Tampilkan postingan dengan label quanta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label quanta. Tampilkan semua postingan

Januari 13, 2020

[Resensi] Sekaca Cempaka karya Nailiya Nikmah JKF


Judul: Sekaca Cempaka
Penulis: Nailiya Nikmah JKF
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Cetakan: I, Juli 2014
Tebal: viii + 248 hlm.
ISBN: 9786020243962

Sinopsis Novel
Sebuah surat tak bernama yang diterima oleh Badri dan Rara tentang sekaca cempaka yang dimiliki oleh pasangan mereka, membuka semua asal mula sekaca cempaka itu, beserta masa lalu yang selama ini tidak mereka tahu.

Terbukanya masa lalu tersebut justru melimbungkan pernikahan mereka. Dugaan-dugaan dan pertanyaan silih bertindihan menuntut penjelasan dan jawaban.

Mampukan mereka bertahan dengan kisah masa lalu yang tampaknya belum juga berujung?

Resensi Novel
Novel Sekaca Cempaka ini merupakan novel islami yang berada di bawah lini Quanta. Yang paling khas dari lini ini adalah ukuran novelnya yang lebih kecil dibandingkan ukuran novel pada umumnya. Dan tentu saja cerita di dalamnya memiliki muatan nilai-nilai islam.

Benarkah setiap orang harus punya rahasia, termasuk menyembunyikannya dari pasangan hidup?

Saya pernah mendengar kalau suami atau istri boleh memiliki rahasia, yang tidak harus diketahui pasangannya. Pernyataan ini benar karena tujuannya menjaga perasaan pasangan. Kalau gara-gara rahasia ini bisa membubarkan pernikahan, saya kira wajar kalau rahasia tetap jadi rahasia. Hal krusialnya adalah rahasia seperti apa yang diperbolehkan.

Konflik dalam novel ini disebabkan oleh rahasia yang tidak disampaikan kepada pasangan. Nurul yang menyimpan salah satu sekaca cempaka tidak memberitahukan sejarah benda itu kepada suaminya, padahal benda itu merupakan bukti masa lalunya yang belum tuntas.

Begitu juga dengan Syaiful yang menyimpan pasangan lain sekaca cempaka, tidak menjelaskan kisah yang menyertai benda itu kepada istrinya padahal momennya ada. Dia justru menutupi kisah masa lalunya itu.

Alhasil ketika pasangan mereka mencium masa lalu yang ternyata dipertemukan lagi, membuat pernikahan mereka diuji. Apalagi ternyata ada pihak lain yang memperkeruh dan menimbulkan fitnah, perjalanan kedua pasangan untuk memperbaiki masa lalu terasa lebih menyakitkan.

Kearifan lokal yang digali membuat adem ayem

Latar tempat novel ini ada di Banjarmasin. Penulis yang lahir di kota itu mencoba menggali banyak kebudayaan yang ada di sana. Bukan saja mengenai bunga-bunga yang dikarang oleh pengarang bunga, melainkan penulis banyak membubuhkan istilah-istilah kebudayaan dalam bahasa daerah sana. Dan disinggung juga beberapa nama penyair lokal di Banjarmasin semisal Hijaz Yamani dan Ajjamudin Tifani.

Selain itu, penulis menggunakan sudut pandang dari tokoh Ibu Si Pengarang Bunga, Nurul dan Rahma. Penulis mencoba melihat masalah dari sudut pandang sebagai perempuan. Dan cara ini tentu saja berhasil menunjukkan bagaimana nelangsanya menjadi perempuan yang dikuntit masa lalu.

Sepanjang membaca kisah Nurul dan Syaiful ini, saya merasakan adem ayem yang bikin membaca kisah mereka nagih. Terlebih lagi, masing-masing karakter memegang teguh ajaran islam. Rasanya saya ikut terserap ke dalam kisah mereka dan begitu kisahnya berakhir, semacam ada perpisahan yang enggan dirayakan.

Jangan main-main dengan masa lalu yang belum tuntas

Pembaca seperti diingatkan kalau kita tidak boleh menyepelekan masa lalu yang belum tuntas. Sebab suatu saat masa lalu itu akan menuntut untuk diselesaikan sampai paripurna. Dan bukan tidak mungkin saat hal itu terjadi akan banyak hati yang merasa disakiti.

Salah satunya adalah tidak ada alasan untuk menyimpan benda yang asalnya dari masa lalu. Kita pasti tahu alasan menyimpan barang kenangan yang benar. Jangan sampai karena pengaruh ingin mempertahankan masa lalu atau ingin bernostalgia, justru melahirkan bom waktu yang bisa meledak di kemudian hari.

Terakhir dan Rating
Saya sangat terkesan membaca novel Sekaca Cempaka ini lantaran dinarasikan dengan begitu apik dan tenang. Perpaduan budaya, kehidupan pernikahan dan bunga-bunga membuat novel ini menguarkan aroma yang bikin adem. Sehingga saya memberikan novel ini nilai 4 dari 5.

*****

Mei 09, 2018

[Resensi] Nikmatnya Bersyukur: Merajut Gaya Hidup Penuh Bahagia - Bahrus Surur-Iyunk


Judul: Nikmatnya Bersyukur: Merajut Gaya Hidup Penuh Bahagia
Penulis: Bahrus Surur-Iyunk
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Terbit: 2018
Tebal buku: xxii + 178 halaman
ISBN: 9786020458601
Harga: Rp53.800

Ada yang bilang kalo instagram itu media sosial yang selain menghibur juga membuat banyak orang iri. Pasalnya pengguna di instagram seolah berlomba-lomba memamerkan keunggulan dengan kemasan menarik dan spesial, meski kenyataannya entah kayak gimana. Apapun yang di-posting harus mencapai love banyak, kalo perlu dibanjiri komentar yang berjuta-juta. Ini yang kemudian jadi perhatian beberapa pengguna untuk menganalisa banyak manfaatnya atau justru banyak tidak manfaatnya.

Kalo saya sendiri sudah lama nggak main instagram. Bukan perkara alasan di atas. Saya merasa menggunakan instagram menghabiskan banyak waktu. Sekalinya buka, scroll ke bawah, mendapatkan banyak suguhan informasi, foto menarik, video lucu, dan pas sadar sudah dua jam lebih. Saya menghabiskan dua jam untuk melihat saja. Kalau membaca caption panjang rasanya jarang orang melakukannya. Ada yang salah dengan pola penggunaan begini. Kalo mencari hiburan, saya mending nonton film. Kalo durasinya dua jam, setelah nonton ya sudah nggak akan ditonton lagi karena sudah tahu isi filmnya apa. Sedangkan instagram menjadi candu, bakal buka lagi, lagi, dan lagi.

Saya uninstall instagram dan lebih aktif di twitter yang penggunaanya baik buat saya sebagai orang yang mencari hiburan sekaligus informasi dunia blog.
Menilik cerita di atas, orang yang menggunakan instagram akan berdalih "Yang penting bahagia cuy!"

Dan kalau bahagiamu itu bikin kau tidur cukup gara-gara instagram, saya kasih selamat sambil tepuk tangan yang kenceng.

Pok! Pok! Pok!

Tapi kalau bahagiamu belum penuh, saya mau share sedikit isi buku keren yang ditulis oleh kepala sekolah SMA Muhammadiyah di Sumenep dengan tajuk Nikmatnya Bersyukur: Merajut Gaya Hidup Penuh Bahagia.

Buku ini bakal menuturkan mengenai cara-cara bersyukur dalam rangka menjadi bahagia dengan sumber-sumber dari Al-Quran dan hadits. Menurut Al-Ghazali ada tiga cara manusia menunjukkan cara bersyukur. Pertama, bersyukur dengan hati. Kedua, bersyukur dengan lisan. Ketiga, bersyukur dengan anggota badan. Lebih jelasnya mending baca langsung bukunya.

Pendapat mengenai bersyukur adalah persepsi cara pandang, sangat menarik dipahami. Mungkin ketidakbahagiaan kita saat ini karena tidak bersyukur akibat cara pandang yang keliru. Misalkan kita sudah punya mobil, masih saja gelisah setiap melihat mobil yang lain lebih bagus dan lebih mahal. Yang sudah punya motor masih gelisah karena kepikiran ingin punya mobil. Padahal hati bakal tentram sentosa kalau kita merubah cara pandang dengan tidak melihat ke atas untuk membandingkan. Cobalah melihat ke bawah saja. InsyaAllah kita akan paham bahwa Allah sudah memberikan lebih banyak kepada kita dibandingkan yang dimiliki oleh mereka yang ada di bawah kita. Dari sini kita akan merasa sangat bersyukur.

Pada akhir bab buku ini menjadi penutup yang benar-benar keren karena membuka amalan yang ringan namun berfaedah sangat besar. Sekaligus mengingatkan buat kita yang kalau habis salat langsung beranjak. Sebab kata Rasulullah membaca Alhamdulillah, Subhanallah, dan Allahuakbar sebanyak 33 kali memberikan banyak manfaat.

Kata Alhamdulillah, segala puji milik Allah, memiliki ajakan kepada kita untuk bersyukur dalam segala keadaan. Kata Subhanallah, Maha Suci Allah, memiliki ajakan kita sebuah kesadaran Allah itu suci dan manusia adalah tempat salah sehingga perlu sekali bagi kita untuk ringan menjadi orang yang pemaaf. Kata Allahuakbar, Allah Maha Besar, mengingatkan kita untuk tidak membesar-besarkan hal kecil dan tidak membesar-besarkan urusan dunia selain untuk urusan Allah.

Konsep bersyukur yang disampaikan dalam buku ini akan membuat kita menjadi pribadi yang taat, bersabar, pemaaf, dermawan, dan tentu saja jadi orang bahagia. Sebab ujung usaha keras manusia di dunia adalah kebahagiaan dunia sekaligus kebahagiaan akhirat.