Februari 26, 2016

[Resensi] Perempuan Patah Hati Yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi - Eka Kurniawan



Judul buku : Perempuan Patah Hati Yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi
Penulis : Eka Kurniawan
Penyunting : Ika Yuliana Kurniasih
Perancang sampul : @labusiam
Ilustrasi sampul : Ayu Hapsari & @labusiam
Ilustrasi isi : Ayu Hapsari
Pemeriksa aksara : Intan & Nurani
Penata aksara : Archi Tobias Chandra
Penerbit : Penerbit Bentang
Terbit : Maret 2015
Ukuran buku : vi + 170 hlm; 20,5 cm
ISBN : 9786022910725

Saya sebenarnya kurang menyukai buku kumpulan cerita (kumcer). Karena bagi saya cerpen selalu menuntut kepekaan pikiran untuk memahami apa yang ingin disampaikan penulisnya. Sedangkan hal tersebut untuk saya merupakan kesulitan. Pilihan saya memilih buku kumcer Perempuan Patah Hati Yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi ini hanya berdasarkan ingin mencoba dan berusaha menikmati kesulitan tersebut. Seperti memberi variasi lahapan pada kebiasaan saya yang suka membaca.

Ketika harus berbagi pengalaman membaca buku kumcer ini, saya pun bingung harus menguraikannya seperti apa. Sebisa mungkin apa yang saya jelaskan di sini merupakan hasil saya menikmati 15 cerita yang ditawarkan Eka Kurniawan. Kalau pun ada yang tidak sependapat dan berbeda dengan pembaca lainnya, semata karena kemampuan dan kepekaan saya dalam menikmati cerita yang berbeda dengan pembaca yang lain. Saya tidak berusaha mengarang atau merekayasa.

Gerimis yang Sederhana. Bercerita Mei akan bertemu dengan Efendi di restoran. Ia melihat pengemis juga di restoran tersebut. Kemudian setelah bertemu, mereka mengelilingi lingkungan di Amerika sana. Saya membacanya sampai dua kali untuk mengerti isi cerita. Namun entah kenapa saya masih belum paham. Hasil saya menikmati cerita ini justru dua yang saya pahami. Pertama, memberi (sodakoh) pasti akan diganjar harapannya. Kedua, pertemuan pertama selalu membuat gugup dan bisa diatasi dengan guyonan.

 “Ya, ya, doakan perempuan yang akan datang ini memang manis,” gumam Efendi.  (hal.6)
Gincu Ini Merah, Sayang, bercerita mengenai pasangan suami istri yang dipertemukan di bar Beranda. Rohmat Nurjaman adalah pelanggan. Marni si penjual. Mereka jatuh cinta. Cerita ini saya pahami betul. Gincu merupakan kata pertanda latar cerita, dandanan pelacur di bar. Kemudian konflik terjadi karena rasa cemburu, curiga dan yang paling fatal, tidak adanya komunikasi. Seharusnya sebagai pasangan suami istri tidak ada tebak-tebakan, tetapi berkomunikasi dua arah.

“Sebaiknya, kita bercerai saja.” (hal.21)
Perempuan Patah Hati Yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi pas dibaca untuk yang belum bisa move on dari masa lalu. Maya, perempuan yang ditinggal calon suami pas menjelang pernikahan. Apakah dia terluka dan sedih bukan pertanyaan yang benar saat itu. Maya kemudian menjadi perempuan yang rapuh. Dan ia kemudian mendapati mimpi yang berulang. Dia bertemu pria yang menggiring anjing sedang berlarian di pantai Pangandaran. Maya percaya pada mimpi itu dan mengejarnya ke Pangandaran. Pesan cerita yang saya tangkap, percayalah, soal hati, takdir telah merancangnya dengan sempurna. Jika ditinggalkan, akan ada pengganti yang lebih baik.

“Kalian orang-orang tolol yang percaya pada mimpi. Ia pergi ke Jakarta seminggu lalu.” (hal.34)
Penafsir Kebahagian, merupakan cerita yang membuat saya menggelengkan kepala. Siti, pelacur yang disewa dan dibawa ke Amerika untuk digilir oleh Jimmi dan kelima temannya. Jadi Siti bekerja selama enam hari dalam seminggu. Keadaan pelik, ketika Markum, pria setengah baya, dilayani Siti juga. Kondisinya waktu itu sedang hamil. Siti bingung siapa ayah bayi yang dikandungnya. Saya menyukai cerita ini, lebih gampang saya ikuti alurnya. Dan pelajaran yang saya ambil, tidak ada keburukan yang berbuah kebaikan, keburukan akan menimbulkan keburukan lainnya.

“Aku tak tahu apakah harus memanggilnya anak atau cucu,” gumam Markum, masih agak kesal. (hal.45)
Membuat Senang Seekor Gajah. Cerita ini mengingatkan saya pada tebak-teban waktu saya kecil. “Gajah dimasukan kulkas, yang gede apanya?” Dan jawaban tepat untuk tebak-tebakan ini adalah bohongnya yang besar. Nah, ceritanya mengenai gajah yang ingin masuk ke dalam kulkas karena kepanasan dengan dibantu dua anak kecil. Lalu yang saya dapatkan selain lelucon adalah jadilah orang yang lebih sadar diri dalam mengharapkan sesuatu. Jika dipaksakan belum tentu hasilnya seperti yang diharapkan.

“Membuatnya senang kupikir hal yang lebih penting daripada apa pun,” kata si anak lelaki. (hal.50)
Jangan Kencing Di Sini. Idenya tidak bisa saya pahami betul. Ini mengenai Sasha, pemilik toko, yang geram karena pojok parkiran tokonya selalu berbau kencing, padahal sudah dipasang larangan dan himbauan.  Ia pun sempat memata-matai karena ingin tahu siapa pelaku sebenarnya. Namun, justru berujung pada pengalaman menahan kencing yang kemudian membuat dirinya merasa menikmati rasa ‘begituan’. Pesannya, jangan membuat larangan dengan jangan.

Penis lelaki memang merupakan masalah dunia,.. (hal.52)
Tiga Kematian Marsilam. Marsilam jatuh dari lantai 12. Tidak ada saksi yang tahu penyebabnya. Kemudian cerita bergulir menuju tiga tahap kematian. Urutan kematiannya sedikit membingungkan. Penulis menyebutnya kematian kedua, kematian pertama lalu kematian ketiga. Bagi benak saya muncul urutannya kematian ketiga, kematian pertama lalu kematian kedua. Cerpen ini harus saya baca dua kali untuk tahu plotnya. Sebab, perpindahan cerita membuat saya bingung. Namun akhirnya saya tahu apa hubungan Marsilam dan Armantana. Poin mengena yang saya terima, tidak ada orang tua yang akan membiarkan anaknya menderita.

“Barangkali karena kami berbagi kesedihan yang sama.” (hal.75)
Cerita Batu, mengisahkan bagaimana si Batu menyimpan dendam setelah ia diseret pada kasus pembunuhan seorang perempuan yang mayatnya diceburkan ke sungai. Melalui kisahnya, saya memahami jika banyak sekali manusia serakah dan akhirnya melakukan kejahatan. Bisa dibayangkan seandainya benda mati bisa dijadikan saksi kejahatan, tidak ada kejahatanyang tidak terungkap.

Seperti semua batu di dunia, ia pendendam yang tabah. (hal.87)
La Cage aux Folles, merujuk pada kisah perjalanan seorang laki-laki bernama Marto, yang kemudian berubah menjadi Martha. Ini tentang transgender. Saya tidak memahami apa yang ingin disampaikan penulis melalui karakter Martha. Tapi satu hal, Kemala, sebagai teman, hanya bisa melihat apa yang diputuskan teman.

...“tapi antara tubuh lelaki dan perempuan, kau akan tahu, ada jarak yang terlampau jauh untuk kutempuh.” (hal.102)
Setiap Anjing Boleh Berbahagia, haruskah disebut sebagai kisah cinta? Cerita anjing yang membuat seorang perempuan, istri dan ibu, rela meninggalkan suami dan anak-anaknya. Cinta paling konyol saya menyebutnya. Saya hanya bisa mengambil sisi, setiap mimpi boleh diperjuangkan.

“Ronin, kita akan pergi, jauh, aku dan kamu akan bahagia.” (hal.110)
Kapten Bebek Hijau, sejenis fabel atau memang iya ini fabel. Anak bebek berbulu kuning yang berubah menjadi berbulu hijau, karena memakan buah mogita. Sedih, iya. Emak Bebek akhirnya menjuluki anak bebek hijau dengan sebutan Kapten Bebek Hijau. Keras kepalanya si anak bebek untuk kembali memiliki bulu warna kuning, membuatnya harus melakukan petualangan ke atas bukit  demi mendapatkan kunir raja. Pesannya, bersyukurlah. Ini terkait dengan akhir cerita yang fatal.

“... Hanya kamu yang berbulu hijau, sebab kamu istimewa....” (hal.114)
Teka-Teki Silang, permainan yang dibuat Juwita. Namun saat suatu hari  ia menemukan teka-teki silang dan mengisinya, justru membuat Juwita tidak tenang. Apa yang ditulisnya menjadi nyata.  Kembali saya harus meraba pesan yang saya tangkap dari cerita ini dan kesulitan. Akhirnya, jangan sombong.

Ia merasa yakin tak perlu mengeluarkan senjata-senjata rahasianya. (hal.124)
Membakar Api, memaparkan soal kehilangan Lohan. Ia ayah Artika, ia mertua Mirdad, ia besan Rustam Satria Juwono. Ini soal mafia. Nilainya adalah suap adalah kejahatan halus.

..., “Sejak kapan uang suap ada kuitansi?” (hal.143)
Pelajaran Memelihara Burung Beo. Mirah, seorang ibu yang kehilangan ketiga anaknya akibat perceraian. Ia mengganti keberadaan anak-anaknya dengan memelihara burung  beo yang mahir berbahasa indonesia. Saat burung beo tersebut diambil dinas perlindungan hewan, Mirah baru merasakan kalau anaknya tidak bisa digantikan apapun. Tampak sangat jelas apa pesan yang ingin disampaikan penulis.

Jangan pernah menggantikan anakmu dengan burung beo. (hal.155)
Pengantar Tidur Panjang mengisahkan aku yang mengantarkan Bapak tidur selamanya dengan cerita-cerita manis antara aku dan keluarga lainnya. Pesannya, menjadi orang baik tidak rugi, banyak kegunaannya.

Bahkan, pikirku, setelah meninggal  Bapak masih memberiku ongkos bus. (hal. 167)


Kalau membaca apa yang disampaikan penulis di atas, saya mungkin keterlaluan memahami cerita yang dibuatnya. Atau mungkin perkataan Eka hanya berlaku untuk novel saja?

Tapi saya memang berusaha menemukan pelajaran-pelajaran dari apa yang saya baca. Saya yakin kalau semua karya memiliki maksud dan ada yang bisa dipelajari. Uraian pesan cerita di atas pun mungkin jauh dari maksud penulis, namun saya mencoba menggunakan sudut pandang sendiri.

Cerita-cerita yang ada di kumcer ini ditulis dengan sangat apik. Beberapa cerita membuat saya bingung. Yang lainnya bisa saya serap dengan gampang. Ini seni cerpen. Dan bagi saya kumcer seperti spasi saat mengetik. Istirahat. Lalu cerita favorit saya adalah cerita terakhir. Hubungan anak dan bapak dan keluarganya selalu menyentuh selera cerita saya.

Yang membuat saya salut adalah tema cerita yang beragam dan memperkaya saya sebagai pembaca akan rasa cerita. Akhirnya saya memberi rating 4 dari 5. Saya puas membaca kumcer ini dan semoga ke depannya saya bisa membaca kumcer lainnya.

*gambar diambil kamera hape Samsung Galaxy ACE4

Februari 25, 2016

Wishful Wednesday: Metropop Fever


Metropop Fever (nggak tau penulisannya sudah bener atau nggak) maksudnya saya memang sedang suka membaca novel terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, khususnya untuk lini Metropop. Kebetulan sekali dengan momen Wishful Wednesday yang digagas www.perpuskecil.wordpress.com saya nggak mau ketinggalan untuk ikut serta.

Sebenarnya saya sudah ingin ikut WW ini dari kapan hari. Hanya sempat merasa ragu karena sebelumnya saya ikutan WW ini menggunakan blog buku saya yang saat ini sudah tidak pernah diperbaharui. Sedangkan saat ini saya hanya mengaktifkan blog personal. Nah, pada artikel ini Whisful Wednesday [183] - WW Anniversary Giveaway!  disebutkan persyaratannya memperbolehkan blog apa pun ikut, saya pun mulai menuliskan WW #1 ini. InsyaAllah ke depannya saya akan berusaha setor postingan Wishful Wednesday ini secara teratur.

Lalu novel apa yang menyita perhatian saya? Cek this out!


Complicated Thing Called Love
by Irene Dyah



Gravity
by Rina Suryakusuma



Kenapa Metropop? Mengingat usia saya yang bukan lagi kategori teenlit, membuat saya merasa sangat nyaman mengikuti cerita dengan konflik yang lebih dewasa. Bukan menganggap teenlit tidak bagus, hanya saja saya merasa banyak belajar dari Metropop sebab isi ceritanya begitu dekat dengan keseharian usia sekarang. 

Setahu saya, membaca juga membantu membentuk karakter dan menambah pemahaman pengalaman terhadap suatu kejadian dari cerita yang dipaparkan. Sehingga Metropop menjadi pilihan pertama setiap kali memutuskan pemilihan bacaan.

Semoga harapan saya terhadap kedua buku di atas segera terwujud. Amin!

Catatan ;
Gambar diambil dari www.gramedia.com - edit sendiri.
Link buku ke www.bukabuku.com

Februari 22, 2016

[Resensi] Blues Merbabu - Gitanyali



Blurb & identitas buku
"Om merasa sial sebagai anak PKI?"
"Aku tidak pernah berefleksi merasa sial atau beruntung dengan hidupku. Aku menjalani apa yang bisa kujalani."
...
"Om komunis mall atau kapitalis?"
"Tak ada bedanya. Di bawah kapitalisme, orang mengeksploitasi orang. Komunisme, tinggal dibalik saja..."

Sebagai anak PKI, Gitanyali dipaksa menerima kehidupannya tidak lagi sama sejak akhir 1965. Ia masih SD di kota kecil di kaki Gunung Merbabu ketika menyaksikan sang ayah diambil aparat, dan tak pernah ketahuan lagi rimbanya. Ibu dan sanak saudaranya menyusul ditahan tanpa tahu kapan akan dibebaskan karena dianggap terlibat peristiwa G30S.

Diasuh oleh sang paman di Jakarta, dunia Gitanyali terbuka lebar. Ia menempa diri untuk tidak kalah pada nasib. Ia menikmati kehidupan sebagai anak kebanyakan yang penuh godaan, termasuk dalam kehidupan seksual, tanpa terbawa arus. Ia memilih bertahan tanpa harus "melawan'.

Judul buku : Blues Merbabu
Penulis : Gitanyali
Perancang sampul : Gianni Messah Tjahjadi
Penataletak : Wendie Artswenda
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Terbit : Februari 2011
Ukuran buku : vi + 186 hlm; 13,5 x 20 cm
ISBN : 9789799103154

Review
Novel Blues Merbabu merupakan novel yang ceritanya selalu membuat saya tersenyum. Blues Merbabu seperti nostalgia pada masa lalu. Ya, plotnya memang mundur. Mengikuti Blues Merbabu mengingatkan saya pada salah satu judul drama korea yang sedang saya tonton, Reply 1988, yang dibintangi Hyeri, Go Kyung Pyo, Park Bo Guem, Ryu Joon Yul, Lee Dong Hwi. Persamaannya berada pada konsep cerita. Di Blues Merbabu, dikisahkan pria bernama Gitanyali sedang diwawancari oleh jurnalis bernama Nita. Sedangkan di drama korea Refly 1988, pasangan Sung Duk Sun dan Taek sedang diwawancari oleh sebuah stasiun TV.

"Yang kami dengar orangtua Om PKI. Kami juga ingin menulis bagaimana kehidupan anak-anak PKI." - Nita

Maka meluncurlah kisah Gitanyali mulai dari masa kanak-kanak hingga ia menjadi pria dewasa. Namun kalau pengertian dewasa ini merujuk ke urusan biologis, saya kurang setuju soal penentuan kedewasaanya, sebab Gitanyali ini sudah dewasa sebelum waktunya.

Saya membagi menjadi bagian-bagian kecil seluruh cerita Blues Merbabu agar memudahkan memberikan gambaran ada apa saja di dalamnya. Kehidupan keluarga PKI. Gitanyali adalah anak bungsu dari bapak yang tulen PKI. Rumahnya bahkan menjadi markas untuk rapat. Namun sejak kecil, Gitanyali tidak peduli dengan urusan partai. Yang ia tahu hanya menikmati masa kanak-kanaknya. Ia pun mengalami kehilangan ayah yang pada suatu hari digiring tentara hingga hilang kabar entah dimana. Kemudian ibunya pun ikut dipenjara. Mengenang kejadian itu, membuat Gitanyali memisahkan ingatan PKI dari jatidirinya.

Percintaan dan seks. Gitanyali ini sejak kecil sudah mempunyai kebiasaan mengintip tetangga perempuan mandi. Bayangan tubuh mereka menjadi imajinasi menjelang tidur hingga membangunkan burungnya. Lucunya, gara-gara kebiasaan mengintip ini, Gitanyali harus disunat pada saat dirinya baru kelas 4 SD. Pada saat itu, umumnya anak laki-laki akan disunat menjelang kelulusan SD. Bagi pria, ejakulasi pertama kali menjadi sejarah yang akan diingatnya, seharusnya. Gitanyali melalui proses 'itu' kala rumahnya kedatangan gadis sekaligus guru taman kanak-kanak, Mbak Kadarini. Dan sepanjang novel ini, akan diceritakan kisah Gitanyali yang menyetubuhi banyak tubuh perempuan. Saya kira dia ini tipe pria hypersex.

Perjalanan cintanya bertautan dengan perkenalannya dengan banyak perempuan. Ia sempat merasakan cinta ketika bertemu "malaikat kecil" bernama Li Hwa. Namun entah siapa cinta sejatinya, sebab Gitanyali lebih menikmati sisi petualangan. Gitanyali suka berkenalan dengan banyak perempuan namun selalu saja mengkrucut pada sesi 'bercinta'.

...ketika kanak-kanak aku tidur dengan perempuan berusia sekitar 30 tahun. Aku jatuh cinta padanya. Ketika usia belasan, aku bercinta dengan perempuan usia 30 tahun. ketika umur 20-an aku bercinta dengan perempuan usia 30 tahun. ketika umur 30-an aku bercinta dengan perempuan usia 30-an. Ketika umur 40-an lagi-lagi aku bercinta dengan perempuan 30 tahun.

Keahlian dan mimpi. Gitanyali terbilang anak yang cerdas. Ini mungkin efek didikan ayahnya yang berorientasi  pada pendidikan. Ketika usia kanak-kanak, bakat Gitanyali sudah terlihat dari bagaimana ia membuat kalimat-kalimat puitis. Dia juga senang bermain dengan kalimat-kalimat manis ketika mengirimkan kartu pesan ke radio. Beberapa kali pula karya tulisnya terpampang di majalah. Gitanyali sudah mempunyai bakat jurnalis sejak kanak-kanak. Bersamaan proses kedewasaanya, bakat itu semakin terasah.

Keunggulan novel ini, setting pada jaman tersebut bukan tempelan semata. Ada banyak aksesoris-aksesoris kenangan pada tahun itu yang membuat cerita menjadi lebih nyata. Contohnya penyebutan seniman yang terkenal pada masa itu, penyebutan judul film yang tayang di bioskop Rex pada masa itu, dan narasi visualisasi setting daerah yang memang sangat terasa kejadulannya.

Dan akhirnya, novel ini sangat direkomendasi bagi pembaca yang menyukai cerita dengan setting jadul dan dibumbui sejarah negeri. Blues Merbabu bukan hanya bercerita soal politik, sejarah, seks, tetapi lebih luas, tentang kemanusiaan sebagai seorang manusia.

Rating yang saya beri untuk Blues Merbabu adalah 4,5 dari 5.

Catatan

  • ... nyaris mutlak bahwa orang cantik selalu bernasib baik-setidaknya lebih baik dibanding yang kurang cantik.-hal.13
  • Pengarang suka meniduri perempuan dalam tulisannya memang. -hal.26
  • Dua unsur utama dunia di mataku adalah hidrogen dan kebodohan. -hal.58
  • Sesuatu yang ingin didengar sendiri, cenderung diceritakan berulang-ulang oleh si pencerita. -hal.96
  • Orang menjadi tua karena berhenti bermimpi. -hal.167
  • Menyatakan cinta itu modern, mengajak menikah itu kuno. -hal.169

Februari 20, 2016

[Resensi] 86 - Okky Madasari



Judul buku : 86
Penulis : Okky Madasari
Ilustrasi & desain sampul : Restu Ratnaningtyas
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit : April 2014 (cetakan kedua)
Tebal buku : 256 hlm
ISBN : 9789792267693



Blurb.
Apa yang dibanggakan dari pegawai rendahan di pengadilan? Gaji bulanan, baju seragam, atau uang pensiunan?

Arimbi, juru ketik di pengadilan negeri, menjadi sumber kebanggaan bagi orangtua dan orang-orang di desanya. Generasi dari keluarga petani yang bisa menjadi pegawai negeri. Bekerja memakai seragam tiap hari, setiap bulan mendapat gaji, dan mendapat uang pensiun saat tua nanti.

Arimbi juga menjadi tumpuan harapan, tempat banyak orang menitipkan pesan dan keinginan. Bagi mereka, tak ada yang tak bisa dilakukan oleh pegawai pengadilan.

Dari pegawai lugu yang tak banyak tahu, Arimbi ikut menjadi bagian orang-orang yang tak lagi punya malu. Tak ada yang tak benar kalau sudah dilakukan banyak orang. Tak ada lagi yang harus ditakutkan kalau semua orang sudah menganggap sebagai kewajaran.

Pokoknya, 86!

Ide cerita.
Sebelum membahas soal isi novelnya, saya mau cerita bagaimana saya bisa mendapatkan novel bagus ini. Saya diberi tahu oleh rekan kantor kalau di Grage Mall Cirebon sedang ada obral buku di atriumnya. Balik kerja saya langsung berburu. Dan hasilnya saya memperoleh 3 judul novel dengan harga 40rb saja. Salah satunya novel 86 ini.

Kalau membaca blurb-nya, saya memang tidak paham konflik apa yang mendominasi cerita. Dari judulnya saja saya sudah bingung, 86 tuh nunjuk ke apaan. Yang saya tahu hanya 69 (mesum, hehe). Namun begitu mulai membaca saya mulai paham cerita merujuk pada fenomena negeri yang bukan lagi rahasia, korupsi. Melalui tokoh Arimbi, pembaca akan ditunjukkan jika korupsi ini bukan untuk para pejabat saja dan bukan untuk nominal puluhan juta atau sampai milyaran saja. Lebih luas dan halus bagaimana praktik korupsi ini berlangsung di kehidupan sehari-hari. Contohnya, pada jaman itu penumpang kereta bisa naik kereta tanpa tiket asal bayar ke petugas pemeriksa tiket. Lucunya lagi, saat Arimbi hendak menikah, persyaratan surat nikahnya pun bisa dipermudah asal ada pelicin. Ada juga praktik pungutan liar bagi pembesuk tahanan di penjara. Penulis sangat blak-blakan memberi gambaran korupsi kecil yang berlangsung di kehidupan sehari-hari. Miris.

Apa yang dipaparkan penulis memang kasus nyata. Sehingga, itulah kekuatan utama novel ini. Pembaca akan langsung hanyut sebab ceritanya memang mengena dan mudah diiyakan. Garis lurusnya, Arimbi malang melintang dengan kebodohannya yang ikut-ikutan dengan fenomena yang seharusnya ia hindari. Rakus, saya kira tidak keliru untuk menyebut sosok Arimbi. Meski sudah dibui pun, Arimbi masih menikmati praktik 86 ini. Agar lebih jelasnya bagaimana Arimbi berlari dengan kejamnya Jakarta dan dunianya, sok langsung saja berburu novelnya di toko buku terdekat.

POV. Plot. Gaya bercerita. Karakter.
Novel ini memakai POV orang ketiga. Sudah pasti pilihan aman ketika penulis ingin menjelaskan cerita dari berbagai sudut. Sebab saya menangkap apa yang dipaparkan penulis bukan melulu yang bersinggungan dengan si tokoh utama. Contohnya, kasus suap untuk menjadi pamong desa, penulis menjelaskan melalui percakapan antara Arimbi dan teman SMP-nya. Untuk plot secara umum menggunakan plot maju. Jika ada kilas balik pun sebatas narasi.  Ini memberi ruang perkembangan cerita tidak diganggu dengan kilas balik tersebut. Dan bagaimana penulis bercerita, sudah sangat baik dan saya melihatnya "beginilah ciri terbitan Gramedia". Baku dan menghanyutkan.

Arimbi. Polos, hanya karena lingkungan ia berubah menjadi rakus. Ananta. Baik, pendukung yang handal dan pekerja keras. Bu Danti. Khas ibu-ibu sosialita yang korupsi. Ada banyak karakter yang muncul namun semuanya kebanyakan hanya pendukung bagian cerita saja. Sebab penulis membagi cerita korupsi menjadi bagian-bagian kecil sesuai kasusnya. Bagian-bagian itu kemudian dihubungkan melalui keterlibatan Arimbi. Sehingga beberapa tokoh memang akan menghilang ketika kasus berpindah ke bagian yang lain.

Adegan favorit.
Pada halaman 243-245 digambarkan anak Arimbi bertingkah tidak biasa. Si anak terus menangis. Sampai akhirnya Arimbi mendapatkan kabar kalau ibunya meninggal, si anak mulai tenang, dan Arimbi yang menangis.

Petik-petik.
Sangat lugas pesan novel ini; "Korupsi itu perbuatan buruk dan akibatnya buruk juga".

Cuplikan.
Terlalu banyak sehingga saya lupa menandai karena asyik mengikuti cerita.

Final. Rating.
Siapa saja harus baca buku ini karena bermuatan bagus. Akhirnya, saya memberikan rating 4,5 dari 5.

Jawab ya!
Apa pendapat kalian tentang praktik korupsi?

Februari 16, 2016

[Resensi] Writer Vs Editor - Ria N. Badaria

Judul buku : Writer Vs Editor
Penulis : Ria N. Badaria
Cover : Marcel A. W.
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: November 2015 (cetakan kedua)
Tebal buku : 312 hlm
ISBN : 9786020322971

Blurb.
Hidup terkadang tidak sesuai dengan apa yang direncanakan... Kalimat yang tepat untuk menggambarkan kehidupan Nuna R. Mirja, bekerja sebagai pegawai swalayan padahal bercita-cita menjadi penulis. Nuna menyebutnya sebagai "pelencengan rencana hidup".

Berkali-kali menerima penolakan dari berbagai penerbit atas naskahnya sudah cukup menjadi alasan Nuna untuk melupakan cita-citanya. Hingga ia menerima surat dari salah satu penerbit yang menyatakan naskahnya layak untuk diterbitkan. Sepucuk surat yang membuat Nuna berpikir hidupnya akan mulai berjalan sesuai rencana.

Sayangnya dia salah. Ini justru awal dari berbagai pelencengan rencana hidup lainnya. Mulai dari mendapat editor yang sangat menyebalkan untuk naskahnya. Bertemu kembali dengan cinta pertamanya, sosok sempurna yang selalu membuatnya patah hati, setiap kali ia menyadari perasaannya takkan pernah tersampaikan. Hingga kehilangan orang yang begitu penting dalam hidupnya, yang mengharuskannya berusaha lebih keras di antara dilema cinta yang datang tak terduga.

Ide cerita.
Pada awalnya, saya sudah berekspektasi tinggi untuk novel ini karena judulnya; Writer Vs Editor. Saya selalu berharap akan ada pemaparan kegiatan melahirkan novel; penentuan ide/tema novel, proses penulisannya hingga tahap editing dan terbitlah novel. Harapan tetap harapan, Nuna sang tokoh utama langsung diceritakan mengalami berkah besar karena naskahnya akhirnya diterima dan sedang masuk proses editing bersama editor bernama Rengga. Mengenai isi novelnya penulis tidak menceritakannya meskipun hanya secuil. Sangat disayangkan sekali bukan, padahal setting pekerjaan yang digunakan penulis berhubungan langsung dengan karya berupa novel.

Konflik yang terbangun sudah dibisa ditebak akan berputar dimana. Karena hal ini, tantangan penulis adalah bagaimana pembaca bisa hanyut dengan kejutan-kejutan yang tidak bisa diduga pembaca. Sedikit saya ceritakan, naskah Nuna akhirnya diterima GlobalBook (penerbit) dan editor yang menanganinya bernama Rengga. Proses editing susah dijalankan karena Nuna susah sekali dihubungi. Alasannya, Nuna tidak mempunyai hape. Letupan pertama konflik dibangun penulis melalui Rengga yang mengerjai Nuna untuk ketemu dan mentraktir makan dengan makanan mahal. Sejak itulah citra Rengga di mata Nuna sangat buruk

Pertengahan cerita, penulis menghadirkan pria dewasa. Selain atasan barunya Rengga, pria ini; Arfat, seorang kenalan dekat Nuna yang bagi Nuna sudah dianggap kakak. Siapa sangka pertemuan Nuna dengan Arfat melahirkan rasa sayang dihati Nuna. Maka terjadilah cinta segitiga antara Nuna, Rengga dan Arfat. Mengenai siapa yang akan dipilih Nuna, silakan baca sendiri keseruannya.

POV. Plot. Karakter. Opini.
Writer Vs Editor menggunakan sudut pandang orang ketiga. Pemilihan yang pas mengingat alur maju yang digunakan sangat mengalami perkembangan yang panjang. Hasilnya, saya butuh beberapa hari untuk bisa menyelesaikan novel ini. Padahal, untuk novel yang lain tidak selama itu. Kenapa saya bilang panjang perkembangannya karena mengolah interaksi Nuna dan Rengga tidak pas jika dipaksa dipersingkat karena efeknya chemistry keduanya akan terpenggal. Penulis mengambil resiko dengan membiarkan dua karakter itu mengalir adanya.

Nuna, di mata saya terkesan kampungan, polos dan saya tidak menangkap karater favorit pada diri Nuna sebagai tokoh sentral. Hanya gadis biasa aja yang beruntung dijatuhi cinta oleh dua pria bibit unggul (istilah Nuna dan temannya). Rengga, pria yang paling menonjol sifat pemikir dalam arti seneng banget menimbang banyak hal, hasilnya langkahnya selalu ketinggalan oleh yang lain (berlaku untuk urusan asmara). Ditambah saat masih menjadi pacar Marsya, Rengga ini kayak yang cinta mati. Meski diporotin banyak rupiah, hatinya masih memaklumi tabiat buruk pacarnya itu. Pria lainnya; Arfat, lebih terkesan sangat baik, mungkin terlalu baik sehingga citranya di mata saya, pria ini tidak ada celanya. Dia bisa sangat perhatian, sangat pengertian, sangat romantis, wajar saja jika Nuna tergila-gila dengan sosoknya. Arfat masuk kategori calon suami unggul. Dan di luar ketiga tokoh utama, saya sempat menyoroti karakter Radit. Orangnya ramai, pengubah mood, dan lucu. Dia statusnya sudah menikah. Kalau saya berandai-andai (semoga postingan ini dibaca penulisnya), saya berharap besar sosok Radit bisa dituliskan dalam satu judul novel. Kisahnya soal rumah tangganya. Cerita yang unik bukan, jika memaparkan keseharian dan konflik dari orang yang unik pula? Semoga-semoga.

Keseluruhan, saya menyukai novel ini dari segi cerita. Kalau gaya menulisnya, hemm, karena ini pertama kali diterbitkan tahun 2011, saya sudah sadar pemilihan kata dalam kalimatnya bagi saya sedikit kaku. Imbasnya, saya harus ekstra sabar menamatkan hingga halaman terakhir.

Adegan favorit.
Pertama, muncul di halaman 136. Pasca Rengga mabuk dan diantar Nuna ke rumahnya kemudian terjadi kecelakaan ciuman, Rengga kembali menemui Nuna untuk mengambil dompetnya. Dompet tersebut ada di kosannya Nuna sehingga Rengga pun mengantarkan Nuna pulang. Yang menarik, penulis mendeskripsikan adegan kecanggungan Nuna dan Rengga di dalam mobil, dengan sangat terasa. Pokoknya bikin geli sendiri pas saya baca bagian itu.

Kedua, ada di halaman 238 sampai 241. Nuna memutuskan menghindari Rengga demi menjaga perasaannya  kepada Arfat. Dan setelah Nuna menghadiri acara promo novelnya, ia terjebak hujan. Rengga yang sedang ada di mall yang sama menawarkan diri mengantar pulang. Nuna bersikeras menolak tawaran Rengga. Kemudian adegan ala sinetron terjadi. Namun bagi saya adegan itu sangat manis. Nuna hampir tertabrak mobil boks. Rengga menyelamatkannya hingga membuat tangannya terluka berdarah.

"Bukan seperti ini caranya menghindari saya," Rengga kembali berkata keras pada Nuna, "Dengan seperti ini, kamu malah membuat saya tidak bisa lepas dari kamu, membuat saya tidak bisa tidak memperhatikan kamu. Dan itu buruk untuk saya. Untuk saya yang mencintai kamu..." Writer Vs Editor, 240.

Petik-petik.
Pertama, kejarlah impian yang menjadi panggilan hati. Jika takdir harus membuat kita berputar-putar lebih dulu, jangan sampai padam semangat itu. Kita tidak pernah tahu besok dan lusa ada keajaiban apa.

Kedua, biasakan untuk mendengarkan kata hati ketika dihadapkan pada pilihan. Biasanya, kata hati selalu menunjukkan pada hal yang seharusnya. Dan cobalah barengi dengan  ketegasan dalam memilih. Sebab pilihan yang sudah dipilih, biasanya tidak akan datang kedua kali.

Petikan.
"Cinta tidak ada artinya, kalau untuk mendapatkannya kita menyakiti orang yang kita sayangi..." Writer Vs Editor, 292.

Final. Rating.
Novel ini bisa membuat pembaca baper. Namun percayalah, baper-nya tidak lama sebab dijelaskan solusinya. Karena tingkat baper-nya menyentuh hati, saya memberi rating 3.5 dari 5.

Lain-lain.
Beberapa kali saya mendapati dua kata yang sampai saya menamatkan novel ini, masih belum tahu maknanya; dead air. Entahlah...

Jawab ya!
Pernah punya pasangan yang suka morotin? Atau jangan-jangan kamu yang suka morotin, hehehe.


gambar diambil kamera Samsung Galaxy ACE4.*

Februari 10, 2016

[Resensi] Stuck In Love - Stephanie Zen

Judul buku : Stuck In Love
Penulis : Stephanie Zen
Desain sampul : Orkha Creative
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 2015
Tebal buku : 312 hlm
ISBN : 9786020323503


Blurb.
Enzo
Aku senang melihatnya tertawa, atau merengut kesal ketika kugoda. Aku senang mendengarnya bercerita. She's the best friend ever!

Alleira
Aku senang menghabiskan waktu bersamanya. Akan selalu kuingat setiap detik jika dia ada.

Ben
Bagiku yang terpenting Alleira bahagia. Selama dia bahagia, aku akan baik-baik saja.

***

Terancam kehilangan pekerjaan telah membawa Alleira Barata bertemu Benjamin Chua. Alleira tidak pernah tahu, bahwa saat pekerjaan di kantor barunya dimulai, babak baru dalam kehidupannya juga dimulai.

Terjepit di antara cinta-yang kemungkinan besar bertepuk sebelah tangan-pada sahabatnya sendiri dan perhatian-perhatian kecil yang perlahan ditawarkan Ben, membuat hidup Alleira sungguh kompleks.

Alleira jarang memikirkan manakah hal-hal dalam hidupnya yang sungguh berarti, sampai suatu ketika ia dihadapkan pada keputusan besar yang harus diambil: memilih untuk mencintai, atau dicintai.

Ide cerita.
Sebelumnya saya bersyukur bisa membaca novel ini. Saya merasa tidak salah memilih ketika memutuskan membelinya. Alasan saya karena cerita Stuck In Love sungguh menyentuh hati.

Stuck In Love bercerita tentang gadis bernama Alleira yang dipaksa mengundurkan diri dari perusahaan The Accountants karena kinerjanya yang buruk. Accounting bukan bidangnya. Kemudian dia mendapatkan pekerjaan baru di We Connect. Perusahaan ini sebenarnya pernah menerima Alleira. Namun pada saat itu ia lebih dulu di terima oleh The Accountants.

Asmara Alleira terbilang unik. Sebab ia menyukai pemuda bernama Enzo namun tidak pernah diungkapkan. Enzo ini tadinya hanya teman di gereja, namun kebersamaan mereka membuat Alleira diam-diam menyukainya. Rumitnya hubungan mereka karena keduanya berada di kondisi friendzone. Baik Alleira dan Enzo, sama-sama tidak bisa keluar dari zona itu sebab mereka tahu akan beresiko pada hubungan kedekatan yang sudah terjalin. Keduanya hanya mengandalkan dugaan yang tidak berdasar.

Balik lagi ke Alleira, di perusahaan barunya, ia bertemu dengan bos yang baiknya minta ampun. Beberapa kali si bos "Benjamian Chua" menolong Alleira meskipun untuk hal sepele.

Alleira pusing ketika tahu kalau Ben juga menyukainya. Kira-kira siapa yang dipilih? Sok, beli dan baca novelnya. Jaminan seru!!

Saya suka sekali ceritanya. Bukan cerita cinta yang dibuat-buat. Sering banget saya dibuat kesal oleh Alleira yang sudah dibutakan cinta. Sampai-sampai logikanya lebih sering kalah oleh perasaannya. Dan yang menjadi sorotan utama saya, karena novel ini menghadirkan karakter-karakter yang dewasa baik dari segi pikiran maupun tindakan. Saya memang lebih menyukai membaca novel yang demikian.

Plot. POV. Karakter. Gaya menulis.
Stuck In Love mengusung plot maju. Beberapa part memang menyinggung masa lalu. Namun penulis menggunakan teknik dialog. Atau pun melalui bagian tersendiri, cerita dibuat singkat dengan maksud menegaskan kejadian aslinya supaya pembaca tidak kehilangan susunan puzzle. Contohnya di halaman 244 - 255. Kejadiannya, Ben menceritakan tentang mamanya dan bergulir menceritakan awal mula ia menyukai Alleira.

Sedangan POV saya tangkap, keseluruhan penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga. Ini bergiliran antara di pihak Alleira, Ben, Enzo dan sempat juga muncul di pihak Ethan. Yang paling dominan tentu saja di pihak Alleira. Makanya pembaca akan memahami menjadi sosok Alleira yang digantung perasaannya oleh Enzo dan dibuat bingung oleh Ben dengan perhatiannya yang super melelehkan hati.

Gaya menulis penulis sangat baik. Seingat saya selama membaca tidak ditemukan typo. Diksi yang dipakai khas sekali dengan ciri penerbitnya. Gramedia memang selalu menggunakan diksi yang padat dan tepat. Sehingga bagi saya tidak diperlukan pikiran berat untuk memahami perkalimatnya.

Ada yang saya keluhkan soal gaya bercerita. Mungkin karena setting tempat cerita di Singapura, sepanjang cerita akan ditemukan kalimat dengan bahasa inggris. Buat saya melelahkan karena saya kurang bisa menerjemahkannya. Ini murni masalah saya kok. I hate English.

Berbicara karakter, saya hanya akan membahas karakter utamanya saja. Ada Alleira, gadis cerdas di kerjaan, hatinya gampang luluh dengan perhatian kecil, kalau sudah suka atau cinta, susah berpaling. Alleira susah menghilangkan perasaannya kepada Enzo.

"Aku sudah mencintai Enzo bertahun-tahun... Meskipun saat ini aku marah padanya, aku... masih mengharapkan dia kembali." -Stuck In Love, 254.

Enzo Chandra, pemuda yang lebih muda 2 tahun dari Alleira. Masih kuliah. Saya menangkapnya dia masih labil. Masih berorientasi pada egonya sendiri. Sehingga jika disandingkan dengan Alleira, cara Enzo bertingkah tidak pernah sejalan dengan keinginan yang dibayangkan Alleira.

Benjamin Chua, bos Alleira. Usia 31-an. Sangat dewasa dan perhatian. Berkebalikan dengan Enzo, Ben selalu bisa menolong Alleira tanpa harus diminta. Namun bagi Alleira, Ben tetap bosnya dan buat dia susah menganggapnya lebih meski beberapa kali Alleira sempat merasa terkesan dengan apa-apa yang dilakukan Ben.

Bagian favorit.
Bab "Valentine's Day" merupakan part paling saya favoritkan. Di bab ini Alleira akhirnya memahami siapa sosok yang ia prioritaskan.

..., "semua hal menjadi tak penting. Satu-satunya yang penting adalah kamu." -Stuck In Love, 294.
Petik-petik.
Dalam percintaan, yang paling penting diingat adalah berjuang bersama-sama. Jika hanya salah satu yang berjuang, berarti bukan pasangan yang tepat. Ingat hal tersebut, sebab kadang cinta menutupi fakta itu.

Cuplikan.
"Karena hari-hari ke depan, sampai seterusnya, aku sudah punya janji makan malam dengan orang lain. Tapi orang itu harus sehat dulu, karena aku tidak suka makan malam di rumah sakit." -Stuck In Love, 295.
Final. Rating.
Untuk yang menyenangi cerita romantis dengan karakter yang enggak menye-menye, buku ini sangat rekomendasi. Akhirnya, rating yang saya beri untuk Stuck In Love adalah 4 dari 5.

Penulis.
Was born and grew up in Surabaya, currently stays in Singapore. Spells "Love" with "T-I-M-E". Always a badminton freak at heart and forever proud to be Indonesian. Love faling asleep to the sound of the rain. Wishes to be a full-time author and travel the world, but she hates flying.

http://facebook.com./stephaniezenbooks
hhtp://twitter.com/stephaniezen
http://smoothzensations.wordpress.com

Jawab ya!!!
Kalian lebih suka dicintai apa mencintai?

*Penulisnya dengan besar hati mau membaca review ini dan ada revisi. Terima kasih Mbak.. Ditunggu novel lainnya ya..