Tampilkan postingan dengan label penerbit mai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label penerbit mai. Tampilkan semua postingan

November 05, 2024

Resensi Kumcer Sengkarut - Natsume Soseki, Edogawa Ranpo, Kajii Motojiro, Ogawa Mimei

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul:
Sengkarut

Penulis: Natsume Soseki, Edogawa Ranpo, Kajii Motojiro, Ogawa Mimei

Penerjemah: Asri Pratiwi Wulandari, Armania Bawon Kresnamurti, Mega Dian P.

Desain sampul: @sukutangan

Penerbit: Mai

Terbit: April 2021, cetakan kedua

Tebal: 100 hlm.

ISBN: 9786237351597


Melanjutkan membaca buku tipis dari Penerbit Mai, kali ini saya menjajal kumpulan cerita pendek dengan tajuk Sengkarut. Judul buku ini jika dicari artinya, saya hanya mendapatkan makna lain yaitu 'berjalinan'. Dan begitu selesai membaca semua cerpennya, saya masih tidak paham arti judul Sengkarut dengan keenam cerpennya.

Kovernya yang begitu artistik menyisipkan simbol-simbol yang ada di cerpen-cerpennya, seperti malaikat, pohon sakura, buah lemon, rumput dengan daun agak lebar, dan kursi. Dan latar belakang hitam pada kovernya seperti menegaskan jika semua cerpennya memiliki nuansa pilu dan sedih. 

*

Malaikat Permen Cokelat (Ogawa Mimei) menceritakan tentang sudut pandang gambar malaikat pada bungkus permen cokelat tentang perjalanannya dari mulai keluar dari pabrik di Tokyo hingga ia bisa kembali ke Tokyo setelah dititipkan lama di warung di daerah yang jauh. Saya melihatnya malaikat merekat di bungkus permen seperti tugas dan bakal tuntas kalau bungkusnya dibuang sehingga malaikat tadi bakal terbang naik ke langit. Perjalanan yang menarik sekaligus menantang sebab nasib beberapa permen cokelat harus berada di desa yang miskin. Otomatis permen tadi akan terlalu lama berada di toples karena tidak ada yang membelinya. Bayangkan saja sendiri ya bagaimana perasaan si malaikat itu.

Meski begitu, malaikat tak dapat terhindar dari perasan senang juga perasaan sedih selama berada di bumi sebelum jiwa mereka melayang jauh ke langit biru (hal. 6)

*


Cerita Lemon (Kajii Motojiro) membahas soal keresahan seseorang akibat keinginan yang tidak bisa dijangkau. Dan dia menemukan buah lemon di toko buah yang secara ajaib bisa meredakan keresahannya. Di cerita ini saya setuju dengan penggambaran bagaimana rasanya mempunyai keinginan tapi tidak tergapai dan mau tidak mau harus menekan perasaan itu yang seperti gumpalan di dada. 

Saat kita mengalami hal itu, pasti kita akan merasa tidak tenang. Melakukan ini tidak menyenangkan, melakukan itu juga tidak menyenangkan. Sekalipun kita melakukan hobi yang menurut kita akan menyenangkan, tapi biasanya itu tidak akan berhasil. Karena biasanya yang bisa meredakan keresahan tadi ya berupa dipenuhi keinginan itu. 

Yang menarik di cerita Lemon ini adalah karakternya yang doyan berkhayal. Secara enggak langsung seperti memberi pesan kalau kita harus berhati-hati dengan khayalan sebab jika terlalu ngawur akan jadi keinginan berupa obsesi yang jika dipelihara terus akan menggerus kebahagian kita dan melahirkan keresahan setiap waktu.

*

Pada cerita Rumput Racun (Edogawa Ranpo) ada sentilan soal orang tua yang memiliki banyak anak namun tidak bisa mencukupi kebutuhannya. Digambarkan juga bagaimana peliknya jadi ibu yang memiliki anak banyak dan rentang umur tiap anaknya berdekatan.

Usiaku sudah tidak muda, aku harus menggendong bayiku yang baru lahir di depan dan bayiku yang berusia tiga tahun di punggung, lalu masih harus mencuci dan memasak. Sekarang saja suamiku sudah membentak-bentak setiap malam, mungkin dia akan membentak-bentak lebih keras lagi. Putriku yang berusia lima tahun akan semakin histeris (hal. 37).

Cerpen ini membahas dua sahabat yang pergi ke padang rumput lalu salah satunya bercerita mengenai rumput yang bisa dipergunakan untuk aborsi. Dan mereka menggibah soal istri tukang pos yang punya banyak anak, ditambah sekarang sudang hamil lagi, dan mengalami kerepotan setiap waktu. Saat mereka mau pulang karena sudah gelap, mereka menemukan istri tukang pos di belakang mereka. Gara-gara ini si tokoh utama risau dan yakin kalau istri tukang pos sudah mendengar obrolannya. Dan saat ia memastikan soal rumput itu, benar saja sudah terpotong.

*

Cerita Di Bawah Pohon Sakura (Kajii Motojiro) jadi cerpen paling singkat di buku ini. Ini membahas soal khayalan tokoh 'aku' yang membayangkan kalau di balik keindahan bunga sakura yang mekar sebenarnya dipupuk oleh mayat di bawah akarnya. Saya bisa menduga kalau deskripsi soal mayat di bawah akar pohon sakura hanya bayangan karena ada kalimat ini, "Mayat, yang mengambang dalam benakku, dalam imajinasi yang tak kuketahui asal-usulnya ini, sekarang laksana menyatu dengan pohon sakura, tak mau beranjak pergi meski kuguncang-guncang kepalaku" (hal. 48 - 49)

*

Ada yang pernah mendengar bunyi-bunyi aneh saat dirawat di rumah sakit? Dalam cerita Bunyi Misterius (Natusme Soseki) memaparkan pengalaman tokoh utamanya yang saat rawat inap di rumah sakit, ia mendengar suara aneh seperti suara memarut lobak yang berasal dari kamar sebelahnya. Sampai ia keluar dari rumah sakit, rasa penasarannya mengendap di benak. Lalu, kali kedua di rawat di rumah sakit yang sama, namun di kamar yang beda, barulah jawabannya didapatkan setelah berbincang dengan perawat yang pada waktu itu merawat pasien di kamar sebelahnya.

Karena tema rumah sakit, cerpen ini membahas soal kematian yang silih berganti pada pasien. Boleh lah dikatakan secara terselubung cerpen ini mengingatkan kita akan pentingnya hidup sehat dan baik. Beberapa penyakit akut disinggung di sini dan kita harus bersyukur karena tidak mengidapnya.

*


Dan di cerpen Kursi Manusia (Edogawa Ranpo) menceritakan tentang penulis perempuan bernama Yoshiko yang menerima surat dan draft naskah. Dalam surat itu diceritakan tentang lelaki yang miskin dan jelek namun ahli membuat kursi. Ia menceritakan panjang lebar tentang kepiluan hidupnya karena memiliki fisik yang kurang menyenangkan, tentang hidup sehari-harinya sebagai tukang furnitur, dan tentang kesenangannya yang penuh ambisi hingga ia menciptakan kursi paling aneh, kursi yang bisa diisi manusia. Lelaki itu kemudian masuk ke dalam kursi aneh tadi dan mulai menjalani hidup sebagai kursi.

Banyak cerita selama ia jadi kursi dari menganalisa seseorang menurut bentuk badan dan aroma hingga kebimbangan antara menyudahi aksinya itu atau melanjutkan. Dia pun jatuh cinta pada beberapa orang yang sempat mendudukinya. Hingga akhirnya perasaan itu tertambat kepada Yoshiko, namun sulit bagi si lelaki untuk mengungkapkan perasaannya karena ia sadar awal mula mereka bersinggungan pun lebih mengerikan.

*

Membaca cerpen pasti melahirkan interpretasi yang berbeda-beda tiap orangnya dan begitu pun dengan hasil membaca buku ini. Saya merasa seru membaca cerpen-cerpen di sini, dengan keanehan dan kepiluan yang masih bisa diterima dengan nalar. Tidak terlalu mengejutkan ataupun membuat mual, tapi yang pasti tidak ada yang bikin perasaan berbunga-bunga, hehe.

Buku kumcer ini pas untuk jadi selingan di saat kita sedang membaca buku tebal. Itu juga yang saya lakukan, buku ini jadi jeda di tengah saya membaca buku lain. Dan hasilnya memang tidak mendistraksi bacaan utamanya.

Sekian ulasan saya untuk buku kumcer Sengkarut karya keempat penulis hebat; Natsume Soseki, Edogawa Ranpo, Kajii Motojiro, dan Ogawa Mimei. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku ya!



November 03, 2024

Resensi Novel Semalam Di Kereta Bima Sakti - Miyazawa Kenji

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul:
Semalam Di Kereta Bima Sakti

Penulis: Miyazawa Kenji

Penerjemah: Armania Bawon Kresnamurti

Ilustrasi sampul dan isi: Pola

Penerbit: Mai

Terbit: Desember 2022, cetakan pertama

Tebal: 114 hlm.

ISBN:


Setelah kemarin bisa membaca buku cerita Rumah Pohon Kesemek karya Tsuboi Sakae yang ceritanya sangat ringan, kini saya juga membaca buku tipis dari Penerbit Mai lagi; Semalam Di kereta Bima Sakti. Sampul novel ini tuh cantik banget. Karena membawa kata 'Bima Sakti', ilustrasi sampulnya pun berlatar ruang angkasa yang dipenuhi bintang-bintang membentuk rasi. Tapi apakah cerita di dalam buku ini secantik sampulnya?

Novel Semalam Di Kereta Bima Sakti ini menceritakan anak laki-laki bernama Giovanni yang disisihkan oleh teman-teman sekolahnya. Dia juga merasa jauh dengan teman dekatnya, Campanella. Dan pada suatu malam saat digelar Festival Bima Sakti, Giovanni mau mengambil susu untuk makan malam ibunya, justru bertemu dengan teman-teman sekolahnya dan tak bisa menghindar jadi bahan ejekan. Ia pun melarikan diri menaiki Bukit Hitam.

Sebuah kejadian aneh menimpanya. Ia yang diserang cahaya putih, merasa silau, dan saat membuka mata justru ia sudah duduk di bangku dalam kereta. Giovanni tidak sendiri, Campanella ikut juga. Perjalanan keduanya melintasi angkasa di tengah Bima Sakti dimulai.



Unsur fantasinya di novel ini sangat terasa. Memadukan perjalanan kereta dengan luar angkasa saja sudah jadi ide yang menakjubkan. Namun penggambaran peristiwa perjalanan ini buat saya masih sulit dibayangkan. Banyak sekali detail yang di luar nalar. Misalnya, air sungai yang sangat bening tapi bukan bentuknya air. Taman bunga yang bunga-bunganya memancarkan sinar warna-warni.  Deretan menara segitiga yang punya lampu. Jujur, saya tidak bisa membayangkan sebagus apa latar yang diciptakan penulis. Harapan saya, baiknya buku ini menyisipkan ilustrasi bergambar dengan warna-warni. Ini pasti akan membantu banget pembaca menyelami kedalaman cerita ajaib soal luar angkasanya.

Ada penekanan kalau Giovanni dan Campanella adalah teman dekat. Di awal cerita sudah dikondisikan kalau keduanya mulai menjauh. Ada cerita apa di balik kerenggangan mereka ini yang masih kurang saya dapatkan. Secara posisi keduanya jadi bersebrangan. Giovanni jadi anak yang pendiam dan korban perundungan, sedangkan Campanella ikut gerombolan perundung walaupun dia tidak ikut merundung secara langsung. Mungkin karena keringkasan ceritanya akibat naskah aslinya sendiri yang masih mentah, jadi konflik antara Giovanni dan Campanella tidak tereksplorasi dengan utuh.

Perjalanan di dalam kereta menuju Bima Sakti bisa dibilang simbol perjalanan menuju akhirat. Gio dan Campa sempat bertemu dengan seorang pemuda yang mendampingi anak laki-laki dan perempuan yang rambutnya basah. Dari cerita si pemuda tadi, mereka adalah korban kapal tenggelam. Bagian ini terasa memilukan sih. Pada perhentian di Salib Selatan ada dialog penegasan soal akhirat ini: "Tapi kami harus turun di sini," kata Kaoru dengan sedih. "Kalau mau ke surga, kami harus turun di sini." (hal. 93).

Untuk akhir ceritanya pun bagi saya sudah cukup baik. Setidaknya perjalanan yang dilakukan Giovanni dan Campanella menjadi isyarat alam semesta dan Tuhan, dan pembaca jadi tahu kenapa perjalanan ke Bima Sakti seabsurd itu. Walau pun pada penutupannya diakhiri dengan agak 'kentang' sebab membuyarkan kesedihan yang harusnya di momen itu terasa memilukan.

Sama seperti buku Rumah Pohon Kesemek, di novel ini pun ada beberapa ilustrasi menarik yang mewakili dari penggalan ceritanya. Andai saja ilustrasinya berwarna, pasti akan lebih menarik.







Kesimpulannya, buku ini menarik secara garis besar ceritanya, tapi jika harus menghanyutkan diri ke dalam perjalanan yang dilakukan kedua tokoh utamanya, saya pasti memilih nanti saja. Makna cerita yang ingin disampaikan penulis bisa saya pahami namun buku ini bukan bacaan yang mengesankan bagi saya. Sorry.

Sekian ulasan saya untuk novel Semalam Di Kereta Bima Sakti karya Miyazawa Kenji. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku ya!



November 01, 2024

Resensi Buku Rumah Pohon Kesemek - Tsuboi Sakae

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Rumah Pohon Kesemek

Penulis: Tsuboi Sakae

Penerjemah: Asri Pratiwi Wulandari

Ilustrasi sampul dan isi: Puty Puar

Penerbit: Mai

Terbit: November 2022, cetakan pertama

Tebal: 64 hlm.

ISBN:


Keputusan paling tepat pas minat baca turun drastis ya harus pilih bacaan paling ringan dan tipis. Ini yang bikin saya mengubek tumpukan buku mencari bacaan ringan plus tipis demi menangkis gejala reading slump. Dan akhirnya saya memutuskan membaca buku dengan sampul kuning menyala dan ada gambar lucunya.

Buku cerita Rumah Pohon Kesemek ini menuturkan potret kehidupan Fumie dan Yoichi; kakak adik, selama tinggal di rumah yang di pekarangannya ada pohon kesemek. Pohon kesemek ini ditanam oleh Kakeknya kakek. Kemudian dirawat dengan apik oleh kakek hingga pohon kesemeknya berbuah dengan bagus, besar-besar, dan manis. 

Memelihara pohon dengan baik akan memberikan manfaat baik juga. Tapi kakek melakukan kekeliruan karena menyusun bebatuan sisa membangun sumur di sekitar pohon kesemek. Yang akhirnya membuat pohon kesemek tidak berbuah di tahun itu. Karena demi memperbaiki kesalahannya, kakek bekerja keras memindahkan bebatuan tadi hingga ia ambruk, sakit, dan pergi selama-lamanya. Di momen ini agak sedih membacanya sebab Fumie dan Yoichi harus mengalami kehilangan sosok yang disayanginya.



Namun selang waktu berlalu, Fumie dan Yuichi pun dilimpahkan kebahagian sebab mereka akhirnya punya adik, dan adik mereka kembar, keduanya laki-laki, yang diberi nama Hideo dan Shinnosuke. Yang bikin lucu, Paman Santaro suka usil bercanda mau meminta salah satu adik mereka sebab Paman Santaro dan Bibi Tsuneko belum dikaruniai anak. Kalau sudah dibencandi begitu, Yoichi akan menentang keras usul pamannya itu.


"Yoichi, kau tidak mau memberiku Shinnosuke? Kalau begitu Hideo juga boleh."

"Tidak mau. Dua duanya tidak boleh."


Membaca buku cerita ini akan membuat kita bernostalgia masa anak-anak dengan segala kepolosannya. Kesederhanaan dan keharmonisan begitu terasa hingga membawa kehangatan di dada saat membacanya. 

Menariknya lagi, buku ini disisipi banyak gambar lucu khas anak-anak. Gaya gambarnya mengingatkan saya pada buku pelajaran anak-anak pas tahun 90-an. Dan ini bikin saya makin betah membacanya sambil membayangkan gambarnya jadi berwarna.







Karena bukunya tipis, bisa dibaca dalam sekali duduk, dengan cerita yang ringan, buku ini bagus sebagai selingan setelah membaca deretan bacaan yang punya konflik sedang, bahkan berat. Lumayan bikin enteng otak dan bisa memelihara semangat membaca buku. Jadi saya merekomendasikan buku ini untuk dipilih jika kita sudah mulai mundur dalam membaca buku, entah dengan alasan apa pun kenapa bisa mengalami kemunduran tadi.

Sekian ulasan buku cerita Rumah Pohon Kesemek karya Tsuboi Sakae ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku ya!




Januari 04, 2024

Resensi Novel Kisah Hidup Gusko Budori - Miyazawa Kenji


Judul:
Kisah Hidup Gusko Budori

Penulis: Miyazawa Kenji

Penerjemah: Ivia Ade K.

Ilustrasi: EorG

Penyunting: Gita Romadhona

Penerbit: Penerbit Mai

Terbit: Desember 2022, cetakan pertama

Tebal:108 hlm.

ISBN: 6214941570460 (QRCBN)

RINGKASAN

Pada musim dingin panjang, Gusko Budori (10) dan Neri (7), adik perempuannya, ditinggalkan berturut-turut oleh Ayah dan Ibunya di rumah di hutan Ihatov. Tak lama setelah itu, Neri diculik oleh seorang pria yang memanggul keranjang. Sejak saat itulah Gusko Budori mulai berjuang untuk hidup. Dalam perjalanannya dia bertemu dengan orang-orang yang mengajarinya soal kerja keras.



RESENSI NOVEL

Novel ini mengajak kita mengikuti perjalanan hidup Gusko Budori sejak ia kecil sampai dewasa yang penuh kemalangan. Ia ditinggalkan orang tuanya, adiknya diculik, ia harus bekerja kepada Pemilik Pabrik Sutra, saat gunung meletus giliran ia bekerja kepada Tuan Tanah Janggut Merah, dan saat dewasa ia mengabdikan diri di Biro Pengamatan Gunung Berapi Ihatov bersama Teknisi Tua Pannennam.

Ini adalah novel perenungan untuk bekerja keras dan tidak putus asa. Sangat jelas diwakili oleh Gusko Budori yang rajin memasang jaring untuk ulat sutra dan dia juga menuntun kuda untuk membajak lumpur. Sepanjang melakukan pekerjaan itu tidak sekali pun Gusko Budori mengeluh. 

Gusko Budori juga memiliki keingintahuan yang tinggi sebab setelah dipersilakan untuk meninggalkan tanah garapan Tuan Tanah Janggut Merah, ia memilih menemui Profesor Kubo. Sebelumnya Gusko Budori pernah belajar dari buku-buku dan jika bertemu Profesor Kubo artinya ia akan belajar lebih banyak lagi. Gusko Budori pun diminta membantu bekerja mengamati kondisi ratusan gunung merapi.

Dan sedikit memilukan di akhir ceritanya karena Gusko Budori memutuskan untuk menjadi orang yang berguna untuk orang lain. Sepertinya ini buah dari dia melakukan perjalanan dan belajar banyak hal. Walau begitu saya merasa lega sebab Gusko Budori akhirnya tahu nasib dari orang tua dan adik perempuannya. 

Menurut saya buku ini tidak cocok untuk anak-anak karena muatan ceritanya yang berat dan tidak menyenangkan. Justru saya yang dewasa pun butuh waktu untuk memahami intisari dari perjalanan Gusko Budori ini. Selain itu terjemahannya juga mendukung pendapat saya karena lebih memilih memasukkan istilah-istilah pertanian dibandingkan nama familiar bahasa indonesianya. Agak sedikit terasa ilmiah, hehe.

Secara penokohan saya tidak bisa bersimpati penuh kepada Gusko Budori karena kurang penggalian karakternya. Saya yakin ini karena ceritanya yang diringkas padahal fase yang dilewati Gusko Budori terbilang panjang. Banyak momen-momen yang tidak terceritakan yang seharusnye memperjelas penokohan Gusko Budori.




Saya suka dengan ilustrasi yang ada di dalam buku ini, rada absurd tapi cukup memberikan gambaran ceritanya. Dan yang masih membingungkan justru gambar karakternya yang berubah jadi hewan-hewan. Sempat terpikir jangan-jangan ini cerita hewan, tetapi ceritanya justru tegas menjelaskan soal manusia. Hemm, kenapa mesti diwakili sama bentuk-bentuk hewan ya?

Kalau kita perhatikan kovernya, yang warna kuning itu seperti bentuk monster ya, padahal bukan, itu adalah gunung berapi. Dan warna latar hijau tua sudah cukup menyampaikan kalau isi novel ini tidak ceria. 

Secara keseluruhan saya bisa menikmati cerita Gusko Budori di novel ini walau pun belum memberi kesan mendalam. Buku ini pas dibaca bagi yang butuh bacaan mengenai nilai diri dan bentuknya novel, bukan self improvement.

Sekian ulasan saya untuk novel Kisah Hidup Gusko Budori ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!