Tampilkan postingan dengan label elex media komputindo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label elex media komputindo. Tampilkan semua postingan

Juni 27, 2024

Resensi Novel The Biscuits - Kim Sunmi

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]

sampulnya menekuk pas baca, hehe


Judul: The Biscuits

Penulis: Kim Sunmi

Penerjemah: Dian Susanti

Editor: Grace Situngkir

Sampul: Tika Ardianti

Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Terbit: Maret 2024

Tebal: iv + 180 hlm.

ISBN: 9786230057366


Novel The Biscuits ini menceritakan soal remaja 17 tahun bernama Seong Jesung yang bisa mendeteksi keberadaan Biskuit melalui suara berkat penyakit Obsesif-Compulsif Disorder (OCD) suara, hiperakusis, dan fonofobia, yang dideritanya. Penyakit ini membuat Jesung bisa mendengar suara sekecil apa pun.

Biskuit sendiri adalah istilah untuk orang-orang yang eksistensinya terus turun sehingga sosoknya jadi buram dan bisa sampai tidak terlihat. Biasanya ini terjadi karena orang tersebut mengalami perundungan, diabaikan, dan disepelekan. 

Pada satu momen ketika Jesung menginap di villa Bibinya, ia mendengar suara biskuit di lantai atas tetangganya. Namun saat digeledah bersama polisi, tidak ditemukan sosoknya. Merasa biskuit itu sedang dalam kondisi parah, Jesung merencanakan menolongnya dengan bantuan dua temannya: Deokhwan dan Hyojin. Rencananya pasti akan melanggar peraturan dengan memasuki properti orang lain tetapi tidak ada jalan lain.

***


Setelah membaca novel ini, saya merasa suka dengan konsep ceritanya yang berbeda dari kebanyakan. Banyak hal baru yang saya ketahui dari novel ini.

Jesung mengidap tiga sakit sekaligus: Obsesif-Compulsif Disorder (OCD) suara, hiperakusis, dan fonofobia. Sederhananya, pendengaran Jesung jadi super sensitif. Beberapa suara yang menurut orang normal terdengar biasa saja, bagi Jesung bisa sangat mengganggu. Contohnya suara tombol pulpen yang dimainkan berkali-kali atau suara ketukan pulpen di meja yang berulang-ulang. Bahkan Jesung bisa mendengar suara lirih anak kecil yang menangis tertahan di lantai atas vila Bibinya, yang justru tidak bisa didengar oleh Bibinya.


Hiperakusis: Penurunan toleransi suara terhadap suara lingkungan biasa. Penderita menggambarkan pengalaman suara yang awalnya normal menjadi tidak menyenangkan, menakutkan, dan menyakitkan.

Fonofobia: Ketakutan, kemarahan, atau kecemasan ketika mendengar suara-suara tertentu yang memicu emosi negatif.


Biskuit sendiri adalah istilah untuk orang-orang yang eksistensinya kurang dirasakan oleh masyarakat atau lingkungan sekitar. Fenomena ini bisa terjadi kepada siapa pun. Dalam kehidupan nyata pun kita pasti pernah mendapati seseorang yang kehadirannya enggak terasa tapi mereka ada. Biasanya kita baru sadar keberadaannya ketika mendapat kabar kalau dia meninggal atau mengalami sesuatu. Cuma di novel ini dibumbui fantasi dengan menggambarkan sosok biskuit menjadi samar-samar bahkan berubah transparan.

Biskuit digolongkan menjadi tiga tahap sesuai ciri-ciri kondisinya. Tahap pertama disebut terbelah dua dan dicirikan eksistensinya tidak terasa walaupun sosoknya terlihat. Tahap kedua disebut kondisi terpecah belah dengan ciri kehadirannya tidak stabil dan mereka biasanya tidak bisa melindungi diri sendiri karena lemah. Tahap ketiga disebut kondisi hancur berkeping-keping dengan ciri mereka hampir menghilang karena sudah tidak ada sisa eksistensinya di dunia.

Seseorang jadi biskuit karena mereka diremehkan, dirundung, bahkan diabaikan. Hyojin pernah berada di tahap ketiga karena ayahnya ternyata sibuk dan tidak memperhatikannya. Ditambah saat itu Hyojin bersedih karena kehilangan ibunya sehingga kesedihan dan pengabaian itu menyebabkannya perlahan-lahan menjadi biskuit.

Contoh lain adalah Perawat Park yang jadi biskuit karena ia kerap dirundung dan dimintai tolong menggantikan jadwal shift. Perawat Park tidak pernah menolak permintaan rekan lainnya. Ada keinginan untuk memberontak namun Perawat Park tidak berani. Dan karena hal ini ia makin jadi pendiam dan menutup diri, sehingga ia pun berubah jadi biskuit.

Josse atau Lee Jian pun menjadi biskuit karena dia anak kedua atau anak tengah. Perhatian orang tuanya sudah tercurah untuk kakaknya yang akan masuk perguruan tinggi dan untuk adiknya yang masih kecil yang butuh lebih banyak pengawasan. Sehingga Lee Jian terabaikan dan dia menanggung kesedihan sendirian.

Seseorang yang jadi biskuit bisa kembali normal asal dibantu oleh keluarga, teman, rekan kerja, atau siapa pun, yang bisa membuatnya percaya diri kalau dirinya berharga di dunia ini. Memotivasinya merupakan salah satu cara memulihkannya. Itu juga yang dilakukan Jesung kepada biskuit yang dia temui.

Setelah membaca novel ini kita diingatkan untuk bisa menumbuhkan rasa percaya diri, mencintai diri sendiri, dan mau tak mau kita harus punya kemampuan untuk bisa mengungkapkan apa yang kita pikir dan rasakan. Yang perlu diingat juga, orang lain tidak bisa mengetahui keadaan kita, apalagi untuk menolong kita, makanya kita perlu mengkomunikasikan jika memang kita butuh diperhatikan atau perlu didengarkan.

Tema keluarga dan pertemanan sangat kental di sini. Sub konflik pun berpusar di dua hal itu. Interaksi Jesung dan ayahnya. Interaksi Jesung dengan teman-temannya. Ini yang membuat novel ini terasa ringan tapi menyenangkan. Apalagi secara tipis-tipis penulis juga menyisipkan tema romansa yang malu-malu gitu. Bikin makin gregetan.

Karakter yang muncul memang tidak banyak, termasuk para biskuit yang ditemukan Jesung, tetapi untuk tokoh-tokoh pentingnya punya penggambaran yang jelas dan bulat. Saya bisa membedakan antara masing-masing tokoh dengan sifat-sifatnya. Karakter favorit tentu saja Kak Changsung, biar urakan dan menyebalkan tapi kayaknya dia tipe orang yang seru buat dikenal. 

Saya merekomendasikan novel ini dibaca untuk pembaca remaja. Semoga buku ini bisa menumbuhkan karakter mereka di tengah fase mencari jati diri. Terutama rasa percaya diri yang harus dimiliki agar jangan sampai terjebak seperti biskuit.

Sekian ulasan saya untuk novel ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Oktober 21, 2023

Resensi Komik Detektif Conan No. 2 - Aoyama Gosho


Judul:
Detektif Conan No. 2

Komikus: Aoyama Gosho

Alih bahasa: M. Gunarsah

Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Terbit: Januari 1997

Tebal: 176 hlm.

ISBN: 9789796378340



[1]

Masaki Negisi (42) ditemukan tewas terbakar saat pesta api di Kota Gunma. Kabar ini mengejutkan Detektif Mouri karena selama tiga hari kemarin dia membuntutinya atas suruhan Yutaka Abe, teman lamanya Masaki. Dan kematian Masaki membuat Yutaka Abe menjadi ahli waris asuransi jiwanya sebesar lima miliar. 

Fakta ini membuat Detektif Mouri yakin kalau pembunuhnya Yutaka Abe. Sayangnya dia punya alibi kuat kalau saat kejadian pembunuhan itu dirinya sedang liburan. Apa yang keliru dengan urutan waktu antara saat pembunuhan dan ditemukan mayatnya?

[2]

Seorang gadis muda bernama Masami datang ke kantor Detektif Mouri meminta bantuan untuk mencari keberadaan ayahnya, Kenzo Hirota, yang menghilang sudah sebulan. Berkat nama kucing yang dimiliki Hirota, Detektif Mouri bisa menemukan tempat tinggalnya. Masami dan Hirota pun dipertemukan. Namun sejak itu, Masami susah dihubungi. Ran khawatir dan saat mereka mengunjungi rumah Hirota lagi, mereka dikabari kalau Hirota tewas menggantung dan menurut polisi itu pembunuhan.

Dalam kasus ini, Detektif Mouri berhadapan dengan detektif lain yang sama-sama diminta untuk mencari Hirota dengan cerita yang berbeda yang disampaikan Masami. Namun, orang yang membayar detektif lain itu ikut terbunuh. Tersangka utamanya adalah Masami. Tapi apa motifnya?

[3]

Conan yang masuk SD harus dilibatkan untuk membasi hantu di Puri Kuno yang berada di RW 4. Kabarnya pemilik Puri ini dibunuh dan keluarganya pindah entah kemana. Menurut Ayumi, setiap malam sering terdengar jeritan dari dalam puri dan mereka ingin mencari tahu ada apa. Akhirnya kesepakatan dibuat berempat; Conan, Ayumi, Mitsu, dan Genta.

Saat mereka mulai melakukan penelusuran di Puri tersebut, Mitsu menghilang lebih dulu, kemudian disusul Genta. Conan dan Ayumi menemukan pintu menuju ruang bawah tanah dan mereka menemukan penjara. Rahasia pembunuhan lima tahun lalu pun terungkap, tapi siapa pelaku sebenarnya?



Shinici Kudo yang berubah jadi kecil dan mengganti nama menjadi Conan Edogawa akhirnya masuk SD. Ia pun merasa terjebak dengan bocah-bocah tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Bagian dia berinteraksi dengan teman sekelasnya lumayan seru dan lucu.

Di komik ini Conan mendapatkan alat-alat baru dari Profesor berupa sepatu untuk menedang dengan kekuatan lebih besar dan kacamata pelacak. Tubuh kecilnya memang tidak bisa diandalkan untuk membekuk penjahat dan perlu alat pendukung setelah sebelumnya dia mendapatkan dasi kupu-kupu pengubah suara.

Pada kasus kedua, Shinici Kudo juga mendapatkan informasi tipis mengenai perkumpulan jubah hitam yang menyebabkannya menjadi anak kecil. Semangatnya menyala untuk membongkar keberadaan perkumpulan tersebut karena pada kasus ini semakin jelas kalau perkumpulan itu membahayakan.

Resensi Komik Detektif Conan No. 1

Resensi Komik Detektif Conan No. 3

Resensi Komik Detektif Conan No. 5

Ada pesan moral yang sangat jelas untuk kasus ketiga dimana pembunuh pemilik Puri dilatarbelakangi oleh perasaan marah karena hinaan. Untuk itu kita harus menjaga lisan sebaik mungkin ketika berbicara dengan siapa pun, termasuk dengan keluarga sendiri. Sebab ketika seseorang sakit hati, akal jernihnya keruh sehingga siapa pun bisa nekad melakukan kejahatan, walau pun ujung-ujungnya akan menyesal.

Secara keseluruhan kisah di komik ini sangat seru dan mengaduk adrenalin. Saya suka komik nomor ini karena banyak adegan aksinya. Ditambah ada cerita yang mengarah ke hantu membuat rasa takutnya makin terasa. Bisa dibilang komik ini punya suasana nano-nano.

Oke, sekian ulasan saya untuk komik ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Oktober 15, 2023

Resensi Komik Detektif Conan No. 5 - Aoyama Gosho


Judul:
Detektif Conan No. 5

Komikus: Aoyama Gosho

Alih bahasa: M. Gunarsah

Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Terbit: Januari 1997

Tebal: 188 hlm.

ISBN: 9796636905




[1]

Ran datang bersama Conan setelah diundang oleh teman SMAnya, Sonoko Suzuki, ke vila. Mereka berpapasan dengan sosok pria misterius bermantel hitam dan wajah diperban sewaktu mau melintas di jembatan gantung. Saat dikonfirmasi kepada undangan yang lain, mereka pun sempat berpapasan tanpa menaruh curiga.

Ternyata di waktu bersamaan di vila tersebut ada reuni club film kakaknya Sonoko, Ayako Suzuki. Yang datang adalah Chikako Ikeda (sutradara), Masaru Ota (broker mobil), Hiroki Sumiya (editor majalah film), dan Ryoichi Takahashi (pekerja di perusahaan makanan). Ada tema obrolan yang membuat tensi mereka naik saat sedang bercengkrama yaitu soal kasus bunuh diri teman mereka, Atsuko.

Chikako kemudia jadi korban pembunuhan oleh sosok pria misteris itu. Tubuhnya dimutilasi dan dibuang di dalam hutan. Selain itu, pria misterius tadi menyerang Ran sampai dua kali. 

Apa yang sebenarnya terjadi sampai Ran pun jadi target?

[2]

Setelah kejadian di vila, Sonoko mengajak Ran bertemu vokalis band Lex, Tatsuya  Kimura, pada perayaan penutupan pentas. Selain Tatsuya, ada anggota band lainnya yaitu Meiko Shimazaki (gitar), Katusmi Yamada (drum), dan Mari Terahara (manajer Lex).

Selama perayaan di tempat karoke itu, perubahan suasana kentara sekali ketika Tatsuya mulai mengoceh tentang anggota yang lain. Ia pun mengungkapkan akan keluar dari band dan akan berkarir solo. Namun tiba-tiba Tatsuya muntah darah dan meninggal di lokasi. Hasil pemeriksaan menyatakan Tatsuya keracunan Sianida.

Siapa pelakunya dan apa motif pembunuhan ini?




Saya suka komik Detektif Conan No. 5 ini karena di kasus pertama, kekejian pembunuhannya begitu terasa. Mutilasi yang dilakukan pelaku membuat saya bersimpati dengan nasib yang lainnya, apakah mereka akan selamat atau korbannya akan bertambah. Sadisnya pelaku karena tubuh korban dipotong-potong menjadi beberapa bagian; tangan, kaki, bahkan kepalanya. 

Sedangkan di kasus kedua, saya merasa ada kebetulan konektifitas karena minggu-minggu ini kasus kopi sianida yang melibatkan sosok Jessica kembali memanas setelah film dokumenternya rilis di Netflix. Kalau di kasus nyata, dugaan sianidanya dicampur ke kopi, tetapi di komik ini sianidanya dibalurkan ke barang. Sama-sama berbahaya, sama-sama mematikan.

Trik pelaku dalam menyamarkan aksinya pun cukup memukau. Berbeda dengan detail di komik Detektif Conan No. 3 yang menurut saya tidak membuat saya terkejut, di sini justru lebih berkembang dan cukup mengecoh. Kejutan siapa pelaku pembunuhnya pun cukup mengena. 

Resensi Komik Detektif Conan No.3 

Resensi Komik Detektif Conan No. 1

Dan pada akhir komik, kita akan dibuat penasaran dengan nasib Conan yang harus berhadapan dengan Laki-Laki Bertopeng, yang tampaknya ada hubungan dengan pelaku yang membuat Conan mengecil.

Sekian ulasan saya untuk komik ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Oktober 13, 2023

Resensi Komik Detektif Conan No. 1 - Aoyama Gosho


Judul: Detektif Conan No. 1

Komikus: Aoyama Gosho

Alih bahasa: M. Gunarsah

Penerbit: PT Elex Media Komputindi

Terbit: Januari 1997

Tebal: 180 hlm.

ISBN: 9789796377909




[1]

Putri tunggal keluarga Tani, Akiko Tani (10 tahun), diculik oleh pria berjubah. Detektif Kogoro Mouri dipanggil untuk mencari tahu. Tersangka pertama adalah asisten rumah tangga, Aso. Setelah didesak dia pun mengakui kalau penculikan ini ide dari Akiko yang ingin mencari perhatian ayahnya.

Keterlibatan Aso hanya sebatas membawa Akiko ke hotel terdekat. Tetapi naasnya Akiko sungguhan diculik oleh orang lain dan meminta uang tebusan. Aso meyakinkan kalau pelaku bukan temannya dan bukan bagian dari ide penculikan yang digagas Akiko. Lalu siapa pelaku ini?

[2]

Seorang artis bernama Yoko Okino datang ke kantor Detektif Mouri untuk minta bantuan menyelidiki orang yang menguntitnya. Yoko mengalami situasi tidak menyenangkan selama ini, bahkan kamar apartemennya seperti dimasuki juga. Dan saat mendatangi apartemen Yoko, mereka menemukan mayat dengan pisau tertancap di punggungnya.

Tersangka yang dicurigai adalah Yamagishi (manajer Yoko) dan Yuko Ikezawa (rekan sesama artis) dengan alasan Yamagishi adalah orang terdekat Yoko, sedangkan Yuko adalah rekan artis yang proyeknya dialihkan ke Yoko.

Keduanya punya alibi meyakinkan. Lalu siapa pelaku sebenarnya dan apa motif pembunuhannya?




Sebagai komik nomor pertama, kita akan menemukan kisah awal mula kenapa Shinichi bisa terjebak di tubuh mungilnya. Bisa dibilang dia berada di situasi salah. Dan kondisinya ini membuat Shinichi harus berjuang mencari racun yang menyusutkan badannya untuk menemukan obat penawarnya. Dan lawannya nanti kayaknya sekelompok mafia berbahaya.

Kasus pertama di komik ini menurut saya sangat ringan sebab motif pelaku melakukan penculikan karena sekadar "situasinya memungkinkan" akibat melihat anak kecil makan sendirian. 

Barulah di kasus kedua misterinya menjadi lebih dalam karena ditemukannya mayat dengan pisau tertancap di punggung. Penyebab runtutan kejadian di sini akibat salah paham sehingga ujung-ujungnya harus ada yang meregang nyawa.

Resensi Komik Detektif Conan No. 3

Resensi Komik Detektif Conan No. 5

Detail petunjuk apa yang terjadi dalam komik ini lumayan seru. Saya sendiri tidak bisa menebak siapa pelakunya dan sulit mencari petunjuk yang mengarah ke pelaku. Saya agak bergidik ngeri membayangkan adegan korban melompat dari kursi dengan mengarahkan punggungnya ke pisau yang diposisikan menancap. Beneran bikin linu, hiiii.

Sebagai komik nomor pertama, cerita di komik ini sangat seru dan saya tidak sabar dengan pencarian Shinichi menemukan obat agar bisa mengembalikan tubuhnya ke ukuran semula. Menjadi Conan si anak kecil ternyata mengurangi kemampuannya menangkap penjahat, terutama soal tenaganya yang berkurang jadi jika melawan penjahat akan terasa tidak ada apa-apanya.

Saya juga penasaran dengan hubungan Ran dan Shinichi di situasi sulit ini. Ran bakal makin uring-uringan karena tidak bertemu Shinichi yang mendadak menghilang. Dan suara saja tetap tidak cukup mengobati kerinduannya, hehe.

Sekian ulasan saya untuk komik ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Oktober 10, 2023

Resensi Komik Detektif Conan No. 3 - Aoyama Gosho


Judul:
Detektif Conan No. 3

Komikus: Aoyama Gosho

Alih bahasa: Tita Feronti

Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Terbit: Januari 1997

Tebal: 176 hlm.

ISBN: 9796635771




[1]

Gara-gara ketinggalan kapal, Detektif Mori, Conan, dan Ran, menumpang di kapal pesiar sewaan keluarga Hatamoto dalam perjalanan ke Tokyo. Rupanya keluarga Hatamoto berkumpul setelah menghadiri pernikahan Natsue, cucu Pak Gozo Hatamoto.

Anggota keluarga Hatamoto tidak akur. Tampaknya ada isu perebutan warisan. Sampai akhirnya terjadi pembunuhan terhadap Pak Gozo Hatamoto di kamarnya. Yang tertuduh adalah Takeshi Hatamoto, suami Natsue, karena dia adalah orang terakhir yang bertemu Pak Gozo. Di tengah kebingungan menduga-duga pelakunya, korban kedua ditemukan yaitu Tatsuo Hatamoto, suami dari kakak Natuse.

Semua menunjuk Takeshi sebab dia ternyata kabur dari gudang setelah sebelumnya dikurung atas tuduhan pertama tadi. Dan tidak lama setelahnya, lampu kapal tiba-tiba mati, dan Ichiro Hatamoto ditemukan terluka tusukan di toilet.

Apakah betul Takeshi pelakunya? Lalu apa motif dia melakukan pembunuhan di atas kapal ini?

[2]

Setelah kejadian di kapal pesiar, kantor Detektif Mori kedatangan dokter bedah bernama Ogawa yang membawa banyak mainan bekas. Menurut pengakuannya, dia mendapatkan mainan itu untuk anaknya dan kiriman uang sejumlah 25 juta. Ada surat yang isinya kalau pengirim akan mengambil penggantinya.

Hadiah misterius itu dikirim setiap tanggal 3 Agustus dan sudah berjalan selama 2 tahun. Dokter Ogawa meminta bantuan Deketif Mori untuk mencari tahu apa tujuan si pengirim. Pencarian pelaku pun mengerucut kepada pasien yang berobat di tanggal 3 Agustus atau yang pulang di tanggal tersebut.

Siapa pengirim hadiah misterius itu? Dan apa yang akan diambil pengirim tersebut?




Saya tidak banyak membaca komik tetapi setelah melihat koleksi komik di aplikasi perpustakaan Kominfo, saya memutuskan menjajal beberapa judul. Pilihan pertama saya adalah komik Detektif Conan. Hanya saja saya tidak bisa membaca berurutan nomornya sebab menyesuaikan ketersediaan komik yang belum dipinjam orang lain.

Di komik Detektif Conan No. 3 ini, rasa formula detektifnya memang seperti yang sudah saya tahu karena dulu pernah membaca komik Conan secara random dan sepintas. Templatnya adalah ada satu acara dimana banyak orang berkumpul, lalu ada yang terbunuh secara misterius. Semua yang hadir akan mengemukakan alibinya.

Yang selalu saya tunggu adalah detail-detail yang dibongkar Conan berupa petunjuk-petunjuk yang mengarah ke pelaku. Sayangnya di komik ini tidak banyak detail yang dibahas, hanya soal remah roti saja yang membuat saya takjub, sisanya biasa saja.

Pada kasus pertama yang membuat saya penasaran adalah bagaimana pelaku akan kabur mengingat kejadian pembunuhan ada di kapal pesiar. Tidak terbayang kalau pelaku mau kabur, pilihannya hanya melompat ke laut.

Sedangkan di kasus kedua, lumayan menyedihkan sebab membahas tentang balas dendam karena kehilangan orang tersayang. Sayangnya, di kasus kedua ini penyelesaiannya begitu cepat, si pelaku langsung sadar merasa bersalah.

Bagian lain yang menarik adalah soal kecurigaan Ran kepada Conan yang begitu mirip dengan pacarnya, Shinichi Kudo. Tetapi di ujung cerita kecurigaan Ran bisa dipatahkan berkat bantuan profesor Agasa sehingga Conan bisa menjalani nasib tubuhnya yang mengecil dengan lebih tenang.

Sekian ulasan saya untuk komik ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Mei 26, 2023

Resensi Novel Lara Rasa - Nureesh Vhalega


Judul:
Lara Rasa

Penulis: Nureesh Vhalega

Editor: Anindya Larasati

Ilustrasi & sampul: Amalina Asri

Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Terbit: 2023

Tebal: viii + 214 hlm.

ISBN: 9786230046315


Di usia 28 tahun, Alara masih belum punya pekerjaan tetap, kondisi finansialnya memprihatinkan, dan target memiliki rumah sekaligus menikah sebelum berumur 30 tahun terasa kian jauh dari jangkauan. Parahnya, dia justru membuat keputusan-keputusan salah dan memperumit hidupnya sendiri. Mulai dari bekerja di perusahaan rintisan yang membuatnya seakan rodi, terlibat dalam drama percintaan yang videonya viral, sampai bertengkar hebat dengan orang tua. Alara harus mengurai permasalahannya dan mencari solusi agar hidupnya kembali berjalan normal. Dan, di atas segalanya, agar target hidupnya tercapai.



Novel Lara Rasa ini menceritakan seorang gadis bernama Alara yang secara usia sudah matang tetapi dia belum menikah, pacar saja belum punya. Masalah hidup Alara bukan soal jodoh saja, dia juga bermasalah dengan pekerjaan barunya yang super-pressure. Kalau bukan karena keinginan besarnya untuk membeli rumah, Alara pasti sudah resign dari lama.

Plus, Alara tinggal dengan orang tua toxic yang saban waktu selalu bertengkar adu mulut. Tidak jarang benda-benda di rumah melayang hingga pecah dan rusak. Baginya rumah bukan tempat nyaman untuk pulang makanya sesekali ia menginap di apartemen sepupunya, Tiani. Dan impian terbesar Alara adalah membeli rumah agar bisa segera kabur dari rumah orang tuanya.

Di pesta pernikahan temannya, Alara justru bertemu dengan Putra, teman SMA. Perhatian Putra sangat manis sehingga hubungan keduanya pun naik ke level pacaran. Di tengah hubungan manis yang sedang dirajut, Alara merasa tidak nyaman pada kedekatan Putra dengan Venita, mantannya. Menurut Putra hubungan mereka sudah berakhir dan kedekatan saat ini karena mereka menjalankan bisnis bareng-bareng.



Puncak masalah Alara datang bertubi-tubi. Satu, Mama Alara bohong soal dia meminjam uang tabungan yang disiapkan untuk DP rumah karena salah satu tantenya butuh urgensi, dan uang itu harus hilang akibat penipuan investasi. Dua, Alara dilabrak Venita karena dianggap perebut pacar di sebuah acara promosi film. Videonya viral hingga membuat Alara terpuruk. Dan buntut dari keributan itu Alara harus memutuskan hubungan dengan Putra. Tiga, Alara dihardik Papanya dengan kata-kata jahat dan membuatnya memutuskan untuk keluar dari rumah itu.

"Dasar anak nggak tau diri! Bisanya cuma bikin malu keluarga!" hardiknya. "Kalau mau jadi perempuan murahan, belajar yang benar! Jangan setengah-setengah dan ketahuan. Pantas saja sampai umur segini kamu nggak nikah. Siapa yang mau sama perempuan rusak kayak kamu?" -hal.152.

Beruntung Alara memiliki orang-orang terdekat yang care. Ada Tiani (sepupunya), Kevan (temannya, naksir Tiani tapi ditolak mulu), dan Ansel (rekan kerja Alara yang usianya lebih muda). Mereka tidak membiarkan Alara berjuang sendiri, mereka selalu siaga di sampingnya.

Tapi, apakah Alara bisa bertahan di tengah masalah yang bertubi-tubi itu?



Setelah membaca novel As Always, I Love... saya kembali membaca novel terbaru Kak Nureesh yang tahun ini baru saja diterbitkan.

Novel ini mengharukan karena ada bagian yang relate dengan hidup saya. Alara dan saya sama-sama punya masalah yang banyak. Dan kami sama-sama harus bisa mengurai dan menyelesaikan masalah tersebut. Membaca novel ini membuat saya tambah semangat hidup sebab sebanyak apa pun masalah pasti bisa diselesaikan.

Ciayo!!!

Ada dua masalah gede yang dihadapi Alara. Pertama, dia punya orang tua yang toxic. Bagaimana perasaan Alara tidak hancur kalau hampir setiap hari mendengar Papa dan Mamanya adu mulut, dia sering dikata-katain dengan kasar, dan bahkan kelahiran Alara sering disebut sebagai biang masalah mereka? 

Saya geram banget membaca bagian hubungan Alara dengan orang tuanya. Pengen banget teriak di telinga Papa dan Mamanya, "Woiii, kalian yang nge*e, kalian yang ena-ena sampai kebobolan, kenapa anak yang disalahin?! Kalian yang nggak mikir sebelum begituan, bangs*t!!!"

Dari orang tua Alara kita belajar, "Enggak semua yang tua itu dewasa." Dan gara-gara masalah orang tua ini, Alara ingin segera kabur dari rumahnya. 



Kedua
, Alara jatuh cinta dengan orang yang salah. Walau Putra itu punya material pasangan yang baik, tapi sikap dia yang enggak tegas soal mantan jelas-jelas bakal berpengaruh untuk kelangsungan hubungan percintaannya. Alara denial sama gelagat aneh Putra yang kalau ditanya soal mantan, jawabnya gagap dan enggak tegas.

Bucin boleh saja tapi jangan sampai membuat insting jadi tumpul. Karena manusia itu punya kedalaman hati yang enggak bisa ditebak. Kecuali kalau kita sudah siap patah hati.

"Al, jangan terlalu percaya sama orang. nanti lo yang sakit akhirnya." -hal. 9

Gaya penulisan Kak Nureesh terasa renyah sekali. Tidak menggunakan banyak bahasa inggris, dialognya terasa banget bahasa ngobrolnya, dan narasinya juga lugas. Ini yang membuat saya merasa kalau novelnya page turner banget, betah dibaca.

Plot ceritanya tidak melebar kemana-mana jadi kita bisa fokus ke masalah yang gede-gede saja. Dan penyelesaian konflik yang dipilih Kak Nureesh sudah cukup adil, terutama konflik keluarga ya. 

Tidak semua keluarga itu harmonis, dan pilihan antara anak dan orang tua untuk jalan masing-masing bisa jadi keputusan terbaik dari keputusan buruk yang mau enggak mau harus ditempuh.

Penokohan di novel ini juga sangat baik. Alara digambarkan gadis yang penuh masalah tapi vibes-nya positif. Kekurangan Alara hanya satu, suka menyalahkan diri sendiri. Tetapi saya suka dengan perubahan sikap Alara terhadap masalah yang dihadapinya. 

Kalau Putra tipikal pria dewasa yang romantis. Sayangnya dia kurang tegas sama keputusannya. Kekurangan ini bisa membuat hubungan rentan sebab perempuan itu butuh keputusan pasti. Sedangkan Ansel tipe pria pemalu, pendiam, tapi perhatian. Dia tidak tergesa-gesa menarik lawan jenis, menunggu momen yang tepat. Ansel juga punya hubungan yang baik dengan keluarganya.

Tokoh lainnya yang memberi warna alur novel ini ada Tiani, Kevan, Safa, dan beberapa lagi yang disebutkannya hanya sekilas. Namun peran Tiani dan Kevan sangat penting di hidup Alara sebab mereka ini yang memastikan Alara kuat digempur masalah.


Secara keseluruhan, membaca novel ini bagai diingatkan untuk terus bertahan di tengah banyaknya masalah. Sekaligus hidup itu enggak melulu adanya momen manis dan indah saja. Sedih, capek, putus asa, bosan, jenuh, muak, akan menimpa siapa saja. Tapi jangan berhenti hidup. Lepaskan semua emosi dengan menangis, jika kurang, mengumpat saja. Sebab hidup terlalu berharga untuk diakhiri sebelum waktunya.

"Pernah nggak lo mikir, kalau yang sebenarnya lo butuhin buat ngerasa bahagia adalah berdamai sama diri sendiri?..." -hal. 10

Ada satu paragraf yang isinya pengakuan Alara kepada psikolognya dan itu bikin saya tertohok. Ada di halaman 197. Intinya, Alara cuma ingin mendengar kata maaf setelah mereka mengucapkan kata-kata yang menyakitkan. Menurut saya memang kata maaf itu bisa meluruhkan segalanya. Makanya kita semua harus berani mengucapkan kata maaf ketika terjadi perselisihan, jangan justru merasa sok paling benar.

Untuk novel mengharukan ini yang mengajari kita untuk menjadi manusia utuh, saya memberikan nilai 5/5 bintang. Saya sangat merekomendasikan novel ini dibaca oleh kalian yang beranjak dewasa agar tahu gambaran gimana beratnya menjadi dewasa.

Sekian ulasan saya, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku.


Mei 22, 2023

Resensi Novel As Always, I Love... - Nureesh Vhalega


Judul:
As Always I Love...

Penulis: Nureesh Vhalega

Penyunting: Maria Lusia Anindya

Penerbit: PT Elex Media Komputido

Terbit: Januari 2020

Tebal: 288 hlm.

ISBN: 9786230012259


Beberapa bulan menjelang pernikahannya, ayah Lyrrani Bestari meninggal. Dunianya runtuh, karena selama ini dia merasa hanya punya ayahnya dan Rayen, sahabatnya sejak masa SMA. Tidak hanya itu, beberapa masalah mulai bermunculan seiring persiapan pernikahannya. Sesosok orang yang hilang dari hidupnya empat belas tahun lalu, tiba-tiba kembali. Belum lagi, Juan, tunangannya, yang tetap sibuk dnegan pekerjaannya di tengah persiapan pernikahan mereka.

Lyrra bersyukur punya Rayen yang dapat selalu ia andalkan di tengah semua permasalahan yang dihadapinya. Keduanya begitu dekat sampai semua orang di sekitar meragukan persahabatan mereka. "Kami cuma sahabat" sudah sering mereka lontarkan.

Apakah Rayen dapat membantu Lyrra melewati ini semua menuju pernikahannya? Ataukah Rayen akan menghancurkan semuanya... dengan menyatakan perasaan yang sesungguhnya?

***


"Yang terbaik bakal datang di waktu yang tepat. Bukan di waktu yang kita mau, atau kita harapkan, tapi di waktu yang tepat." -hal. 172.

Setahun pacaran, Lyrra akhirnya dilamar oleh Juan dan diterima. Kabar ini disampaikan ke ayahnya tapi reaksi beliau bukan seperti yang Lyrra mau, walau ujung-ujungnya tetap direstui dengan syarat dan ketentuan yang disampaikan langsung kepada Juan.

Enam bulan lagi pesta pernikahan akan digelar. Sejak malam lamaran itu Lyrra sudah merasakan ada perasaan aneh yang mengganjal di hatinya. Entah untuk masalah yang mana.

Namun ayah Lyrra mendadak meninggal. Ia pun terpuruk, merasa sendirian. Tidak ada rumah untuk pulang, ibu tiri jelas bukan pilihan tepat sebab ia tidak akrab dengannya. Beruntung Rayen jadi pahlawan sejati yang akan bersedia kapan pun dan dimana pun.



"... Dan, nggak ada anak yang baik-baik aja dua minggu setelah orangtuanya meninggal. Lo bisa bohongin semua orang, tapi lo nggak bisa bohongin gue." -hal. 62.

Sakit hati lebih dalam muncul saat tidak sengaja Lyrra bertemu kembali dengan ibu kandungnya yang sudah bertahun-tahun meninggalkannya. Lyrra sangat membenci ibunya, jangankan mendengarkan penjelasan soal masa lalu, bertemu saja enggan.

Masalah makin bertumpuk saat Rayen mengungkapkan perasaannya. Lyrra sangat sedih dan marah sebab hubungannya dengan Juan sudah sejauh ini. Ia bingung harus berbuat apa.

Sekuat apa pun Lyrra menghindar, kebenaran akan terwujud di tangan semesta. Tuhan seperti sedang merajut lagi kisah baru antara Lyrra dengan ibunya, antara Lyrra dengan Juan, dan antara Lyrra dengan Rayen. Masa lalu yang pelik mulai menemukan titik terang. Semua yang tertutupi mulai tersibak jelas.

Lyrra bukan saja berperang dengan kisah cintanya, tapi ia pun harus menghadapi masa lalu yang keliru. Tapi apakah Lyrra bisa berdamai dengan masalahnya yang bertubi-tubi?


Membaca novel As Always, I Love... mengingatkan saya pada novel My Pre-Wedding Blues karya Anna Triana. Ceritanya soal persahabatan lawan jenis yang sebenarnya saling suka tapi karena alasan tertentu harus dipendam. Semakin pelik lagi ketika yang perempuan akan menikah dan yang lelaki galau.

Formula novel roman yang sudah banyak dipakai tapi buat saya tetap saja menarik. Soalnya pasti banyak yang mengalami situasi begitu. Dan paling banyak alasannya karena mereka enggak mau merusak persahabatan. Mereka takut kalau pas sudah pacaran lalu ada ketidakcocokan dan akan berujung putus. Persahabatan mereka pun pasti terpengaruh, bisa putus juga.

"Cuma karena lo bakal nikah, bukan berarti gue harus buru-buru ngikutin jejak lo. Apa yang lo anggap baik, belum tentu baik buat orang lain. Jangan egois." -hal. 34

Tetapi di novel ini berbeda, alasannya karena keluarga. Saya kaget sih pas tahu alasan sebenarnya kenapa Lyrra dan Rayen tidak bersatu sejak dulu, padahal kedekatan mereka sudah terlalu solid. Alasan itu logis menahan keduanya. 

Selain romansa, novel ini pun kental banget tema keluarganya. Menyinggung soal keputusan bercerai karena tahu mereka bersatu tanpa cinta yang utuh, dan kalau dilanjutkan akan tambah menyakiti satu sama lain. Dan keputusan bercerai ini sebenarnya memengaruhi anak. Lyrra adalah contoh korban perceraian orang tua yang sampai ia dewasa tidak tahu apa penyebabnya. Asumsi berkembang liar dan tanpa tahu cerita sebenarnya ia membenci ibu kandungnya.

"... Luka bukan sesuatu yang bisa dihindari dari hidup. Setiap manusia yang bernafas pasti akan merasakannya. Tapi... jangan biarkan luka menenggelamkan kamu, Lyrra." -hal. 91

Di novel ini pun akan disajikan keruwetan keluarga Lyrra dan Rayen. Tetapi saya menangkap poin kalau anak yang bijaksana akan mendahulukan kebahagian orang tua di atas segalanya. Cukup mengharukan sekali mengetahui kenapa Rayen bisa sebego itu memendam perasaannya. Di balik kebegoannya ada keikhlasan pengorbanan yang luar biasa.

Saya suka dengan gaya menulis Kak Nuressh yang lugas dan langsung pada poinnya. Tidak diindah-indahkan, tidak nyastra. Narasinya mudah dipahami, dan kayaknya ini kelebihan novel yang kerasa banget di lini CityLite dan Le Marrige. Jadi ketika ada dialog yang meluap-luap, saya bisa merasakan emosi panasnya.

Kalau untuk cerita urbannya sudah pasti kerasa. Latar di Jakarta dan pekerjaan sebagai arsitek. Situasi prefesional sangat terasa sehingga detail ini tidak hanya sebagai tempelan saja. 



Karakter-karakternya juga berhasil dihidupkan penulis. Lyrrani Bestari digambarkan sebagai pekerja keras, mandiri, supel, baik, cantik, dan agak enggak enakan. Saya suka sih bagaimana Lyrra memelihara kedekatannya dengan teman-temannya; Anggit dan Irenne, padahal mereka sudah berada di fase yang berbeda-beda. Irenne sedang menunggu kelahiran bayinya, Anggit masih berpetualangan mencari pasangan, dan Lyrra sedang menuju pernikahan. Namun mereka menghargai satu sama lain, kalau pun ada sindir-sindiran itu lantaran rasa sayang semata.

Juan Harnanto Irsyad, si calon suami Lyrra adalah pria dewasa yang karirnya sudah mapan. Pintar memasak dan pandai mengambil hati. Tipe yang bijaksana dalam menghadapi masalah. Dia mudah meminta maaf dan enggan berlarut-larut dalam amarah ketika sedang berseteru dengan Lyrra. Hubungan mereka pun akan kembali manis. Kekurangannya satu, pekerjaan yang nanjak dibuntuti resiko kesibukan yang susah diprediksi. Ini yang kadang bikin Lyrra sedih sebab momen kebersamaan mereka suka direnggut oleh pekerjaan urgensi.

Rayendra Kendavaz adalah sahabat dekat Lyrra yang terpikat sejak di bangku SMA. Sering bertindak konyol tapi terukur. Misalnya, dia tidak mengisi bensin mobilnya karena ingin berangkat kerja bareng dengan Lyrra. Atau dia main catur dengan ayah Lyrra agar bisa mengambil hatinya sehingga restu bisa turun. Di balik sosoknya yang kadang menyebalkan, Rayen tipe pria yang super perhatian. Sudah bisa dipastikan sih, siapa pun perempuan yang memiliki pasangan seperti Rayen pasti hidupnya akan jauh lebih berwarna. Bisa romantis, bisa bikin emosi.

Selain ketiga tokoh utama di atas, ada juga sahabat Lyrra; Anggit dan Irenne. Ada juga ayah dan ibu Lyrra. Dan tentu saja ibunya Rayen, Tante Nia.

"Hidup bersama orang yang mencintai kamu memang baik, Sayang, tapi nggak ada yang lebih hebat dari hidup bersama orang yang mencintai kamu, juga kamu cintai." -hal. 210.

Untuk kovernya yang didominasi warna putih terlihat sederhana. Ada sosok perempuan yang berambut panjang dan pada ilustrasi rambutnya dipenuhi coret-coret kusut. Menggambarkan sekali bagaimana otak Lyrra yang dipenuhi masalah.

Buat saya novel ini cukup berkesan karena ceritanya yang cukup menyentuh dan gaya menulis penulis yang enak diikuti. Saya merekomendasikan novel ini untuk pembaca yang suka cerita romansa tapi yang kekinian, baik dari segi konflik atau pun narasinya. Saya memberikan nilai 4/5 bintang.

Sekian ulasan novel As Always, I Love... dari saya. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku.


Mei 21, 2023

Resensi Komik Country Girl #1 - Ryukishi07, Romeo Tanaka & Tatsuhiko


Judul:
Country Girl

Penulis: Ryukishi07 & Romeo Tanaka

Ilustrator: Tatsuhiko

Penerjemah: M

Editor: Binarti

Sampul: Sarah Aghnia H.

Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Terbit: 2019

Tebal: 200 hlm.

ISBN: 9786230006470


Mikihiko dan 3 orang teman masa kecilnya tinggal di kota terpencil yang memiliki masalah depopulasi. Meskipun demikian, mereka menjalani kehidupan SMP yang bahagia. Namun, setelah gagal dalam ujian masuk SMA, Mikihiko mulai depresi dan mengurung diri di rumah. Keempat sahabat itu pun tercerai berai. Keiko yang memiliki perasaan khusus terhadap Mikihiko berusaha memotivasinya.

***


Di sebuah desa tertinggal ada sekelompok teman sekolah yang terdiri dari satu anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Mikihiko Inaba, Miya Natsuki, Keiko Futatsumori, dan Iyo Hikawa sangat akrab.

Menjelang lulus SMP, keempatnya khawatir dengan desas-desus sekolah mereka yang akan ditutup. Acara kelulusan pun dipastikan ditiadakan. Mereka juga mulai bingung menentukan akan kemana setelah lulus SMP. 

Inaba sendiri punya mimpi meninggalkan desa yang baginya tidak punya apa-apa dan niat itu bakal diwujudkan dengan berusaha supaya bisa masuk ke SMA di Tokyo. Niat itu diragukan oleh ketiga teman perempuannya karena standar masuk SMA di Tokyo sangat tinggi. Namun, tekad Inaba sudah bulat dan memutuskan agar mereka semua harus lulus masuk SMA di Tokyo. Mereka sepakat akan belajar lebih keras lagi.

Saat pengumuman kelulusan, Inaba dinyatakan tidak lolos. Begitu juga dengan Iyo dan Keiko pun tidak lulus. Hanya Miya yang berhasil. Sejak itu hubungan pertemanan keempatnya berubah.

Setelah satu semester diopname di rumah sakit, Keiko akhirnya masuk sekolah di SMA lagi. Yup, dia tertinggal satu semester dan harus mengejar ketertinggalannya itu. Di hari pertamanya, Keiko mendapatkan kabar mengejutkan kalau ternyata Inaba pun belum pernah masuk sekolah sejak hari pertama. Mereka bersekolah di SMA yang sama. Dan demi membuat Inaba masuk sekolah lagi, Keiko memutuskan meminta bantuan Iyo yang juga sama satu sekolah dengannya.


Keiko kembali terkejut saat melihat penampilan Iyo yang berubah dari anak perempuan sederhana menjadi sangat modis. Apalagi saat mendengar kata-katanya, "Jangan harap hubungan abnormal kita dulu bisa kembali seperti semula." Meski begitu, Iyo akhirnya mau membantu. Keiko dan Iyo mulai menyusun rencana agar Inaba bisa masuk sekolah lagi. 

Keiko sempat mendatangi rumah Inaba dan bertemu ayahnya. Keiko juga meminta agar Iyo membantu dengan mengirimkan email penyemangat. Keiko dan Iyo juga membuat 100 bangau dan dipamer-pamerkan di depan jendela kamar Inaba. Dan yang terakhir, mereka berdua membuat surat yang kemudian diletakkan di depan pintu kamar Inaba.

Karena semua cara sudah dicoba dan Inaba bergeming saja, akhirnya Keiko dan Iyo memutuskan untuk menobrak kunci kamarnya. Di waktu yang sama ketika mendobrak kunci kamar Inaba, tiba-tiba muncul Miya di tengah mereka.



Komik bukan bacaan favorit saya, dan saya beberapa kali menyebutkan alasannya pada beberapa artikel. Ceritanya yang sangat pendek pada satu nomornya dan pusing mengurut membaca balon dialognya membuat saya butuh alasan khusus untuk akhirnya membeli komik.

Untuk komik Country Girl ini saya beli lantaran ceritanya tentang remaja SMA. Waktu itu saya sedang butuh referensi cerita SMA untuk cerita yang sedang saya tulis, dan tidak sengaja melihat komik ini di ecommerce, membaca blrub-nya, oke, saya ambil.

Saya agak kurang sreg ketika tahu kelompok main Inaba dan tiga teman perempuannya karena mindset saya kalau ada kelompok main begini, pasti si anak laki-laki tergolong anak kemayu. Tapi di komik ini justru gambaran Inaba berbeda, selain dia cerdas, Inaba juga digambarkan mudah bergaul dan jago olahraga.



Konflik yang membuat komik ini seru dibaca karena hubungan pertemanannya yang berubah dan kita akan diajak untuk mengikuti para tokohnya memperbaiki apa yang membuat pertemanan mereka berubah. Pada buku pertamanya ini, saya salut dengan Keiko yang begitu peduli dengan orang terdekatnya sampai-sampai dia melakukan beberapa cara padahal kesehatannya saat itu belum pulih betul.

Untuk Iyo, saya bisa paham dengan perubahan penampilannya. Dia hanya ingin memiliki grup pertemanan yang baru, dia butuh dunia yang berwarna berbeda, dan dengan merubah tampilannya itu, Iyo berharap mendapatkan apa yang ia mau. Ini ciri ketidakstabilan emosi remaja dan beberapa dari kita pun mungkin pernah mengalaminya pada usia segitu. Sayangnya, komik ini tidak menyisipkan peran orang tua pada anak remaja seusia Iyo dan kawan-kawannya.

Inaba yang dari hari pertama tidak masuk sekolah sedang terpukul dengan ekspektasi yang ketinggian. Wajar sih dia punya cita-cita tinggi, hanya saja dalam kasus Inaba, dia tidak didukung keluarga. Sebab ayah Inaba memikirkan bentuk masa depan lain bagi Inaba, dan bukan sekolah SMA di Tokyo, yaitu menjadi penerus toko kelontongnya. Secara tidak langsung, komikus ini menyentil soal pentingnya peran orang tua bagi perkembangan emosional anak remaja. Karena usia remaja itu rawan, butuh pendampingan yang tidak mengekang.

Berhadapan dengan masalah bisa jadi pengalaman yang bagus bagi hidup kita. Seperti keuntungan yang sembunyi. -hal.29
Pada komik ini pun kita akan disuguhkan tema romansa yang amat sangat tipis. Latar belakang Keiko sebegitunya ingin membuat Inaba masuk sekolah lagi, ya karena perasaannya itu. Tampaknya Keiko menaruh rasa pada Inaba, hanya saja saya enggak cukup jelas menangkap sinyal itu. Kecuali saat Keiko berekspresi terkejut begitu ibunya membahas soal kedekatan Inaba dan Miya. Keiko kayak yang cemburu gitu.

Duh, penasaran romansa Inaba akan sama siapa ya? Hehehe, itu pun kalau bakal dijelaskan di komik nomor duanya.


Untuk dialog dalam komik ini menurut saya ada yang agak lebay. Tapi mungkin karena tokoh-tokohnya masih usia SMP dan SMA, bisa dimaklumi gaya bercandanya begitu. Hanya saja saya agak geli saja membacanya hehe. Terutama soal mereka membahas pantat Inaba. Waduh!

Kover komiknya sendiri bagus. Menampilkan sosok keempat tokohnya dan ada pantulan bayangan mereka di sana, sosok mereka berubah jadi anak SMP. Jelas banget menggambarkan usia mereka dalam komiknya. Tampilan mereka pun sangat sederhana, seperti halnya prnampilan anak desa. Jadi menurut saya pas penggambarannya.

Nah, itu dia ulasan saya untuk komik Country Girl nomor satu ini, dan kalau dinilai saya kasih nilai 3/5 bintang. Cerita komiknya ringan dan cukup seru.

Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku.



November 06, 2021

[Resensi] Midnight Tea - Mooseboo

gambar diunduh dari gramedia.com, diedit

Judul: Midnight Tea

Penulis: Mooseboo

Editor: Anindya Larasati

Penerbit: Elex Media komputindo

Terbit: April 2021

Tebal: viii + 328 hlm.

ISBN: 9786230024627

***

Manakah yang lebih baik, terjebak dalam kenangan masa lalu atau kehilangan kenangan?

Kenangan pahit dengan seorang pria di masa lalu membuat Lea butuh waktu yang tak sedikit untuk bisa kembali membuka hati. Ketika Djuan, barista di sebuah kafe di kantornya menunjukkan gelagat ingin mendekatinya, Lea bimbang. Namun, pesona Djuan lebih kuat daripada kekhawatirannya. Lea berharap, keberadaan Djuan dapat menghapus kenangan pahitnya.

Di saat itulah, sesosok pria dari masa lalunya kembali hadir. Bukan sekadar kembali, tapi bahkan pria itu menjadi karyawan baru di Fermata Radio, tempat kerja Lea. Tak hanya kekhawatirannya akan cinta yang kembali menghantui Lea, tapi juga sebuah kisah pahit yang belum sepenuhnya tuntas.

***

Novel Midnight Tea mengisahkan Thalea yang seorang creative assistent di perusahaan radio Fermata harus bertemu dengan pria masa lalunya yang bernama Wangsa. Pria ini sekarang menjadi atasan Lea. Hubungan mereka di masa lalu membuat pertemuan mereka menjadi canggung dan keduanya berusaha menutupi cerita masa lalu dengan bersikap profesional di tempat kerja.

Setelah lima tahun menjauh dari hubungan spesial dengan pria, Lea menemukan ketenangan dan gairah cinta ketika dia bertemu dengan chef sekaligus barista di kafe Basque yang bernama Djuanda. Tetapi ketika masa lalu Djuan datang, Lea kembali patah hati.

Novel ini merupakan novel roman yang membawa kisah cinta orang dewasa sehingga kisah percintaan yang disajikan penulis bukan yang menye-menye dan tidak bikin pembaca eneg. Meski demikian, kita masih akan menemukan adegan-adegan yang menurut saya berlebihan ala-ala remaja gitu, tetapi kalau dipikir-pikir itu jadi normal dilakukan oleh orang yang sedang jatuh cinta. Mungkin yang paling mencolok dan menarik adalah soal kedewasaan bagaimana tokoh-tokohnya menyikapi rasa cinta yang muncul bisa menjadi pembelajaran buat pembaca.

Konflik yang dipilih penulis mengenai masa lalu yang datang lagi. Mantan yang dulu menyakiti tiba-tiba muncul dan memberikan penjelasan apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu. Tetapi saya sangat kesal dengan Djuan yang begitu mudahnya memilih masa lalu setelah dia memberi harapan besar untuk Lea. Dia memang menjelaskan alasannya, tapi perhatian dan ucapan manis yang dia kasih ke Lea sebelumnya itu menjadi tidak berarti apa-apa. Masa Djuan tidak bertanggung jawab dengan harapan yang dia tumbuhkan di hati Lea. Dari apa yang terjadi antara Lea dan Djuan kita bisa belajar satu hal, jangan pernah membuka hati kalau belum move on. Lea itu menjadi pihak yang paling nelangsa apalagi ketika adegan dia pulang kerja dan menemukan Djuan dan masa lalunya sedang duduk romantis sambil bercanda. Padahal itu tidak lama setelah Djuan dan Lea bercanda mesra soal kangen-kangenan. Kan bangsat banget si Djuan ini!

Sedangkan masa lalu Lea yang menyakitkan karena Wangsa egois. Wangsa ini sedang ditimpa banyak masalah tapi dia memilih meninggalkan Lea karena tidak ingin membebani atau tidak ingin dibebani masalah lain. Kelirunya hal ini karena Wangsa tidak menghargai Lea sebagai pacar. Bukankah ketika punya pacar kita lebih bisa berbagi rasa baik suka dan duka sehingga kita bisa lebih kuat karena tidak sendirian. Nah, si Wangsa ini justru melihatnya terbalik. Dia tidak mau membebani dan dibebani oleh Lea. Wajar kalau akhirnya Lea begitu membenci dia.

Menurut saya penulis terlalu kepanjangan membentuk pondasi cerita roman untuk tokoh-tokohnya sehingga ketika konflik besar muncul menjelang akhir buku, penulis menyelesaikannya dengan terburu-buru. Konflik Lea dan Djuan berakhir hanya dengan adegan menjelaskan masalah mereka tanpa ada pergulatan dan momen sakit hati yang mendalam. Ditambah Lea begitu mudah memberikan kesempatan kepada masa lalunya saat dia sedang menikmati patah hati. Padahal sebelumnya Lea butuh lima tahunan untuk membuka hati.

Konflik keluarga juga muncul di novel ini. Menyoroti soal hubungan ayah dan anak yang tidak akrab karena kesalahpahaman di masa lalu. Dari konflik ini kita bisa belajar jika komunikasi itu sangat penting dalam hubungan apa pun. Karena dengan berkomunikasi yang baik kita akan lebih memahami masalah yang muncul sehingga penyelesaiannya dapat dicari lebih cepat juga.

Novel ini membalut kisah roman dengan dunia kerja di bidang industri radio. Dan saya begitu menikmati kegiatan orang-orang yang berada di balik meja siaran sebab penulis menjelaskan lebih banyak soal sisi dunia kerja ini. Padahal banyak sekali novel yang kadang mengesampingkan detail pekerjaan sehingga dunia kerja terkesan sebagai tempelan semata. Dan untuk judul novel Midnight Tea ini merupakan judul akun podcast Lea mengenai hal-hal random yang dia alami, yang kemudian dijadikan salah satu program radio.

Lea sebagai tokoh sentral memiliki karakter yang ramah, tulus, cerdas, dan mandiri. Dia itu tipe perempuan yang nggak mau merepotkan orang lain. Sebenarnya Lea juga termasuk perempuan yang bucin, tetapi karena punya masa lalu yang menyakitkan dia menurunkan kadar bucinnya dengan aksi mawas diri. Lalu Wangsa itu tokoh yang egois, kurang romantis, dan kurang peka juga. Sehingga dia kadang menampilkan citra yang salah tempat sehingga bagi beberapa orang akan menilai dia keliru. Sedangkan tokoh Djuan merupakan sosok yang romantis tapi menyebalkan sebab dia tidak bisa memegang ucapannya sendiri. Dia bahkan tidak merasa terluka ketika cara dia justru melukai perasaan orang lain. 

Usai membaca novel ini kita akan diajak untuk lebih bijak memahami masalah jangan sampai menjadi kesalahpahaman. Komunikasi menjadi sangat penting untuk mengurainya sehingga kita bisa tahu masalah itu sumbernya apa dan dari mana.

Untuk novel Midnight Tea ini saya memberikan nilai 3 bintang dari 5 bintang.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!