Tampilkan postingan dengan label penerbit indiva. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label penerbit indiva. Tampilkan semua postingan

Januari 29, 2017

[Buku] Sajak Rindu, S. Gegge Mappangewa

Judul: Sajak Rindu
Penulis: S. Gegge Mappangewa
Penyunting bahasa: Muridatun Ni'mah
Desain isi: Rudy Setiawan
Desain sampul: Andhi Rasydan
Ilustrator: Naafi Nur Rohma
Penerbit: Penerbit Indiva
Terbit: Desember 2016, cetakan pertama
Tebal buku: 296 halaman
ISBN: 9786026334084
Harga: Rp58.000 


Blurb.
Vito namanya. Ia tinggal di Pakka Salo bersama mama dan kakeknya. Di usianya yang menjelang ketiga belas tahun, rasa rindu itu membuncah meminta dituntaskan. Kerinduan pada ayah dan Vino, adik kembarnya. Ada banyak sekali pertanyaan tentang keluarganya. Dan selama ini mama dan kakek memilih menyimpan kenyataan itu. Sebenarnya ada masa lalu apa hingga Vito dan Vino dipisahkan?

Ide cerita.
Gegge mencoba menghadirkan rasa buku cerita yang saya baca ketika SD dan SMP. Cerita anak usia menjelang balig dengan banyak kisah dan petualangan. Gegge menggabungkan nilai lokal masyarakat Bugis, kebudayaannya, dan ajaran agama islam. Sehingga novel ini mengajak saya untuk piknik ke daerah Pakka Salo.

Pakka Salo merupakan tempat yang berada di Sulawesi. Digambarkan sebagai lokasi yang masih tertinggal dan alami. Latar tempat sebuah desa membentuk satu gambaran kesederhanaan. Jujur, saya banyak bernostalgia dengan kegiatan yang dilakukan murid-murid di cerita ini, dan itu membuat saya merasa hangat sepanjang membacanya. Soalnya, saya juga besar di sebuah desa yang masih sering berkabut.

Pemilihan tokoh kembar yang dipakai Gegge untuk ceritanya, tidak mengikuti arus yang sudah dipakai penulis. Bukan persaingan atau kekompakan. Melainkan hubungan saudara yang dipisahkan dan akhirnya mereka menyimpan kerinduan. Lalu apakah kerinduan itu akan tuntas dibayar? Baca saja bukunya. Saya hanya bisa mengatakan, konflik yang dipilih Gegge sangat sederhana, sangat mengharukan, sangat menyedihkan, tapi itulah yang disebut kehidupan.

POV. Plot. Karakter. Opini.
Gegge menggunakan teknik Sudut Pandang Ketiga dengan menjalankan alur cerita campuran. Alur maju lebih fokus pada perjalanan Vito dalam kesehariannya dan perjuangannya menuntaskan rasa rindu. Sedangkan alur mundur akan membawa pembaca pada kisah roman Mamanya Vito, Halimah. Dan saya beri bocoran sedikit ya, romannya sangat kompleks. Sebab menyentuh kisah cinta beda agama juga.

Karakter utama buku Sajak Rindu ini adalah Vito. Ia anak tiga belas tahun yang masih SMP. Pandai bercerita, jago memanjat pohon, bertanggung jawab, dan sedikit nakal. Nakalnya itu mungkin akibat sangat kreatifnya. Bayangkan saja, demi tidak masuk sekolah ia mengarang alasan kakeknya meninggal. Dan gara-gara alasan ini ia harus didiamkan oleh Pak Amin, salah satu gurunya di sekolah.

Ada Kakeknya Vito yang selalu siap membela Vito dari Mamanya yang kerap memukul sebab kenakalan yang diperbuatnya. Ia kakek yang penyayang. Sempat dijelaskan sedikit, rasa sayang itu muncul sebagai penyembuh akibat rasa sakit yang sempat ia terima pada masa lalu. Lalu, ada Mamanya Vito. Ia ibu yang bijak. Soal rasa sayang, ibu mana yang tidak sayang sama anaknya. Apalagi setelah Mamanya Vito dipisahkan dari anaknya yang lain, Vino.

Yang paling mencolok dari tokoh sampingan ada dua. Pak Amin, guru di SMP yang wawasannya luas, bijaksana, ilmu agamanya cukup mumpuni, dan tentu saja memahami psikologis murid-muridnya. Saya kira untuk pembaca buku yang profesinya guru, perlu membaca buku ini dan mengambil jalan pikiran Pak Amin ini untuk proses mengajar dan mendidik murid. Ada Irfan, temannya Vito. Dia mendapatkan posisi yang mencolok akibat satu peristiwa yang kemudian membuatnya punya penilaian berbeda tentang cita-cita.

Tokoh sampingan lainnya masih banyak, ada teman-teman sekolah Vito, ada Ibu guru Maulindah, Pak Saleng, dan masih banyak lainnya.

Setelah membaca kisah Vito ini, yang akhirnya menemukan perjumpaan yang ia inginkan, saya berharap ada buku lagi yang mengambil sudut pandang Vino. Sebab, saya yakin Vino memiliki jalan cerita yang sama bagusnya, yang sama mengharukannya. Sebab Vito dan Vino bisa dikatakan korban dari orang tua yang berpisah. Dan kehadiran kisah Vino akan melengkapi kisah hidup si kembar.

Adegan favorit.
Ada di bab 6; Diam Itu Emas (hal.48 – 56). Setelah kebohongan yang dilakukan Vito dengan membawa kabar jika kakeknya meninggal dan membuat perkemahan menjadi kacau, Pak Amin mendiamkannya. Vito merasa bersalah. Tapi, dia bingung bagaimana cara untuk meminta maaf kepada Pak Amin. Satu kejadian membuat Vito menghukum dirinya sendiri. Ia lari mengelilingi lapangan, ia memanjat tembok setinggi tiga meter dan melempari kelapa di pohon. Adegannya sangat dramatikal dan menyentuh. Saya disadarkan pentingnya menyadari kesalahan untuk melapangkan hidup dan mendamaikan hati.

“Biarin! Saya akan tetap melempar sampai Pak Amin menganggap ini adalah hukuman atletik yang setimpal untukku,” ucap Vito di antara nafasnya yang tersengal sambil terus melempar. (Hal.53)
Petik-petik.
Buku ini memiliki banyak sekali pesan, utamanya untuk anak remaja. Saya akan coba menjabarkan sebagian saja. Lengkapnya, sebaiknya silakan baca bukunya saja.

  • Sebagai umat islam, pnting menghindari banyak syirik yang bentuknya sudah sangat samar. Seperti kebudayaan yang ada di masyarakat, terkadang sudah dicampur dengan kegiatan syirik tersebut.
  • Beranilah untuk bermimpi dan mulailah untuk berjuang. Pada kisah ini diceritakan melalui tokoh Ibu Maulindah yang merupakan satu-satunya perempuan sarjana di Pakka Salo. Ibu Maulindah juga akhirnya terbang ke Jepang untuk meneruskan S2-nya.
  • Berusahalah menjadi orang yang jujur. Sebab kejujuran akan membawa kemujuran.

Petikan.
  • Aku berpesan kepada tiga golongan: kepada raja, hakim, dan pelayan masyarakat. Jangan sekali-kali engkau meremehkan kejujuran itu. Berlaku jujurlah serta peliharalah tutur katamu, engkau harus tegas. Sebab kejujuran dan tutur kata yang baik itu memanjangkan usia. Oleh karena takkan mati kejujuran itu, takkan runtuh yang datar, takkan putus yang kendur, takkan patah yang lentur. (Hal. 88)
  • Orang yang paling kerdil adalah orang yang tak punya cita-cita. (hal. 116)
  • Orang yang pesimis tak akan pernah bisa berhasil. Sementara orang yang optimis, meskipun itu optimis dengan mimpi yang semua orang menganggapnya aneh, suatu saat akan berhasil. Kalaupun gagal, apa salahnya? Daripada tak pernah mencoba? (Hal. 116)
  • Hati-hati dengan syirik! Allah adalah sebaik-baik tempat meminta pertolongan. (Hal. 129)
  • Manusia hanya dianggap manusia jika dia menepati kata-kata yang telah diucapkannya. (Hal. 153)

Final. Rating.
Buku ini menyimpan banyak kenangan bagi pembaca yang tumbuh di pedesaan. Dan akan menghadirkan pengalaman piknik ke pedesaan bagi pembaca yang berasal dari perkotaan. Nilai-nilai yang dikandungnya sangat pas diajarkan kepada anak remaja sebagai pelajaran pembentuk karakter.
Akhirnya, buku Sajak Rindu karya S. Gegge Mappangewa saya berikan rating 4/5.


Lain-lain.
Kovernya yang begitu gelap dengan menghadirkan sosok anak laki-laki yang menghadap ke arah bulan, tidak begitu memikat. Saya kira sebaiknya dipilihkan warna yang lebih dinamis, mengingat karakter utamanya adalah anak remaja. Perlu menunjukkan sisi remaja yang masih bergejolak baik dari warna maupun objek untuk kovernya.

Saya juga menemukan typo. Tapi, jumlahnya yang tidak banyak, buat saya tidak mempengaruhi proses membaca. Misalnya, Pusekesmas = Puskesmas (hal. 63).

Buku Sajak Rindu juga menyisipkan banyak sekali kebudayaan masyarakat Bugis. Misalnya, upacara pernikahan, cerita-cerita mistik, cerita sejarah masa lalu, dan pengetahuan. Misalnya, di halaman 141 diuraikan mengenai jenis hama Kepik Hitam.

*******
[ Untuk kalian yang ingin membaca buku ini juga, jangan lupa ikutan giveawaynya ya. Ada 1 eksemplar buku Sajak Rindu karya S. Gegge Mappangewa yang akan saya kirimkan buat kamu yang menang. ]

April 28, 2016

[Resensi] Gue Berani Putusin Elo! - As'ad S dkk.


Judul buku: Gue Berani Putusin Elo!
Penulis: As’ad S, Alma N, Rania K, Tiwi M, Mita R, Oksa P, Novia Y, K’nan, Ayka N, Tafrid H
Penyunting bahasa & penyelaras akhir: Asri Istiqomah
Penata letak: Vicko Princesa, Bagus Muhamad Ma’ruf
Desain sampul: Naafi Nur Rohma, Andhi Rasydan
Penerbit: Penerbit Indiva
Terbit: Januari 2015
Tebal buku: 168 hlm.; 19 cm
ISBN: 9786021614402

Dalam buku antologi ini terdapat 10 kisah yang benang merahnya sama; memutuskan. Jadi ketika membaca judulnya saja, pembaca sudah bisa menebak akan disuguhi cerita yang bagaimana.


Ada yang berharap menjadi tokoh utama dalam film-film religi romantis namun akhirnya harus memilih mengikhlaskan. Ada yang pacaran berkat dunia maya dan berakhir rugi besar. Ada yang suka gonta-ganti pacar dan ujung-ujungnya ia kena karmanya sendiri.

Yang membuat buku antologi ini menarik untuk dibaca karena dalam setiap ceritanya terselip pesan agama mengenai pandangan BERPACARAN. Berpacaran hanya menambah dosa, mengaburkan hati, dan menghalangi kesuksesan. Sehingga inti kesepuluh cerita mengatakan hal yang sama; jangan berpacaran.

Pesan yang disampaikan oleh kesepuluh penulis tidak terasa menggurui. Berkat cerita yang dikemas menjadi cerita pendek, mengindikasikan juga jika cerita tersebut seperti curhatan penulis. Gaya menulis setiap penulis terasa berbeda antara satu dengan yang lain. Ini membuat saya bisa menikmati keberagaman sekaligus menambah referensi dalam memahami tipe penulis vs gaya menulis.

Saya kurang sreg terhadap pengambilan karakter untuk cerita yang lebih didominasi anak sekolah dan kuliah. Mungkin karena usia saya sekarang yang bukan kategori anak sekolah dan kuliah, sehingga ceritanya hanya menjadi bacaan selingan meskipun pesannya sangat dipahami.

Kovernya pun menurut saya tidak merefleksikan cerita di dalamnya. Saya berandai-andai kovernya berlatar belakang warna putih. Pada pojok bawah kanan terserak sobekan kertas warna pink yang sebelumnya berbentuk hati. Disandingkan juga dengan setangkai mawar yang kelopaknya  sebagian sudah berguguran. Akan tergambar bagaimana rapuhnya hati yang mencoba kembali ke jalan yang benar tapi tidak bisa mengelak dari rasa sakit yang ditimbulkannya.

Buku antologi ini sangat direkomendasikan untuk pembaca muda agar memahami pilihannya untuk berpacaran atau tidak berpacaran. Saya memberi rating 3 dari 5.

Februari 04, 2016

[Resensi] Pesta di Rumah Sigi Sigung - Rien DJ



Judul: Pesta di Rumah Sigi Sigung
Penulis: Rien Dj
Penyunting bahasa: Mastris Radyamas
Setting: Puji Lestari
Desain sampul: Andhi Rasydan
Ilustrator: Dody YW
Penerbit: Lintang (Indiva Media Kreasi)
Cetakan: Agustus 2013
Tebal: 124 hlm
ISBN: 9786028277808

Buku apa sih Pesta di Rumah Sigi Sigung ini?

Review buku.
Buku ini adalah buku kumpulan cerita binatang. Totalnya ada 18 judul dengan tokoh yang beragam; gajah, semut, kupu-kupu, burung gagak dan masih banyak karakter binatang lainnya. Yang menarik dari buku ini adalah adanya ilustrasi pada setiap judulnya. Saya seperti sedang bernostalgia dengan buku cerita pas jaman SD dulu. Disayangkan sekali, ilustrasi yang ciamik itu tidak didukung dengan pewarnaan. Coba gambarnya berwarna, pasti lebih, lebih, lebih, menarik lagi.

Dari 18 judul, ada beberapa cerita favorit. Ukuran favorit saya didasarkan pada nilai moral yang terkandung. Saya belajar dari cerita persis ketika memahami cerita dengan jiwa anak-anak.

Ilustrasi "Hampir Menang"

Hampir menang. Ini cerita tentang lomba lari yang pesertanya kancil dan kanguru. Akibat kesombongan kanguru yang kelewatan bangga di awal, yang seharusnya ia menjadi juara sampai di garis akhir, akhirnya terkejar oleh si kancil. Pesannya, jangan senang dulu sebelum selesai mengerjakan sesuatu sampai tuntas. Sebab kita tidak tahu menjelang akhir akan ada nasib apa.

Ilustrasi "Laba-laba Pemalas"

Laba-laba pemalas. Berkisah seekor laba-laba yang suka sekali tidur dan mengabaikan sarangnya yang rusak. Padahal sarangnya itu dijadikan alat menjerat mangsa makanannya. Karena kerap kali menunda memperbaiki, giliran ia lapar, si laba-laba tidak punya makanan. Sarangnya pun rusaknya tambah parah. Dan akhirnya si laba-laba harus membuat sarang baru dengan sisa-sisa tenaga akibat kelaparan. Pesannya, jangan suka menunda-nunda kegiatan. Lakukan segera jika memungkinkan.

Ilustrasi "Pesta di Rumah Sigi Sigung"

Pesta di rumah sigi sigung. Dikabarkan akan digelar pesta di rumah sigung yang terkenal dengan kentutnya yang bau sekali. Para undangan pun sempat ragu untuk menghadiri pesta tersebut karena takut dengan baunya. Namun mereka tetap datang ke pesta lengkap dengan membawa masker. Setiba di pesta ternyata yang dikhawatirkan  para undangan tidak terjadi. Sigung pun menjelaskan jika bau tersebut hanya akan ia keluarkan jika ada musuh, tidak sembarang. Pesannya, jangan terlalu berburuk sangka sebab kenyataan sering berbeda dengan yang dikhawatirkan.

Gaya menulis. Tampilan buku.
Cerita lainnya juga seru-seru dan mendidik. Dengan gaya bahasa yang sederhana, pas sekali diksinya jika buku ini dijadikan panduan para orang tua untuk memberikan dongeng bagi anak-anaknya. Jalan ceritanya pun selaras dengan gaya bercerita yang sangat gampang dipahami. Bukan kasus-kasus yang berat yang coba disampaikan penulis.

Dari segi bukunya, saya merasa nyaman dengan ukuran dan jenis font yang dipakai. Apakah kalian pernah baca buku cara membaca yang ada cerita "Ini Budi. Ini Wati. Ini Iwan"? Saya kira buku ini pun setipe dengan buku cara membaca kalau dilihat dari segi cetakannya. Untuk sampul bukunya, saya merasa tertarik. Gambarnya diambil dari salah satu ilustrasi salah satu judul dengan dominasi warna merah. Hei, saya saja yang bukan usia anak-anak masih suka dengan covernya yang dominan warna merah, apalagi pembaca usia anak-anak?

Lain-lain.
Bonusnya, buku ini juga menyisipkan fakta di balik karakter binatang yang muncul di cerita. Saya menganggapnya seperti ensiklopedia anak. Berisi pengetahuan yang akan menambah wawasan pembaca. Jadi buku ini bukan sekedar hiburan, melainkan ladang ilmu.

Ilustrasi di atas saya ambil menggunakan kamera handphone Samsung ACE 4. Maaf ya kalau gambarnya belum berkualitas bagus.Maklum, senjatanya hanya itu. Hehe.

Final. Rating.
Buku ini cerdas sekali jadi pilihan orang tua untuk menanamkan nilai moral baik sejak dini melalui cerita dengan karakter binatang. Akhirnya rating yang saya kasih adalah 3,5 dari 5.