Mei 18, 2016

[Resensi] Marginalia - Dyah Rinni




Judul: Marginalia; Catatan Cinta di Pinggir Hati
Penulis: Dyah Rinni
Penyunting: Triani Retno Adiastuti
Proofreader: Dina Savitri Nurhidayah
Penerbit: Penerbit Qanita
Terbit: Februari 2013
Tebal buku: 304 hlm.
ISBN: 9786029225822

Novel ini bercerita mengenai keajaiban marginalia yang mempertemukan dua orang di sebuah kafe Marginalia. Marginalia sendiri pengertiannya tulisan pinggir di samping buku. Dua orang yang saya maksud adalah Drupadi dan Aruna. Aruna singgah di kafe Marginalia ketika hendak mengembalikan buku puisi Rumi yang dipinjam Padma. Di buku tersebut terdapat banyak marginalia tulisan Padma. Sosok Padma sendiri diceritakan sekilas dan menerangkan dia adalah kekasih Aruna yang sudah meninggal akibat kecelakaan pesawat.

Yang membuat saya bertanya-tanya adalah maksud keberangkatan Padma ke Paris tidak diterangkan secara detail. Sebab, kecelakaan itu membuat Aruna merasa sangat bersalah dan Aruna sempat menyebut dirinya sebagai pembunuh Padma.

Drupadi mampir di kafe Marginalia lantaran ketidaksengajaan. Ia yang lebih realistis, tidak percaya keajaiban, ditantang oleh pemilik kafe menuliskan marginalia di sebuah buku untuk membuktikan keajaiban itu ada.

Marginalia menjadi perantara keduanya bertemua. Drupadi yang menulis hal buruk di buku puisi Rumi, dianggap perusakan kenangan Padma, dan membuat Aruna geram. Sempat terjadi perang marginalia sampai akhirnya mereka bertemu.

Pada pertemuan pertama ini hal konyol terjadi. Kemarahan Aruna mendadak mencair. Dan yang membuat saya harus menelan bulat-bulat adalah cinta pada pandangan pertama yang diungkapkan penulis secara brutal. Sedangkan saya tahu betul luka yang dialami Aruna bukan luka biasa.

Episode patah hati hampir memenuhi cerita novel ini. Sebut saja patah hatinya Aruna ketika Padma meninggal, patah hatinya Aruna ketika Inez tidak memperjuangkannya di hadapan Ibunya pada masa lalu, patah hatinya Drupadi ketika Eran memilih perempuan lain padahal dia sudah mati-matian menjadi yang terbaik baginya, dan patah hatinya Drupadi ketika Adnan akhirnya memilih mengakhiri hubungannya yang masih belum ada kejelasan. Rasa menderita dan patah hati menjadi ciri khas marginalia.

Selain episode patah hati, sebagian besar cerita berkutat pada persaingan Drupadi dan Inez untuk banyak hal. Persaingan keduanya dimulai sejak kecil. Ibunya Drupadi menikahi ayahnya yang seorang rocker dan itu membuat level ibunya berbeda dengan saudara-saudaranya, termasuk ibunya Inez. Sementara keluarga besar dikenal keningratannya. Stigma tentang rocker yang muncul di keluarga besar ibunya adalah suka mempermainkan perempuan dan mabuk-mabukan. Stigma kolot namun untuk sebagian orang masih melekat. Sejak itulah Drupadi selalu ingin menjadi yang lebih dari Inez. Obsesi dan persaingan tersebut tidak kunjung reda hingga mereka dewasa. Bahkan untuk urusan pasangan, mereka kerap saling membandingkan punya siapa yang terbaik.

Tiga per empat buku, pembaca disuguhi kisah manis Aruna dan Drupadi yang akhirnya bisa menyelaraskan pandangan mengenai soal hati dan masa lalu. Meskipun keduanya terpaut usia yang rentangnya lumayan jauh -Dru 32 tahun dan Aruna 27 tahun- tetapi tidak menyurutkan keduanya untuk mencoba bersatu. Lalu menjelang akhir-akhir buku, konflik semakin meruncing antara Aruna, Drupadi dan Inez. Ending-nya dibuat sangat melegakan meskipun penggarapannya terlalu dipermudah. Terutama pada bagian Irwan yang mencoba meyakinkan Inez mengenai kesalahannya, bagi saya keteguhan Inez untuk mempertahankan pilihannya dibuat sangat lemah sedangkan usaha sebelumnya untuk memilih pilihannya itu terbilang nekat. Jadi ada yang tidak konsisten dengan karakter Inez.

Penulis bercerita menggunakan sudut pandang orang ketiga secara bergantian dari pihak Aruna dan Drupadi. Kelemahan yang muncul justru pada gaya menulis yang mengambil sisi dua gender berbeda. Semestinya ada perbedaan mencolok yang bisa ditangkap pembaca namun untuk saya itu tidak ada. Pada bagian Drupadi, saya bisa menikmati ceritanya. Sedangkan pada bagian Aruna sang rocker, saya menyayangkan sekali penulis masih meninggalkan sisi feminim yang masih sangat terasa. Selain dari narasi, pada dialog pun kerap penulis kecolongan dengan membuat struktur kalimat atau pemilihan kata yang pas penggunaanya digunakan oleh tokoh perempuan. Gender Aruna sebagai pria bisa dikatakan hanya diceritakan oleh penulis, bukan menunjukan. Sehingga hal itu menurunkan rasa pada karakter Aruna. Kalau harus dibandingkan, tokoh Juna lebih terasa pria-nya berkat narasi dan dialog yang menurut saya mendekati sosok pria pada umumnya.

“Aisyh!” Aku Jengkel... – Aruna, [161]

Selain membahas persaingan dan percintaan, ada penggalan novel yang menurut saya sangat hangat ketika dibaca.

Ibu mengangkat kepalaku dan mencium dahiku dengan hangat. Hanya begitu saja, dan seluruh sakit di jiwaku menjadi reda. [56]

Kelebihan dari cinta seorang ibu salah satunya adalah menentramkan hati. Banyak hal sederhana yang dilakukan seorang ibu namun efeknya sangat luar biasa. Ini menjadi pengingat, sebenarnya kedamaian dapat ditemukan dari kasih sayang seorang ibu.

Membaca novel Marginalia menjadi perkenalan saya dengan penulis bernama Dyah Rinni. Dan mengutip biografi penulis, novel Marginalia ini merupakan novel roman pertamanya. Saya senang bisa membaca karya Mbak Dyah dan berharap ada pertemuan dengan karya-karya yang lainnya. Untuk novel Marginalia ini saya merekomendasikan untuk pembaca buku romance dan untuk pembaca yang susah move on. Akhirnya, saya memberikan rating 3 bintang dari 5 bintang.

Catatan novel Marginalia

“Banyak orang merasa sayang mencorat-coret buku mereka, tetapi menurut saya kebanggaan terbesar sebuah buku adalah saat seseorang mengambilnya dari sekian banyak buku yang ada, membacanya dengan sepenuh hati, menekuk ujung halamannya, meninggalkan marginalia di samping tulisan yang sudah ada, kemudian melanjutkan kepada manusia lain. Itulah saat sebuah buku menjadi hidup karena kemudian mereka akan menciptakan keajaiban.” [22]

... saat kita mencintai seseorang, kit a tidak perlu mencintainya 100%. Cintailah dia 70% dan bangun sisanya setelah menikah. [50]

...cinta sejati kita adalah lawan jenis pertama yang kita lihat saat kita lahir.[176]

... perempuan adalah belahan jiwa laki-laki, bukan taman bermain. [184]

Dan saat manusia tengah bercerita tenang rahasianya, memperlihatkan lukanya, saat itu juga manusia tengah memperlihatkan jiwanya yang paling murni. [215]

Apa yang lebih menghancurkan daripada kebencian dalam hati manusia? Kebencian membuatmu buta. Kebencian membuatmu melakukan hal yang tidak terbayangkan, memakanmu dari dalam tubuh, mengubah jiwamu menjadi monster.[258]

Hanya pecinta sejati yang rela berkorban demi cinta. Cinta tidak hanya berani memiliki, namun juga berani melepaskan.[269]

Mei 09, 2016

[Resensi] Runaway Ran - Mia Arsjad


Judu buku: Runaway Ran
Penulis: Mia Arsjad
Cover: eMTe
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: November 2013
Ukuran buku: 368 hlm; 20 cm
ISBN: 9789792260007

“Udah cukup kamu jadi Runaway Ran selama ini. Jadi Ran yang kabur dari dirinya sendiri dan kenyataan. Ini saatnya kamu jadi diri kamu yang sebenarnya Ran,melangkah maju tanpa dendam masa lalu yang bikin kamu jadi orang lain. Aku yakin mama kamu lebih bangga melihat kamu suskes daripada melihat kamu berhasil balas dendam dan mengorbankan kesuksesan kamu,”.. [351]

Katrina tidak sengaja mendengar percakapan ayah-ibunya yang isinya jika ayah sudah pensiun karena masalah kantor. Berita ini melukai hobi Katrina yang suka belanja online, nongkrong dan berfoya-foya. Artinya Katrina tidak bisa memenuhi hobinya tersebut. Tapi Katrina sadar, mulai saat ini ia tidak bisa membebani orang tuanya lagi. Berkat Alya akhirnya Katrina mendapatkan pekerjaan sebagai asisten komikus J.F. Ran. Katrina pun mulai menghadapi banyak kisah selama menjadi asisten komikus yang menurutnya banyak keanehan.

Setelah diperhatikan, Katrina ternyata bukan sosok yang manja yang selama ini Ran kira. Ia bisa menempatkan diri menjadi apa sesuai keadaan. Katrina juga berani menentang keegoisan Ran. Dan semakin diperhatikan, Ran mulai merasai pertahanannya roboh. Pertahanan yang selama ini ia bangun untuk memisahkan masa lalunya yang kelam.

Konflik yang ada di novel ini sebagai berikut:

  1. Perjuangan Katrina mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan belanja, nongkong dan gaya hidup lainnya yang sudah masuk kategori foya-foya. Secara langsung, Katrina harus berhadapan dengan si spesies mix and match; perpaduan galak dan garang dengan sedikit sentuhan gentleman.
  2. Ran yang ingin membalas dendam kepada orang-orang yang pernah menghancurkan keluarganya- terutama sang ibu.
  3. Sahabat Katrina yang bernama Alya, harus menyelesaikan kisah cintanya dengan Adit yang selama ini tidak sehat.

Ketiga konflik yang saya sebutkan tadi diramu dengan baik oleh penulis sehingga terbentuk kisah yang manis dan mengharukan. Kadang pembaca dibuat tertawa, kadang dibuat hampir menangis. Dan porsi yang diberikan penulis untuk masing-masing konflik sudah pas sehingga konflik yang masih menonjol tetap yang berhubungan dengan tokoh utama.

Plot Runaway Ran maju. Kisah masa lalu diceritakan melalui narasi saja. POV-nya lebih banyak mengambil sudut pandang ketiga yang serba tahu. Sedangkan gaya menulisnya buat saya sangat bagus. Lancar dan tidak membuat proses membaca menjadi tersendat. Mungkin karena efek diksi yang digunakan tidak berbelit-belit.

Berikut karakter-karakter yang muncul di Runaway Ran;

Katrina: manja sedikit, cerdas, dewasa, pemberani dan bersahabat.
Ran:  baik hati, perhatian, peduli, sedikit galak, kurang senyum, dan aslinya konyol.
Alya:  penurut, bersahabat, peduli, sukar berpendapat, jika cinta seseorang suka mati-matian.
Viana: Judes, galak,norak, sok cantik, suka merajuk, mesum,

Banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik selama membaca novel ini. Pertama, bersikaplah bijaksana dalam mengelola keuangan. Sebab kita tidak pernah tahu akan ada kejadian apa di masa depan. Kedua, bagi perempuan, jagalah kehormatan kalian. Sebab sekalinya terenggut, akan susah melupakan momen itu dan akibatnya jangka panjang. Soal syarat bagi pasangan berikutnya, soal mental sebagai perempuan dan soal norma-norma yang sebenarnya ada dan mesti dituruti. Ketiga, tidak ada balas dendam yang ending-nya baik. Semua tindakan buruk akan mengakibatkan keburukan pula. Jika sampai detik ini masih menyimpan dendam, tuntaskanlah dengan MEMAAFKAN. Yang berjiwa paling besar adalah yang berani memaafkan kesalahan sesama.

Yang tidak saya pahami mengenai eksekusi akhir cerita, menurut saya terlalu dimudahkan. Padahal, jika diperhatikan, psikologi seorang pendendam akan berubah ketika kesadarannya muncul atas kejadian yang sama hebatnya dengan penyebab ia menjadi dendam. Proses Ran memaafkan ayahnya, memaafkan Ibu Viana, terasa dipaksakan. Seharusnya lebih digali mengenai prosesnya. 

Sepemahaman saya, dendam yang dipendam Ran itu bukan hitungan hari atau bulan. Melainkan tahunan. Hanya dalam semalam, dendam itu luruh mencair. Kan aneh?

Namun di penghujung cerita juga pembaca akan dibuat berkaca-kaca ketika Ran memahami arti keluarga yang sesungguhnya.

Bicara kovernya, saya sangat suka. Skesta komik 4 Hero No Zero yang digarap Ran menjadi backround kover. Sangat menggambarkan tema yang ada di dalamnya. Mungkin kalau sekilas, pembaca akan menduganya novel Runaway Ran ini semacam komik. Tertipu.


Akhirnya saya memberikan rating 4 bintang dari 5 bintang.

Mei 07, 2016

[Resensi] Tangan Kelima; 1 Mobil, 4 Nama, 5 Misteri - Christian Armantyo


Judul buku: Tangan Kelima; 1 Mobil, 4 Nama, 5 Misteri
Penulis: Christian Armantyo
Penyunting: Muthia Esfand
Proof reader: Tim Redaksi Visimedia
Pendesain sampul & penata letak: Nuruli Khotimah
Penerbit: Visimedia
Terbit: Mei 2013
Ukuran buku: x + 366 hlm; 130 x 200 mm
ISBN: 979065183X

“... Ia juga selalu berkata kalau Pak Rantau punya kebiasaan menganalisis dengan sangat rumit. Sampai-sampai hal yang sebenarnya mudah ditebak dan sederhana, menjadi spekulasi yang luar biasa....” [357]

Orang dengan kemampuan analisis yang hebat, kerap membuat yang sederhana menjadi rumit. Rantau, baru lulus jurusan arkeolog, mengalami kejadian itu. Dua bulan setelah ayahnya meninggal, Rantau memulai spekulasi atas ditemukannya mobil Mercedes Benz SL klasik di gudang. Mobil yang mustahil dimiliki ayahnya. Terdapat juga sepatu baru warna merah. Dengan BPKB yang ada di laci mobil, Rantau mulai melakukan perjalanan bertemu 4 tangan pemilik mobil sebelumnya.

Di mata saya, Rantau itu terlalu cerdas berspekulasi terhadap manusia atau situasi. Mirip detektif Conan. Pengelihatan dan pikirannya sangat jeli. Petualangan bertemu keempat pemilik mobil sebelumnya- Elisabeth Mona, Rusdi, Joen Wong Long, Widodo- dimulai. Rantau pun berkenalan dengan Anna pada pencarian tangan keempat, yang kemudian menemaninya mencari tangan ketiga hingga tangan kedua. Pada pencarian tangan pertama, Rantau dan Anna berselisih.

Misteri yang coba ditawarkan penulis membuat saya tidak bosan mengikuti petulangan Rantau. Saya menilai penulis berhasil membawa teka-teki yang kemudian banyak dijelaskan ketika menjelang halaman-halaman terakhir. Dan pada separuh buku kedua, konflik mulai dibolak-balik dan diperuncing dengan adanya penemuan emas dan heroin di dalam mobil. Plotnya benar-benar disusun teratur dan rapi.

Untuk penggarapan karakternya, Rantau ini sangat nyata. Melalui narasi jalan pikiran dan dialog khas anak muda, sosoknya melekat dan mengesankan. Kekurangannya, ada bagian yang menyebutkan kalau Rantau ini orangnya pendiam. Namun, keseluruhan perannya, rasanya pernyataan itu cacat. Dan yang membuat sedikit berlebihan, Rantau pun dibuat sangat ‘terlalu elegan’ ketika berhadapan dengan orang yang lebih tua. Saya menemukan adegan dimana Rantau bisa memperdayai orang yang lebih tua bahkan Rantau menunjukkan sifat culasnya ketika egonya tersentil. Kehebatan Rantau menerka kemungkinan dan bernegosiasi membuat saya bertanya-tanya, mengingat ini adalah kasus pertamanya.

Sesungguhnya aku sudah tak kuat lagi melihat semua ini, tetapi aku terus menguatkan diriku untuk tega bertingkah keji. [159]

Daan Mogot, sahabat kuliah Rantau yang belum lulus, hadir membawa warna lain. Kadang konyol, kadang mood-an, tapi sahabat yang bisa diandalkan. Pengorbanannyan hingga kehilangan satu jari membuat saya terenyuh. Lain lagi dengan Anna, sosok perempuan yang memiliki porsi banyak dalam mengikuti petulangan Rantau, justru membawa kejutan tidak terduga. Elora, si pacar pun kemudian berperan sebagai malaikat setelah kekeliruan si arkeolog dalam menuntaskan kasusnya. Keberadaan bumbu persahabatan dan percintaan cukup mengena dan tidak membiaskan jalur utama novelnya; misteri.

Kover yang didominasi warna putih bercorak abu-abu dengan adanya gambar depan mobil, cukup menceritakan kisah di dalamnya. Yang membuat tidak sreg, blurb-nya terlalu memberi bocoran cerita. Sehingga rasa misteri itu sedikit berkurang karena blurb sudah mewakili cerita.

Penulis juga berhasil membuat cerita misteri dengan memadukan banyak fakta dan informasi, sehingga rasa novel ini jadi informatif dan intelektual. Pendapat saya pribadi, terlalu banyak detail untuk beberapa hal yang tidak ada hubungannya dengan fakta utama dan misteri utama. Dugaan saya, penulis ingin memberikan gambaran jelas narasi soal indra pembaca dan mungkin trik mengaburkan fakta dan misteri utama. Meski begitu, gaya menulisnya sangat baik dengan pilihan Plot maju dan POV orang pertama. Diksi cerdas dan tidak dibuat mendayu-dayu membuat pembaca hanyut seolah-olah menjadi Rantau.

Ending cerita dibuat dengan sangat apik. Beberapa kejutan muncul dan saya merasakan emosi yang dalam untuk penyelesaian kasusnya. Mobil, Anna, Rantau, mendiang ayahnya dan sepatu merah terhubung dengan rapi.

Novel ini bergenre misteri. Membawa fakta –fakta yang berhubungan dengan kondisi Indonesia tahun 60-an. Ceritanya menghipnotis dan saya rekomendasikan bagi pembaca yang suka genre ini dan bagi yang mau memperkaya bacaan. Novel ini perkenalan yang tidak mengecewakan buat saya. Penilaian saya sebagai pembaca biasa adalah 4 bintang dari 5 bintang.


April 28, 2016

[Resensi] Gue Berani Putusin Elo! - As'ad S dkk.


Judul buku: Gue Berani Putusin Elo!
Penulis: As’ad S, Alma N, Rania K, Tiwi M, Mita R, Oksa P, Novia Y, K’nan, Ayka N, Tafrid H
Penyunting bahasa & penyelaras akhir: Asri Istiqomah
Penata letak: Vicko Princesa, Bagus Muhamad Ma’ruf
Desain sampul: Naafi Nur Rohma, Andhi Rasydan
Penerbit: Penerbit Indiva
Terbit: Januari 2015
Tebal buku: 168 hlm.; 19 cm
ISBN: 9786021614402

Dalam buku antologi ini terdapat 10 kisah yang benang merahnya sama; memutuskan. Jadi ketika membaca judulnya saja, pembaca sudah bisa menebak akan disuguhi cerita yang bagaimana.


Ada yang berharap menjadi tokoh utama dalam film-film religi romantis namun akhirnya harus memilih mengikhlaskan. Ada yang pacaran berkat dunia maya dan berakhir rugi besar. Ada yang suka gonta-ganti pacar dan ujung-ujungnya ia kena karmanya sendiri.

Yang membuat buku antologi ini menarik untuk dibaca karena dalam setiap ceritanya terselip pesan agama mengenai pandangan BERPACARAN. Berpacaran hanya menambah dosa, mengaburkan hati, dan menghalangi kesuksesan. Sehingga inti kesepuluh cerita mengatakan hal yang sama; jangan berpacaran.

Pesan yang disampaikan oleh kesepuluh penulis tidak terasa menggurui. Berkat cerita yang dikemas menjadi cerita pendek, mengindikasikan juga jika cerita tersebut seperti curhatan penulis. Gaya menulis setiap penulis terasa berbeda antara satu dengan yang lain. Ini membuat saya bisa menikmati keberagaman sekaligus menambah referensi dalam memahami tipe penulis vs gaya menulis.

Saya kurang sreg terhadap pengambilan karakter untuk cerita yang lebih didominasi anak sekolah dan kuliah. Mungkin karena usia saya sekarang yang bukan kategori anak sekolah dan kuliah, sehingga ceritanya hanya menjadi bacaan selingan meskipun pesannya sangat dipahami.

Kovernya pun menurut saya tidak merefleksikan cerita di dalamnya. Saya berandai-andai kovernya berlatar belakang warna putih. Pada pojok bawah kanan terserak sobekan kertas warna pink yang sebelumnya berbentuk hati. Disandingkan juga dengan setangkai mawar yang kelopaknya  sebagian sudah berguguran. Akan tergambar bagaimana rapuhnya hati yang mencoba kembali ke jalan yang benar tapi tidak bisa mengelak dari rasa sakit yang ditimbulkannya.

Buku antologi ini sangat direkomendasikan untuk pembaca muda agar memahami pilihannya untuk berpacaran atau tidak berpacaran. Saya memberi rating 3 dari 5.

April 20, 2016

Wishful Wednesday: Metropop Lagi


Selamat hari Rabu, selamat ber-wishful wednesday. Sebelumnya terima kasih untuk https://perpuskecil.wordpress.com/ yang sudah menggagas event ini. Sehingga setiap minggunya, saya bisa mencanangkan harapan buku-buku apa yang diidam-idamkan.

Minggu kali ini saya kembali tertarik pada buku-buku terbitan Gramedia yang secara kovernya, sangat menarik perhatian. Buku-bukunya berikut ini:

1. Love on Probation by Christina Juzwar


[ Janji kencan yang tidak ditepati membuat Alita Mendrofa sakit hati dan ingin melupakan keberadaan Arestyo Miller dalam hidupnya. Namun itu tak mungkin. Mereka bekerja di kantor yang sama dan pria itu pun gigih meminta maaf, bahkan nekat mengajaknya kencan ulang.

Yang tidak Lita pahami, persetujuannya atas usul Ares tentang memberi kesempatan pada hubungan mereka. Percobaan yang awalnya terdengar konyol. A thirty days probation.

Pelan-pelan, Lita membiarkan dirinya mengenal Ares. Ia masuk lebih dalam ke kehidupan pria itu. Ke cerita kelam tentang keluarga Ares dan akhirnya, alasan tentang janji kencan pertama yang tidak ditepati pria itu.

Yang Ares tidak pahami, alasan Lita menarik diri setiap pria itu bertanya tentang masa lalunya. Tentang bekas luka di punggungnya. Lalu bagaimana status hubungan mereka di hari ke-30? ]


2. Que Queen by Regina Alexandra


[ Bagi Ella, tidak ada pertanyaan yang lebih menyebalkan ketimbang “Kapan punya momongan?” Belum lagi tudingan bahwa ia terlalu sibuk berkarier sebagai chef di bakery ternama hingga melupakan kodrat sebagai wanita.

Maka Ella dan suaminya, Jordan, memutuskan mengikuti program kehamilan. Namun, dalam prosesnya Ella kembali dihadapkan pada pilihan sulit. Haruskah ia melepaskan cita-citanya di dunia yang dicintainya?

Dalam kondisi gamang, Ella menemukan bahwa dapur selalu menyediakan kekuatan jiwa yang ia butuhkan. Kekuatan untuk bangkit dan mengambil keputusan yang tepat. ]


Kedua novel itu menarik minat saya lantaran lini yang mengkategorikannya; Metropop. Alasannya, karakter dewasa yang biasa dimunculkan serta konflik yang dihadapi tokoh dewasa selalu membuat saya merasa sedang belajar kehidupan. Jadi, saya berharap bisa segera membaca kedua buku tersebut pas ketika bukunya rilis di bulan Mei nanti. Amin.

April 18, 2016

[Buku] Finding Cinderella - Collen Hoover



Judul: Finding Cinderella
Penulis: Collen Hoover
Alih bahasa: Shandy Tan
Editor: Mery Riansyah
Desain sampul: Orkha Creative
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 2016
Ukuran buku: 200 hlm; 20 cm
ISBN: 9786020325279

Blurb.
Bagi Daniel, pertemuan dengan Cinderella di sekolah tahun lalu meninggalkan kesan yang mendalam. Ruang gelap tempat mereka bertemu memang menyembunyikan jati diri gadis itu. Namun interaksi mereka yang begitu intens sulit dilupakan.

Setelah akhirnya pacaran dengan gadis lain dan putus dengan cara yang buruk, Daniel ternyata masih penasaran ingin mencari tahu siapa Cinderella sebenarnya. Tapi semua berubah begitu ia bertemu Six, gadis dengan nama unik dan kepribadian yang lebih unik lagi. Six betul-betul sempurna di mata Daniel, rasanya seperti di dalam dongeng saja. Hingga sebuah petunjuk dari Six menjadi kunci bagi Daniel untuk menemukan Cinderella.


Review
Sebelumnya saya merasa bodoh karena saya tidak membaca kover belakang yang menandai jika Finding Cinderella ini adalah novel dewasa. Karena di dalamnya banyak sekali adegan semi-vulgar yang bikin saya harus kipas-kipas. Tapi semua impas ketika saya membaca penggalan Kisah Cinderella-ku sebelum menyentuh prolog-nya. Penggalan itu menceritakan perjalanan penulis Collen Hoover akhirnya bisa debut dengan novel perdananya. Penggalan yang akan membangkitnya gairah menulis untuk mereka yang suka menulis namun merasa belum tersulut kemampuannya.

Finding Cinderella memadukan meet cute ala dongeng Cinderella. Cinderella dan Daniel jatuh cinta di gudang alat kebersihan. Namun pertemuan tanpa tahu identitas dan muka masing-masing karena pertemuan mereka dalam kondisi ruangan gelap, kemudian dibatasi oleh suara bel masuk kelas. Sedangkan dalam dongengnya dibatasi suara lonceng pada tengah malam. Keduanya kemudian harus berpisah karena sosok Cinderella harus pindah entah kemana.

“Aku takkan datang ke sini lagi setelah hari ini,” ia memberi tahu dengan lirih. -Finding Cinderella, 27.
Kejadian itu membekas dibenak Daniel meskipun berkali-kali ia berusaha melupakannya dengan menjadi sosok berengsek. Setahun kemudian Daniel bertemu dengan sosok Six yang langsung membuatnya jatuh cinta dalam hitungan sehari. Aneh, tetapi ada penjelasannya kok kenapa bisa begitu. Six ini menjadi generator cerita yang menghidupkan kembali sisi romantis dari seorang Daniel. Bagaimana kisah Daniel dan Cinderella sementara Six muncul di tengah-tengahnya?

Untuk kisahnya sendiri, novel ini memang romantis. Meskipun untuk saya, kadarnya masih nanggung. Alasannya, karena karakter utamanya berusia sangat muda yang dikenal dengan kelabilannya. Sehingga perjalanan cinta mereka ya hanya sebatas manis tapi tidak mengesankan secara keseluruhan. Atau ini lantaran saya penyuka romance dengan karakter yang dewasa.

Ada beberapa poin yang kemudian saya soroti sepanjang membaca novel ini. Pertama, cerita novel ini tidak bisa ditiru secara membabi buta untuk pembaca di Indonesia. Nilai moral yang terkandungnya sangat "kebaratan" sekali sehingga sangat bertolak belakang dengan nilai kesopanan khas orang timur. Adegan ciuman, sex bebas, cara menghujat, bisa ditemui sepanjang cerita dan saya sebagai pembaca hanya sekedar tahu saja hal-hal tadi, bukan untuk dipelajari.

Kedua, pendidikan yang bisa dipelajari adalah efek pergaulan bebas tidak pernah baik. Salah satu kasusnya adalah hamil di luar nikah pada usia masih muda. Six menjadi gambaran betapa berat memiliki anak di usia muda. Namun cerdasnya Six, ia memikirkan nasib si anak dan akhirnya memutuskan keputusan yang salah tapi sebagai pembaca mau tidak mau harus setuju. Keputusan yang seperti apa? Silakan langsung baca saja bukunya.

Ketiga, persahabatan yang digambarkan penulis betapa mulianya. Seharusnya memang persahabatan bisa menjadi solusi, menjadi penopang, menjadi pendengar antara satu dengan yang lain. Persahabatan yang baik akan memberi dampak yang baik pula. Kepercayaan dalam persahabatan menjadi vital untuk dijaga agar tidak menghancurkannya.

Kalian lihat kovernya! Romantis bukan? Kedua anak manusia itu bernama Daniel dan Six. Mereka kerap berdekatan begitu karena merasa saling memiliki. Itu hanya sebagian yang diceritakan kover. Bahkan ada statement yang menyebutkan jika Daniel tidak bisa tidak mencium Six jika Six memamerkan senyumnya.

Plot. POV. Gaya menulis. Karakter
Novel ini bercerita dengan plot maju. Kilas balik dituturkan lewat narasi sepintas dan lewat dialog. Dan cara seperti itu membuat saya paham kenapa novel ini bisa tipis dalam hal jumlah halaman. Plotnya sangat dinamis secara pergerakan dari adegan ke adegan yang lain. Yang lebih membuat saya bisa menikmati novel ini, penulis menggunakan POV orang pertama di pihak Daniel. Sosok berengseknya Daniel kemudian gampang saya masuki secara pola pikir. Ini yang kemudian menjadi parameter keberhasilan penulis membuat cerita dengan tokoh utama yang melintas gender penulisnya.

Gaya penulisan penulis bisa saya nikmati dengan baik. Meskipun di beberapa bagian saya merasa kalimatnya kadang terlalu panjang dan struktur kalimatnya suka membingungkan. Keseluruhan sih masih aman dibaca kok. Untuk visualisasi setting dan waktu masih terbilang mencerahkan imajinasi pembaca.

Untuk karakter yang muncul, Daniel menjadi pusat cerita dan cukup mengesankan. Cuek, percaya diri tinggi, berengsek, labil namun bijaksana. Bijaksana? Beberapa masalah yang kemudian muncul antara dirinya dengan Six, Daniel bisa menempatkan dirinya dari sudut pandang yang lain dan dengan pikiran yang dingin. Masalah yang muncul pun surut terselesaikan dengan apik tanpa berlarut-larut.

Six adalah gadis yang blak-blakan, cerdas, penikmat hidup, sederhana dan penyimpan sedih yang ulung. Di balik kesenangannya memiliki Daniel, Six menutup rapat kesedihan masa lalu yang begitu kesedihan itu terbuka, sisi rapuhnya otomatis mendominasi. Bisa berhari-hari Six menanggung sedih.

Holder dan Sky, sahabat yang mengelilingi Six dan Daniel, dengan karakter yang pas sebagai sahabat yang baik. Pendukung, pendengar, penghibur dan pemberi solusi yang baik untuk masalah-masalah temannya.

Adegan favorit. 
Adegan paling berkesan yang saya ingat adalah ketika Daniel marah pada dirinya pasca ia mengetahui siapa aslinya sosok Six, hingga membuat dia memukul-mukul stir mobil lalu menedang-nendang ban mobil. Silakan baca halaman 153-155. Itu dilakukannya karena rasa marah yang menuntut dituntaskan tapi bingung dengan cara apa. Pada adegan ini penggambaran psikologi rasa marah, sedih, bingung yang bercampur, sukses tersampaikan ke pembaca.

Petik-petik.
Sebagian saya sudah menyebutkannya di atas. Dan saya juga perlu mengingatkan, jika karakter baik dan terhormat terlahir berkat situasi dan kondisi keluarga di rumah yang harmonis. Saya sempat iri melihat bagaimana interaksi antara Daniel dan keluarganya yang menurut saya sangat hangat. Maka jika karakter penghuni rumah terpuji, masalah sebesar apa pun akan dihadapi dengan elegan dan tuntas.

Final. Rating.
Novel ini memang mengundang minat yang besar mendalami romantisnya ala orang luar. Namun jauh di luar romantis, ada nilai baik yang kemudian bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; persahabatan dan keluarga. Akhirnya saya memberikan rating 3 dari 5.

Penulis.
Kecintaan Collen Hoover pada dunia menulis dimulai tahun 1985 saat baru berumur lima tahun. Collen biasa menulis cerita pendek untuk teman dan keluarga. Hingga suatu saat ia memutuskan untuk menulis novel Slammed/Cinta Terlarang #1 yang akhirnya menjadi bestseller New York Times. Dua novel Collen Hoover yang juga laris versi NYT adalah Point of Retreat/Titik Mundur #2 dan Hopeles/Tanpa Daya.

Kini Collen tinggal di Texas bersama dengan suaminya dan tiga anak lelaki mereka.

Untuk mengenal Collen lebih dekat, kunjungi akunnya di Istagram, Twitter (@collenhoover), atau Facebook (www.facebook.com/authorcollenhoover). Dan tentu juga di situs web www.collenhoover.com.

[terima kasih untuk penerbit Gramedia yang sudah menghadiahi saya novel keren ini]