Tampilkan postingan dengan label ziggy zezsyazeoviennazabrizkie. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ziggy zezsyazeoviennazabrizkie. Tampilkan semua postingan

April 24, 2024

Resensi Buku Kumcer Cerita-Cerita Jakarta - Ratri Ninditya, Hanna Fransisca, dkk.

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Cerita-Cerita Jakarta

Penulis: Ratri Ninditya, Hanna Fransisca, Sabda Armandio, Utiuts, Dewi Kharisma Michellia, Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, Ben Sohib, Cyntha Hariadi, Afrizal Malna, Yusi Avianto Pareanom

Editor: Maesy Ang, Teddy W. Kusuma

Sampul: Syarafina Vidyadhana, Katyusha Methanisa

Penerbit: POST Press

Terbit: Juni 2021, cetakan kedua

Tebal: xv + 213 hlm.

ISBN: 9786026030467


Buku Cerita Cerita Jakarta adalah kumpulan sepuluh cerita pendek dari penulis-penulis terkenal yang punya tema besar soal Kota Jakarta dan cerita kehidupannya. Karena dibuat dari tangan berbeda-beda, buku ini terasa lebih kaya.

Di cerita B217AN (enggak tau bacanya bagaimana...) menceritakan soal closure pasangan kekasih yang bakal jadi mantan sebab si perempuan bakal menikah dengan lelaki lain. Keduanya bertemu untuk perpisahan dengan melipir ke warung seafood di pinggiran Jakarta. 

Bukan soal tega meninggalkan seseorang ya, tapi di cerita ini Kak Ratri menyinggung soal perempuan yang memilih menerima lelaki yang lebih serius dan siap, dan mengorbankan rasa cintanya kepada lelaki yang masih semaunya sendiri dalam melihat kehidupannya. Cinta dan omong besar nggak bisa bikin perut kenyang bos!

Ribetnya birokrasi pemerintah dan tipis-tipis soal diskriminasi ras dibawakan Kak Hanna dalam kisah Aroma Terasi. Di sini dipampang praktik calo dalam pengurusan paspor yang sebenarnya nggak boleh ada tetapi baik masyarakat dan petugasnya kadang sudah sepakat sehingga percaloan ini subur dan kekal. Selain itu soal merosotnya budaya tolong menolong kepada sesama tergambar juga di cerita ini. Padahal, melakukan kebaikan enggak harus melihat siapa yang akan kita tolong, seberapa kekayaan, dan apakah dia dari golongan terhormat. Tolonglah mereka yang butuh pertolongan dan suatu hari kita pun akan tertolong.

Kak Sabda yang terkenal dengan novelnya Gaspar membawa cerita soal demonstrasi kepada pemerintah terkait revisi dari undang-undang yang menguntungkan para elit, dan berujung bentrok hingga polisi melakukan sweeping. Cerita Masalah menggunakan sudut pandang tokoh Yuli dan Gembok, si pengamen lampu merah. Ceritanya sendiri ditutup dengan ada yang 'dihilangkan' khas orde lama. Di singgung juga istilah intel dalam cerita ini. Jangan-jangan dulu juga banyak intel terlibat yang menyebabkan orang di masa lalu banyak dihilangkan.

Genre sci-fiction baru terasa di cerita Buyan. Jakarta tenggelam dan teknologi transportasi berbasis online jadi marak. Tante Nana adalah salah satu penumpang yang menaiki mobil tanpa sopir namun nasibnya naas karena sistem navigasi eror. Mobilnya melaju terus menuju lautan dan bantuan dari aplikasi dipenuhi template layanan. Tidak ada teknologi canggih yang bisa dipisahkan dari eror dan harus disadari betul setiap kemajuan dan perubahaan memiliki efek buruk juga.



Cerita prostitusi diulik Kak Dewi dalam kisah Rahasia Dari Kramat Tunggak. Kramat Tunggak sendiri adalah nama daerah prostitusi di Jakarta. Bercerita tentang anak Perempuan dan ibunya bersitegang akibat keputusan ibunya yang kembali menjalani profesi murahan. Dan dari perseteruan ini terbukalah tabir-tabir yang selama ini jadi tanda tanya besar untuk si anak. Dari cerita ini kita bisa paham jika semua orang tua menginginkan yang terbaik dan teraman untuk anaknya. begitu juga dengan si ibu yang ternyata dibalik keputusannya melacur lagi, dia punya misi besar untuk hidup terbaik mereka di masa depan.

Ciri khas Kak Ziggy yang sering menggunakan nama tokoh dengan satu huruf kembali bisa ditemukan di cerita Anak-Anak Dewasa. Namun di sini tokoh-tokohnya bukan anak-anak melainkan kakek nenek yang tinggal di pemukiman jompo. Satu hari mereka jalan-jalan ke taman bermain di Jakarta. Banyak memori yang melintas. Tetapi kemanisan memori tadi tidak menghentikan niat mereka melakukan parade bunuh diri. 

Menyeramkan!

Tema agama bakal kita dapatkan di cerita Haji Syiah. yang berlatar di lingkungan Betawi. Menceritakan soal guru ngaji yang mau menerima anak muda dengan latar belakang pemabuk. Pengajian membuat mereka berubah tapi ternyata iman seseorang itu naik-turun kalau tidak dijaga. Dan penting sekali mempunyai lingkungan kondusif agar keimanan terjaga. Jika kita bergaul dengan orang soleh, insyaallah kita akan terbawa dan konsisten pada kesolehan.

Sedangkan cerita Matahari Tenggelam di Utara membahas soal persahabatan remaja yang menyentil perbedaan daerah pinggiran dan daerah elit di Jakarta. Dua remaja putri bernama Tata dan Ace bersahabat. Banyak hal yang sudah mereka lalui. Dan diam-diam Tata naksir berat kepada Tian, kakak Ace. Dengan adanya kerusuhan di Jakarta pada saat itu, Tata kehilangan sahabat dan orang yang ditaksirnya. Namun kesedihan yang berlarut-larut memunculkan kekecewaan karena ia merasa ditinggalkan.

Di Pengakuan Teater Palsu kita akan kenalan dengan seniman yang saya sendiri masih ragu dengan kewarasannya. Tampilannya mirip gelandangan dan omongannya begitu heroik khas seniman. Sampai cerita ini diakhiri, sumpah, saya nggak tau tokoh utamanya ini beneran sedang jadi seniman atau sebenarnya orang gila.

Sebagai cerita penutup, Suatu Hari dalam Kehidupan Seorang Warga Depok yang Pergi ke Jakarta (judulnya panjang tenan, hehe) memotret perjalanan yang bisa dilakukan di Jakarta. Perbincangan random antara tokoh utama dengan orang-orang yang ditemuinya.

Saya suka dengan kumpulan cerita di buku ini karena keragaman tema yang disajikan. Jakarta punya banyak warna dari kehidupan penghuninya. Kita seperti ikut masuk menjelajah Jakarta, dari tengah kota hingga ke pinggiran. 

Sepuluh cerita yang dikumpulkan sudah sangat pas secara jumlah, tidak terlalu sedikit, tidak kebanyakan juga. Dan buku ini saya rekomendasikan untuk pembaca yang mau mengenal Jakarta, yang tidak melulu mewah dan megah seperti dalam tayangan televisi.

Sekian ulasan saya untuk buku ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



November 10, 2021

[Resensi] Kita Pergi Hari Ini - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie


Judul:
Kita Pergi Hari Ini

Penulis: Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Editor: Teguh Afandi

Penerbit: Gramedia Pustaka utama

Terbit: Oktober 2021, cetakan pertama

Tebal: vi + 186 hlm.

ISBN: 9786020657479

***

Mi dan Ma dan Mo tidak pernah melihat kucing seperti Nona Gigi. Tentu saja, mereka sudah pernah melihat kucing biasa. Tapi Nona Gigi adalah Kucing Luar Biasa. Kucing Luar Biasa berarti kucing yang di luar kebiasaan. Nona Gigi adalah Cara Lain yang dinantikan oleh Bapak dan Ibu Mo untuk menjaga Mi, Ma, dan Mo ketika keduanya keluar rumah mencari uang. Sebab di Kota Suara, semua uang yang tersedia di dasar laut sudah diambil oleh para perompak, uang di bawah tanah diambil oleh para perampok, dan uang di ranting pohon diambil oleh pengusaha kayu yang jahat.

Nona Gigi mengajak Mi dan Ma dan Mo dan Fifi dan Fufu- anak kembar Tetangga Baru bertualang mengunjungi tempat-tempat indah. Mereka naik Kereta Air, bertemu Kolonel Jagung, bermain di Sirkus Sendu, dan menyaksikan kemegahan Kota Terapung Kucing Luar Biasa.

Kita pergi hari ini. Ke tempat-tempat indah dalam mimpi-mimpi anak-anak baik-baik.

***

Ada sebuah rumah merah bernomor 17 di Kota Suara yang ribut. Kota yang dipenuhi oleh keluarga yang punya banyak anak sehingga suasananya sangat ribut. Rumah merah bernomor 17 dihuni oleh Bapak dan Ibu Mo, Mi si Sulung yang keren, Ma anak kedua yang rewel, dan Mo anak bungsu yang sulit dimengerti. Bapak dan Ibu Mo adalah keluarga sederhana yang perlu uang tapi tidak bisa meninggalkan mengasuh anak-anak. Sehingga Ibu Mo akhirnya mencari cara lain untuk menyelesaikannya dengan mengirim kancing yang dibawa Pelikan.

Esok harinya muncul seekor kucing betina dewasa yang dipanggil Nona Gigi. Dia mengurus anak Bapak dan Ibu Mo selama pasangan ini mencari uang. Satu hari di seberang rumah Bapak dan Ibu Mo kedatangan tetangga baru yang memiliki anak kecil juga: Fifi si anak kembar laki-laki yang manis dan Fufu si anak kembar perempuan yang keren. 

Pada satu waktu Nona Gigi membawa anak-anak piknik ke tempat asalnya, Kota Terapung Kucing Luar Biasa. Kota yang ramai dengan penduduk yang bercampur-campur antara beberapa hewan dan manusia. Kota Terapung Kucing Luar Biasa merupakan kota yang indah dan enak. Tapi setelah sehari mereka tinggal disana, anak-anak mendapatkan fakta yang mengerikan mengenai kota ini. Kota ini ternyata dibangun dari memperbudak dan membunuh manusia. Segala yang ada di manusia dimanfaatkan: dagingnya, tulangnya, giginya, bahkan rambutnya.

Ketika sadar kalau Kota Terapung Kucing Luar Biasa menyimpan kisah mengerikan dan menyedihkan, anak-anak merencanakan untuk 'Kita Pergi Hari Ini'. 

Berhasilkah mereka meninggalkan kota yang dibangun?

Langkanya buku-buku karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie membuat nama penulis ini wara-wiri di twitter. Bahkan ada kabar novel Jakarta Sebelum Pagi dijual oleh pembaca dengan harga yang fantastis. Momen ini menjadi pas bagi penerbit untuk menerbitkan karya terbaru penulis. Hasilnya, novel Kita Pergi Hari Ini banyak dibahas sejak pre-order-nya dibuka, sampai sekarang.

Dari rekap ulasan buku di blog ini, saya hanya pernah mengulas buku roman bersampul merah karyanya yang berjudul San Francisco. Buku lainnya yang pernah dibaca itu Jakarta Sebelum Pagi tapi sayang sekali saya belum membuat ulasannya dan kalau sekarang sudah lupa ceritanya. Karya beliau yang terkenal lainnya adalah Di Tanah Lada dan Semua Ikan di Langit.

Novel Kita Pergi Hari Ini boleh disebut sebagai buku anak. Dibagi menjadi empat babak yang punya kesan berbeda-beda: Kota Suara, Perjalanan, Kota Terapung Kucing Luar Biasa, dan Jalur Cahaya. Pada babak Kota Suara dan Perjalanan saya merasakan kenyamanan dan takjub luar biasa membayangkan detail ajaib yang dibuat penulis. Walaupun pada bab Sirkus Sendu saya sedih membayangkan usaha sirkus menguras air mata penonton, sampai-sampai harus menyakiti anggota sirkus dengan mengerikan, bahkan sampai membuat mereka mati.

Lalu pada babak Kota Terapung Kucing Luar Biasa saya terkejut dengan kenyataan yang tidak indah. Banyak sekali rahasia-rahasia kota ini yang mengerikan. Dan saya kasihan dengan nasib yang akan menimpa Mi, Ma, Mo, Fifi dan Fufu nantinya kalau sampai terjebak di kota itu. Dan babak terakhir, Jalur Cahaya, saya merasa lega dengan penyelesaian walaupun pas di ujung cerita masih bertanya-tanya maksud pernyataan Ibu Mo dan Ibu Tetangga Sebelah, 'Sial, hanya berkurang satu' (hal. 182).

Tema cerita novel ini condong ke petualangan dan misteri. Mi, Ma, Mo, Fifi, dan Fufu melakukan perjalanan melewati banyak tempat yang ajaib dan kemudian mereka menemukan fakta yang berbeda dari bayangan otaknya sehingga mereka harus berjuang agar bisa kembali ke Kota Suara. 

Cerita petualangan dan misterinya ramah bagi anak-anak. Disampaikan dengan narasi yang belibet seperti ucapan orang di usia anak-anak. Kadang diulang-ulang, kadang muter-muter. Lebih banyak narasi menunjukan kepolosan dan hasrat ingin tahu. Saya paham kenapa penulis memilih teknik ini, karena ingin mendekatkan pembaca kepada cerita anak-anak, dengan kemasan cerita yang seolah-olah disampaikan oleh anak-anak.

Ibarat dongeng, apa yang ada dan dialami tokoh dalam novel ini begitu ajaib-ajaib. Penggambaran Kota Suara, situasi di kota soal uang yang susah didapat, kucing pengasuh, kereta air, Sirkus Sendu, Kolonel Jagung, dan masih banyak detail cerita lainnya, yang membuat saya harus benar-benar membayangkan imajinasi penulis agar bisa menikmati jalan ceritanya.

Tipis-tipis isu ekonomi dibahas penulis melalui pernyataan soal situasi ekonomi Kota Suara, 'Semua uang yang ada di dasar laut sudah diambil oleh perompak, uang di dalam tanah diambil oleh perampok, dan uang di ranting pohon diambil oleh pengusaha kayu jahat' (hal. 4). Kasus monopoli ekonomi bukan hal baru, dan jika dilakukan dengan serakah tentu akan berefek buruk, yaitu menyulitkan ekonomi masyarakat. Yang miskin makin miskin, yang kaya makin makmur.

Isu lain yang lumayan gede dibahas penulis adalah soal toxic masculinity dari pernyataan, 'Semua anak perempuan adalah benar-benar manis dan semua anak laki-laki adalah benar-benar keren' (hal. 50). Kata manis dalam kalimat tersebut bermakna kurang lebih anggun, sopan, dan feminim. Sedangkan kata Keren bermakna bandel, nakal, dan pemberontak. Jika ada anak yang memiliki sifat kebalikan akan dianggap sebagai anak-anak yang benar-benar aneh.

Penulis membahas hal ini bukan untuk mencari yang benar atau salah. Justru disampaikan jika laki-laki yang manis dan perempuan yang keren punya peran dan kewajiban yang sama. Misalnya ketika Fifi dan Fufu harus menjalankan rencana Kita Pergi Hari Ini, keduanya sepakat harus berani. Bukan menunjuk laki-laki harus keren dan perempuan jadi bersikap manis.

Ada beberapa pesan yang disampaikan penulis dan ini penting dipahami pembaca. Pertama, kita harus sadar jika semua orang pasti pernah salah. Jangan pernah berekspektasi dengan kesempurnaan. Dan berbuat salah itu manusiawi. Dengan menyadari ini kita akan lebih santai menjalani hidup karena tidak dituntut untuk benar terus dan sempurna terus. 'Tidak ada yang tidak mungkin pernah salah' (hal. 43).

Kedua, menangis itu perlu. Kayaknya kita semua sepakat jika menangis itu sah dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Dan kita juga tahu kalau manfaat menangis itu bagus untuk kesehatan mental. Menangis itu seperti men-defragment sebuah folder, proses merapikan kembali emosi yang acak-acak sehingga kita memiliki ruang yang baru untuk emosi yang akan masuk. Akan jauh lebih baik kalau kita men-delete beberapa emosi yang nggak penting. Biar lebih ringkas jiwa kita.

Ketiga, tetap rukun dan harmonis bersaudara. Tidak dipungkiri sih kalau bersaudara itu ngeri-ngeri sedap. Ketika sejalan akan harmonis, ketika berbeda bisa melahirkan ledakan-ledakan. Yang paling penting adalah mengerti dan memahami kalau setiap orang itu berbeda-beda karakternya. Sehingga ketika tabrakan kita akan paham kondisinya dan paling bergumam, 'yah.. dia mah emang orangnya begitu.' Misalnya Ma sebagai anak perempuan yang manis dan satu-satunya di keluarga Bapak dan Ibu Mo lebih banyak tidak akur dengan Mi dan Mo yang keren. Tetapi perbedaan ini tidak membuat Ma membenci Mi dan Mo ataupun sebaliknya.

Dalam novel ini disinggung mengenai tradisi salam menggunakan daun Salam. Saya jadi ingat kalau di daerah saya pun ada tradisi ini. Menyampaikan salam dengan menggunakan daun. Lalu bergeser penggunaannya, dilakukan ketika menyampaikan undangan acara besar misal hajatan kawinan atau sunatan. Terbilang kolot sih, dan sekarang tradisi salam daun ini sudah tidak dipakai sama sekali.

Sindiran halus mengenai perempuan yang butuh kepastian saya temukan di halaman 58. Disitu dijelaskan jika 'Ketidakpastian membuat semua wanita, khususnya yang berupa Anak Perempuan yang Sangat Rewel, menjadi sangat rewel sekali.'

Menarik bukan bukunya? Setelah membaca kisah Mi, Ma, Mo, Fifi dan Fufu, saya memberikan nilai 4 bintang dari 5 bintang. Saya merasa cerita di novel ini bisa disampaikan kepada anak-anak sebagai cerita yang seru tapi tidak disarankan anak-anak membacanya langsung sebab narasinya lumayan belibet.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!

Oktober 14, 2016

[Resensi] San Francisco - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Segar, itu yang saya rasakan membaca novel ini. Banyak keunggulan yang dimunculkan penulis sehingga membaca menjadi kegiatan yang dinamis. Pengetahuan musik pun menjadi bobot yang menambah pengetahuan pembaca, saya.

Judul: San Francisco
Penulis: Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Editor: Septi Ws
Desain sampul: Teguh
Ilustrator isi: Tim Desian Broccoli
Penata isi: Tim Desain Broccoli
Penerbit: PT Grasindo
Terbit: Juli 2016
Tebal buku: iv + 220 halaman
ISBN: 9786023755929
Harga buku: Rp60.000 

Satu-satunya yang menarik dari cowok bernama Ansel adalah badannya yang tinggi, kegemarannya akan musik klasik, dan senar-senar harpa di ujung jarinya. Ansel bekerja di Suicide Prevention Center, bertugas mengangkat telepon, hingga akhirnya ia menemukan hal menarik yang baru: Rani – gadis dari negeri asing yang mengiris nadi setiap dua hari sekali.

Sekarang sebagian besar kehidupan Ansel berputar di sekitar Rani. Dan, Ansel bertanya-tanya apakah pertemuan mereka di Golden Gate Bridge San Francisco adalah takdir, atau sekedar kesialan? Karena dari sini, mobil kabel yang membawa kisah mereka bisa saja menanjak terus hingga setengah jalan menuju bintang, atau justru terjebak dalam kabut di atas perairan biru dan berangin San Francisco.

***

Jujur saja, saya merasa jalan cerita pada novel ini dibuat buram oleh ‘pritilan’ mengenai musik klasik dan informasi di dalamnya, entah kisah penciptaan musiknya, atau kisah hidup si penciptanya. Sehingga benang merah yang seharusnya menonjol, tidak begitu saya rasakan. Emm, tepatnya, saya seharusnya mendapatkan banyak momen berkesan dari alur yang diciptakan. Singkat saja, novel ini sebenarnya soal tokoh punya pacar – ketemu tokoh lain yang punya pacar –merasakan rasa sayang – memilih akan bagaimana. Itu saja, tapi bisa menjadi novel 200-an halaman karena banyak dialog tambahan. Kalau saya harus mencari momen atau adegan mana yang favorit, saya harus katakan tidak ada. Sorry...

Di penyajian ide cerita yang tidak memikat versi saya, saya harus mengakui jika penulis bercerita dengan sangat baik. Penulis seperti memilih adegan-adegan yang tidak biasa sehingga rasa yang ditimbulkan dari plot maju itu, tidak normal. Contoh adegan yang membuat saya kaget, ketika Ansel tidur di apartemen Rani kemudian bangun pagi dan mendapati di sampingnya ada sosok pemuda. Saya sempat kaget siapa si pemuda itu, dan bukannya harusnya Rani yang tertidur di samping Ansel, begitu kalau di novel-novel penulis lain, biasanya. Dan masih banyak lagi adegan yang tidak normal lainnya. Juga, diksi yang dipakai penulis sangat – sangat lugas dan saya seperti membaca novel terjemahan. Efeknya tentu saja tidak akan bosan baca sampai halaman terakhir.

Karena seri novel ini mengangkat kota istimewa yang dibalut kisah cinta, kota San Francisco tidak terkulik total, menurut saya. Hanya spot jembatan Golden Gate Bridge yang dimunculkan. Kelirunya jelas, karena musik klasik itu yang mendominasi dan hampir memenuhi objek cerita yang menghidupkan kisah Ansel dan Rani. Saya tidak kemana-kemana dan saya disuguhi musik yang tetap asing. Itu jelas masalah sebab saya harusnya membaca buku ini serasa piknik.

Saya juga perlu berterima kasih kepada penulis oleh dialog bahasa inggris yang kemudian ia terjemahkan. Sumpah, kalau pola demikian tidak dipilih oleh penulis, saya lebih memilih segera menutup novel dari pada pusing. Makanya, ini pola yang renyah dan nyaman. Thanks to you, Ziggy!

Ansel itu tidak spesial, penyuka musik klasik. Di novel ini, di mata saya, perannya hanya sebatas penyampai cerita dan salah satu benang warna yang dihubungkan dengan karakter lainnya yang lebih berkesan. Rani itu sensitif, suka putus asa, dan bisa jadi negatif thinking. Hasrat bunuh diri itu parameternya. Kok bisa sedepresi itu sehingga bunuh diri baginya sangat normal? Tokoh favorit jatuh pada Benji, serba selalu bisa, tidak egois, dewasa dengan caranya, dan tentu saja unik. Lalu tokoh samping lainnya; Ada, Gretchen, Dexter, Maria, teman-teman band Benji, punya porsi yang pas di cerita, tidak ada yang berusaha mendominasi.

Lalu menilik kovernya yang merah, ini elegan. Ah, seperti kover Roma karya Pia Devina. Tentu saja, saya suka kover-kover seri A Love Story yang lainnya juga. Terasa baru dan aman buat saya sebagai pembaca pria ketika meletakkannya di meja kerja dan bukan tidak mungkin dilihat orang lain.

Kemudian yang saya terima sebagai pesan moral di sini adalah mencintai itu tugas yang tidak bisa dibarengi egois. Tidak semua yang kita perjuangkan akan diberikan Tuhan sebagai reward. Termasuk jodoh. Seberapa kita ingin bersama si A, lalu Tuhan menulis takdir jodoh dengan si Z, maka itulah yang akan terjadi. Maka, terimalah jalan cerita hidup seaneh apa pun dengan pikiran yang luas. Di situ akan ditemukan rasa syukur jika ini bagian hidup terbaik yang dirancang Tuhan.

“Ini cuma pemikiranku saja, tapi menurutku tidak semua orang harus menikahi orang yang dicintainya, tidak semua orang harus mendapatkan pekerjaan yang sesuai untuknya, atau menjadi orang yang selalu diinginkan. Kau harus selalu ingat kalau, bahkan dalam buku cerita, setelah ‘akhir yang bahagia’, semua tokoh harus meneruskan hidup mereka. ‘Akhir yang bahagia’ itu cuma fase, dan ia akan segera berakhir.” [hal. 201]

Rating dari saya: 3/5



Catatan:
  • “Maksudku, sulit kalau dia tidak menyukai sesuatu yang merupakan fondasi seluruh kehidupanku, paham tidak? Orang-orang yang sangat berbeda bisa saja tetap hidup bersama, tapi kalau mereka bertentangan dalam hal paling dasar, sepertinya sangat sulit dijalani.” [hal. 198]
  • “Benar. Itukan seperti penyalahgunaan kekuatan. Yah, kurasa dia mau orang menyukainya bukan karena dia membuat mereka merasa seperti itu. Dia mau orang menyukainya karena mereka memang menyukainya. Tanpa alasan, tanpa syarat.” [hal. 116]
  • “Aku membentuk, menyulut, membakar, memukul, menjepit... Logam-logam yang kukerjakan mungkin menyakitiku, tapi aku juga menyakiti mereka. Yang melukaimu mungkin juga sama hancurnya denganmu. Tapi, mungkin kaliansama-sama merasakan sakit karena kalian dalam proses penciptaan sesuatu yang luar biasa. Kalaun kau memutuskan untuk mundur, kau merasa sakit dengan sia-sia.” [hal. 114]