Resensi Buku Anak: Air Mata Buaya - Clara Ng, Gina


Judul:
Air Mata Buaya

Penulis: Clara Ng

Ilustrator: Gina

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Maret 2010

Tebal: 24 hlm.

ISBN: 9789792254839

RINGKASAN

Berkat kelembutan hatinya, Buaya yang merupakan salah satu murid di kelas Bu Gajah, kerap menangis karena banyak hal yang mengusik hati. Dan siapa pun yang melihatnya akan ikut menangis.

Kira-kira apa yang membuat seluruh murid dan Bu Gajah menangis di kelas?


ULASAN

Setelah sebelumnya saya membaca buku anak berjudul Ambilkan Bulan, Yah! yang ditulis Kak Clara Ng, malah keterusan membaca karyanya yang lain. Dan beruntung sekali karena banyak koleksi buku anak Kak Clara Ng di Ipusnas yang bisa diakses secara gratis.

Buku kedua ini judulnya agak-agak ambigu sebab "air mata buaya" suka diucapkan untuk menunjukkan tangisan pura-pura. Tetapi di buku anak ini yang disebut air mata buaya karena memang Buaya ini murid yang sensitif. Hatinya mudah terharu dan membuatnya gampang mencucurkan air mata.

Ketika air susu punya Kelinci tumpah, Buaya yang menangis. Menurutnya, air susu itu akan sangat berguna untuk yang tidak bisa membeli susu.

Termasuk ketika insiden bubur di mangkuk yang kecipratan cat air berwana hijau dan membuat buburnya tidak bisa dimakan membuat Buaya sesenggukan. Menurutnya, bubur itu bisa memberikan makan seluruh anak di Indonesia dan sekarang harus terbuang.

Kelembutan hati Buaya ini mempersentasikan hati anak-anak yang rapuh. Dan kelembutan hati Buaya perlu dicontoh sebab membuatnya peka terhadap lingkungan sekitar. Empatinya begitu tinggi walaupun digambarkan Buaya ini masih anak-anak.

Dan saya suka dengan respon Bu Gajah yang bertanya dengan lembut alasan kenapa Buaya menangis. Ini pembelajaran bagus untuk orang dewasa ketika menghadapi anak kecil menangis yaitu dengan mengajaknya membicarakan apa yang terjadi. Akan tambah sedih jika anak kecil tambah dibentak ketika mereka menangis hanya karena orang dewasa merasa pengang dengan suara tangisannya.

Sekali lagi yang membuat saya suka dengan dua buku anak yang sudah saya baca ini yaitu selain ceritanya sederhana, juga memiliki nilai moral yang bagus untuk ditanamkan kepada anak-anak yang masih dalam fase usia emas. Buku anak ini juga memberikan pelajaran parenting untuk orang tua atau orang dewasa dalam memperlakukan anak-anak dengan baik.


Dan ilsutrator pada buku ini berbeda dengan ilustrator buku Ambilkan Bulan, Yah! Kelihatan sekali perbedaan hasil karyanya walaupun ciri ilustrasi anaknya tetap dijaga yaitu gambarnya lucu-lucu, warna-warni dan ceria. Kalau Kak Gina kelihatannya lebih suka main motif pada karyanya sehingga terkesan ramai dan ceria. Misalnya pada backround gambarnya pasti ada motif yang disisipkan entah berupa bayangan foto atau bentuk-bentuk sederhana lainnya.

Sedangkan karya Kak Maryna lebih banyak main polos sehingga tampak lebih clean. Atau jangan-jangan karya Kak Maryna dipengaruhi ceritanya yang di malam hari sehingga kebanyakan gambar-gambarnya tidak memiliki motif.

Kesimpulannya, buku anak ini juga pas sekali dibacakan kepada anak-anak menjelang mereka tidur. Dan tentu saja sebagai pencerita, kita harus menekankan nilai-nilai baik yang ada di dalam ceritanya.

Sekian ulasan untuk buku anak ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


4 komentar:

  1. Buku mbak Clara yang judul ini lucuk. Aku udah pernah baca. Eh, yang seri dongeng tujuh menit emang udah susah nyari buku fisiknya. Sekarang adanya ebook aja. Kayaknya di ipusnas banyak stok bukunya ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya baru membaca buku anak-anak dan setelah dicoba ternyata seru juga. Terus baca buku anak juga bisa cepat jadi bisa menyembuhkan buat yang sedang kena reading slump.

      Bener pisan Kak Ila, buku anak-anak karya Kak Clara NG sudah jarang fisiknya, ini juga saya baca via Ipusnas. Mungkin karena buku-buku ini diterbitkannya sudah lama, makanya fisiknya jadi langka.

      Hapus
  2. Biasanya tokoh buaya selalu di ibaratkan tokoh yang licik,tetapi di sini kebalikannya, hatinya lebih perasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya, seperti tokoh buaya di cerita Si Kancil yang mau menyebrangi sungai. Tetapi di kisah yang itu Si Kancil lebih cerdas dibandingkan Buaya. Eh, begitu membaca kisah ini, Buayanya tipikal yang baik dan berhati lembut. Walau kaget tapi seru juga ceritanya, hehe.

      Hapus