Resensi Novel As Always, I Love... - Nureesh Vhalega


Judul:
As Always I Love...

Penulis: Nureesh Vhalega

Penyunting: Maria Lusia Anindya

Penerbit: PT Elex Media Komputido

Terbit: Januari 2020

Tebal: 288 hlm.

ISBN: 9786230012259


Beberapa bulan menjelang pernikahannya, ayah Lyrrani Bestari meninggal. Dunianya runtuh, karena selama ini dia merasa hanya punya ayahnya dan Rayen, sahabatnya sejak masa SMA. Tidak hanya itu, beberapa masalah mulai bermunculan seiring persiapan pernikahannya. Sesosok orang yang hilang dari hidupnya empat belas tahun lalu, tiba-tiba kembali. Belum lagi, Juan, tunangannya, yang tetap sibuk dnegan pekerjaannya di tengah persiapan pernikahan mereka.

Lyrra bersyukur punya Rayen yang dapat selalu ia andalkan di tengah semua permasalahan yang dihadapinya. Keduanya begitu dekat sampai semua orang di sekitar meragukan persahabatan mereka. "Kami cuma sahabat" sudah sering mereka lontarkan.

Apakah Rayen dapat membantu Lyrra melewati ini semua menuju pernikahannya? Ataukah Rayen akan menghancurkan semuanya... dengan menyatakan perasaan yang sesungguhnya?

***


"Yang terbaik bakal datang di waktu yang tepat. Bukan di waktu yang kita mau, atau kita harapkan, tapi di waktu yang tepat." -hal. 172.

Setahun pacaran, Lyrra akhirnya dilamar oleh Juan dan diterima. Kabar ini disampaikan ke ayahnya tapi reaksi beliau bukan seperti yang Lyrra mau, walau ujung-ujungnya tetap direstui dengan syarat dan ketentuan yang disampaikan langsung kepada Juan.

Enam bulan lagi pesta pernikahan akan digelar. Sejak malam lamaran itu Lyrra sudah merasakan ada perasaan aneh yang mengganjal di hatinya. Entah untuk masalah yang mana.

Namun ayah Lyrra mendadak meninggal. Ia pun terpuruk, merasa sendirian. Tidak ada rumah untuk pulang, ibu tiri jelas bukan pilihan tepat sebab ia tidak akrab dengannya. Beruntung Rayen jadi pahlawan sejati yang akan bersedia kapan pun dan dimana pun.



"... Dan, nggak ada anak yang baik-baik aja dua minggu setelah orangtuanya meninggal. Lo bisa bohongin semua orang, tapi lo nggak bisa bohongin gue." -hal. 62.

Sakit hati lebih dalam muncul saat tidak sengaja Lyrra bertemu kembali dengan ibu kandungnya yang sudah bertahun-tahun meninggalkannya. Lyrra sangat membenci ibunya, jangankan mendengarkan penjelasan soal masa lalu, bertemu saja enggan.

Masalah makin bertumpuk saat Rayen mengungkapkan perasaannya. Lyrra sangat sedih dan marah sebab hubungannya dengan Juan sudah sejauh ini. Ia bingung harus berbuat apa.

Sekuat apa pun Lyrra menghindar, kebenaran akan terwujud di tangan semesta. Tuhan seperti sedang merajut lagi kisah baru antara Lyrra dengan ibunya, antara Lyrra dengan Juan, dan antara Lyrra dengan Rayen. Masa lalu yang pelik mulai menemukan titik terang. Semua yang tertutupi mulai tersibak jelas.

Lyrra bukan saja berperang dengan kisah cintanya, tapi ia pun harus menghadapi masa lalu yang keliru. Tapi apakah Lyrra bisa berdamai dengan masalahnya yang bertubi-tubi?


Membaca novel As Always, I Love... mengingatkan saya pada novel My Pre-Wedding Blues karya Anna Triana. Ceritanya soal persahabatan lawan jenis yang sebenarnya saling suka tapi karena alasan tertentu harus dipendam. Semakin pelik lagi ketika yang perempuan akan menikah dan yang lelaki galau.

Formula novel roman yang sudah banyak dipakai tapi buat saya tetap saja menarik. Soalnya pasti banyak yang mengalami situasi begitu. Dan paling banyak alasannya karena mereka enggak mau merusak persahabatan. Mereka takut kalau pas sudah pacaran lalu ada ketidakcocokan dan akan berujung putus. Persahabatan mereka pun pasti terpengaruh, bisa putus juga.

"Cuma karena lo bakal nikah, bukan berarti gue harus buru-buru ngikutin jejak lo. Apa yang lo anggap baik, belum tentu baik buat orang lain. Jangan egois." -hal. 34

Tetapi di novel ini berbeda, alasannya karena keluarga. Saya kaget sih pas tahu alasan sebenarnya kenapa Lyrra dan Rayen tidak bersatu sejak dulu, padahal kedekatan mereka sudah terlalu solid. Alasan itu logis menahan keduanya. 

Selain romansa, novel ini pun kental banget tema keluarganya. Menyinggung soal keputusan bercerai karena tahu mereka bersatu tanpa cinta yang utuh, dan kalau dilanjutkan akan tambah menyakiti satu sama lain. Dan keputusan bercerai ini sebenarnya memengaruhi anak. Lyrra adalah contoh korban perceraian orang tua yang sampai ia dewasa tidak tahu apa penyebabnya. Asumsi berkembang liar dan tanpa tahu cerita sebenarnya ia membenci ibu kandungnya.

"... Luka bukan sesuatu yang bisa dihindari dari hidup. Setiap manusia yang bernafas pasti akan merasakannya. Tapi... jangan biarkan luka menenggelamkan kamu, Lyrra." -hal. 91

Di novel ini pun akan disajikan keruwetan keluarga Lyrra dan Rayen. Tetapi saya menangkap poin kalau anak yang bijaksana akan mendahulukan kebahagian orang tua di atas segalanya. Cukup mengharukan sekali mengetahui kenapa Rayen bisa sebego itu memendam perasaannya. Di balik kebegoannya ada keikhlasan pengorbanan yang luar biasa.

Saya suka dengan gaya menulis Kak Nuressh yang lugas dan langsung pada poinnya. Tidak diindah-indahkan, tidak nyastra. Narasinya mudah dipahami, dan kayaknya ini kelebihan novel yang kerasa banget di lini CityLite dan Le Marrige. Jadi ketika ada dialog yang meluap-luap, saya bisa merasakan emosi panasnya.

Kalau untuk cerita urbannya sudah pasti kerasa. Latar di Jakarta dan pekerjaan sebagai arsitek. Situasi prefesional sangat terasa sehingga detail ini tidak hanya sebagai tempelan saja. 



Karakter-karakternya juga berhasil dihidupkan penulis. Lyrrani Bestari digambarkan sebagai pekerja keras, mandiri, supel, baik, cantik, dan agak enggak enakan. Saya suka sih bagaimana Lyrra memelihara kedekatannya dengan teman-temannya; Anggit dan Irenne, padahal mereka sudah berada di fase yang berbeda-beda. Irenne sedang menunggu kelahiran bayinya, Anggit masih berpetualangan mencari pasangan, dan Lyrra sedang menuju pernikahan. Namun mereka menghargai satu sama lain, kalau pun ada sindir-sindiran itu lantaran rasa sayang semata.

Juan Harnanto Irsyad, si calon suami Lyrra adalah pria dewasa yang karirnya sudah mapan. Pintar memasak dan pandai mengambil hati. Tipe yang bijaksana dalam menghadapi masalah. Dia mudah meminta maaf dan enggan berlarut-larut dalam amarah ketika sedang berseteru dengan Lyrra. Hubungan mereka pun akan kembali manis. Kekurangannya satu, pekerjaan yang nanjak dibuntuti resiko kesibukan yang susah diprediksi. Ini yang kadang bikin Lyrra sedih sebab momen kebersamaan mereka suka direnggut oleh pekerjaan urgensi.

Rayendra Kendavaz adalah sahabat dekat Lyrra yang terpikat sejak di bangku SMA. Sering bertindak konyol tapi terukur. Misalnya, dia tidak mengisi bensin mobilnya karena ingin berangkat kerja bareng dengan Lyrra. Atau dia main catur dengan ayah Lyrra agar bisa mengambil hatinya sehingga restu bisa turun. Di balik sosoknya yang kadang menyebalkan, Rayen tipe pria yang super perhatian. Sudah bisa dipastikan sih, siapa pun perempuan yang memiliki pasangan seperti Rayen pasti hidupnya akan jauh lebih berwarna. Bisa romantis, bisa bikin emosi.

Selain ketiga tokoh utama di atas, ada juga sahabat Lyrra; Anggit dan Irenne. Ada juga ayah dan ibu Lyrra. Dan tentu saja ibunya Rayen, Tante Nia.

"Hidup bersama orang yang mencintai kamu memang baik, Sayang, tapi nggak ada yang lebih hebat dari hidup bersama orang yang mencintai kamu, juga kamu cintai." -hal. 210.

Untuk kovernya yang didominasi warna putih terlihat sederhana. Ada sosok perempuan yang berambut panjang dan pada ilustrasi rambutnya dipenuhi coret-coret kusut. Menggambarkan sekali bagaimana otak Lyrra yang dipenuhi masalah.

Buat saya novel ini cukup berkesan karena ceritanya yang cukup menyentuh dan gaya menulis penulis yang enak diikuti. Saya merekomendasikan novel ini untuk pembaca yang suka cerita romansa tapi yang kekinian, baik dari segi konflik atau pun narasinya. Saya memberikan nilai 4/5 bintang.

Sekian ulasan novel As Always, I Love... dari saya. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku.


0 komentar:

Posting Komentar