Resensi Buku Kumcer Cerita-Cerita Jakarta - Ratri Ninditya, Hanna Fransisca, dkk.

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Cerita-Cerita Jakarta

Penulis: Ratri Ninditya, Hanna Fransisca, Sabda Armandio, Utiuts, Dewi Kharisma Michellia, Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, Ben Sohib, Cyntha Hariadi, Afrizal Malna, Yusi Avianto Pareanom

Editor: Maesy Ang, Teddy W. Kusuma

Sampul: Syarafina Vidyadhana, Katyusha Methanisa

Penerbit: POST Press

Terbit: Juni 2021, cetakan kedua

Tebal: xv + 213 hlm.

ISBN: 9786026030467


Buku Cerita Cerita Jakarta adalah kumpulan sepuluh cerita pendek dari penulis-penulis terkenal yang punya tema besar soal Kota Jakarta dan cerita kehidupannya. Karena dibuat dari tangan berbeda-beda, buku ini terasa lebih kaya.

Di cerita B217AN (enggak tau bacanya bagaimana...) menceritakan soal closure pasangan kekasih yang bakal jadi mantan sebab si perempuan bakal menikah dengan lelaki lain. Keduanya bertemu untuk perpisahan dengan melipir ke warung seafood di pinggiran Jakarta. 

Bukan soal tega meninggalkan seseorang ya, tapi di cerita ini Kak Ratri menyinggung soal perempuan yang memilih menerima lelaki yang lebih serius dan siap, dan mengorbankan rasa cintanya kepada lelaki yang masih semaunya sendiri dalam melihat kehidupannya. Cinta dan omong besar nggak bisa bikin perut kenyang bos!

Ribetnya birokrasi pemerintah dan tipis-tipis soal diskriminasi ras dibawakan Kak Hanna dalam kisah Aroma Terasi. Di sini dipampang praktik calo dalam pengurusan paspor yang sebenarnya nggak boleh ada tetapi baik masyarakat dan petugasnya kadang sudah sepakat sehingga percaloan ini subur dan kekal. Selain itu soal merosotnya budaya tolong menolong kepada sesama tergambar juga di cerita ini. Padahal, melakukan kebaikan enggak harus melihat siapa yang akan kita tolong, seberapa kekayaan, dan apakah dia dari golongan terhormat. Tolonglah mereka yang butuh pertolongan dan suatu hari kita pun akan tertolong.

Kak Sabda yang terkenal dengan novelnya Gaspar membawa cerita soal demonstrasi kepada pemerintah terkait revisi dari undang-undang yang menguntungkan para elit, dan berujung bentrok hingga polisi melakukan sweeping. Cerita Masalah menggunakan sudut pandang tokoh Yuli dan Gembok, si pengamen lampu merah. Ceritanya sendiri ditutup dengan ada yang 'dihilangkan' khas orde lama. Di singgung juga istilah intel dalam cerita ini. Jangan-jangan dulu juga banyak intel terlibat yang menyebabkan orang di masa lalu banyak dihilangkan.

Genre sci-fiction baru terasa di cerita Buyan. Jakarta tenggelam dan teknologi transportasi berbasis online jadi marak. Tante Nana adalah salah satu penumpang yang menaiki mobil tanpa sopir namun nasibnya naas karena sistem navigasi eror. Mobilnya melaju terus menuju lautan dan bantuan dari aplikasi dipenuhi template layanan. Tidak ada teknologi canggih yang bisa dipisahkan dari eror dan harus disadari betul setiap kemajuan dan perubahaan memiliki efek buruk juga.



Cerita prostitusi diulik Kak Dewi dalam kisah Rahasia Dari Kramat Tunggak. Kramat Tunggak sendiri adalah nama daerah prostitusi di Jakarta. Bercerita tentang anak Perempuan dan ibunya bersitegang akibat keputusan ibunya yang kembali menjalani profesi murahan. Dan dari perseteruan ini terbukalah tabir-tabir yang selama ini jadi tanda tanya besar untuk si anak. Dari cerita ini kita bisa paham jika semua orang tua menginginkan yang terbaik dan teraman untuk anaknya. begitu juga dengan si ibu yang ternyata dibalik keputusannya melacur lagi, dia punya misi besar untuk hidup terbaik mereka di masa depan.

Ciri khas Kak Ziggy yang sering menggunakan nama tokoh dengan satu huruf kembali bisa ditemukan di cerita Anak-Anak Dewasa. Namun di sini tokoh-tokohnya bukan anak-anak melainkan kakek nenek yang tinggal di pemukiman jompo. Satu hari mereka jalan-jalan ke taman bermain di Jakarta. Banyak memori yang melintas. Tetapi kemanisan memori tadi tidak menghentikan niat mereka melakukan parade bunuh diri. 

Menyeramkan!

Tema agama bakal kita dapatkan di cerita Haji Syiah. yang berlatar di lingkungan Betawi. Menceritakan soal guru ngaji yang mau menerima anak muda dengan latar belakang pemabuk. Pengajian membuat mereka berubah tapi ternyata iman seseorang itu naik-turun kalau tidak dijaga. Dan penting sekali mempunyai lingkungan kondusif agar keimanan terjaga. Jika kita bergaul dengan orang soleh, insyaallah kita akan terbawa dan konsisten pada kesolehan.

Sedangkan cerita Matahari Tenggelam di Utara membahas soal persahabatan remaja yang menyentil perbedaan daerah pinggiran dan daerah elit di Jakarta. Dua remaja putri bernama Tata dan Ace bersahabat. Banyak hal yang sudah mereka lalui. Dan diam-diam Tata naksir berat kepada Tian, kakak Ace. Dengan adanya kerusuhan di Jakarta pada saat itu, Tata kehilangan sahabat dan orang yang ditaksirnya. Namun kesedihan yang berlarut-larut memunculkan kekecewaan karena ia merasa ditinggalkan.

Di Pengakuan Teater Palsu kita akan kenalan dengan seniman yang saya sendiri masih ragu dengan kewarasannya. Tampilannya mirip gelandangan dan omongannya begitu heroik khas seniman. Sampai cerita ini diakhiri, sumpah, saya nggak tau tokoh utamanya ini beneran sedang jadi seniman atau sebenarnya orang gila.

Sebagai cerita penutup, Suatu Hari dalam Kehidupan Seorang Warga Depok yang Pergi ke Jakarta (judulnya panjang tenan, hehe) memotret perjalanan yang bisa dilakukan di Jakarta. Perbincangan random antara tokoh utama dengan orang-orang yang ditemuinya.

Saya suka dengan kumpulan cerita di buku ini karena keragaman tema yang disajikan. Jakarta punya banyak warna dari kehidupan penghuninya. Kita seperti ikut masuk menjelajah Jakarta, dari tengah kota hingga ke pinggiran. 

Sepuluh cerita yang dikumpulkan sudah sangat pas secara jumlah, tidak terlalu sedikit, tidak kebanyakan juga. Dan buku ini saya rekomendasikan untuk pembaca yang mau mengenal Jakarta, yang tidak melulu mewah dan megah seperti dalam tayangan televisi.

Sekian ulasan saya untuk buku ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Resensi Buku Sulung Dan Nyonya Ai - Sulung Landung

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Sulung Dan Nyonya Ai: Sebuah Perjalanan Menuju Pulih

Penulis: Sulung Landung

Penyunting: Reda Gaudiamo, Anastha Eka

Ilustrasi: Mohammad Taufiq (Emte)

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Mei 2023

Tebal: 195 hlm.

ISBN: 9786020670638


Buku ini merupakan buku self improvement berisi pengalaman penulis saat ia kecil hingga dewasa yang penuh dinamika dan perenungan. Dan ini perkenalan saya dengan sosok Sulung Landung, yang saya baru tahu kalau beliau sudah mempunyai tiga buku series 'Management Artis 101', dengan pembahasan dunia keartisan.

Pada paruh awal buku, kita akan dikenalkan pada perjuangan Sulung karena lahir dari keluarga biasa dengan mempunyai orang tua yang kemudaan. Sulung lahir saat ibunya, Ai, masih berusia 17 tahun. Keadaan ini berimbas Sulung lebih banyak diasuh oleh Ama atau neneknya. Sulung sendiri mengakui kalau hubungannya dengan sang ibu memang agak jauh sedari kecil. 

Sulung kecil ternyata korban bully. Ia kerap diolok-olok oleh teman-temannya di sekolah karena seragamnya sering bau ikan asin. Wajar berbau begitu karena Sulung kecil sering menemani Ama berjualan ikan asin sehingga bau ikan asin menempel di pakaiannya.

Ada pengalaman Sulung menyanyi dan justru ia disoraki dengan sebutan 'banci, bencong', dan itu membuat nyalinya menciut untuk unjuk gigi. Sulung kecil yang mentalnya sedang dibentuk justru dibenturkan dengan lingkungan yang menggangu, dan pada saat itu Sulung kecil tidak punya tempat untuk mengadu dan berlindung.

Mental Sulung digulung tekanan hingga ia tumbuh dewasa dengan rasa malu, takut, dan tidak percaya diri. Bahkan sifat pecundangnya ini bertahan sampai ia masuk SMA. Beruntung ketika SMA ini ia menemukan lingkungan yang mendukung untuk mengeluarkan potensi baiknya. Prestasinya menanjak, namanya muncul, dan Sulung mulai berani memutuskan ingin jadi apa dirinya.

Ketika ia kuliah, Sulung harus berjuang dengan keadaan ekonomi yang tidak stabil. Usaha ayahnya kerap naik-turun dan itu memaksa Sulung untuk dewasa menyikapi. Sehingga Sulung pun menyambi pekerjaan paruh waktu agar kuliahnya tidak terhenti di tengah jalan.

Enggak ada usaha yang mengkhianati hasil. Apa yang diimpikan Sulung, satu per satu mulai terwujud. Tetapi ternyata pengalaman buruk saat ia kecil hingga dewasa menjadi luka batin. Sulung tidak tenang dengan pencapaiannya. Sulung tidak bahagia. Diam-diam pengalaman buruk di masa lalu ia pendam sendiri dan menjadi borok. Sulung pun mencari penyembuhan ke beberapa orang agar kegelisahannya menghilang. Dan kunci mendapatkan itu adalah memaafkan masa lalu.

Namun proses memaafkan masa lalu tidak mudah. Berkat menemui beberapa orang, Sulung mendapatkan akar masalah batin yang menderanya. Dan itu ternyata berhubungan dengan Ai, ibunya. 

Dari buku ini saya memahami pelajaran-pelajaran hidup berharga yang seharusnya dipahami banyak orang. Pertama, anak kecil harus mempunyai kehidupan yang menyenangkan dan tenang. Tidak harus bergelimang harta atau bisa jajan apa saja. Yang utama adalah peran orang tua mendampingi harus jadi prioritas. Pendewasaan dari anak kecil ke jelang dewasa itu prosesnya berat. Banyak tidak tahunya. Dan peran orang tua seharusnya menemani, mendampingi, merangkul, memberi tahu, dan membenarkan jika salah. 

Pengalaman buruk di masa lalu yang tidak diselesaikan akan jadi luka batin sampai dewasa. Kenangan buruk akan jadi trauma yang jika tidak disembuhkan akan terus jadi ganjalan di hati dan ini bisa mempengarui kualitas kebahagian. 

Untuk teman-teman yang saat ini masih gelisah dan malu mengakui masa lalu buruk, coba untuk mulai menyembuhkan dengan menuliskannya atau membicarakan dengan seseorang yang kita percaya. Jangan lagi dipendam pengalaman buruk tadi, keluarkan dari hati, bebaskan belenggunya, dan lepaskan bebannya.

Kedua, jika tidak baik-baik saja segera cari penyembuhan. Untuk beberapa orang yang mempunyai nasib seperti Sulung, tidak bisa dibiarkan dan berpura-pura kalau itu sudah berlalu. Dengan dibantu ahlinya, kita akan menyelami sisi terdalam kita dan rahasia yang dipendam. Jika sudah tahu isi hati dan luka-luka yang dipendam dalam-dalam, baru kita mulai mengungkapkan kegusaran itu. Kita bisa mulai menyelesaikan semuanya sampai ke tahap 'Oke, saya menerima masa lalu buruk itu dan saya memaafkan semuanya.' 

Ketiga, kita harus jadi pejuang untuk hidup kita. Harus diakui semakin dewasa, beban hidup semakin berat. Banyak faktor yang membuat kita tertekan dengan tuntutan dan tanggung jawab. Dan perjuangan kita harus untuk tujuan hidup yang kita mau. Ingat, standar hidup setiap orang berbeda-beda dan kita harus tahu standar hidup kita segimana sehingga perjuangan yang kita lakukan pun lebih terukur dan terarah. Jangan sampai kita terjebak memperjuangkan hidup untuk standar selangit, yang ada kita akan mati lebih dulu sebelum mengucapkan syukur atas pencapaian yang sudah dilalui.

Membaca buku Sulung dan Nyonya Ai ini membuat saya melihat ke diri sendiri, membongkar lagi isi hati dan memang ternyata ada pengalaman yang kurang menyenangkan yang masih belum saya akui. PR-nya ya saya harus mulai jujur dengan masa lalu, dan perlahan-lahan harus berdamai.

Oya, buku ini punya gaya penulisan yang enak dibaca. Tiap bab-nya dibikin pendek dan isi ceritanya juga jelas. Jadi enggak akan bikin kita pusing memahaminya. Dan saya awalnya terkecoh dengan sampulnya yang bagus, mirip sampul buku anak, tetapi isi buku ini sangat untuk orang dewasa. 

Saya merekomendasikan buku ini untuk mengingatkan kita soal apakah rasa bahagia kita sudah utuh atau jangan-jangan ada ganjalan di hati yang ternyata kita pura-pura enggak merasakannya. Pasti banyak dari pembaca yang punya nasib seperti Sulung dan buku ini bisa jadi contoh nyata kalau kita bisa menyembuhkan dan memperbaikinya.

Nah, sekian ulasan saya untuk buku Sulung dan Nyonya Ai: Sebuah Perjalanan Menuju Pulih ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!