Tampilkan postingan dengan label Penerbit Falcon. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penerbit Falcon. Tampilkan semua postingan

8 November 2022

[Buku] Toko Tukar Tambah Nasib - Lia Seplia


Judul:
Toko Tukar Tambah Nasib

Penulis: Lia Seplia

Penyunting: Prisca Primasari

Ilustrasi sampul: Abdul M.

Penerbit: PT Falcon

Terbit: September 2022, cetakan pertama

Tebal: viii + 330 hlm.

ISBN: 9786026714749


"Selamat datang di toko Tukar tambah Nasib. Kami bisa memperbaiki hidupmu dan menukarnya dengan kehidupan orang lain yang ingin kamu jalani. Sudah puaskah kamu dengan hidupmu? Datanglah ke toko kami."

Toko Tukar Tambah Nasib memberi kesempatan bagus kepada orang-orang yang tidak puas dengan hidupnya. Salah satunya adalah Naya Saura, seorang pegawai minimarket yang hidupnya penuh luka dan ketidakberuntungan. Toko tersebut memberi Naya privilese untuk menjalani kehidupan seperti yang selama ini ia idam-idamkan: Lala (balerina ternama), Sato (direktur sebuah perusahaan kosmetik), Meri (istri pengusaha kaya dengan dua anak yang lucu-lucu), dan Riko (koki muda yang berlimpah harta).

Namun, ternyata tak ada kehidupan yang sesempurna dan seberkilau kelihatannya. Ada syarat yang harus dipenuhi. Ketika Naya sadar bahwa setiap pertukaran nasib harus ditukar dengan sesuatu yang paling berharga, kehidupan siapakah yang akan ia pilih?

***

SINOPSIS

Novel ini menceritakan tokoh utama bernama Naya Saura, yang kerja jadi kasir di sebuah minimarket. Kehidupannya tidak berjalan mulus seakan-akan nasib malang sudah jadi garis tangannya. Di keluarga, di lingkungan kerja, Naya tidak pernah menjadi sosok yang bersinar. Justru posisinya seperti beban saja.

Naya menjalani hidup dengan perasaan hampa. Sampai akhirnya ia menerima surat tawaran dari sebuah Toko Tukar Tambah Nasib untuk bertukar nasib dengan orang lain. Naya menyebutkan keempat temannya: Lala, Meri, Sato, dan Riko. Ia ingin menjalani hidup seperti mereka. Tetapi, pertukaran itu tidak gratis, ada harga yang harus Naya korbankan. Sebelum memutuskan kehidupan siapa yang akan dipilih, Naya berkesempatan untuk mengintip kehidupan keempat temannya itu.

Lala adalah balerina ternama. Hidupnya begitu disorot. Tetapi di balik pencapaiannya saat ini, Lala hanya boneka dari mimpi ibunya, Belinda. Lala kehilangan kebebasan, dan secara otomatis kehilangan kebahagiaan. 

Sato lahir dari keluarga yang kaya. Tapi dia pengecut di lingkungannya. Korban bully. Karena yang ia punya hanya uang, maka kekuatan uang digunakannya untuk melindunginya. Sebagai keturunan yang kelak mewarisi perusahaan kosmetik besar, Sato bersaing dengan sepupunya. Demi menyelamatkan nasib warisan itu, Sato melepaskan perempuan yang ia kasihi dengan tulus, dan harus memilih perempuan yang sama-sama memiliki tujuan soal uang. Pilihan yang membuatnya tidak bahagia.

Meri terlahir di keluarga yang ramai. Saudaranya banyak. Dan impiannya adalah bisa segera meninggalkan rumah orang tuanya agar punya privasi. Doanya dikabulkan semesta, Meri memiliki pasangan idaman semua wanita; kaya dan tampan. Tetapi bukannya ketenangan yang didapatkan, justru banyak hal membuatnya cemas. Suaminya yang populer rawan diambil perempuan lain, mau tak mau Meri tidak bisa bersantai sebagai dirinya sendiri sehingga ia harus terlihat selalu cantik. Belum lagi soal pengasuhan anak yang kadang bersebrangan dengan ipar-ipar dan mertuanya. Kehidupan Meri tidak semenyenangkan yang dilihat orang-orang.

Riko adalah koki bintang yang wajahnya masuk di kover majalah ternama. Perjalanannya untuk mearih posisinya kini penuh liku-liku. Ia mulai kerja di restoran sejak belia. Bakatnya yang membawanya menjadi asisten Chef Ilga. Keputusan Chef Ilga, sosok yang sudah dianggapnya sebagai ayah, untuk membuat restoran sendiri justru membawa Riko di fase terjerembab. Hutang Chef Ilga menjadi bebannya. Beruntung Riko bertemu dengan Vera, teman SMA-nya yang mau membantu menyelesaikan semua masalah. Sayangnya Riko tidak berumur panjang. Pilihan yang sulit, hidupnya aman dan mapan tapi tidak berumur panjang.

Naya tidak tertarik dengan kehidupan keempat temannya karena akhirnya ia tahu hidup mereka tidak sebaik yang ia sangka. Tapi kontrak sudah disepakati, memilih salah satu kehidupan yang sudah diintip atau membatalkan kontrak tapi berujung meninggal. Naya tetap harus memutuskan.


IDE CERITA

Judul novel memakai kata 'toko' mulai bermunculan. Tapi novel ini jadi yang pertama yang saya baca. Penasaran sih apakah ada kesamaan di antara novel-novel itu. Dugaan saya sih semua novelnya membawa unsur fantasi. Biar jelas, nanti saya buktikan setelah membaca semua novelnya.

Di novel ini unsur fantasi sudah bisa diketahui dari judulnya. Di kehidupan nyata mana ada toko yang melayani tukar tambah nasib. Yang ada jual beli barang kebutuhan sehari-hari atau jual pulsa. Tapi di sini kita akan diajak masuk ke toko yang dikelola oleh pasangan T1 dan T2 dan membuktikan jasa tukar tambah nasib itu. Bingungkan bacanya, hehe.

Pengunjung akan datang ke toko itu setelah menerima surat tawaran. Jadi enggak semua orang bisa tahu dan datang ke situ. Dan layanan tukar tambah nasib ini memang ada. Hanya saja, sebagai kontrak transaksi, pengunjung terpilih harus menyerahkan barang yang memiliki nilai berharga. Ingat, yang berharga bukan melulu diukur dari harga ya. Barang berharga bisa karena muatan memorinya.

Pengunjung terpilih sudah dipastikan tidak bahagia dengan hidupnya. Banyak alasan yang membuat itu. Tawaran merubah nasib pasti menggiurkan. Pada poin ini, kita sepakat dong ternyata manusia itu, termasuk kita-kita, kadang masih buta sama yang namanya kebahagiaan atau happiness, dan pasti masih mencari-cari. Jangan-jangan kita-kita yang begitu bisa digolongkan mengalami sakit mental.

Pepatah yang bilang 'rumput tetangga selalu lebih hijau' memang banyak dialami kita semua. Iri dan dengki yang kemudian kita rasakan. Membanding-bandingkan menjadi kerjaan harian. Ujung-ujungnya malah galau dan resah sendirian.

Ide ini yang tampaknya ingin disampaikan penulis melalui toko anehnya itu. Tema sakit mental atau gangguan psikologi memang sedang marak. Di novel ini penulis memfokuskan untuk mengulik soal makna bahagia di kehidupan. Pertanyaannya: Sudah bahagiakah kita selama ini?

Lapis demi lapis kita akan disodorkan kehidupan tokoh-tokoh yang ternyata tidak semanis yang terlihat. Isunya banyak dan beragam, tentang keluarga, tentang pertemanan, tentang karir, tentang cita-cita, dan masih banyak sisi lain dari hidup yang dibahas. Dalam satu buku, kita akan berkenalan dengan beberapa kehidupan orang-orang. Kita akan belajar banyak di situ.


PLOT/GAYA BERCERITA/POV/KARAKTER

Karena ada momen mengintip kehidupan orang lain, ada plot mundur untuk menceritakan ulang tokoh yang kehidupannya diintip. Di bagian itu penulis menerangkan sebab-akibat kenapa kehidupan tokoh yang diintip itu tidak sempurna. Setelah beres dipaparkan, alur berubah ke plot maju. Giliran Naya yang merenung pertimbangan apa yang membuatnya harus memilih kehidupan yang diintipnya tadi.

Untuk gaya bercerita Kak Lia Seplia ini terasa kaku buat saya. Walau kadarnya masih aman untuk dinikmati sih. Saya seperti melihat air dan minyak ketika membaca bukunya. Karena ceritanya ada unsur fantasi yang condong ke sisi filsafat hidup, harusnya diksi yang digunakan lebih lembut dan tenang. Yang ada sekarang gaya berceritanya terasa lugas dan kekinian. Ini jadi gap buat saya ketika ingin memasuki ceritanya. Penilaian ini murni pendapat pribadi ya, bisa saja kesan di pembaca lain berbeda. 

Sedangkan sudut pandang yang digunakan adalah POV Orang Ketiga. Penulis berhasil menempatkan si tokoh utama untuk terus terlibat dengan kehidupan yang diintip meski perannya sebagai sampingan. Sempat aneh di awal-awal karena pada halaman depan disebutkan jika Naya berteman dengan keempatnya. Dan saat mengintip itu, Naya mendadak jadi asing bagi mereka. Ini yang harus dipahami pelan-pelan.

Novel akan berkesan jika ditopang juga oleh karakter-karakter yang mengesankan. Untuk saya, di novel ini tidak ada karakter yang membuat saya sangat menyukainya.

Naya Saura: Perempuan lajang yang ternyata menyimpan trauma. Sering rendah diri dan sering overthinking. Hidupnya demi kebahagian orang lain dan mengabaikan kebahagiannya sendiri.

Untuk karakter keempat temannya Naya sudah saya paparkan di bagian Sinopsis ya. Dan tidak ada yang saya sukai.

Aji: Pacar Naya yang dewasa dan tulus. Karena porsi cerita untuk karakter Aji tidak banyak jadi belum tergali semenarik apa sosoknya. Tapi di keterbatasan itu, sosok Aji terbilang bagus dan baik sebagai pasangan.

Kila dan Kenzi: Adik kembar Naya yang cuek. Hubungan mereka dingin dan kaku. 

Dan masih ada beberapa karakter pendukung lainnya, seperti Bapak Ibunya Naya, saudara-saudara Meri, dan karakter lainnya.

BAGIAN FAVORIT

Bagian cerita yang hampir membuat saya menangis adalah ketika Naya sudah bertekad membatalkan kontrak. Artinya dia harus meninggal. Lalu pada hari H, Naya berbuat baik sebanyak-banyaknya untuk keluarganya. Bangun pagi, membersihkan rumah, membuatkan sarapan untuk adiknya, dan membuatkan kopi untuk ayahnya. Semua orang rumah heran. Saat disinggung soal kematian, semua hening. Sumpah sedih banget.

"Palingan mati doang pas tidur. Sebagai beban keluarga, aku enggak keberatan." - hal.296.

Jokes-nya dark pisan ya! Siuen aing!

Selain itu saat Naya menelepon teman-temannya dan berterima kasih karena sudah menjadi temannya, juga membuat sedih. Saya bisa merasakan kegetiran, ketakutan, kepasrahan, yang dialami Naya. Hidup begini-begini saja, tanpa tujuan, hanya membuat sedih saja, dan jika kematian pilihan terbaiknya, Naya ingin berpisah dengan sebaik-baiknya.


PETIK-PETIK

Saya sadar kalau hidup semua orang tidak ada yang sempurna. Pasti mereka juga punya masalah. Jadi sebaiknya tidak pernah membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain. Cukup dijalani dan dinikmati, apa pun bentuk kehidupan kita.

Selain itu, saya juga belajar untuk terus berbuat baik. Karena setiap perbuatan baik itu pasti akan ada balasannya. Mungkin bukan dibalas untuk kita, tapi bisa jadi dibalas untuk orang tua kita, saudara kita, atau bahkan untuk pasangan kita. Pada bagian akhir novel ini dibahas pesan kebaikan ini. Naya banyak berbuat baik, dan kebaikannya dibalas untuk orang di sekelilingnya sehingga Naya terlihat selalu tidak beruntung.

Oya, jika kita melihat orang seperti Naya, yang perlu dilakukan adalah menolongnya. Mereka sebenarnya sedang tidak baik-baik saja. Tetapi mereka tidak tahu cara keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Ini sempat diucapkan oleh T-2 mengenai kondisi Naya, "...karena tidak ada yang menolongnya. Dia merasa berjuang sendirian. Dia mungkin sudah merasa lelah." -hal. 298.

KUTIPAN

  • Kesempatan bagus seringnya tidak datang saat kamu mengharapkannya. Kesempatan bagus seringnya datang saat kamu tidak berekspektasi apa-apa. -hal. 2
  • "Mana ada kata terlambat untuk belajar? ... Sekolah itu cuma tempat kita mementingkan nilai, bukan keterampilan..." -hal. 23
  • "...Jangan pernah menganggap hidup semua orang sama seperti produk pabrik. Setiap orang membawa alasan tersendiri, termasuk luka-luka, masalah-masalah, dan pilihan-pilihannya." -hal. 28
  • "Banyak anak di dunia ini yang tidak akrab dengan ibunya sendiri. Bukan karena tidak sayang, melainkan karena sayanglah mereka menjaga jarak agar tidak menyakiti lebih jauhdan lebih dalam lagi..." -hal. 33
  • "Kamu bisa saja mengenal seseorang, tapi kamu nggak akan pernah tahu jalan cerita hidupnya." -hal. 38
  • "Rumah bukan soal tempat. Rumah itu tentang perasaan pulang." -hal.104
  • "Sebelum ingin didengarkan dan dipahami orang lain, coba belajar untuk mendengarkan dan memahami orang lain terlebih dahulu." -hal. 131
  • "Jangan membesar-besarkan hal sepele. Jangan mengada-adakan masalah yang sebenarnya nggak pernah ada." -hal.170
  • "Pemimpin keras kepala sekaligus bodoh adalah awal kehancuran rakyatnya." -hal.214
  • "... pintar adalah orang yang mampu mengakali hidup, sekeras apa pun hidup mencoba mengakalinya." -hal. 224
  • "Apa pun yang terjadi pada anak, berakar dari rumah dan lingkungannya." -hal.237


NILAI

Novel Toko Tukar Tambah Nasib ini terbilang sangat fresh. Ceritanya menarik dan memiliki pesan moral yang berbobot. Akan menyadarkan pembaca mengenai makna bahagia. Sayangnya, saya belum mendapatkan klimaks pada ceritanya. Jika boleh berandai-andai, saya lebih suka tokoh Naya dibuat meninggal. Lalu orang-orang yang ditinggalkan Naya mulai sadar akan keberadaan kebaikannya. Sesuatu yang berharga akan terasa nilainya saat sudah tidak ada. Pasti akan lebih dramatis dan menggunjang hati pembaca.

Namun untuk keseluruhan cerita Naya ini saya memberikan nilai 4/5 bintang. Bacaan yang baik dan saya rekomendasikan.



10 Januari 2020

[Resensi] Senandika Prisma karya Aditia Yudis


Judul: Senandika Prisma
Penulis: Aditia Yudis
Penyunting: Jia Effendie
Penerbit: PT Falcon
Cetakan: I, Desember 2016
Tebal: 212 hlm.
ISBN: 9786026051424

Sinopsis Novel
Sebulan menjelang pernikahan Ian dan Prisma, anak Iyan yang bernama Rory hilang ketika dia diajak belanja sepatu ke sebuah butik di mal bersama Prisma. Keberadaannya tidak diketahui dan susah dilacak, sampai kejadian ini mengubah semua rencana yang sudah dirancang oleh Ian dan Prisma. Salah duanya, rencana menikah dan rencana tinggal bersama di salah satu rumah yang ada di perumahan Blue Valley.

Kejadian ini juga membawa pertemuan Prisma dengan Niko, kakaknya Ian. Hubungan Ian dan Niko tidak harmonis setelah kebangkrutan bisnis ayah mereka yang berujung ayah mereka meninggal. Ada bara api yang nggak mudah dipadamkan di antara mereka.

Bagaimana nasib Rory selama dia menghilang?

Apakah hubungan Ian dan Niko akan kembali harmonis?

Resensi Novel

"Senandika atau solilokui adalah wacana seorang tokoh dalam karya susastra dengan dirinya sendiri di dalam drama yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, firasat, konflik batin yang paling dalam dari tokoh tersebut, atau untuk menyajikan informasi yang diperlukan pembaca atau pendengar." (sumber Wikipedia)

Novel Senandika Prisma ini merupakan buku kedua dari Blue Valley Series yang saya baca. Series ini tentu saja berlatar di perumahan Blue Valley dan pada buku ini pun karakter utamanya bersinggungan dengan karakter lain yang ada di buku lainnya. Pada buku ini Prisma bersinggungan dengan keluarga Gamal dan Nina yang kisahnya ada di buku Melankiloa Ninna. Dan juga ada tokoh Ayuni yang di buku ini hanya disinggung sesaat saja.

Upaya Pura-Pura Mengatakan Semua Baik-Baik Saja

Mungkin saya harus mengatakan di awal, jika tidak ada karakter di novel ini yang saya suka. Semua karakternya tidak membuat saya peduli padahal mereka menghadapi masalah yang pelik, yaitu hilangnya Rory. Alasannya karena karakter-karakter utama di novel ini tergolong orang-orang yang berusaha pura-pura kalau semua baik-baik saja padahal mereka itu sedang ketar-ketir.

Prisma masih menaruh harapan besar untuk pernikahannya padahal dia yang teledor membiarkan Rory bisa hilang. Bias pikirannya antara menyesal kehilangan Rory dengan gagalnya pernikahan membuat saya sebagai pembaca bingung harus bersimpati pada kesedihan dia yang mana. Walaupun saya paham kalau Rory bukan anaknya.

Ian pun demikian, dilema melanjutkan hidup tapi sedang kehilangan anak, atau terus fokus sama kasus anaknya sedangkan banyak dimensi hidupnya yang terabaikan. Seperti hubungan dia dengan Prisma, rencana pernikahan, dan bahkan urusan bisnis peninggalan ayahnya.

Yang paling mengganggu adalah Ian kelamaan memutuskan antara melanjutkan hubungan dengan Prisma atau fokus mencari anaknya. Soalnya dengan mengulur waktu begitu, Prisma dibuat galau antara Ian memang memaafkan kesalahannya dan mau menerima semuanya seperti semula, atau justru sebenarnya Ian kecewa. Ian di sini berpura-pura semua akan berjalan kembali adanya namun ujung-ujungnya dia memutuskan hal paling menyakitkan.

Niko pun berusaha baik-baik saja menghadapi Ian padahal ketika keluarganya jatuh, dia memilih kabur. Ibunya Ian dan Niko pun berusaha ikhlas selama ini kehilangan Niko, padahal dia merasa rindu kepada anaknya itu.

Menurut kalian karakter mana yang bisa menyenangkan pembaca?

Konflik yang berjarak dengan pembaca

Coba saja kalau Rory beneran ditemukan setelah menjadi mayat, mungkin kisah Ian dan Prisma lebih terhubung dengan pembaca. Setidaknya pembaca akan memaki kebiadaban si penculik. Dan rupanya penulis memilih dengan membuat pelaku sebagai orang terdekat. Ini jelas membuat pembaca mempertanyakan hubungan Ian dan Prisma dengan si pelaku. Sebab si pelaku pun sempat menemui mereka. 

Motif si pelaku terkesan dipaksakan. Saya kayaknya tidak pernah mendengar ada kasus penculikan dengan motif ini di kenyataan. Mengingat si pelaku juga pernah merasa kehilangan, masa dia tega membuat orang lain kehilangan juga.

Dan saya bingung, kenapa si pelaku yang menculik dan memperlakukan Rory dengan baik, sama sekali tidak terdeteksi padahal yang mencari Rory banyak sekali. Di tambah tidak ada keterangan Rory dibawa ke luar kota atau ke luar negeri. Saya justru mencak-mencak dengan ide cerita pada bagian ini sebab kenapa gajah di depan tidak kelihatan. Gajahnya bukan gajak agen rahasia pula. Aneh pokoknya.

Bingung menemukan pesan besar dari kisahnya

Ketika saya ingin menemukan pesan dari novel ini, saya kesulitan menemukan yang pas. Hubungan anak dan orang tua? Tidak ada yang bikin mengharu biru dan bisa dijadikan teladan. Hubungan Ian dan Prisma? Ujung-ujungnya tidak manis padahal keduanya sempat berjuang bareng. Hubungan Niko dengan keluarganya? Dia tetap menyebalkan sebagai bajingan.

Tapi dari pembahasan saya di awal, mungkin pesan moral yang paling jelas adalah untuk bisa mengungkapkan atau mengekspresikan apa yang kita rasa dan apa yang kita pikirkan. Sebab berpura-pura segalanya baik-baik saja, tidak akan menyelesaikan masalah yang sebenarnya. Justru dengan bersikap demikian, kita seperti sedang menyalakan bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

Kalau kalian sudah membaca novel ini dan ada pesan manis lainnya yang bisa dibagikan, tolong kasih tau saya. Siapa tau saya kurang peka menerima kisah Ian dan Prisma di novel ini.

Akhirnya dan Rating
Saya pikir akan menemukan cerita drama yang sama bikin hati hangat seperti yang ada di buku Melankolia Ninna. Tetapi ternyata tidak ada. Saya pun hanya memberikan novel ini nilai 2 dari 5.

*****

6 Agustus 2019

[Resensi] Melankolia Ninna - Robin Wijaya


Judul: Melankolia Ninna
Penulis: Robin Wijaya
Penyunting: Jia Effendie
Penerbit: PT Falcon
Terbit: Cetakan Pertama, Desember 2016
Tebal: 234 hlm
ISBN: 9786026051417

Saat series Blue Valley ini diluncurkan, saya tertarik untuk memiliki bukunya. Series ini terdiri dari lima buku yang mengisahkan lima rumah di perumahan Blue Valley dan ditulis oleh penulis-penulis terkenal di Indonesia. Gaung series ini pun membuat saya ikut tantangan menulis yang diselenggarakan oleh Mbak Jia Effendi di blognya. Waktu itu saya menulis cerita pendek dengan tajukAku Khilaf, Ibu”. Sayang sekali, saat itu saya belum beruntung.

Dasarnya harus berjodoh dengan series ini, di awal tahun saya akhirnya bisa memborong kelima judul series Blue Valley dalam obralan. Saya sangat bersyukur sekali karena kesempatan untuk membacanya terkabul. Lalu, buku bersampul biru ini menjadi buku pembuka saya berkenalan dengan kisah orang-orang yang tinggal di perumahan Blue Valley.

Buku Melankolia Ninna ini dibuka dengan adegan kepulangan Ninna bersama suaminya, Gamal, dari rumah sakit setelah menjalani operasi pengangkatan rahim. Operasi ini menjadi momen penghilangan harapan bagi Gamal dan Ninna untuk mempunyai anak.

Cerita di buku ini berkutat tentang perasaan suami dan istri yang harus menerima kenyataan mereka tidak akan punya anak. Ninna menjadi perempuan yang paling terluka karena dia sadar betul kehadiran anak merupakan pelengkap sempurna untuk sebuah keluarga. Dia akhirnya merasa tidak percaya diri sebagai istri karena tidak bisa memberikan anak bagi suami dan keluarga besar mereka.

Lain lagi dengan Gamal sebagai suami yang begitu mencintai istrinya, dia mesti menahan luka kehilangan yang dirasakan demi menjaga emosi sang istri. Pembicaraan soal anak selalu dihindarinya. Dan dia berjuang keras untuk memberikan lebih banyak waktu agar istrinya bisa melewati masa berduka.

Bagaimana Gamal dan Ninna melanjutkan pernikahan mereka di tengah konflik pasca operasi pengangkatan rahim? 

Saya menyukai cerita Melankolia Ninna ini karena mengulik kehidupan usia dewasa, pernikahan, dan keluarga. Banyak hal positif yang bisa diambil setelah membacanya. Misalkan, untuk selalu berkomunikasi ketika bersitegang, untuk menjaga ucapan ketika emosi mendominasi, bahkan untuk tetap memegang prinsip menjaga hati pasangan ketika hubungan sedang didera badai.

Diksi yang dipilih penulis tidak bertele-tele sehingga membuat saya nyaman memahami jalan cerita. Bagaimana membangun emosi melalui diski juga sudah sangat baik. Kecuali untuk adegan emosional yang masih belum membuat saya greget ikut tersulut. Sebab di sini saya tidak menemukan adegan fisik atau ucapan sarkas, padahal konflik yang dihadapi suami istri ini sebenarnya sangat bisa membuat naik pitam. Sehingga rasa emosi yang ditimbulkan masih skala standar.

Untuk sisi haru, saya temui di beberapa tempat dalam buku ini. Terutama ketika adegan puncak Gamal dan Ninna di kamar setelah keduanya melihat baby crib dan berlanjut ke kamar. Di kamar, Ninna menunjukkan pakaian bayi yang ia sembunyikan di bawah tumpukan bajunya (hal.165).

“Itu caramu mengenang harapan kita, Nin. Aku enggak mau merebutnya dari kamu.”
“Tapi kamu ingin kita melangkah, kan, Gamal?”
“Kamu yakin kita bisa melupakan semuanya?”
Ninna menggeleng lemah.
“Dan aku juga enggak bisa terus-menerus berpura-pura kuat di depan kamu. Ada kalanya, aku juga merasakan luka yang sama seperti kamu. Bahkan bisa jadi lebih dalam.”

Selain ide cerita yang menarik, saya juga salut dengan penokohan yang dihadirkan penulis. Terutama Gamal dan Ninna. Gamal adalah pria dewasa yang kalem, tipe perencana, bisa romantis, dan penyayang. Walau ada saatnya dia memutuskan keputusan yang kurang tepat, tapi selalu ada pertimbangan kenapa memilih demikian. Sedangkan Ninna adalah perempuan yang penurut suami, perempuan yang detail, sensitif, bijak, penimbang, dan kuat. Walau ada saatnya dia berubah jadi rapuh tapi itu bisa dimaklumi mengingat keadaan yang sedang dihadapinya.

Keseluruhan cerita dalam buku Melankolia Ninna ini membawa pesan untuk berhati-hati dalam membuat keputusan ketika sudah berumah tangga. Apalagi jika sedang ada masalah. Sebab jika keliru melihat masalah, bukan tidak mungkin akan melahirkan keputusan salah dan terburu-buru yang justru merugikan keluarga. Keputusan dalam berumah tangga bukan keputusan yang sederhana. Sekalinya salah, akan sulit diperbaiki.

Buku ini sangat cocok dibaca oleh siapa pun. Isi ceritanya memiliki banyak pesan untuk banyak situasi dalam ranah rumah tangga atau lingkungan kedewasaan. Akhirnya, untuk kisah konflik antara Gamal, Ninna dan kenyataan menyakitkan, saya memberikan rating 4/5.


*****
Terkadang, kesempatanlah yang membuat kita melakukan hal baik dan buruk. (hal.41)

Dan ketika kita melanggar prinsip yang sudah kita buat sendiri, rasanya kok kayak munafik banget. (hal.69)

Tinggal di mana pun menurut gue, yang terpenting adalah bisa bersosialisasi dengan baik. (hal.73)