Resensi Novel Dream Record - Lee Hye-rin

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Dream Record

Penulis: Lee hye-rin

Penerjemah: Primastuti Dewi

Editor: Ifan Afiansa

Ilustrasi sampul & isi: Nadiah Ariqah

Penerbit: Bhuana Ilmu Populer (BIP)

Terbit: 2025

Tebal: vi + 138 hlm.

ISBN: 9786230420535

Tag: fantasi, teknologi, perundungan, mimpi



Sinopsis

Dream Record adalah perusahaan perekam mimpi yang dibangun oleh pasangan suami-istri; Han Tae-oh dan Oh Hae-na. Hae-na adalah penulis cerita yang pada debutnya melahirkan karya laris. Sejak itu, dunia seperti menuntutnya untuk berkarya sebagus karya pertamanya. Saat mengalami writer's block, Hae-na pusing sekali. Ide-ide dalam mimpinya begitu menarik untuk diolah menjadi cerita tetapi ketika ia bangun tidur, ia tidak ingat akan mimpi-mimpinya itu.

Tae-oh sebagai ilmuan syaraf mendapatkan ide bagus untuk membantu istrinya. Ia menciptakan cara dan alat untuk merekam mimpi, yang kemudian menjadi perusahaan besar, Perusahaan Dream Record.

Masyarakat datang berbondong-bondong untuk mencoba merekam mimpi mereka. Ada banyak alasan kenapa mereka ingin melakukan itu. Layanan ini laris sekali dan untuk meredam hal itu, harga untuk menikmati layanan ini dibuat mahal. Semakin mahal harganya, Tae-oh semakin gusar. Tujuannya membuat perekam mimpi bukan sekadar bisnis. Ia ingin semua kalangan bisa menikmati layanan ini. Ia pun membagikan voucher gratis dalam jumlah terbatas setiap periode agar masyarakat biasa pun bisa mencoba merekam mimpinya.

Kira-kita pertolongan dan manfaat apa saja yang bisa diberikan dari mimpi yang direkam?



Resensi

Membaca novel Dream Record ini jadi pengalaman yang menyenangkan. Saya sangat-sangat-sangat suka dengan ceritanya. Emosi saya diaduk-aduk antara marah, sedih, kesal, geram, dan senang penuh kelegaan. 

Kalau sekilas melihat sampul novel ini, kita pasti akan menebak kalau isi ceritanya tentang dongeng indah. Awalnya saya juga mengira begitu, tetapi dugaan itu patah, pada pembukaan novel ini penulis menyinggung soal perundungan. Hemm, ada tanda-tanda kalau ceritanya lebih serius dari sekadar keindahan dongeng yang diwakilkan warna-warni sampulnya.

Kami, para orang dewasa, sangat peduli dengan masalah bullying di sekolah dan bertekad kuat untuk turut serta menyelesaikannya (hal. 2)

Cerita Mengerikan Perundungan

Konflik besar novel ini adalah perundungan di sekolah yang dialami siswi bernama Jeong Ga-eun oleh geng Tae-hee, Hye-jin, Sena, Yurin, dan Arin. Kasusnya makin besar ketika Ga-eun jatuh dari lantai tiga gedung sekolah. Ibunya Ga-eun mencari kebenaran yang belum terungkap dari kejadian yang menimpa anaknya. Sekolah, polisi, dan rumah sakit harus dilibatkan.

Penulis menggali lebih dalam kasus perundungan yang bisa menimpa siapa pun. Di sini dipaparkan jelas bagaimana perundungan dimulai, pikiran pelaku melakukannya, kehancuran fisik dan psikis korban, penyesalan dan rasa gagal orang tua yang anaknya jadi korban, dan pandangan tenaga ahli yang membantu penyembuhan korban. Apa yang menimpa Ga-eun jadi babak paling kelam yang bisa meninggalkan trauma seumur hidup.

Beberapa pihak diceritakan ikut bergerak mengungkap misteri jatuhnya Ga-eun. Prosesnya susah karena di lokasi tidak ada CCTV dan saksi. Dan geng yang diketahui sesekolah sebagai terduga pelaku menyangkal tuduhan itu. Dan rupanya kasus perundungan ini bisa jadi celah penjahat lainnya untuk merusak korban lebih hancur dengan kejahatan lainnya. Saya sangat syok begitu kasusnya terungkap dan ternyata Ga-eun mengalami kejahatan lain yang lebih tidak manusiawi. Pelaku pun ternyata orang yang tidak pernah disangka-sangka.

Hubungan Manipulatif dan Toxic

Karakter Yeo-reum hadir dengan membawa cerita yang berbeda. Dia terjebak dalam hubungan toxic karena memiliki pasangan yang manipulatif, Tae-woo. Orang manipulatif harus dihindari karena punya sifat egois tinggi, penuntut, susah mengakui kesalahan, dan mahir melakukan treatment baik untuk menutupi sifat aslinya. 

Yeo-reum yang dasarnya gadis baik-baik sangat gampang jadi korban manipulatif dan susah melepaskan diri. Ia tahu kalau kekasihnya tidak wajar (ucapan dan tingkah laku) tetapi ketika kecurigaan itu diutarakan dan disangkal dengan bahasa manis oleh pacarnya, Yeo-reum bisa gampang mempercayainya lagi. Tidak heran kalau korban dari pasangan manipulatif gampang diluluhkan lagi dan itu makin membuat dirinya terjebak lebih dalam.

Butuh momen besar untuk benar-benar membuka mata korban dari pasangan manipulatif. Yeo-reum baru bisa melek dan sadar saat terbongkar kalau pacarnya selingkuh dengan sahabat sekaligus adik tingkatnya. Dan beruntung saat itu terjadi, Yeo-reum bisa tegas untuk meloloskan diri sehingga bujukan pacarnya tidak manjur lagi.

Benang Merah Perusahaan Dream Record

Dream Record sebagai perusahaan perekam mimpi menjadi penyambung antara Yeo-reum dan Ga-eun. Keduanya terhubung seperti takdir. Dream Record juga yang membantu membongkar masalah keduanya. 

Yeo-reum bekerja sebagai pemandu di Dream Record dan mendapatkan voucher gratis layanan perekam mimpi. Tae-woo yang tidak mampu membayar layanan itu membujuk Yeo-reum untuk memberikannya dan berhasil walau dengan berat hati. Tapi berkat ini, Yeo-reum bisa menonton mimpi pacarnya yang mengandung jawaban kenapa Tae-woo berubah akhir-akhir ini.

Sedangkan Ga-eun yang kehilangan ingatan, terutama ingatan kejadian saat ia jatuh, menggunakan layanan perekam mimpi atas saran Detektif Ho, deketif yang menyelidiki kasusnya. Walau butuh kesabaran karena Ga-eun secara bawah sadar menutupi ingatannya itu, Yeo-reum sebagai pemandu di Dream Record berhasil membangkitkan keberanian Ga-eun untuk membuka diri. Apa yang terjadi pada hari itu akhirnya muncul di mimpi Ga-eun dan membongkar kejahatan pelaku.


Menyembuhkan Diri Dari Trauma

Bagian paling mengharukan di novel ini adalah saat Yeo-reum berbagi pengalaman perundungan dengan Ga-eun. Dibeberkan betapa tersiksanya hidup sebagai korban. Setiap hari selalu mawas diri tentang apa yang akan terjadi dengannya.

Dibahas juga bagaimana Yeo-ruem bisa menerima traumanya dan perlahan memeluk dirinya erat. Tidak ada pilihan selain harus sembuh dan menjadi lebih kuat. Ada satu deskripsi menarik saat Ga-eun menonton mimpinya yang berisi peristiwa perundungan  saat ia sudah menerima masa lalunya. Ada rasa sedih, kasihan, dan marah yang bercampur menonton dirinya sendiri di masa lalu yang diperlakukan buruk.


"Bahkan seandainya kau harus menghadapi kenangan yang menyakitkan, kau harus memiliki keberanian untuk sepenuhnya menerima itu. Kau harus memeluk dirimu yang sedang terluka dan kesulitan. Emosi dan ingatan yang buruk juga merupakan bagian dari dirimu dan hidupmu. Kalau kau terus mengabaikannya, rasa sakit itu tidak akan pernah hilang. Menghadapi rasa sakit bukanlah hal yang menyenangkan, tetapi sekarang kau yang sedikit lebih dewasa dapat memeluk dan menghibur dirimu yang lemah di masa lalu. Dengan begitu, kau bisa maju sedikit demi sedikit." (hal. 99-100)

Ide Cemerlang Rekaman Mimpi

Rekaman mimpi yang bisa ditonton ulang jadi ide cemerlang di novel ini. Apalagi rekaman mimpi ini punya manfaat yang besar untuk beberapa situasi. Ada yang menonton mimpi karena ingin kembali melihat wajah orang yang sudah tiada, ada yang ingin bernostalgia dengan kebahagian pada momen spesial, ada yang ingin menggali pesan yang tidak dipahaminya, dan masih banyak lagi alasan pengunjung menggunakan layanan ini.

Proses untuk menggunakan layanan di Dream Record juga sangat jelas disampaikan penulis. Jadi memang bukan yang tiba-tiba saja pengunjung datang lalu di rekam. Detail teknisnya begitu lengkap sehingga saya bisa membayangkan langsung jika layanan ini beneran ada di dunia nyata.

Cerita tentang Dream Record ini juga masih punya potensi luar biasa untuk dikembangkan lebih lebar. Terutama soal kehidupan pasangan suami-istri pendirinya. Saya sangat penasaran dengan kehidupan Hae-na sebagai penulis yang akhirnya terbantu dengan alat perekam mimpi. Kira-kira bagaimana proses kreatif Hae-na membuat buku dongengnya.

Buku ini bakal lebih menarik jika halaman ilustrasi di dalamnya dicetak berwarna. Pasti menyenangkan berlama-lama memperhatikan detail ilustrasinya. Sampul depannya juga sudah bagus dan tentu saja gambar di dalamnya juga harus menyesuaikan. Saya yakin bakal memikat pembaca dongeng.

Simpulan

Novel ini tipis tapi saya puas dengan ceritanya. Tidak disajikan bertele-tele, ceritanya tidak melebar kemana-kemana dan tetap fokus, diksi untuk menggugah emosi pembaca juga tepat sasaran, dan keringkasan ceritanya tetap dieksekusi dengan baik.

Kesannya, saya seperti menemukan momen refleksi setelah membaca novel ini. Pelajaran moralnya begitu meresap ke hati. Dan tentu saja novel ini bisa jadi rekomendasi untuk dibaca remaja sebagai bacaan mendidik tentang bahaya perundungan.

Nah, sekian ulasan saya untuk novel Dream Record ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Resensi Novel Makhluk Bumi - Sayaka Murata

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Makhluk Bumi

Penulis: Sayaka Murata

Penerjemah: Pegy Permatasari

Editor: Kartika E.

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Februari 2025

Tebal: 264 hlm.

ISBN: 9786020681900

Tag: psikologi, pelecehan seksual, drama, jepang


Sinopsis

Waktu usianya 5 tahun, Sasamoto Natsuki mengaku dirinya penyihir sejak bertemu boneka landak yang dinamai Pyut, polisi sihir dari Planet Pohapipinpobopia. Khayalannya itu justru didukung oleh sepupunya, Yuu. Yuu merasa dirinya juga adalah alien. Natsuki dan Yuu memutuskan berpacaran dan itu jadi motivasi menyenangkan untuk kunjungan rutin tiap tahun ke rumah nenek, Rumah Akishina, di atas pegunungan. Sampai akhirnya sebuah kejadian membuat orang-orang sekitarnya memisahkan mereka.

Natsuki dewasa dinikahi Tomomi dengan konsep pernikahan aneh, tanpa sentuhan dan pengalihan dari tuntutan masyarakat. Setelah menikah, kali ini dituntut untuk memiliki anak. Natsuki merasa cocok dengan Tomomi karena cara berpikir yang sama. Tomomi juga merasa dirinya berasal dari Planet Pohapipinpobopia. 

Ide untuk kembali mengunjungi Rumah Akishina membuka wawasan baru dan liar tentang peran mereka di Bumi. Natsuki, Tomomi, dan Yuu bertualang lebih hebat dan mengerikan demi tidak terjebak sebagai makhluk bumi. Mereka yakin mereka bukan makhluk bumi.


Resensi

Saya kenal karya Sayaka Murata dari novel Convenience Store Woman atau Gadis Minimarket. Novel yang mendalami sisi kejiwaan wanita dewasa dengan menggabungkan isu-isu perempuan yang umum ditemui di masyarakat. Buku kumpulan cerpen karya penulis yang judulnya Upacara Kehidupan juga sudah sempat dibaca tapi belum selesai karena temanya yang lumayan berat. Dan begitu novel ini diumumkan saya sudah mengantisipasi penerbitannya karena penasaran kali ini akan membahas isu apa lagi.


Dunia Anak Dan Kerentanannya

Dua bab pertama menceritakan tentang Natsuki dan Yuu waktu masih kecil, usia sekitar 5 tahunan. Saya sudah menduga di awal kalau pengakuan Natsuki sebagai penyihir dan pertemanannya dengan Pyut hanya khayalan saja. Saya maklum sebab anak-anak kadang punya teman khayalan dan imajinasi mereka tidak terbatas. Saya cukup terhibur dengan dunia yang diciptakan Natsuki dan Yuu tentang Planet Pohapipinpobopia. 

Sayangnya, beberapa orang tua meremehkan imajinasi anak-anak dan justru tegas menolak kebiasaan mereka. Cap anak tidak berguna dan suka ngomong sembarangan membuat mental anak tertekan. Ini kesalahan besar orang tua, harusnya mereka mencoba memahami perkembangan otak anak dan membantu menanamkan pendidikan karakter karena usia anak-anak adalah usia emas.

Kecolongan bahaya besar dicontohkan oleh orang tua Natsuki dalam novel ini. Natsuki mengalami pelecehan oleh guru lesnya: suka meraba tubuhnya, memintanya mempraktikan mengganti pembalut di depannya, dan sampai mengajarkannya cara mengulum. Natsuki sadar kalau gurunya aneh dan dia pun mengadukan itu kepada ibunya. Yang bikin saya marah karena respon ibunya begini, "Apanya yang aneh? Bukannya kau hanya dimarahi karena tidak becus?" (hal. 57). Saya kesal sekali pas baca bagian ini.

Saya jadi paham, bahaya terbesar buat anak-anak adalah memiliki orang tua yang tidak peka dan tidak mau memahami anak. Usia anak-anak begitu rentan dirusak oleh orang dewasa. Harusnya orang tua berperan sebagai tameng pelindung. Jika peran itu tidak jalan, anak-anak akan jadi korban, mental mereka dirusak dan traumanya akan dibawa sampai dewasa. Cara asuh salah bisa jadi lingkaran setan yang tidak ada putusnya untuk keturunan mereka selanjutnya.

Contoh cara asuh salah pada anak bisa kita jumpai di sekitar kita. Misalnya keputusan orang tua memberi ponsel untuk anak yang rewel, mengerdilkan usaha anak saat gagal, memberi cap jelek pada anak dan jarang mengajak anak untuk berbincang dengan alasan sibuk.


Tuntutan Orang Dewasa Yang Makin Menuntut

Dalam novel ini juga disinggung tentang ribetnya jadi orang dewasa. Awalnya ditanya mana pacarnya. Setelah sering melihat berduaan, ditanya lagi kapan mau nikah. Nikah sudah, ditanya kapan punya anak. Anak pertama udah gedean dikit, giliran ditanya kapan punya adik buat si kakak. Belum lagi ditanya soal kekayaan seperti rumahnya mana dan mobilnya apa.

Natsuki pun mengalami pertanyaan soal kapan punya anak. Untuk menjawabnya memang membingungkan karena pernikahan Natsuki dan Tomomi bisa dibilang rekayasa agar keduanya selamat melewati pertanyaan kapan menikah. Pernikahan mereka sudah disepakati tidak ada seksual, bahkan kamar mereka pun masing-masing padahal tinggal seatap. Jadi jangan harap bakal ada anak kalau mereka tidak pernah sekali pun melakukan intim.


Cerita Psikologi Yang Mengejutkan

Semakin ke belakang, cerita di novel ini makin seru walaupun tipikal cerita yang absurd. Mungkin dari ilmu psikologi ada istilah untuk orang dewasa yang masih percaya dengan kayalan waktu kecilnya. Natsuki, Tomomi, dan Yuu semakin tidak terkendali dengan hidupnya setelah mereka kembali ke rumah Akishina. Dan karena mereka merasa bukan makhluk bumi melainkan makhluk dari Planet Pohapipinpobopia, mereka mempraktikan hidup ala-ala survival. 

Hubungan dengan dunia luar diputus, untuk makan mereka mencuri dari kebun dan rumah di sekitar, tidur di tumpukan futon, beraktifitas dalam kondisi telanjang, bergerak dengan merangkak, dan mereka menyangkal soal pentingnya memenuhi hasrat seksual yang muncul. Yang lebih mengerikan, mereka menganggap kalau makhluk bumi adalah lawan. Ada kejadian mereka membunuh orang dan jasadnya mereka santap karena sedang kekurangan bahan makanan. Lebih gila lagi, ada percakapan jika persediaan daging manusia sudah habis, mereka saling menyerahkan diri untuk disantap. Untuk tahu mana yang lebih enak, mereka saling mencicipi dengan menggigit secara bergiliran.


Simpulan

Dibandingkan dengan novel Gadis Minimarket, novel ini punya cerita yang lebih suram. Sisi psikologi manusia digali lebih dalam dan liar karena membahas kenormalan manusia di masyarakat. Walau begitu, ceritanya tidak akan memberi pengaruh ke psikologi pembaca. Paling poin pelecehan seksual dengan korban anak-anak akan membuat pembaca mengumpat kesal ke pelaku. 

Sekian ulasan untuk novel Makhluk Bumi. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Bebukuan Maret 2025



Halo!

Selamat Lebaran! Mohon maaf lahir dan batin.

Seperti biasa, setiap awal bulan, saya selalu membuat artikel bebukuan yang merangkum buku apa saja yang sudah dibaca di bulan kemarin dan buku apa yang didapatkan.

Bulan Maret kemarin yang bersamaan dengan bulan puasa, saya rada menurun untuk baca buku. Ditambah di kantor juga sedang ada proses audit eksternal jadi begitu sampai rumah tinggal sisa-sisa tenaga. Dibawa baca buku rasanya susah sekali. Tapi saya bersyukur bisa menyelesaikan dua judul bacaan, lumayan mengurangi TBR ya.

Lebih lengkapnya saya uraikan di bawah ini:


Bacaan Maret 2025

Di sela-sela kesempatan yang ada saya masih baca buku kok, tapi beberapa tidak selesai keburu diganti judul lain. Dan berikut buku yang selesai saya baca:

1. Lelaki Tua Dan Laut oleh Ernest Hemingway

2. Tuhan Maha Romantis oleh Nurunala


Koleksi Maret 2025


Novel Makhluk Bumi oleh Sayaka Murata

Novel ini saya beli karena penasaran dengan ceritanya. Sayaka Murata adalah penulis novel Convenience Store Woman atau Gadis Minimarket. Walau di novel itu saya tidak terkesan, namun karya terbarunya ini patut dijajal kembali. Apalagi sampulnya yang warna-warni dan cakep, rasanya sayang banget kalau novel ini dilewatkan begitu saja.

Dan saya bersyukur karena bulan Maret lalu bisa membeli hanya satu novel saja. Biasanya selalu banyak tapi kali ini saya cukup bisa mengendalikan diri. Mau bagaimana lagi, banyak banget TBR yang belum dibaca.

***


Nah, segitu update bebukuan untuk Maret 2025. Semoga bulan April ini saya bisa membaca lebih banyak buku lagi.

Jadi, buku apa saja yang sudah kalian baca dan dapatkan di bulan Maret kemarin?