Judul: Spog Mencari Bumi
Penulis: Arleen A
Ilustrasi: VinK
Penyunting: Noni M. T.
Penerbit: PT Bhuana Ilmu Populer
Terbit: Januari 2008
Tebal: 60 hlm.
ISBN: 9789797986575
Perkenalkan, namaku Spog. Aku adalah seekor anjing yang tinggal di planet Alotita, yang letaknya jauh dari Bumi. Tapi nenek moyangku sebenarnya berasal dari Bumi. Sekarang aku sudah cukup besar untuk naik pesawat ruang angkasa sendiri. Makanya aku ingin sekali main ke Bumi. Tapi aku nggak tahu jalan ke sana. Padahal Bumi sangat jauh dan banyak bahaya yang menghadang di depan. Bisakah kamu membantuku menemukan planetmu?
***
Karena sedang kesusahan membaca novel, saya memutuskan untuk mengunduh IJakarta, perpustakaan digital punya pemerintah DKI Jakarta, dan memilih bacaan anak-anak. Nama penulis yang saya ingat saat itu adalah Kak Arleen A. Setahu saya beliau sudah punya beberapa buku anak-anak. Dan begitu dicari, wuihh... ada banyak bukunya. Pilihan saya pun jatuh ke buku series Spog, seekor anjing yang berasal dari Planet Alotita.
Buku Spog Mencari Bumi merupakan buku pertama petualangan Spog. Sebagai permulaan, penulis membahas dulu siapa Spog dan kenapa anjing ini bisa berada di Planet Alolita. Rupa-rupanya Spog ini sebenarnya ras anjing dari Bumi. Dulunya, nenek moyangnya ikut astronot dari Bumi ketika melakukan penjelajahan angkasa dan mereka tertinggal di Planet Alolita. Biar sudah menjadi penghuni Planet Alolita, cerita tentang Bumi tetap dilestarikan ke generasi berikutnya. Dan secara turun temurun mereka melakukan pencarian keberadaan Bumi berada.
Dan dirasa Spog ini sudah cukup mampu mengendalikan pesawat luar angkasa, dia pun melakukan perjalanan mencari Bumi. Ternyata perjalanannya tidak mudah. Spog memulai petualangannya dan ia pun bertemu banyak hal seperti mahluk air, raksasa gondrong, raksasa ungu, naga, anak laki-laki dari Bumi bernama Roy dan masih banyak lagi.
Siapa sih yang enggak suka cerita petualangan? Anak-anak juga pasti suka. Ditambah karakternya hewan lagi. Pasti mereka bakal tertarik banget dan senang mengikuti kisahnya. Yang menonjol dari buku anak-anak adalah sajian ceritanya yang sederhana. Bahkan gaya penulisan pun menggunakan diksi yang mudah dimengerti. Enggak perlu juga pakai konflik yang berat-berat biar anak-anak gampang memahami maksud ceritanya.
Buku ini juga dicetak full warna dan gambarnya sangat enak dilihat. Cocok sih buat bacaan anak-anak. Tetapi yang menurut saya kurang pas adalah formatnya yang meminta pembaca memilih kelanjutan cerita dengan membuka halaman berikutnya sesuai pilihan kita, itu bakal terlalu berat buat anak-anak. Apalagi jumlah skenarionya banyak pisan.
Pada halaman 4, akan ada pilihan sebagai berikut: - Jika kamu pikir Spog sebaiknya berusaha berkomunikasi dengan makhluk penyerangnya, lanjutkan ke halaman 7. - Jika kamu pikir Spog sebaiknya menekan tombol Turbo untuk lari ke Planet Biru, lanjutkan ke halaman 8.
Untuk membaca kelanjutan kisahnya, kita tinggal membuka halaman sesuai pilihan kita. Tapi saya yakin, walau sudah memilih satu skenario, kita akan dibuat penasaran dengan pilihan yang lainnya. Ini pula yang membuat saya menuliskan semua pola pilihan skenario dalam buku ini. Karena setiap pilihan skenario akan membawa kita pada petualangan baru dan akhir cerita yang berbeda.
Why? Why? Kenapa?
Jujur saja, saya yang sudah gede gini aja merasa terbebani dengan pilihan yang ternyata bisa sampai 25 skenario petualangan. Gila! DUA PULUH LIMA SKENARIO. Kalau buku ini dikasihkan ke anak SD, mereka bakal pusing sendiri. Secara sepanjang membaca bukunya, kita harus mengingat alur mana yang sudah dipilih dan PR lainnya anak-anak yang membaca buku ini harus bakal membolak-balikkan halaman dan lama-lama mereka akan merasa mumet sendiri.
Saya tidak tahu alasan penulis kenapa membuat pilihan ceritanya sebegitu banyak. Saya justru berharap buku ini hanya punya dua sampai lima skenario saja, dan itu cukup banget untuk menyampaikan pesan moral.
Kalau boleh menduga-duga, jangan-jangan tuntutan halaman biar banyak. Sebab dipastikan kalau pilihannya hanya sekitar dua sampai lima skenario saja, pasti halamannya terpangkas banyak. Kecuali buku ini dibanyakin ilustrasinya dan dilakukan pemenggalan narasi ceritanya yang semula dibuat satu halaman, dirubah jadi tiga atau empat halaman.
Lagian, anak-anak itu suka liat gambar dibanding membaca banyak kalimat. Dan teknik melihat gambar yang disisipkan narasi cerita bisa membuat mereka betah untuk membuka-buka buku. Lama-lama mereka keranjingan membaca. Enggak apa-apa buku yang dibaca tipis-tipis, seiring umur dan kemampuan baca yang meningkat, bacaan mereka juga akan bergeser ke yang lebih tebal.
Posan moral di buku ini cukup relevan dengan usia anak-anak, dimana mereka sedang butuh-butuhnya pembelajaran nilai kebaikan. Banyak sekali pilihan-pilihan baik yang dilakukan Spog dan aman ditiru oleh pembaca anak-anak. Contohnya Spog mau membantu naga yang tertusuk, padahal naga bukanlah hewan jinak, tetapi Kak Arleen membawakan kisahnya dengan sederhana.
Secara keseluruhan, saya masih bisa menikmati ceritanya. Dan saya masih kuat untuk bolak-balik halaman bukunya kok. Buku ini benar-benar ringan, cukup menghibur di tengah kesusahan saya menyelesaikan membaca novel yang sudah lama menimbun.
Saya memberikan nilai 3/5 bintang, dan buku ini akan lebih baik dijadikan bacaan orang tua yang mau mendongengkan kisah kepada anak-anak, bukan anak-anak itu sendiri yang membacanya. Dengan opsi dibacakan tentu saja akan membangun hubungan erat orang tua dan anak.
Sekian ulasan saya kali ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku.