Resensi Novel Le Petit Prince (Pangeran Cilik) - Antoine De Saint-Exupery


Judul:
Le Petit Prince (Pangeran Cilik)

Penulis: Antoine De Saint-Exupery

Penerjemah: Henri Chambert-Loir

Desain sampul: Marcel A. W.

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: November 2022, cetakan kedua puluh tujuh

Tebal: 120 hlm.

ISBN: 9786020323411


Pangeran Cilik termasuk buku yang paling banyak diterjemahkan di dunia. Konon pernah disadur ke 230 bahasa asing. Buku ini memang luar biasa. Tampaknya seolah cerita anak-anak, tapi sebenarnya dinikmati dan direnungkan juga oleh orang dewasa. Lewat cerita seorang anak yang mengamati dunia dengan mata naif dan lugu, Saint-Exupery menyentuh beberapa nilai dan pengalaman manusia paling dasar, seperti kekuasaan, tanggung jawab, dan cinta. Dongeng yang mengharukan sekaligus amat mendalam ini termasuk karya-karya agung sastra dunia yang tidak terlupakan.

***

SINOPSIS

Tokoh Aku, pada usia enam tahun, melihat gambar ular sanca yang melilit mangsanya pada sebuah buku. Lalu ia pun membuat gambar versinya sendiri; ular sanca menelan gajah, dan saat disodorkan kepada orang dewasa, persepsi mereka berbeda dengan pemahaman si Aku. Gambar tersebut dibilang gambar topi. Lalu si Aku menggambar versi terbuka yang menunjukan lebih jelas kalau yang ia gambar itu ular sanca memakan gajah. Tetapi orang dewasa mengatakan kalau ilmu bumi, ilmu hitung dan ilmu sejarah, dianggap lebih penting. Sejak itu si Aku berhenti menggambar dan memilih profesi menerbangkan pesawat terbang setelah ia dewasa.

'Orang dewasa tidak pernah mengerti apa-apa sendiri, maka sungguh menjemukan bagi anak-anak, perlu memberi penjelasan terus-menerus.' -hal. 8-9

Suatu hari pesawat yang dikendarainya mengalami kerusakan dan ia pun mendarat di Gurun Sahara. Sendirian ia harus membetulkan kerusakan pesawatnya, dan air minum yang tersisa hanya cukup untuk seminggu.

Satu subuh, si Aku bertemu dengan sosok Pangeran Cilik yang memintanya menggambar seekor domba. Dan dari pertemuan ini, si Aku dan Pangeran Cilik mengobrol banyak hal hingga si Aku mengenali Pangeran Cilik lebih dalam.

Pangeran Cilik banyak bertanya dan secara tidak sadar ia menceritakan siapa dirinya. Tentang planet tempat ia berasal, tentang bunga mawar, tentang pohon baobab, dan tentang perjalanannya melintasi planet-planet hingga akhirnya ia mencapai Bumi.

Di planet pertama, Pangeran Cilik bertemu dengan raja yang berkuasa. Di planet kedua ia bertemu seseorang yang sombong. Di planet ketiga ia bertemu dengan pemabuk. Di planet keempat ia bertemu dengan pengusaha. Di planet kelima dihuni ia bertemu penyulut lentera. Dan di planet keenam ada ia bertemu lelaki tua yang menulis buku-buku tebal. Bumi adalah planet ketujuh yang disinggahi Pangeran Cilik dan ia terdampar di Gurun Sahara.

Di Bumi, Pangeran Cilik bertemu dengan ular gurun, bunga berkelopak tiga, kebun mawar, seekor rubah, tukang wesel rel kereta api, dan penjual pil. Orang terakhir yang ditemui Pangeran Cilik sepertinya adalah si Aku ini.

Perjalanan yang penuh petualangan membuat Pangeran Cilik mendapatkan pengetahuan baru. Selain itu, ia juga mendapatkan pengajaran moral soal kehidupan.

***

IDE CERITA

Kalau ada yang bilang ini buku anak, bisa benar. Soalnya karakter Pangeran Cilik ini memang masih anak-anak, walau enggak jelas umur berapa. Dan gaya dia bicara dan berpikir juga masih polos seperti anak-anak pada umumnya, yang serba tidak tahu dan penasaran pada banyak hal.

Di buku ini Pangeran Cilik berpetualang melintasi planet-planet dan bertemu penghuninya. Tema petualangan bukannya tema yang umum di buku anak-anak. Ditambah unsur fantasi khas dongeng sangat kental ditemui di buku ini. Misal, Pangeran Cilik bisa bercakap-cakap dengan tumbuhan dan binatang. Jadi pantaslah kalau buku ini bisa dikategorikan sebagai buku bacaan anak-anak.

Lalu, kalau mau dibilang buku untuk pembaca dewasa, ada benarnya juga. Isu yang disinggung di beberapa bagian memang lebih pas dibaca oleh orang dewasa sebagai pengingat. Contohnya seorang astronom Turki yang mengabarkan soal keberadaan Asteroid B 612, tidak dipercayai orang-orang hanya karena ia memakai baju daerahnya. Tapi selang bertahun-tahun kemudian, dia menyampaikan informasi yang sama dengan memakai baju modern, orang-orang langsung percaya. Perkara baju bisa merubah penilaian. Ini sifat manusia sih, gampang menilai dari apa yang tampak di mata. 

Manusia dewasa juga disindir sebagai orang yang suka angka-angka. Dibilangnya, orang dewasa jarang menanyakan hal penting di luar angka kepada orang lain, misalnya apa kegemarannya, bagaimana kesehatannya, atau bagaimana kondisi keluarganya. Tetapi kebanyakan mereka menanyakan pertanyaan yang ada angkanya, misal tinggal di rumah nomor berapa, cicilan rumah berapa, gaji sebesar apa, sudah punya anak berapa, dan masih banyak pertanyaan serupa lainnya.

Banyak sekali pelajaran moral yang disinggung oleh pertanyaan Pangeran Cilik kepada si Aku. Kita sebagai pembaca akan diingatkan nilai-nilai yang mungkin sudah tidak kita perhatikan. Walau buku ini lucu, tapi kalau dibaca oleh pembaca dewasa, buku ini justru mengajak untuk merenung.

Untuk ending ceritanya dapat saya pahami secara garis besar. Tapi untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi, kayaknya perlu dibaca ulang sebab beberapa kalimat malah membingungkan alurnya.

"Jadi bukan kebetulan kalau pagi-pagi hari aku mengenalmu, delapan hari yang lalu, kamu sedang berjalan-jalan sendirian, seribu mil jauhnya dari pemukiman orang? Kamu waktu itu sedang kembali ke tempat jatuhmu?" -hal. 101

Dan setelah saya membaca sampai akhir buku, saya berasumsi jangan-jangan si Pangeran Cilik ini tuh hanya halusinasi si Aku ketika ia terdampar di Gurun Sahara seorang diri. Jadi, dengan sendirinya dia menciptakan satu tokoh khayalan di otaknya yang ia ajak bicara dan diajak berkeliling gurun, saking si Aku ini mengalami dehidrasi dan guncangan mental karena mesti bertahan sendirian. Ini PR sih buat saya untuk membaca ulang bukunya agar lebih mengerti secara keseluruhan. Kalau sekali baca, bisa saja ada pemahaman yang terlewatkan.

PLOT/GAYA BERCERITA/POV/KARAKTER

Alur novel Pangeran Cilik ini menggabungkan alur maju dan mundur. Namun dominannya alur mundur, sebab penulis mesti menjabarkan siapa Pangeran Cilik, dari mana dia berasal, dan bagaimana perjalanan dia yang akhirnya bisa sampai ke Bumi.

Menurut saya penulis berhasil membuat cerita sederhana tapi berbobot. Terkesan buku anak-anak tapi banyak isu orang dewasa yang diangkat. Makanya tidak heran kalau buku ini laris dimana-mana. Dan untuk kualitas terjemahannya sudah sangat bagus. Cerita Pangeran Cilik ini mudah dinikmati berkat diksi-diksi yang tidak aneh-aneh.

POV yang dipakai penulis adalah sudut pandang orang pertama. Tetap mempertahankan ke'aku'annya meski fokus cerita sebenarnya lebih banyak ke Pangeran Cilik. 

Si Aku ini tidak tampak spesial. Dia hanya orang dewasa yang suka menerbangkan pesawat setelah mengubur mimpinya menjadi pelukis. Sedangkan Pangeran Cilik adalah sosok kecil yang polos, lugu, dan punya keingintahuan yang besar. Biar pemikir, tapi tidak dengan pikiran yang liar dan aneh. Karakternya mewakili sifat anak-anak pada umumnya, yang kepo.


BAGIAN FAVORIT

Siapa sih yang enggak sedih pas perpisahan? Apa lagi selama delapan hari mereka ngobrol bareng, bahas banyak hal, dan tiba-tiba terucap perpisahan. Huhuhu, sedih. 

'Hanya tampak satu kilat kuning dekat pergelangan kakinya. Sejenak ia tidak bergerak. Ia tidak berteriak. Ia rebah dengan pelan bagaikan pohon tumbang. Tanpa bunyi, karena pasir.'-hal. 110.

PETIK-PETIK

Terlalu banyak pesan moral yang diungkapkan melalui petualangan Pangeran Cilik di buku ini. Pesan pertama yang disampaikan penulis melalui tokoh si Aku yang galau sejak gambar gajah di tubuh ular dibilangnya gambar topi adalah jangan pernah mematahkan semangat seseorang. Bukan kepada anak kecil saja, kepada orang dewasa pun. Kita punya keberanian yang beda-beda dalam membuat keputusan. Bagi sebagian orang, pendapat orang lain bisa menjadi gunting yang jika salah digunakan akan memutus semangatnya.

Lalu, sindiran halus mengenai kekuasaan dan cara berkuasa disampaikan saat Pangeran Cilik singgah di planet pertama yang dihuni oleh seorang raja. Menurutnya, kekuasaan dan perintah dari penguasa harus masuk akal agar dipatuhi rakyatnya. Kayaknya buku ini harus dibaca oleh penguasa dan anak buahnya di Indonesia ini, biar paham salah satu nilai yang harus dimiliki oleh seorang penguasa.

"Tepat! Setiap orang harus diminta apa yang dapat ia berikan," sambung Raja. "Kekuasaan berasaskan akal. Jika kamu menyuruh rakyatmu menceburkan diri ke laut, mereka akan memberontak. Aku berhak menuntut kepatuhan, sebab perintah-perintahku masuk akal." -hal. 46

Di planet lima yang dihuni oleh penyulut lentera, kita bisa belajar mengenai konsep taat aturan dan bertanggung jawab. Di sini penyulut lentera akan mematikan dan menghidupkan lentera dalam satu menit. Ia melakukannya secara taat walau ia tidak punya waktu untuk istirahat. Menurut si Penyulut Lentera, "Aturan adalah aturan." Bayangkan kalau kita berada di posisinya, kita pasti akan meninggalkan tugas tersebut dengan mengeluarkan banyak pembenaran. Dari cerita ini kita memang harus benar-benar melakukan tugas dengan baik dan bertanggung jawab.

Masih banyak nilai moral lain yang bisa kita petik, tapi alangkah lebih baiknya jika kalian membaca bukunya langsung. Akan lebih mengena ke relung sebab kita sendiri yang menentukan kapan mau meresapi nilai-nilai tersebut.

NILAI

Membaca buku terkenal yang sering wara-wiri dibicarakan orang-orang menjadi kebanggan sendiri. Setidaknya sebagai pembaca buku, saya pernah membaca buku yang dibaca banyak orang di seluruh dunia juga. Dan untuk cerita Pangeran Cilik dan petualangannya ini saya berikan nilai 4/5 bintang

Novelnya punya cerita ringan dan menyenangkan tapi mengajak kita untuk menjadi lebih baik pula. Bukankah berharga banget kan bisa baca buku yang seperti ini?

Hal menyenangkan lainnya, di buku ini kita disuguhi ilustrasi berwarna yang cakep-cakep pisan. Tidak membosankan membuka halaman demi halamannya.

Nah, sekian ulasan saya. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



[Buku] The Good Earth (Bumi Yang Subur) - Pearl S. Buck


Judul:
The Good Earth (Bumi Yang Subur)

Penulis: Pearl S. Buck

Penerjemah: Gianny Buditjahya

Desain dan ilustrasi sampul: Staven Andersen

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Maret 2019, cetakan keenam

Tebal: 512 hlm.

ISBN: 9789792241051

Kisah tentang keluarga Wang Lung-keluarga petani Cina sederhana yang mendapat kemuliaan dari tanah yang diolahnya. Wang Lung mencintai tanahnya melebihi cintanya kepada keluarga dan dewa-dewanya. Dan tanah itu membuat hidupnya makmur. Wang Lung mempertahankan tanahnya dari bencana alam dan gerombolan bandit. Dan dia berhasil. Dia menanamkan akar sebuah dinasti yang berkuasa. Dinasti yang terdiri atas istri-istri, selir-selir, dan banyak anak-anak yang kelak mengkhianatinya.

***

SINOPSIS

Wang Lung adalah pemuda miskin yang tinggal dengan ayahnya di rumah sederhana. Mereka memiliki sebidang tanah tepat di seberang rumahnya. Dalam keterbatasan, Wang Lung akhirnya bisa menikahi  seorang budak perempuan tidak cantik, berwajah kotak, berkaki dan berbadan besar, yang dijemputnya dari Rumah Keluarga Hwang, bernama O-lan. Meskipun O-lan sangat pendiam, tapi ia tangkas, rajin, dan berpengalaman melakukan pekerjaan rumah. Semua kegiatan mengurus rumah yang dulunya dilakukan Wang Lung kini dikerjakan O-lan. Dan berkat perawakan O-lan yang besar, tenaganya sangat membantu untuk menggarap sawah.

Keuletan dan kerja keras O-lan patut diacungi jempol. Ia bisa melahirkan anak tanpa bantuan siapa pun. Ia juga bisa pergi ke sawah padahal beberapa saat lalu baru saja melahirkan. Wang Lung begitu terharu dengan kesetiaan O-lan.

Perlahan-lahan ekonomi keluarga Wang Lung membaik. Tapi belum lama merasakan ketenangan dan ketentraman hidup, kemarau panjang hingga menyebabkan kelaparan memaksa keluarga Wang Lung harus pindah ke daerah selatan. Di desanya tidak ada yang bisa dimakan, bahkan desas-desusnya sampai ada yang makan daging sesamanya. Di selatan, O-lan dan anak laki-lakinya mengemis, Wang Lung menarik angkong. Tapi hidup tetap saja pas-pasan. Wang Lung semakin rindu dengan tanahnya di desa. 


Satu kejadian pemberontakan hingga mendobrak gerbang rumah orang kaya, membuat Wang Lung mendapatkan sekantung emas dan berkat uang itu ia dan keluarganya memutuskan kembali ke kampung halaman. Tak disangka O-lan pun ternyata mendapatkan mutiara dari rumah keluarga kaya tersebut. Mutiara lebih berharga nilainya dibandingkan emas. Mereka mendadak menjadi kaya.

Lalu Wang Lung membeli tanah baru yang terkenal subur dan ia garap dibantu tetangganya bernama Ching. Tahun-tahun berikutnya ia menjadi tuan tanah kaya raya. Uang perak banyak ditabung, tanah-tanah terus bertambah. 

Harta ternyata membawa ujian. Wang Lung terpikat dengan perempuan cantik di sebuah kedai teh dan perak demi perak menggelontor ke tangan perempuan itu. Bahkan dua mutiara yang dimiliki O-lan pun diambilnya demi menghadiahi perempuan itu.

Masalah lain, keluarga pamannya yang pemalas datang meminta tinggal bareng dan diurus segala-galanya. Wang Lung tidak bisa menolak dan sejak itu tambah banyak mulut yang harus ia beri makan. Meski sebanyak apa pun kebutuhan yang harus ia penuhi, Wang Lung berusaha keras agar tanahnya tidak dijual.

***

IDE CERITA

Novel The Good Earth ini mempunyai tema keluarga sebab membahas tokoh Wang Lung dari mulai ia menikah, punya anak, punya cucu, dan sampai ia berumur 65 tahun. Perjalanan membangun dinasti keluarganya berawal dari tanah yang subur. Pada prosesnya Wang Lung harus melalui lika-liku yang tidak mudah. Wang Lung menemukan banyak masalah seiring banyak kemajuan yang ia dapatkan baik dari sisi keluarga, maupun tanahnya.

Punya banyak harta membuat Wang Lung mulai memasuki kedai teh dan akhirnya terpikat perempuan cantik bernama Lotus. Uangnya diperas untuk hadiah-hadiah dan Wang Lung merasa itu hal biasa. Ongkos menikahi Lotus dan biaya hidup sehari-harinya membutuhkan banyak uang. Ditambah ia harus membayari kemewahan untuk pembantunya dan istri dari pamannya yang pemalas karena malah berteman dengan Lotus.

Anak laki-lakinya yang sudah dewasa mulai bertingkah karena nafsunya sedang bergejolak. Wang Lung memergoki anaknya itu tengah berduaan dengan Lotus dan membuatnya marah besar. Wang Lung pun memilih untuk mengawinkan anaknya itu. Pesta yang dibuat pun lagi-lagi mahal. Dan Wang Lung sudah bisa membayangkan untuk menghadapi masalah serupa sebab masih ada anak laki-lakinya yang lain, yang ketika usianya sudah dewasa akan bertingkah sama.

Sejak ada Lotus, Wang Lung tidak lagi memperhatikan istri pertamanya O-lan. Walau ruangan kedua istri itu di lokasi yang berdekatan, hidup Wang Lung dan O-lan seperti sendiri-sendiri. O-lan yang pendiam menahan sakit diperutnya sendirian. Setelah O-lan meninggal, Wang Lung dan anak-anaknya baru sadar peran besar seorang ibu. Tanpa ibu, rumah menjadi tidak terurus. Lotus yang cantik tidak bisa diandalkan untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang kasar.

Masih banyak masalah lain yang dihadapi Wang Lung seiring bertambahnya usia. Dan saya sangat suka bisa mengikuti kisah perubahannya dari petani miskin menjadi tuan tanah kaya.


PLOT/GAYA BERCERITA/POV/KARAKTER

Karena membahas soal perubahan Wang Lung dari petani miskin menjadi tuan tanah kaya raya, plot yang digunakan penulis adalah plot maju. Buku ini meringkas perjalanan bertahun-tahun dari Wang Lung sampai ia berumur sekitar 65 tahunan. Mulai dari ia yang malu-malu menjemput calon istrinya sampai ia bisa menikmati masa tenang ketika bisa melihat dan bermain-main dengan cucu-cucunya.

Saya agak terkejut ketika tahu kalau buku ini memuat perjalanan panjang dari Wang Lung. Buku ini adalah buku pertama dari trilogi Wang. Kalau di buku pertamanya saja Wang Lung si tokoh utama sudah tua, lalu di buku kedua dan ketiga akan dibahas pada fase mana lagi. Saya sangat penasaran.

Karena fase panjang itu membuat penulis membawa ceritanya dengan meringkas banyak hal. Tidak semua momen diceritakan dengan detail. Walau cukup nyaman diikuti, tapi saya merasa penulis terlalu ambil resiko dengan menceritakan Wang Lung sampai seusia itu. Terjemahan pun sangat baik. Saya tidak kaku mengikuti kisahnya. Kalau ternyata saya butuh seminggu untuk bisa selesai membacanya bukan karena ceritanya tidak menarik, hanya saja tipe cerita di novel ini tuh memang lambat. Tidak banyak momen seru dan meledak-ledak yang disajikan, kebanyakan hanya membahas soal apa yang terjadi dengan keluarga Wang saja.

Sudut pandang yang digunakan penulis adalah sudut pandang ketiga serba tahu. Pilihan ini membuat penulis leluasa menjabarkan pemikiran semua tokoh yang ada sehingga pembaca diuntungkan mengenal lebih dalam situasi yang terjadi.

Wang Lung adalah lelaki sederhana yang sangat cinta dengan tanahnya. Dia pekerja keras dan baik. Kalau pun dia terpeleset di tengah jalan, itu karena proses yang akan membuatnya lebih bijaksana. O-lan adalah istri pertama Wang Lung yang tidak cantik. Dia sangat telaten mengurus rumah tangga. Sama pekerja kerasnya dengan Wang Lung. Dan yang membuat saya menaruh hormat dengan O-lan, dia sangat setia. Meski Wang Lung membawa istri kedua, O-lan tetap mengerjakan tugasnya sebagai istri yaitu memasak makanan dan mengurus ayah Wang Lung. Lotus adalah istri kedua Wang Lung. Tipe perempuan cantik yang maunya dilayani. Tidak kenal kerja keras sebab semua pekerjaan dikerjakan oleh pembantunya.

Anak Lelaki Sulung Wang Lung tipe yang agak bebal meski pun ia pemuda yang pintar. Darahnya panas sehingga kadang ia membangkang kepada ayahnya. Setelah berumah tangga, barulah diketahui kalau ia tipe lelaki yang boros. Anak Lelaki Kedua Wang Lung berkebalikan dari anak pertama. Tidak banyak bicara, tapi dia cerdas, Pandai berhitung dan pandai berdagang. Dan kemudian ia dikenal sebagai lelaki kikir yang segala-galanya diperhitungkan. Anak Lelaki ketiga Wang Lung jauh lebih pendiam. Tapi pada akhir cerita dketahui kalau dia tipe anak yang berkemauan keras. Jika dilarang, ia akan makin memaksa. Wang Lung juga punya dua anak perempuan. Yang paling besar ternyata terbelakang karena sewaktu hamil kondisi sedang musim kelaparan. Sedangkan si bungsu harus dipingit ketika usianya sudah cukup untuk segera dinikahkan. Wang Lung terpaksa mengirim si bungsu ke keluarga calon suaminya agar anaknya tidak diganggu oleh pamannya.


BAGIAN FAVORIT

Karena tokoh yang saya sukai hanya O-lan, jadi bagian paling berkesan ketika Wang Lung meminta dua mutiara yang disimpan istrinya untuk diberikan kepada perempuan di kedai teh. 

"Kupikir aku ingin membuatkan giwang dari mutiara ini, nanti," dan karena ia takut Wang Lung menertawakannya, O-lan berkata lagi,"kuharap aku bisa memberikannya pada anak perempuan kita yang terkecil kalau dia kawin nanti." - hal.254

Selain itu, saat O-lan tahu kalau dua mutiara itu diberikan untuk perempuan lain, aura kesedihannya begitu terasa. Nasibnya saat itu sangat tragis.

"Dan rupanya mutiaraku larinya ke dia, ya, kepada siapa lagi!"

Seketika itu juga pegangan Wang Lung terlepas dan petani itu tak dapat menjawab apa-apa lagi. Detik itu juga amarahnya lenyap, lalu dengan kemalu-maluan ia melangkah pergi dari situ... -hal. 281

PETIK-PETIK

Pepatah yang bilang kalau ujian lelaki itu harta, tahta, dan wanita, itu dibenarkan dalan novel ini. Setelah Wang Lung mendapatkan harta yang banyak, ia mulai menempatkan diri sebagai orang kaya. Ogah diperlakukan seperti dulu saat ia masih miskin. Lalu, uang banyak membuatnya gampang mendapatkan wanita dan mudah membelinya.

Sayangnya ujian dari itu semua belum membuat Wang Lung terpuruk sekali. Mungkin akan kita temukan di buku ketiganya yang berjudul A House Divided (Runtuhnya Dinasti Wang). 

Poin penting yang perlu diingat dari novel ini sebagai berikut:

  • Tanah merupakan aset diam yang snagat berharga. Investasi paling baik memang di tanah.
  • Bekerja keras tidak pernah mengkhianati hasil.
  • Selain bekerja keras, bekerja cerdas pun perlu agar semakin banyak yang didapatkan.

NILAI

Novel ini tergolong tebal dengan cerita yang dipadatkan. Butuh waktu dan kesabaran untuk menyelesaikannya, tapi itu sebanding dengan pengalaman mengenal keluarga Wang Lung dan proses perubahannya. Karena itu saya memberikan nilai 4/5 bintang. Saya pasti akan membaca novel selanjutnya: Sons (Wang si Macan) dan A House Divided (Runtuhnya Dinasti Wang).

Nah sekian ulasan dari saya. Terakhir, terus jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



[Buku] Chasing The Blue Flames - Saufina


Judul:
Chasing The Blue Flames

Penulis: Saufina

Penyunting: Raya Fitrah & Irna Permanasari

Desain sampul: IG @Sijarjamil

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Agustus 2022

Tebal: 304 hlm.

ISBN: 9786020664538

Dalu 'Lulu' Aksara Latif sadar, dia dan damar tidak seharusnya menjalin hubungan. Harus siap jika hubungan mereka berakhir karena alasan yang sudah sama-sama mereka ketahui. Namun, apakah pernah ada kata 'siap' untuk berpisah dengan seseorang yang dicintai?

Andai waktu bisa kembali diputar, Lulu ingin kembali ke masa lalunya. Ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mengubah jalan takdir dan tak membiarkan Damar masuk dalam cerita kehidupannya. Atau... sekadar menghapus segala kenangan tentang Damar di ingatannya.

Tetapi, bagaimana jika keinginannya itu benar-benar terjadi? Bagaimana jika Lulu benar-benar punya kesempatan memilih ulang takdirnya? Apakah ia akan menemukan jawaban yang ia cari, atau justru terjebak dalam kesalahan yang sama?

***

SINOPSIS

Novel Chasing The Blue Flames ini menceritakan tentang putusnya hubungan Dalu 'Lulu' Aksara Latif dengan Damar yang sudah terjalin selama 5 tahun. Mereka tidak bisa melanjutkan hubungan lebih lama apalagi untuk bersatu karena perbedaan agama. Lima tahun adalah waktu yang cukup untuk menyudahi. Lulu sudah 26 tahun. Mereka tidak melihat gambaran masa depan makanya harus berhenti.

Putus dari orang tersayang bukan momen yang mudah dilewati. Lulu begitu menderita sebab Damar tidak bisa diajak untuk ketemu terakhir kali. Pesan yang dikirimnya tidak ada yang dibalas. Lulu jadi overthingking, jangan-jangan Damar memang baik-baik saja setelah putus darinya. Hanya dirinya yang menderita sampai kerjaan pun kacau.

Sebagai pelarian patah hati, Lulu memutuskan untuk mendaki gunung ke Kawah Ijen. Pada perjalanan itu, sebuah kejadian membuat Lulu terlempar ke 7 tahun silam, ke masa ia kuliah dan awal mula mengenal Damar. Dikiranya dengan kembali ke masa lalu ia bisa merubah masa depan, tetapi ternyata  tidak.

Lalu apa gunanya bisa pergi ke masa lalu kalau masa depannya tidak berubah?



IDE CERITA

Kembali ke masa lalu untuk mengubah masa depan merupakan ide cerita yang menarik. Apalagi kalau kita tahu ternyata masa depan kita tidak cukup baik. Kita semua pasti ingin merubah keputusan-keputusan salah di masa lalu. Ini juga yang dilakukan Lulu saat ia terbangun ke masa ia kuliah. Ia berharap bisa mengubah takdirnya agar tidak dekat bahkan pacaran dengan Damar. Dengan begitu ia tidak perlu mengalami patah hati gara-gara putus. 

Kenyataannya ternyata Lulu tidak bisa merubah takdir. Beberapa kejadian tetap hasil akhirnya sama, misalnya saat Lulu terlambat tiba di kampus dan telat menyerahkan tugas, sudah ia antisipasi apa yang menyebabkan hal itu terjadi di masa lalu, dan ia rubah caranya, tapi hasil akhirnya tetap sama, tetap terlambat datang dan tetap telat mengumpulkan tugas. Dari kejadian ini Lulu sadar kalau takdir tidak bisa dirubah. Yang bisa dirubah adalah sikapnya. Dulu dia gampang marah dan kesal ketika segalanya tidak berjalan lancar, kini ia bisa lebih santai menghadapinya. Perubahan sikap penerimaan ini membuat hubungannya dengan Sarah lebih erat. Walau Sarah justru yang merasa aneh dengan perubahan sikap Lulu ini.

Ada poin bagus ketika Lulu bertanya kepada Sarah mengenai jika diberi kesempatan untuk kembali ke masa lalu, apakah ada yang akan dilakukannya untuk merubah masa depan. Jawabannya cukup menohok.

"Rasa benciku ke Ayah sekarang nggak ada apa-apanya dibanding kenangan menyenangkan yang udah dia kasih selama delapan belas tahun. Daripada capek-capek ngubah takdir, aku lebih milih nikmatin momen bareng Ayah baik-baik, siapa tahu ada satu momen yang akhirnya bikin aku paham bahwa kami emang lebih baik pisah, demi menemukan happily ever after masing-masing." -hal. 136

Isu hubungan beda agama sebenarnya menjadi sumbu konflik di novel ini. Sayangnya memang tidak digali lebih dalam oleh penulis. Mungkin karena tujuan penulis ingin mengedepankan cerita mengenai kondisi orang patah hati dan proses move on-nya. Tapi kesimpulan penulis dalam novel ini terkait hubungan beda agama adalah Big No. Tidak ada solusi yang pro yang dikasih penulis untuk hubungan beda agama.


Isi sebagian besar novel ini membahas mengenai move-on. Siapapun sepakat sih, kalau putus itu bikin sakit hati. Apalagi kalau umur hubungannya bukan hitungan bulan. Kalau tahunan, sudah pasti banyak kenangan baik yang tercipta, sudah punya impian masa depan bersama, bahkan sudah punya rencana-rencana yang akan diwujudkan bareng. 

Tapi begitu berpisah, semuanya lenyap. Menangis, sudah pasti. Dada sesak, sudah iya. Mood langsung terjun bebas, rasanya hidup sudah enggak ada artinya. Dan untuk menerima kenyataan ini butuh waktu, butuh support system yang menguatkan, dan butuh sudut pandang baru agar menerima takdir bahwa tidak semua hal bisa jadi jodoh. Kita tidak bisa memaksakan takdir sesuai keinginan kita. Siapa tahu dengan berpisah, kita justru menemukan lebih banyak kebaikan daripada kebaikan yang kemarin-kemarin. Tapi sebagai manusia, kadang kita terlalu takut dengan perubahan. Banyak yang terjebak dengan zona nyaman sehingga sejelek apa pun hubungan akan tetap diperjuangkan.

Seseram-seramnya keadaan yang berubah, nggak bakalan lebih mengerikan daripada harus stuck di keadaan yang bikin kita nggak nyaman. Kita sendiri tahu manusia punya batas kontrol yang nggak bisa dipaksain. Kalau udah nggak memungkinkan, lebih baik pindah. -hal.185

Membaca cerita novel ini saya seperti sedang menapak tilas beberapa tahun lalu ketika patah hati dari orang yang disayang. Kangen setengah mati tapi tidak bisa bertemu karena saat putus ada perdebatan yang prinsipil. Saya yang terpuruk sering merasa sakit di dada. Bahkan saya sampai harus menelan pil antimo (obat antisipasi mabuk kendaraan) bertahap dari 1 pil sampai 4 pil supaya bisa tidur. Karena hanya saat tidur saya bisa melepaskan ingatan soal mantan Miris ya, dan baru setahun kemudian saya bisa bertemu dia untuk menyelesaikan apa yang belum selesai dans sejak itu saya bisa lebih mudah melanjutkan hidup tanpa bayang-bayang mantan.

Selain membawa cerita cinta-cintaan, novel ini juga membahas soal hubungan anak-orang tua, yang digambarkan oleh hubungan Lulu dengan ibunya. Lulu memiliki kakak perempuan yang meninggal karena tertabrak. Padahal dia adalah kakak yang selalu diandalkan dan dibanggakan orang tuanya. Namun sejak kakaknya meninggal, semua ekspektasi kesuksesan seorang anak melimpah kepadanya.

Ibunya yang terkesan tidak peduli dengannya ternyata memiliki cara berbeda menunjukkan cinta kepada anak. Tapi di balik semua nilai buruk ibunya, Lulu tidak tahu kalau ibunya punya beban yang lebih berat. Hubungan ibu dengan nenek sangat kaku karena ternyata ibu kerap dibanding-bandingkan, kerap disepelekan, soal bagaimana ia mengurus suami dan anak-anaknya. Lulu baru tahu rahasia dan beban ini ketika ia kembali ke masa lalu.

Sepanjang saya membaca bagian yang membahas hubungan anak-orang tua, saya tidak bisa menahan air mata. Tema keluarga memang selalu membuat saya melankolis. 


PLOT/GAYA BERCERITA/POV/KARAKTER

Saya kira novel ini menggunakan plot maju walaupun sebagian besar menceritakan tentang masa lalu yang dilalui Lulu. Tapi masa lalu yang dilalui Lulu bukan masa lalu yang benar-benar masa lalu. Ada alasan kenapa Lulu bisa mengalami hal itu.

Gaya bercerita penulis sangat bagus karena bisa menjabarkan sebab-akibat dengan baik. Apalagi soal twist, penulis berhasil menyimpannya dengan rapi dan saat dibuka, saya sampai menggumamkan, 'Oh jadi yang itu tuh ini!'. Saya cukup terkejut pada 2 hal: soal Dikta dan soal hubungan ibu dengan nenek.

Cerita di novel ini menggunakan dua sudut pandang. Pada bagian 1 dan bagian 3 penceritaan menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Bagian ini membahas keadaan saat Lulu putus dengan Damar dan saat dia mulai berdamai dengan takdirnya.

Pada bagian 2 penceritaan menggunakan sudut pandang orang pertama. Bagian ini membahas soal perjalanan Lulu menjalani masa lalu. Pemilihan sudut pandang yang berbeda ini pilihan paling baik agar pembaca bisa menjadi Lulu secara utuh dan emosi karakter Lulu bisa tersampaikan dengan baik ke pembaca.

Dan jika bicara soal karakter, penulis berhasil membangun karakter dengan hidup. Lulu adalah gadis yang sensian, penuh semangat, perasa, dan bucin. Bener kata Damar, Lulu termasuk gadis yang takut dengan perubahan. Begitu beneran berubah, dia paling terpuruk. 

Damar sebagai pacar Lulu memang dijabarkan sebagai pemuda yang santai, kelihatan cuek, tapi bucin juga. Sayangnya, umur hubungan lima tahun, sebagai lelaki dia tidak memberikan pengertian kepada Lulu soal jika mereka beneran harus berpisah, harus bagaimana prosesnya. Bukan yang ujung-ujung putus, menghilang, dan membenarkan caranya. Saya ingat, kekurangan Damar adalah menghindar. Jadi ketika pembahasan soal hubungan yang nggak akan berhasil menjadi obrolan, tak tak sedikit menjadi pertengkaran, Damar akan dengan licin mengalihkan ke topik lain. Selalu saja begitu. Bahkan jika ada masalah pribadi pun, dia akan menghilang tanpa kabar, lalu muncul kembali dengan enteng tanpa memikirkan Lulu yang mencari-cari dan menduga-duga.

Ada juga katakter tetangga Lulu, Diktayang dijabarkan sebagai pemuda lurus, kesayangan keluarga, pintar, dan kalem. Tipikal cowok baik-baik yang kelihatannya bukan cowok seru untuk dijadikan pasangan. Hemm, saya meraskannya begitu ya. Atau mungkin karena porsi Dikta ini tidak lebih banyak dari pada Damar. Aha! Apa sebaiknya cerita Chasing The Blue Flames ini dibikinkan sekuelnya lagi untuk melihat progres hubungan Lulu dan Dikta yang entahlah?

Selain ketiga tokoh ini ada tokoh sampingan yang meramaikan cerita Lulu ini, seperti ibu, ayah, Sarah, dan Wimar. Sebagai tokoh pendukung memang porsinya tidak banyak tapi beberapa tokoh ini diberikan bagian latar belakang untuk sekilas mengenal lebih dalam.


BAGIAN FAVORIT

Seperti yang saya bilang, saya tuh gampang melow kalau membaca cerita yang membahas hubungan anak dengan orang tua. Ada dua bagian di novel ini yang membuat saya terharu.

Pertama, ketika Lulu yang kembali ke masa lalu dan meminta uang kepada ayahnya. Di situ dijelaskan kalau kita yang sudah dewasa, sudah bisa nyari duit sendiri, pasti kangen dikasih uang oleh orang tua. Dan itu bikin kita pengen kembali ke masa kecil, dimana segalanya terasa mudah tanpa harus memikirkan soal kerjaan, soal ekspektasi, dan pikiran-pikiran lainnya. Poin kangen dengan masa kecil ini yang membuat saya terharu sebab memang bener, setelah kita dewasa banyak tanggung jawab yang harus dipikul dan itu melelahkan. Pengen berhenti tapi enggak bisa. Berbeda saat kita kecil, ketika ada masalah pun, masih ada orang tua yang siap mengulurkan tangan dan pasang badan. 

Bagian kedua, yang bikin saya menangis tersedu-sedu saat Lulu dan Ibu pergi berduaan ke toko es krim. Di situ Lulu mulai memperhatikan wajah ibu dengan seksama dan ternyata dia banyak luput memperhatikan hal-hal kecil terkait ibunya. Kemudian keduanya membahas soal Kak Nasti, kakak Lulu. Sampai akhirnya sang Ibu mengucapkan maaf kepada anaknya. Sumpah, saya sehancur itu membayangkan ada orang tua yang meminta maaf kepada anaknya. Maaf dari mereka itu bisa menggambarkan kalau mereka mengakui kalah mendidik anak, mereka mengakui kalau mereka banyak salah. Padahal bagi saya, salah mereka tidak bisa lebih besar dari kasih dan sayang yang sudah dicurahkan. 

"Maafin Ibu ya. Maaf karena kurang perhatiin Lulu. Maaf karena sempet ragu Lulu bakal selamat. Ibu takut... takut banget waktu itu." -hal.247

Selain itu ada bagian pertengkaran Lulu dengan damar yang sangat dramatis. Saya sangat suka membaca bagian ini.

"Cepat atau lambat, kita emang harus putus," tukas Damar. Ibu benar, kita cuma buang-buang waktu. Kita nggak akan pernah bisa menikah."

"Kenapa kamu malah bahas soal nikah sih? Kita masih 26."

"Kamu mau kita begini terus?" tanya Damar. Nadanya menuntut. "Lanjutin hubungan yang nggak ada tujuannya, iya?"

"Ya udah ayo kita menikah, kalau emang itu yang kamu mau," tantang Lulu. Ia mengentakkan kedua tangannya sampai terlepas dari genggaman Damar. "Apa pun. Asal jangan minta putus."

"Kita nggak akan pernah bisa menikah," tegas Damar.

"Bisa!" jawab Lulu keras kepala. "Pernikahan beda agama udah mulai umum, Damar. Kalaupun ayahmu masih berat, aku bisa ikut keyakinan--"

"Stop!"...

(Dialog ini ada di halaman 30-31)

PETIK-PETIK

Setelah membaca novel ini, saya sangat terkesan dengan bagian yang membahas soal hubungan anak dan orang tua. Cinta orang tua kepada anak tidak berbanding, walau kadang cara mengungkapnya tidak selalu sama dengan yang diharapkan.


KUTIPAN

  • "...sedih-sedih yang lo rasain sekarang sifatnya sementara. Masa lo mau ngerusak semuanya gara-gara sesuatu yang nggak kekal?" -hal. 13
  • "Nggak ada putus baik-baik, anyway. Yang namanya putus, mau model gimana pun tetep bikin nyesek." -hal.101
  • Ada waktunya menggenggam. Ada waktunya melepaskan. Dan ada satu waktu yang akhirnya membuat kita tahu beberapa perasaan sebaiknya tetap tersimpan alih-alih diutarakan. -hal.150
  • "Tapi jadi nyusahin kalau ekspektasinya lebih gede dibanding kemampuan membereskan perasaan nyesel atau kecewa ketika semua rencana gagal. Biasanya bakal berakhir nyalahin orang lain dan keadaan." -hal.184
  • Takdir nggak cuma tentang bersukacita atas pertemuan, tapi menerima bahwa perpisahan merupakan kepastian yang nggak bisa manusia ubah. -hal.210
  • "Satu-satunya yang bertanggung jawab atas perasaan kita ya diri sendiri. Hidup jadi nggak asyik kalau galau terus-terusan." -hal.213
  • "... Bagaimanapun, masa lalu membentuk kita hari ini. Jadi cukup ingat bagian baik-baiknya aja. Katanya, kenangan baik bakal datang pas kita lagi bener-bener butuh." -hal. 225

NILAI

Novel Chasing The Blue Flames ini memiliki cerita roman yang kental dan dibumbui dengan cerita keluarga yang mengharukan. Cukup mengesankan walaupun menurut saya cerita soal gunungnya kurang banget. Saya kira bakal menemukan deskripsi yang lebih banyak dan detail mengenai pendakian ke Kawah Ijen, atau paling tidak dibahas cerita sejarah atau budaya yang berhubungan dengan gunung tersebut. Tapi ternyata soal Kawah Ijen-nya minim sekali, padahal kalau banyak pasti lebih nendang. 

Akhirnya saya memberikan nilai 4/5 bintang untuk novel ini. Saya merekomendasikan novel ini untuk pembaca yang mau bernostalgia dengan momen ketika putus dan jadi patah hati terhebat. Siapa tau saat membaca novel ini kita bisa menertawakan betapa bodohnya kita sampai begitu terpuruk seolah-olah hidup hanya isinya mantan saja.

Nah, sekian ulasan dari saya. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!




Rekap Bookmail November 2022


Halo! Tak terasa bulan November sudah mau berakhir. Waktu kayak yang cepet pisan berganti sampai-sampai sudah mau malam tahun baruan saja. Tinggal sebulan lagi kita akan memasuki 2023. 

Huft! Tapi hidup yang begini-begini saja rasanya harus ditata ulang di tahun depan, termasuk kegiatan membaca buku. Kalian ada juga yang merasa di tahun ini belum maksimal?

Sebelum melantur kejauhan, saya mau menunjukkan rekap Bookmail November 2022. Buku yang saya dapatkan selama satu bulan, baik beli sendiri atau ada orang baik yang menghadiahkannya.

Langsung saja kita intip. Lets go!!!

 1. Ferryman - Claire Mcfall


Saya membeli buku ini karena tertarik setelah membaca promo buku ketiganya yang barusan diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama, yang judulnya Outcast (Yang Terbuang). Buku keduanya sendiri berjudul Trespassers (Para Pemintas). Sekilas ceritanya mengenai romansa dua manusia yang dibumbui soal kematian. Enggak begitu jelas sih akan bagaimana ceritanya tapi saya memutuskan untuk membaca buku pembukanya ini. 

Begitu bukunya sampai, saya terkejut dengan tampilannya. Dimana pada semua sisi halamannya berwarna hijau. Cantik banget. Jadi penasaran dengan buku kedua dan ketiganya apakah memiliki warna lain pada pinggiran bukunya.

2. The Good Earth (Bumi Yang Subur) - Pearl S. Buck


Saya agak familiar dengan nama penulisnya dan setelah dicek di goodreads, Pearl S. Buck adalah penulis East Wind, West Wind (Angin Timur, Angin Barat). Novel ini pernah saya baca dulu, dan yang masih diingat isinya mengenai perempuan cina yang dalam budayanya suka membebat kaki hingga kecil sekali. Mereka menanggalkan derita dari kegiatan itu. Lalu ketika perempuan ini menikah dengan lelaki yang sudah mengadopsi budaya barat, ada syok yang tidak dapat dihindari. Kurang lebih begitu lah.

Dan saat saya berselancar di marketpalce mencari novel murah, ketemulah dengan series ini. Saya pun memutuskan untuk mencoba novel pembukanya ini. Jika menarik, mungkin saya akan segera mengumpulkan dua buku selanjutnya: Sons (Wang Si Macan) dan A House Divided (Runtuhnya Dinasti Wang).

3. Shine - Jessica Jung


Saya mau membaca novel ini karena kover novel ini sangat cantik dan blink-blink, sesuai dengan judulnya, dan ditulis oleh salah satu personil Girls Generation. Penasaran sih sama rasa dari karya tulis seorang idol. Saya sempat mengincar di base twitter dan akhirnya berjodoh juga memiliki novel ini meski kondisinya preloved. Yang penting jangan beli buku bajakan saja, haha.

Selain itu, buku kedua penulis juga sudah terbit dan sudah dialihbahasakan dengan judul Bright. Kovernya lagi-lagi cantik dan blink-blink. Kalau sudah membaca novel pertamanya ini, mungkin saya akan melanjutkan ke karya keduanya tadi. Semoga bagus ya!

4. Watersong - Clarissa Goenawan


Sejak membaca novel debutnya yang berjudul Rainbirds, saya mengakui kalau saya jatuh cinta dengan cerita dan gaya bercerita penulis. Rasanya enak dan tenang banget ketika membaca bukunya. Makanya pada saat itu saya langsung membeli buku keduanya yang berjudul The Perfect World of Miwako. Sayangnya buku keduanya belum sempat dibaca.

Tahun ini penulis menerbitkan karya ketiganya, ya buku ini, Watersong Saya pun mengantisipasi perilisannya. Tapi begitu dibuka PO, dompet lagi seret. Akhirnya harus bersabar dulu. Ingat, tidak semua keinginan harus diburu-buru diwujudkan. Dan saya sangat bersyukur sekali, ketika ada rejeki lebih, saya bisa menyisihkan uang untuk membeli bukunya. I'm happy-happy-happy.

5. Kudasai - Brian Khrisna


Novel ini sudah lama pisan masuk wishlist. Padahal belum tentu bakal dibaca dalam waktu dekat sebab masih ada novel dan buku lain dari penulis ini yang masih mengantri. Saya belum pernah membaca buku dari penulis Brian ini, sejak dulu penasaran, eh malah membeli bukunya saja tanpa disentuh-sentuh.

Kebiasaan memantau preloved di base twitter membawa saya menemukan novel ini dijajakan dengan harga lumayan murah. Preloved? It's OK. Untuk kualitas bukunya sendiri masih sangat-sangat-sangat layak. Jadi pilihan memilih preloved juga keputusan baik kok!

6. The Guest And Other Stories - Albert Camus, dkk.


Pada saat awal perilisannya, buku ini wara-wiri di media sosial, terutama di twitter. Penasaran sih waktu itu, tapi agak maju-mundur karena buku ini merupakan kumpulan cerita. Saya memang agak segan kalau harus membaca kumcer sebab salah satu alasannya kadang cerita-ceritanya menggantung dan tidak tuntas.

Sejauh ini saya lebih suka membaca novel. Walau kadang ketemunya novel yang tebal, tapi selalu puas dengan kisah di dalamnya. Dan saat berselancar di shopee, saya menemukan buku ini dijual sedang dijual dengan diskon gede. Ya sudah akhirnya dibeli juga.

7. Aristotle And Dante: Discover The Secrets of The Universe - Benjamin Alire Saenz


Membaca ulasan teman-teman pembaca buku lain yang menyebutkan kalau buku ini bagus, maka saya langsung tertarik dan segera mencarinya. Kalau terjangkau saya beli baru, kalau masih mahal saya beli preloved. Lagi-lagi saya beruntung karena buku ini sedang dijual dengan diskon lumayan, jadi harganya turun banyak. Tanpa banyak berpikir saya langsung memasukakan ke belanjaan. 

***

Menurut saya jumlah 7 buku masih tergolong banyak sebab buku-buku ini otomatis menambah timbunan. Sementara kemampuan membaca saya sedang turun sekali. Sambil memilah dan lebih selektif dalam membeli buku, saya juga sedang mengatur ritme kebiasaan membaca. Mengalokasikan waktu membaca jadi agak sulit saat saya juga sedang keranjingan menulis.

Nah, sekian dulu update koleksi buku saya pada bulan November. Saya juga penasaran dengan buku yang kalian dapatkan pada bulan ini. Silakan sharing di kolom komentar ya!



[Buku] Ferryman - Claire McFall


Judul:
Ferryman (Pergi dan Kembali)

Penulis: Claire McFall

Alih bahasa: Nadya Andwiani

Editor: Reita Ariyanti

Cover: Azam Raharjo

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: November 2021

Tebal: 384 hlm.

ISBN: 9786020648088


Dylan selamat dari kecelakaan kereta api yang mengerikan. Sepertinya begitu.

Namun, hamparan suram di sekeliling gadis itu tenyata bukanlah Skotlandia. Itu padang kekosongan, yang terbentuk dari berbagai perasaan dan ketakutannya, perbatasan menuju alam kematian.

Dan ada Tristan, sang Ferryman. Ia bertugas memandu dan menyebrangkan roh Dylan. Hanya saja penyebrangan kali ini sangat berbahaya, karena para wraith mengincar roh gadis tersebut.

Saat berjuang untuk bertahan hidup, Dylan lantas bertanya-tanya di alam manakah ia seharusnya berada-dan apa yang harus ia pertaruhkan untuk sampai ke sana.

***

SINOPSIS

Novel Ferryman ini bercerita mengenai remaja perempuan bernama Dylan yang pada awal novel langsung digambarkan kerap bertengkar dengan ibunya, Joan. Di sekolah Dylan bukan remaja yang bersinar. Dia murid biasa saja. Dylan memiliki sahabat bernama Katie, sayangnya, sahabatnya itu harus pindah karena orang tuanya berpisah. Sejak kepindahan Katie, kehidupan sekolahnya berubah suram sebab tidak ada selain dia yang mengerti tentangnya.

Dylan pun punya nasib sama, orang tuanya berpisah. Dan akhir pekan ini dia berencana mengunjungi ayahnya. Dylan menaiki kereta menuju tempat ayahnya. Tiba-tiba saat kereta masuk terowongan terjadi guncangan hebat. Dylan terbangun dalam kegelapan. Ia berusaha keras keluar dari kereta saat sadar kalau kereta yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Begitu keluar dari lorong, Dylan tidak mengenali tempat ia berada. Saat bingung itulah ia melihat sosok remaja laki-laki yang memiliki mata biru. Merasa tidak punya rencana baik dan enggak menunggu pertolongan sendirian, Dylan mengikuti remaja laki-laki tadi yang bernama Tristan. Dialah sang Ferryman, pemandu roh.

Ini adalah perjalanan Dylan melintasi padang kekosongan menuju batas dunia, tempat dia bisa menunggu keluarganya turut berkumpul. Perjalanan yang tidak mudah sebab akan ada roh jahat yang menyerang dan bisa membunuh rohnya kedua kali hingga dinyatakan tamat riwayatnya. 

Tapi Dylan memiliki ide aneh, menentang aturan dunia roh. Apalagi setelah ia sampai di batas dunia, Dylan merasa takdirnya bukan ini. Ia pun bertekad menemukan sang pemandu roh-nya dengan bertaruh dirinya sendiri karena tidak pernah ada yang berusaha kembali ke padang kekosongan untuk menemukan sang Ferryman-nya.

Berhasilkah Dylan menemukan Tristan? Dan bisakah Dylan kembali ke dunia manusia dengan membawa sang Ferryman?


IDE CERITA

Begitu membaca awal novel ini yang membahas dunia setelah kematian, mengingatkan saya akan dunia kubur setelah kita meninggal. Katanya, kita akan diberikan balasan di dunia kubur atas amalan di dunia sambil menunggu Hari Kebangkitan. Tapi pada novel ini justru roh akan melakukan perjalanan panjang melintasi padang kekosongan menuju batas dunia. Sedangkan pada ajaran islam, akan ada dua kondisi: yang amalnya baik akan tidur dengan nyaman dan nyenyak, sedangkan yang amalnya buruk akan ditimpa siksa kubur sepanjang penantian itu.

Tema petualangan bisa juga disematkan pada novel ini sebab ada momen melakukan perjalanan panjang, ada usaha menghindari serangan roh jahat, bahkan ada bagian lika-liku melewati medan yang aneh-aneh seperti padang kerikil dan rawa yang menjijikan. Roh jahat merupakan ketakutan paling besar sebab jika sampai ditarik ke bawah tanah, maka roh korban akan dinyatakan mati. Eksistensinya sudah berakhir, bahkan ada juga yang berubah menjadi roh jahat.

Tema percintaan pun akan kita temukan pada hubungan Dylan dan Tristan. Hubungan terlarang sebab Dylan adalah roh dari manusia, sedangkan Tristan adalah roh sesungguhnya yang mengemban tugas memandu. Gara-gara percikan roman ini, Dylan melawan aturan yang berlaku di dunia roh. Seharusnya ia menunggu di batas dunia, tapi Dylan memilih kembali ke padang kekosongan. Dylan tidak sendirian melakukan kegilaan itu, ia membawa Tristan bersamanya. Tristan menentang ide Dylan, tapi karena alasan 'mencintai', ia pun menurut melakukannya.

Tidak banyak yang dibahas pada novel ini, dan bagi saya novel ini terlalu sederhana konfliknya sehingga saya sempat merasa bosan mengikuti perjalanan Dylan dan Tristan. Lebih banyak membahas bagaimana mereka harus segera sampai di tujuan dan bagaimana kedua roh ini berhubungan satu dengan yang lainnya.

PLOT/GAYA BERCERITA/POV/KARAKTER

Novel Ferryman ini menggunakan plot maju. Kalau pun membahas masa lalu lebih banyak disajikan dalam bentuk narasi saja. Sayangnya, masa lalu dari kehidupan Dylan sangat singkat dibahas sehingga saya tidak cukup mengenal Dylan dengan baik kecuali mengenalnya sebagai murid yang biasa saja di sekolah.

Penulis bercerita dengan baik, apalagi pada bagian mendeskripsikan dunia roh yang menurut saya cukup berhasil sehingga pembaca bisa membayangkan rupa padang kekosongan itu. Karena dunia roh bukan dunia yang mesti sesuai nalar, penyajian dunia roh ini memang agak absurd dan aneh-aneh. Saya masih ingat mengenai deskripsi lautan hitam yang airnya begitu mengundang hasrat ingin menyelami. Tapi saking hitamnya, kita tidak bisa mengantisipasi ada mahluk dan ancaman apa yang menanti di dalam sana. Airnya juga berbau busuk. Pokoknya menyeramkan membayangkan lautan hitam yang riaknya tenang tapi penuh misteri.

Untuk POV yang digunakan pada novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Ini pilihan yang akan membuat pembaca bisa merasakan pengkarakteran pada semua tokoh, baik Dylan atau Tristan.


Untuk karakter di novel ini tidak banyak. Dylan ini gadis yang menurut saya masih labil. Saya beberapa kali kesal karena dia kadang memutuskan sesuatu semau sendiri. Misalnya keputusan dia untuk kembali mencari roh pemandunya karena alasan sayang dan cinta. Menurut saya alasan ini terlalu dangkal sedangkan posisi saat itu kita dalam kondisi sudah mati, menjadi roh. Keserampangannya dalam bertindak seringnya membahayakan. Dan Dylan ini bukan tipikal kapokan makanya momen dia keras kepala terjadi beberapa kali.

Tristan sendiri sang pemandu roh yang polos meski dia sudah menjalankan perannya beratus-ratus tahun. Dan tidak ada alasan yang kuat kenapa dia begitu terkesan dengan Dylan sehingga pada akhirnya Tristan ini kalah oleh perasaannya dan mendukung keputusan Dylan yang sembarangan.

Kedua tokoh utama ini tidak ada yang membuat saya simpati. Sebab mereka memiliki karakter yang tidak loveable. 

Selain Dylan dan Tristan, ada beberapa karakter pendukung seperti Joan (ibu Dylan), James (ayah Dylan), Katie (sahabat Dylan), Jonas (salah satu roh yang dipandu Tristan), Eliza (roh wanita yang sudah lama tinggal di batas dunia).

BAGIAN FAVORIT

Jujur, saya tidak menemukan momen favorit yang membuat saya merasa suka banget. Cerita di novel ini terlalu berjarak dengan pembaca karena membahas dunia setelah kematian. Saya sendiri bingung mau memosisikan diri sebagai siapa dan bagaimana mencari keterhubungan pengalaman tokohnya dengan pengalaman sendiri. Jadi, ya, memang tidak ada bagian favorit di novel ini bagi saya.


PETIK-PETIK

Agak susah sih menemukan pesan moralnya. Tapi saya menemukan poin indah ketika sudah di ujung cerita. Yaitu mengenai sosok Joan sebagai orang tua yang kerap bertengkar dengan Dylan, sebenarnya dia sangat menyayangi sepenuh hati. Sebagai ibu, sekeras-kerasnya ia bertentangan dengan anak, tidak akan mau dia kehilangan anak itu, apalagi kalau sampai anaknya meninggal, pasti sedihnya luar biasa.

RATING

Novel Ferryman ini adalah buku pertama dari trilogi. Kesan saya memang kurang bagus dengan novel ini. Meski begitu saya masih berminat untuk membaca buku selanjutnya sebab pada ending novel pertama ini meninggalkan tanda tanya besar mengenai nasib Dylan dan Tristan selanjutnya. 

Saya memberikan nilai 3/5 bintang. Novel ini memadukan cerita kehidupan setelah kematian dengan romansa hubungan roh manusia dengan roh pemandunya. Agak aneh tapi penasaran.

Nah sekian ulasan versi saya. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



[Buku] 28 - Jeong You-Jeong


Judul:
28

Penulis: Jeong You-Jeong

Alih bahasa: Iingliana

Editor: Juliana Tan

Ilustrator sampul: Martin Dima

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Oktober 2022

Tebal: 520 hlm.

ISBN: 9786020663654

Segalanya berawal dari pria paruh baya yang ditemukan sekarat dengan mata semerah darah di lantai kamar mandi apartemennya. Anjing-anjing di dalam apartemennya juga tewas atau sekarat dengan kondisi yang sama. Keesokan harinya, para anggota damkar dan paramedis UGD yang berusaha menyelamatkan pria tersebut mulai mengalami gejala mata merah yang serupa, lalu tewas dalam waktu singkat. Hanya Han Ki-joon, ketua tim tanggap darurat, yang belum terinfeksi.

Sejak saat itu, semakin banyak warga Hwayang yang tewas akibat wabah misterius tersebut. Ki-joon berusaha mengeluarkan istri dan bayinya dari Hwayang, tetapi pemerintah mendadak mengumumkan situasi darurat dan mengerahkan pasukan militer untuk memblokir setiap jalan keluar dari kota. Tidak seorang pun boleh masuk ataupun keluar.

Kota Hwayang yang dulunya damai pun berubah menjadi neraka anarki penuh darah.

***

SINOPSIS

Novel 28 ini menceritakan tentang warga yang tinggal di Hwayang dan terjebak wabah aneh. Wabah itu memiliki gejala awal membuat mata anjing dan manusia menjadi merah darah. Disusul pecahnya pembuluh darah di sekujur badan sehingga banyak organ tubuh yang gagal fungsi sehingga menyebabkan kematian. Kebanyakan korban mengalami muntah darah akibat rusaknya paru-paru. Dan sampai mereka meninggal hanya butuh kurang dari 3 hari sejak mata mereka berubah warna menjadi merah.

Jae-Hyeong adalah mantan pembalap Iditarod (balapan kereta yang ditarik anjing di belahan salju) yang pulang dari Alaska, kembali ke Korea, setelah mengalami tragedi mengerikan saat lomba berlangsung. Ia mengelola rumah penampungan anjing bernama Dreamland. Pada satu waktu ada wartawan bernama Kim Yun-Ju yang membongkar masa lalu Jeo-Hyeong dan membuat eksistensinya dipertanyakan publik; dokter hewan atau pembiak anjing.

Kim Yun-Ju sebagai wartawan yang artikelnya mendapat sorotan publik mengenai Jae-Hyeong, bertekad membongkar lebih banyak. Dia pun berupaya untuk mendekati sosok dokter hewan tersebut. Tapi wabah yang tiba-tiba merebak membuatnya terjebak di Hwayang dan ia pun berkeliling di tengah berantakannya kota sembari memburu berita.

Park Dong-Hae adalah pemuda yang harus didepak dari pelatihan militer sejak ia kedapatan membunuh anjing-anjing di lokasi tersebut. Ia harus menjalani pelayanan publik dengan bergabung ke tim tanggap darurat Pemadam Kebakaran di bawah arahan Ki-Jun. Aksinya ketika menyiksa anjing bernama Cookie yang merupakan peliharaan ayahnya digagalkan Jae-Hyeong dan sejak itu ia memburu Jae-Hyeong dan anjing-anjingnya.

Ki-Jun adalah ketua tanggap darurat Pemadam Kebakaran yang menemukan korban pertama wabah mata merah. Seorang lelaki ditemukan tewas di kamar mandi dengan luka gigitan dan mata merah. Kondisi serupa pun ditemukan pada anjing-anjing di apartemen itu. Tidak ada yang menduga jika orang-orang yang ikut menangani pasien pertama ini akan mengalami gejala yang sama. Satu per satu mereka meninggal.

Noh Su-Ji adalah perawat UGD yang ikut menangani orang pertama terkena wabah mata merah. Dan dari sekian banyak tenaga medis yang terlibat, hanya beberapa saja yang tidak terinfeksi, termasuk dirinya. Perjuangannya tambah berat karena rekan-rekannya bertumbangan sedangkan pasien dengan gejala sama terus bertambah.

Rango, satu-satunya anjing yang bercerita. Dia merupakan anjing yang diselamatkan korban pertama di apartement. Dan saat korban pertama ditemukan meninggal oleh tim tanggap darurat, Rango berhasil kabur. Pengelanaanya pun di mulai.

Kota Hwayang di-lockdown demi mencegah wabah mata merah keluar dari wilayah itu. Kebijakan pertama yang ditempuh pemerintah adalah dengan membantai semua anjing, baik yang dipelihara maupun yang di tempat penampungan. Bersamaan dengan itu, pergolakan warga mulai terjadi dimana-mana karena kota tidak lagi kondusif. Bnayak warga yang berusaha kabur dari Hwayang dan mau tak mau tentara harus menembaki warga yang tidak patuh. Pilihan yang tersisa di kondisi ini adalah bertahan hidup, tapi entah sampai kapan.



***

IDE CERITA

Saya membaca novel ini awalnya karena blurb-nya yang menarik. Soal wabah mengerikan, jadi ingat dengan wabah covid yang baru-baru ini menjadi pandemi. Saya temukan poin-poin yang relate dengan kondisi saat ini seperti penggunaan masker, lockdown, dan harapan pada vaksin.

Saya juga mencari tahu soal penulisnya, dan ternyata Jeong You-Jeong sudah menerbitkan dua novel yang sudah dialihbahasakan berjudul The Good Son (Anak Teladan) dan 7 Years of Darkness (7 Tahun Kegelapan). Saya pun berburu novel lainnya itu dan sudah punya yang 7 Tahun Kegelapan, semoga segera bisa dibaca walau tebalnya itu butuh keteguhan untuk membacanya.

Adanya wabah mematikan yang misterius menjadi awalan cerita yang menarik. Pembaca akan dibuat penasaran soal asal wabah mata merah, gejala, penanganan, dan nasib yang terkena. Saya pun demikian, sangat ingin tahu penyebab awal mulanya wabah merah ini.

Lalu kebijakan lockdown atau pengisolasian suatu daerah menjadi babak lain yang menuntun pembaca untuk mengetahui usaha-usaha tokoh-tokoh cerita untuk bertahan hidup (survive). Dan sepanjang mengikuti kisahnya, kita akan disodorkan porak-porandanya sebuah kota akibat dijangkiti wabah. Ini mengingatkan saya pada hebohnya masyarakat saat covid dinyatakan melanda Indonesia. Harga kebutuhan pokok terpengaruh, masker mulai langka, pengobatan belum jelas akan menyembuhkan atau justru mengulur waktu. Dan saat itu keputusan lockdown menimbulkan pro dan kontra karena masyarakat sudah ketakutan akan nasib masa depan.

Wabah mata merah menyebar cepat bagaikan api neraka. Orang-orang yang berhasil lolos dari wabah mati kelaparan, mati beku, atau mati dibunuh orang lain. Penjarahan, penembakan, pemerkosaan, pembunuhan, pembakaran... semua kejahatan yang bisa dilakukan manusia terjadi dimana-mana setiap hari dan setiap saat. -(hal.508)

Di balik wabah dan ketakutan yang ditimbulkannya, pembaca akan diseret menyelami kehidupan tokoh-tokoh yang ada, dengan masalah masing-masing. Jae Hyeong yang harus berjuang menyelamatkan anjing-anjing dari pembantaian tentara. Ki-Jun yang harus meninggalkan istri dan anaknya untuk menyelamatkan orang-orang. Kim Yun-Ju yang harus mengesampingkan idealis jurnalisnya di tengah kekacauan. Noh Su-Ji yang harus mengutamakan kesehatan pasien dibanding dirinya. Dan Park Dong-Hae yang harus bergelut dengan mentalnya yang rusak karena ayahnya.

Kita akan melihat ragam emosi manusia saat menghadapi situasi genting. Pilihan yang ada hanya seputar mendahulukan kepentingan sendiri atau kepentingan orang banyak. Walau wabah mengerikan, namun manusia yang terdesak jauh lebih membahayakan. 

Membaca novel ini tuh seperti sedang berkaca atas kejadian Covid kemarin. Nuansa ketakutan, kebingungan, dan kepanikannya hampir serupa. Namun di Indonesia sendiri tidak sampai parah karena menurut saya pemerintah bisa mengatur arah warganya harus berbuat apa, walaupun pada pelaksanaanya harus mengalami drama-drama yang membagongkan.

Di novel ini lebih mengerikan dari sekadar Covid kemarin. Apalagi keputusan penanggulangannya harus melibatkan tentara dalam upaya menghalangi warga Hwayang keluar dari zona merah. Membunuh warga yang mungkin akan jadi perantara menularnya wabah dianggap keputusan akhir paling baik daripada harus membuat banyak warga di luar daerah itu yang bisa kena. Sehingga ada narasi yang menyebutkan 'lubang-lubang' mayat anjing dan manusia. Ini mengindikasikan kalau mereka lebih brutal menghalangi penyebaran penyakitnya.


PLOT/GAYA BERCERITA/POV/KARAKTER

Novel 28 ini mengusung plot campuran antara alur maju dan alur mundur. Namun lebih dominan alur maju. Alur mundur dibuat untuk menjelaskan lebih rinci apa yang terjadi di masa lalu. Contohnya, narasi mengenai backround hidup Park Dong-Hae sejak kecil hingga ia bisa masuk ke tim tanggap darurat Pemadam Kebakaran, untuk menjelaskan kenapa Park Dong-Hae memiliki mental yang tidak stabil.

Yang menarik dari novel ini, walau banyak tokoh yang difokuskan, mereka saling memiliki pertalian cerita. Dalam bukunya sendiri, setiap tokoh akan diberikan porsi bagian cerita, ditandai dengan judul nama tokohnya. Semua tokoh yang saya sebutkan di sinopsis saling bersinggungan, ada yang memang intim, ada juga yang sekelebatan.

Gaya bercerita penulis memang detail dan menyeluruh. POV-nya dibuat bergantian untuk semua tokoh sentral. Sehingga jangan heran kalau kita akan membaca jalan cerita yang sama tapi diceritakan oleh dua tokoh yang berbeda. Misal ketika POV Ringo menyaksikan perseteruan Park Dong-Hae dengan ayahnya di rumah yang sudah hangus terbakar, kita juga akan mendapatkan ceritanya dari POV Jae-Hyeong yang kebetulan sedang melangkah ke arah rumah itu juga. Teknik menulis dan bercerita yang seperti ini yang membuat novel ini menjadi novel bantal. 

Ritme ceritanya tidak meledak-ledak walau ada bagian aksi dan tembak-menembak. Saya kira karena setting novelnya di musim salju, jadi diksi yang dipakai pun membawa nuansa dingin yang akhirnya sampai juga ke pembaca.

Untuk karakter yang muncul di novel ini memang terbilang banyak. Awalnya rada bingung tapi lama-lama akan terbiasa juga. Mengingat profesi mereka yang berbeda-beda, kita pun akan bisa membedakannya dengan lebih mudah. 

Bagi saya tidak ada karakter yang saya sukai walau secara pembentukan karakternya sudah sangat berhasil dihidupkan. Mungkin karena nasib mereka semuanya tragis jadi tidak ada tokoh yang membuat saya mau memujinya. Penulis memang tega sekali membuat nasib tokoh-tokohnya begitu, tanpa memikirkan perasaan pembaca.

Banyak tokoh sampingan yang muncul. Dan yang masih kerasa emosinya tentu saja karakter anak kecil yang buta bernama Seung-Ah. Setelah kakeknya meninggal karena terinfeksi, Seung-Ah dibawa dan diurus oleh Jae-Hyeong dengan dibantu Kim Yun-Ju. Kehilangan yang dialami Seung-Ah bukan sekali, tapi dua kali. Awalnya anjingnya yang mati, lalu disusul kakeknya yang meninggal. Dan nasib hidupnya pun lebih tragis lagi ke depannya.

BAGIAN FAVORIT

Di novel ini tidak ada momen yang menyenangkan atau yang membuat saya mau menangis gara-gara terharu. Tetapi ada bagian novel ini yang membuat saya begitu mual ketika membacanya.

Su-Jin yang akhirnya kembali ke apartemennya demi menunggu kepulangan ayahnya justru harus mengalami pemerkosaan oleh tiga pemuda. Penulis dengan apik menjabarkan proses mengerikan itu. Narasinya tidak menjadi vulgar tapi justru lebih ke memilukan. Su-Jin digambarkan sampai linglung.

Yang membuat saya mual karena mempertanyakan kenapa nasib orang-orang baik harus dibawa ke titik itu. Penulis memang tega. Tidak memberikan kebahagian yang harusnya menjadi balasan bagi mereka yang sudah berjuang dengan keras di tengah wabah yang memporak-porandakan kota Hwayang.

Setelah selesai membaca bagian itu, saya harus berhenti baca karena saya terbawa emosi, mual, kesal, dan pilu. Ini bisa jadi efek karena saya sudah mengikuti nasib orang baik lainnya yang sama-sama tidak bahagia. Saya jadi ikutan capek dan dongkol. 

Pria itu menyeret Su-jin ke kamar utama dan melempar Su-Jin ke ranjang ayahnya. Begitu tangan pria itu terlepas dari rambutnya, tubuh pria itu langsung menindih perutnya. Kedua lutut pria itu mengepit kedua lengan Su-Jin. Lalu tinju pria itu melayang ke dagu Su-Jin.

Pria itu orang pertama. Lalu, orang kedua, dan orang ketiga.... Lalu orang pertama lagi... Ketiga pria itu makan, minum, menggeledah, dan menghancurkan seisi rumah. -(hal.454-455)

Tragis pisan!


PETIK-PETIK

Sepanjang membaca novel 28 ini saya lebih ke menikmati jalan ceritanya. Namun setelah selesai dibaca, hikmah yang bisa petik adalah mengenai keharusan memiliki tujuan hidup yang jelas. Tidak masalah walau tujuan hidup kita itu receh. Tapi perlu diketahui kalau adanya tujuan hidup akan membuat kaki kita terus bergerak. Kita tidak boleh hidup dengan konsep mengikuti alurnya saja. 

Penekanan usaha bertahan hidup dalam kondisi genting sangat terasa di novel ini. Bertahan hidup ini pun yang kemudian menjadi tujuan hidup Jae-Hyeong, yang kemudian diikuti juga oleh Kim Yun-Ju.

Saya pun jadi merasa lebih bersemangat dan berani menentukan apa yang menjadi tujuan hidup saya dan akan saya upayakan semaksimal mungkin. Karena saya muslim, saya percaya Allah SWT akan melihat usaha itu, dan akan mengganjarnya karena "Allah tidak tidur."

KUTIPAN

  • Jadi selama ada tekad, di situ ada jalan. -Hal.148

RATING

Sebenarnya emosi yang muncul setelah membaca novel 28 ini tidaklah bagus. Saya sendiri merasa masih marah dan entahlah, karena nasib tragis yang dialami tokoh-tokohnya. Tidak rela saja mereka dibegitukan oleh penulisnya. Tapi ini jadi semacam parameter kalau penulis sudah berhasil menggaet pembaca pada cerita yang ditulisnya.

Saya memberikan nilai 4/5 bintang. Novel ini seru dibaca, penuh emosi. Saya merekomendasikan untuk pembaca lain. Tapi setelah ini, saya ragu kalau harus membaca ulang. Selain faktor cerita yang suram, novel ini juga terbilang tebal cuy!