Resensi Novel Lara Rasa - Nureesh Vhalega


Judul:
Lara Rasa

Penulis: Nureesh Vhalega

Editor: Anindya Larasati

Ilustrasi & sampul: Amalina Asri

Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Terbit: 2023

Tebal: viii + 214 hlm.

ISBN: 9786230046315


Di usia 28 tahun, Alara masih belum punya pekerjaan tetap, kondisi finansialnya memprihatinkan, dan target memiliki rumah sekaligus menikah sebelum berumur 30 tahun terasa kian jauh dari jangkauan. Parahnya, dia justru membuat keputusan-keputusan salah dan memperumit hidupnya sendiri. Mulai dari bekerja di perusahaan rintisan yang membuatnya seakan rodi, terlibat dalam drama percintaan yang videonya viral, sampai bertengkar hebat dengan orang tua. Alara harus mengurai permasalahannya dan mencari solusi agar hidupnya kembali berjalan normal. Dan, di atas segalanya, agar target hidupnya tercapai.



Novel Lara Rasa ini menceritakan seorang gadis bernama Alara yang secara usia sudah matang tetapi dia belum menikah, pacar saja belum punya. Masalah hidup Alara bukan soal jodoh saja, dia juga bermasalah dengan pekerjaan barunya yang super-pressure. Kalau bukan karena keinginan besarnya untuk membeli rumah, Alara pasti sudah resign dari lama.

Plus, Alara tinggal dengan orang tua toxic yang saban waktu selalu bertengkar adu mulut. Tidak jarang benda-benda di rumah melayang hingga pecah dan rusak. Baginya rumah bukan tempat nyaman untuk pulang makanya sesekali ia menginap di apartemen sepupunya, Tiani. Dan impian terbesar Alara adalah membeli rumah agar bisa segera kabur dari rumah orang tuanya.

Di pesta pernikahan temannya, Alara justru bertemu dengan Putra, teman SMA. Perhatian Putra sangat manis sehingga hubungan keduanya pun naik ke level pacaran. Di tengah hubungan manis yang sedang dirajut, Alara merasa tidak nyaman pada kedekatan Putra dengan Venita, mantannya. Menurut Putra hubungan mereka sudah berakhir dan kedekatan saat ini karena mereka menjalankan bisnis bareng-bareng.



Puncak masalah Alara datang bertubi-tubi. Satu, Mama Alara bohong soal dia meminjam uang tabungan yang disiapkan untuk DP rumah karena salah satu tantenya butuh urgensi, dan uang itu harus hilang akibat penipuan investasi. Dua, Alara dilabrak Venita karena dianggap perebut pacar di sebuah acara promosi film. Videonya viral hingga membuat Alara terpuruk. Dan buntut dari keributan itu Alara harus memutuskan hubungan dengan Putra. Tiga, Alara dihardik Papanya dengan kata-kata jahat dan membuatnya memutuskan untuk keluar dari rumah itu.

"Dasar anak nggak tau diri! Bisanya cuma bikin malu keluarga!" hardiknya. "Kalau mau jadi perempuan murahan, belajar yang benar! Jangan setengah-setengah dan ketahuan. Pantas saja sampai umur segini kamu nggak nikah. Siapa yang mau sama perempuan rusak kayak kamu?" -hal.152.

Beruntung Alara memiliki orang-orang terdekat yang care. Ada Tiani (sepupunya), Kevan (temannya, naksir Tiani tapi ditolak mulu), dan Ansel (rekan kerja Alara yang usianya lebih muda). Mereka tidak membiarkan Alara berjuang sendiri, mereka selalu siaga di sampingnya.

Tapi, apakah Alara bisa bertahan di tengah masalah yang bertubi-tubi itu?



Setelah membaca novel As Always, I Love... saya kembali membaca novel terbaru Kak Nureesh yang tahun ini baru saja diterbitkan.

Novel ini mengharukan karena ada bagian yang relate dengan hidup saya. Alara dan saya sama-sama punya masalah yang banyak. Dan kami sama-sama harus bisa mengurai dan menyelesaikan masalah tersebut. Membaca novel ini membuat saya tambah semangat hidup sebab sebanyak apa pun masalah pasti bisa diselesaikan.

Ciayo!!!

Ada dua masalah gede yang dihadapi Alara. Pertama, dia punya orang tua yang toxic. Bagaimana perasaan Alara tidak hancur kalau hampir setiap hari mendengar Papa dan Mamanya adu mulut, dia sering dikata-katain dengan kasar, dan bahkan kelahiran Alara sering disebut sebagai biang masalah mereka? 

Saya geram banget membaca bagian hubungan Alara dengan orang tuanya. Pengen banget teriak di telinga Papa dan Mamanya, "Woiii, kalian yang nge*e, kalian yang ena-ena sampai kebobolan, kenapa anak yang disalahin?! Kalian yang nggak mikir sebelum begituan, bangs*t!!!"

Dari orang tua Alara kita belajar, "Enggak semua yang tua itu dewasa." Dan gara-gara masalah orang tua ini, Alara ingin segera kabur dari rumahnya. 



Kedua
, Alara jatuh cinta dengan orang yang salah. Walau Putra itu punya material pasangan yang baik, tapi sikap dia yang enggak tegas soal mantan jelas-jelas bakal berpengaruh untuk kelangsungan hubungan percintaannya. Alara denial sama gelagat aneh Putra yang kalau ditanya soal mantan, jawabnya gagap dan enggak tegas.

Bucin boleh saja tapi jangan sampai membuat insting jadi tumpul. Karena manusia itu punya kedalaman hati yang enggak bisa ditebak. Kecuali kalau kita sudah siap patah hati.

"Al, jangan terlalu percaya sama orang. nanti lo yang sakit akhirnya." -hal. 9

Gaya penulisan Kak Nureesh terasa renyah sekali. Tidak menggunakan banyak bahasa inggris, dialognya terasa banget bahasa ngobrolnya, dan narasinya juga lugas. Ini yang membuat saya merasa kalau novelnya page turner banget, betah dibaca.

Plot ceritanya tidak melebar kemana-mana jadi kita bisa fokus ke masalah yang gede-gede saja. Dan penyelesaian konflik yang dipilih Kak Nureesh sudah cukup adil, terutama konflik keluarga ya. 

Tidak semua keluarga itu harmonis, dan pilihan antara anak dan orang tua untuk jalan masing-masing bisa jadi keputusan terbaik dari keputusan buruk yang mau enggak mau harus ditempuh.

Penokohan di novel ini juga sangat baik. Alara digambarkan gadis yang penuh masalah tapi vibes-nya positif. Kekurangan Alara hanya satu, suka menyalahkan diri sendiri. Tetapi saya suka dengan perubahan sikap Alara terhadap masalah yang dihadapinya. 

Kalau Putra tipikal pria dewasa yang romantis. Sayangnya dia kurang tegas sama keputusannya. Kekurangan ini bisa membuat hubungan rentan sebab perempuan itu butuh keputusan pasti. Sedangkan Ansel tipe pria pemalu, pendiam, tapi perhatian. Dia tidak tergesa-gesa menarik lawan jenis, menunggu momen yang tepat. Ansel juga punya hubungan yang baik dengan keluarganya.

Tokoh lainnya yang memberi warna alur novel ini ada Tiani, Kevan, Safa, dan beberapa lagi yang disebutkannya hanya sekilas. Namun peran Tiani dan Kevan sangat penting di hidup Alara sebab mereka ini yang memastikan Alara kuat digempur masalah.


Secara keseluruhan, membaca novel ini bagai diingatkan untuk terus bertahan di tengah banyaknya masalah. Sekaligus hidup itu enggak melulu adanya momen manis dan indah saja. Sedih, capek, putus asa, bosan, jenuh, muak, akan menimpa siapa saja. Tapi jangan berhenti hidup. Lepaskan semua emosi dengan menangis, jika kurang, mengumpat saja. Sebab hidup terlalu berharga untuk diakhiri sebelum waktunya.

"Pernah nggak lo mikir, kalau yang sebenarnya lo butuhin buat ngerasa bahagia adalah berdamai sama diri sendiri?..." -hal. 10

Ada satu paragraf yang isinya pengakuan Alara kepada psikolognya dan itu bikin saya tertohok. Ada di halaman 197. Intinya, Alara cuma ingin mendengar kata maaf setelah mereka mengucapkan kata-kata yang menyakitkan. Menurut saya memang kata maaf itu bisa meluruhkan segalanya. Makanya kita semua harus berani mengucapkan kata maaf ketika terjadi perselisihan, jangan justru merasa sok paling benar.

Untuk novel mengharukan ini yang mengajari kita untuk menjadi manusia utuh, saya memberikan nilai 5/5 bintang. Saya sangat merekomendasikan novel ini dibaca oleh kalian yang beranjak dewasa agar tahu gambaran gimana beratnya menjadi dewasa.

Sekian ulasan saya, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku.


0 komentar:

Posting Komentar