Resensi Buku The Keep It Simple Book - Simon Tyler


Judul:
The Keep It Simple Book

Penulis: Simon Tyler

Penerjemah: Anna Ervita Dewi

Sampul: Amanda M. T. Castilani

Penerbit: Bhuana Ilmu Populer

Terbit: Maret 2020

Tebal: 198 hlm.

ISBN: 9786232169029

Ada nggak di antara kamu yang sedang merasa demotivasi, lesu, kurang gairah, dalam menjalani hidup sehari-hari dan pekerjaan? Jangan-jangan itu akibat kesibukan yang berlangsung lama...

Mungkin kamu sedang butuh asupan motivasi yang bisa mengurai semuanya.

Dan menurut saya buku The Keep It Simple Book ini bisa membantu. Buku ini punya isi motivasi yang bisa dipraktikkan agar hidup kita lebih clean dan full value. Dan secara garis besar, penulis mengajak kita untuk 'Menyederhanakan Hidup'.

Ada 50 bab berisi masukan yang bisa diaplikasikan dan sebagian besar sangat relate dengan kondisi saya saat ini. Ada tiga pelajaran penting yang saya ambil dari buku ini yaitu tidak menjadi reaktif, menyederhanakan yang rumit, dan berkesadaran.



Pertama, tidak menjadi reaktif artinya memberi jeda pada apa pun. Yang paling penting buat saya adalah menahan diri ketika berbicara. Saya ini orangnya suka berkomentar dan bercerita sampai-sampai hal tidak penting pun bisa keluar dari mulut saya. Dan setelah membaca buku ini saya mulai menahan diri dengan memberi jeda setiap kali mulut saya ini akan berbicara. Karena saya tidak bisa mengontrol ucapan yang sudah diucapkan.

Kedua, menyederhanakan yang rumit aryinya membuat semua menjadi simple, bersih, dan teratur. Ternyata ada beberapa tips untuk membuat segalanya menjadi sederhana, baik pikiran, ucapan, maupun lingkungan. Beberapa cara bisa dilakukan misalnya dengan membersihkan meja kerja, menyelesaikan semua hal yang selama ini ditunda dan mengganggu pikiran, menyingkir dari situasi gaduh, dan masih banyak lainnya.

Ketiga, berkesadaran artinya kita paham apa yang kita mau tuju dan akan lakukan. Ini akan membuat kita bisa menyeleksi apa saja yang menjadi penghalang untuk mencapai tujuan kita dan itu mesti ditiadakan. Alhasil segalanya menjadi ringkas dan sederhana. 

Jujur, buku ini benar-benar mengingatkan saya kalau apa yang saya jalani terlalu sibuk, bising, dan menguras energi. Dan kalau bukan sekarang, kapan lagi kita akan membereskan itu semua. Saya cuma tidak ingin menjalani hidup yang melelahkan dan mengesampingkan kebahagiaan. Rugi sekali kalau sampai kita menjalani hari-hari tanpa bisa menikmati kebahagiaan.



Walau pun buku ini sudah selesai dibaca, tapi saya akan membaca ulang dengan membuka secara random atau memilih judul yang memang nanti saya butuhkan. Setiap babnya ditulis dengan ringkas jadi cukup membantu untuk meng-on kan semangat kita jika sedang off tanpa menghabiskan waktu yang rada lama.

Berikut beberapa poin yang saya tandai di bukunya:

"Jangan ceroboh dalam perbuatan; membingungkan dalam perkataan, ataupun bertele-tele dalam pemikiran." Marcus Aurelius (121-180) | hal. 13

...Orang yang paling terpengaruh oleh kata-kata Anda adalah ANDA SENDIRI! | hal. 14

"Jika kamu mengubah caramu melihat segala sesuatu; maka sesuatu yang kamu lihat itu akan berubah." Wayne Dyer | hal. 141

Kesimpulannya, buku ini bisa menjadi kawan kapan pun karena muatan masukkannya yang berguna sekali.

Sekian ulasan saya kali ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



12 komentar:

  1. Menarik nih buku ini mas, menyederhanakan hidup...kadang melakukan hal"yg bikin capek dan rutin tanpa sadar/sadar dalam keseharian,ternyata butuh juga penawarnya,buku ini cocok deh kayaknya buat aku hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak, mengingat hidup kita dijejali oleh banyak hal yang bisa jadi enggak penting, sudah waktunya dibikin sederhana dan ringkas, biar bisa punya waktu lebih banyak untuk menikmati kehidupan.

      Hayu Mbak dipunya bukunya, hehe.

      Hapus
  2. Buku yang bagus. Persoalan kadang sebenarnya sederhana, tapi kita sendiri yang bikin rumit.

    Buku yang cocok dibaca saat sedang bingung, kenapa begini begitu ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mas. Apalagi ditulis per bab-nya ringkas, jadi enak banget buat dibaca ulangnya, hehe

      Hapus
  3. Buku nonfiksi yang pas dibaca untuk menjadi pribadi yang lebih simple lagi ya. Setuju dengan beberapa point yang dipaparkan dalam buku ini. Menghindari hal-hal yang kurang jelas kebenarannya misal gosip artis atau influencer yang kadang digoreng goreng pihak tertentu sehingga masyarakat awam yang tadinya ga tau tetiba jadi terpaksa tau karena algoritme pemberitaan konteks negatif tuh selalu rame...padahal itu memberikan atmosfer negatif bagi para pembaca atau penontonnya. belum ditambah komen komennya. Takutnya kemakan hoaks atau fitnah kan malah bahaya. Aku sendiri kalau lihat yang ga jelas gitu langsung ga ikut ikutan. Komen juga ga pernah. Menghindari ghibah karena bukan urusanku mengomantari kehidupan orang lain hehe. Apalagi tokoh tokoh yang ga kukenal. Mending fokus ke urusan diri sendiri yang adem ayem aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kadang suka ketrigger nggak sih sama informasi yg kita dapatkan di sosmed? Soalnya saya sering banget kegocek berita, apalagi sekarang lagi ramai berita pemilu, duh, sering-sering istighfar..

      Dan buku ini bisa kasih masukan juga supaya jangan terlalu fokus dengan sosmed. Waktunya enak dialihkan ke kegiatan lain yang lebih santai dan menenangkan, misal baca buku atau nonton anime, hehe

      Hapus
  4. hello!..bookworm here too!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, selamat datang Kak di blog ini, hehe

      Hapus
  5. Buku yang bagus, kira-kira harganya berapa ya, soalnya tebalnya hampir 200 halaman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harga di belakang kovernya 99K. Tapi karena ini cetakan lama, biasanya suka ada diskon. Kovernya tebel sih kayak yg hard cover gitu. Makanya terbilang mahal kalo tanpa diskon, hehe

      Hapus
  6. Baru tahu ada buku kayak gini. Ini mirip buku saku ya, Adin? Ukurannya lebih kecil dari novel ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Kak Ila, ini seperti buku saku, ukurannya kecil, tapi isinya penuh hehe.

      Hapus