Judul: Tirah
Penulis: Erast Yuu
Editor: Tim Scritto
Layouter: Eldesign19
Desain cover: Eldesign19
Penerbit: Scritto Books Publisher
Terbit: 2018, cetakan pertama
Tebal: x + 230 hlm.
ISBN: 9786025134739
***
Ada angin yang membelai wajah. Terdapat kilatan cepat yang melewatinya. Badan bergetar, mata pun memicing ke arah jam. Baru pukul 10 malam, tetapi seolah sudah menunjukkan pukul dua belas. Kata orang-orang, tengah malam adalah waktunya hantu berkeliaran. Muncul gelengan pelan. Rardi menyugesti otak bahwa itu bukan apa-apa. Dia memilih berbalik dan berjalan menuju tempat tidur untuk kedua kali. Berharap hal-hal yang dia alami hanya mimpi, atau halusinasi.
Belum naik ke atas ranjang, ada sesuatu yang mengelus pundak. Ah, bukan! Itu bukan sekadar perasaan. Udara dingin dalam tangan itu mampu membuat badannya bergetar. Menelusuk ke setiap sel di dalam tubuh. Dada naik turun, lebih cepat dari biasanya. Bahkan, keringat dingin mulai mengucur dari dahi. Semakin lama, pegangan itu semakin keras mencengkram leher. Listrik padam secara tiba-tiba. Angin besar ikut muncul dalam kamar membuat beberapa kertas beterbangan. Satu foto berfigura lepas dan pecah dengan suara yang amat nyaring. Bahkan, ada suara aneh, seperti suara yang tercekat. Perlahan namun pasti, Rardi menengok ke belakang. Mendadak, wajahnya membeku ketika mengamati sosok itu dalam kegelapan.
***
Sinopsis
Berawal dari ketidakikhlasan Ardan melepas mantan pacarnya yang kini berpacaran dengan Zuldan, dia mengajukan lokasi KKN ke Kampung Angker, Garut. Alasannya untuk mempermalukan Zuldan. Lokasi Kampung Angker dikenal mengerikan dan menurut kabar ada dua mahasiswa yang KKN di sana meninggal dunia. Rumor yang beredar penyebab kematian dua mahasiswa itu oleh hantu perempuan bernama Tirah. Riset mengerikan soal Kampung Angker dan gangguan yang dialami oleh Zuldan, Zigta, dan Rardi setelah mengiyakan pilihan Ardan tidak lantas mengurungkan kepergian mereka.
Setibanya mereka di Kampung Angker, misteri mengenai hantu Tirah dan kematian orang kota membuat keempat mahasiswa ini semakin tertarik untuk menguak. Dan penyelidikan mereka perlahan-lahan membuka rahasia beberapa orang di Kampung Angker, sekaligus memperjelas peristiwa kematian Tirah. Dugaan mereka mengarah kepada Parman, suami Tirah, dan kepada RT Kampung Angker, Pak Mantri. Sebab kedua orang ini memiliki hubungan tidak baik dari gelagatnya.
Penyelidikan yang dilakukan keempat mahasiswa harus ditukar nyawa. Bukannya menyerah, mereka justru semakin giat membuka tabir yang tersembunyi.
Berhasilkah mereka membuka misteri hantu Tirah?
Resensi
Novel Tirah ini merupakan novel horor lokal yang mengambil latar sebuah kampung di Garut. Digambarkan Kampung Angker sebagai kampung yang masih asri, masih banyak hutan, bersuhu dingin, sepi penduduk, dan sering berkabut. Lokasinya sudah sangat mendukung cerita sehingga aura kampung yang menyeramkan begitu terasa. Namun, sayangnya adat dan kebudayaan di Garut luput dibahas. Padahal masa KKN merupakan waktu yang pas untuk mendalami hal tersebut.
Secara garis besar, novel ini adalah perjalanan keempat mahasiswa: Zuldan, Ardan, Rardi, dan Zigta, mengungkap kebenaran soal hantu Tirah yang menjadi dalang pembunuhan setiap orang kota yang mengunjungi Kampung Angker. Penyelidikan mereka melebar jadi mencari pembunuh sebenarnya. Ada keyakinan kecil yang membuat mereka ragu dengan cerita kejahatan hantu Tirah, sebab mereka yang sudah meninggal tidak mungkin mengusik mereka yang masih hidup.
Tema balas dendam mendominasi konflik yang muncul di novel ini. Kita akan melihat jika dendam bisa membuat orang melakukan kejahatan di luar batas pikiran manusia. Memerkosa dan membunuh contohnya. Dan pelakunya tidak bisa melihat kebenaran meski sudah diberi tahu, saking dibutakan oleh dendam. Gara-gara dendam ini, menyebabkan orang tidak bersalah menjadi korban. Pelaku pun menciptakan alibi agar kejahatannya tidak terbongkar dengan menebarkan kabar tidak benar.
Menurut saya, penulis berhasil membuat cerita hantunya seram dengan narasi yang tidak lebay. Beberapa kejadian kemunculan hantu bisa membuat saya bergidik ngeri. Latar belakang pelaku melakukan kejahatan pun masuk akal. Sehingga cerita misteri dengan balutan dendam bisa diikuti dengan baik.
Misteri atas kematian Tirah dan kelakuan orang-orang yang terlibat dibuka penulis dengan pelan-pelan. Ada dua versi kronologi kejadian naas yang menimpa Tirah membuat saya kaget dan ikut bersimpati campur geram. Awal mengetahui versi pertama, saya ikut mendukung balas dendam hantu Tirah. Namun setelah mengetahui versi kedua, saya jadi miris dan menyayangkan tragedi yang sudah kadung terjadi di Kampung Angker. Saya bahkan mengecam pelaku sebenarnya.
Tokoh utama novel yang diwakili oleh keempat mahasiswa menegaskan jika novel ini menyasar pembaca muda. Karakter kemudaan mereka cukup terasa realistis. Ada yang mesum, ada yang pikirannya soal perempuan saja, ada yang pemarah dan merasa benar sendiri, dan ada juga yang sikapnya tenang. Awal mula cerita novel ini pun disampaikan melalui konflik anak muda: cemburu, mantan pacar, persahabatan, dan dunia kampus.
Dari novel Tirah ini, pembaca akan mendapatkan pesan jika menuruti ego dendam, masalah tidak akan selesai dan justru akan memicu masalah baru lainnya. Dan secara lebih luas, kita diingatkan untuk selalu mencari kebenaran kabar yang kita dengar. Kabar yang mentah-mentah ditelan, bisa saja itu ujaran fitnah. Jika demikian, kita bisa salah membuat keputusan dan bertindak.
Untuk kengerian novel hantu Tirah ini saya memberikan nilai 4 dari 5 bintang. Jika penerbit Scritto ini masih eksis, saya ingin typo dalam novel ini diperbaiki. Saya rasa novel ini punya potensi memuaskan pembaca yang suka cerita horor karena cerita hantu dan misterinya bagus.
Nah, sekian ulasan dari saya. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!