Judul: Storm Sisters #1 : The Sinking World (Dunia Yang Tenggelam)
Penulis: Mintie Das
Penerjemah: Debbie Daisy Natalia
Editor: Nadya Andwiani
Sampul: Marcel A. W.
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Januari 2016
Tebal: 456 hlm.
ISBN: 9786020333953
Ada lima gadis remaja (Charlie, Sadie, Liu, Raquel, dan Ingela) yang mengarungi lautan sambil mengusut dalang di balik Hari Penghancuran Storm. Pada hari itu ternyata semua anggota Storm dibantai. Kelima gadis inilah yang selamat, ditambah Axel dan Taye yang sudah lebih dulu meninggalkan Kapal Storm.
Petualangan kelima gadis ini tidak mudah. Mereka harus menghadapi anak buah Gubernur Roger Barrish yang berniat jahat, melewati badai yang akhirnya menghancurkan Kapal Jung milik Zhang Tao, dan harus menyelamatkan kapal milik sang sultan. Selama melalui itu, kelimanya dibuat emosional mengenai identitas mereka sebagai seorang Storm. Bagaimana pun kelimanya belum lulus pelatihan Storm tapi dipaksa untuk menjadi Strom.
***
Karena berisi cerita petualangan, kisahnya sangat asyik diikuti. Apalagi konflik utamanya adalah membongkar siapa dalang yang membantai anggota Storm dan bagaimana kelima gadis remaja itu membalas dendam.
Usia para Pirrates ini masih muda sekali (antara 11 sampai 17 tahun) namun mereka harus menghadapi kekejaman seorang Gubernur Roger Barrish, pemimpin Sapphire East Trading Company, yang menjalankan bisnis asuransi kapal penuh kecurangan. Ketimpangan duel inilah yang membuat saya penasaran dengan hasil akhirnya.
Sebagai buku pertama, kebanyakan isi buku ini adalah pengenalan dunia Storm, asal muasal orang tua kelima gadis remaja, dan memaparkan konflik-konflik pembuka yang tampaknya akan digali pada buku keduanya.
Dari kelompok gadis remaja ini kita akan belajar bagaimana bertanggung jawab dengan peran masing-masing. Kelimanya berbeda karakter karena berasal dari negara berbeda. Storm mengumpulkan mereka jadi satu dan Hari Penghancuran memaksa mereka untuk bersatu mencari tahu sekaligus untuk balas dendam. Hubungan kelimanya kerap naik-turun, saya memahami sekali kondisi itu sebab mereka masih sangat muda. Emosi masih meluap-luap, keputusan masih serampangan, dan sisi egosime masih tinggi.
Di sini juga ada kisah romansa yang rumit antara Charlie dan Taye. Mereka tumbuh bersama di kapal Storm. Namun setelah dewasa kedekatan itu berubah bentuk menjadi saling cinta. Ada pertimbangan yang kurang jelas yang membuat Taye meninggalkan Charlie dan keputusan itu membuat Charlie marah. Pertemuan kembali ternyata belum cukup membuat keduanya untuk saling memaafkan.
Ada satu prinsip Storm yang menarik: Lampaui keterbatasan tubuh dengan pikiran. Prinsip ini membawa aura untuk mengerahkan segenap kemampuan dalam melakukan sesuatu. Dan tentu saja relate dipraktikkan oleh kita dalam kehidupan sehari-hari. Intinya, jangan menyerah, jangan mengeluh, dan bekerja keras lagi.
Secara keseluruhan novel Storm Sisters ini seru dibaca dan saya merekomendasikan untuk dibaca siapa pun. Latarnya yang di laut dengan cerita bajak laut membuat kisahnya terasa fresh. Sisi petualangannya pun sangat memuaskan dan bukan sekadar tempelan saja. Saya makin tidak sabar ingin melanjutkan ke buku keduanya, sebab di akhir cerita di buku ini kita akan disuguhkan pernyataan yang sangat mengejutkan.
Oya, ini kayaknya jadi kali kedua saya membaca novel yang ceritanya soal bajak laut. Sebelumnya saya sudah membaca novel Legenda Perompak Naga #1: Seni Membangunkan Naga Dari Laut karya Wisnu Suryaning Adji.
Sekian ulasan saya kali ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!