masuk dengan karakter-karakter yang ada. Susah bagi saya untuk simpati dengan tokoh-tokohnya. Ini membuat saya maklum dengan novel terjemahan yang bergenre sama dan memiliki ketebalan yang menguji, karena di novel tersebut memaparkan lebih banyak detail cerita.

Ketiga, ending cerita yang tidak memuaskan. Penulis dengan mudahnya tidak mengganjar pelaku dengan hukuman yang setimpal. Pelaku malah bisa bebas dan leluasa meninggalkan Indonesia dengan sangat jumawa. Pada bagian ini, peran polisi dan detektif jadi tidak ada gunanya.

Walau novel ini memiliki kekurangan, tetapi ceritanya masih menghibur dan bisa dinikmati. Sayangnya memang belum memberikan kesan mendalam. 

Sekian ulasan saya untuk novel The Apartement ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!