September 14, 2016

Wishful Wednesday: Ratu Salju dan Gerda

Selamat hari Rabu!
Selamat Wishful Wednesday!

Senang sekali bisa jumpa lagi di posting-an blog yang mulai saya prioritaskan kemunculannya. Sebab saya yakin 100%, menuliskan harapan sama dengan berdoa. Dan selama harapan tersebut dibarengi keyakinan, bukan tidak mungkin untuk jadi kenyataan. Setuju nggak? :)

Saya bersyukur sekali pada momen Wishful Wednesday: Anniversary Giveaway yang digagas PerpusKecil, nama saya muncul sebagai pemenang hasil pengundian. Keberuntungan yang sangat besar. Berikut link yang waktu itu saya buat: Wishful Wednesday; Happy Anniversary PerpusKecil.

Penasaran tidak minggu ini buku apa yang saya taksir? :) Yuk diintip!

Ratu Salju by H. C. Andersen 

Pasca membaca buku Where The Mountain Meets The Moon by Grace Lin, saya naksir beberapa buku yang diterbitkan Penerbit Atria. Banyak sekali koleksi buku ringan dari penerbit itu. Dan saya tahu, buku-buku itu memiliki kisah yang bagus dan penuh pelajaran.

Membaca blurb buku Ratu Salju, jika saya sampai membaca buku tersebut, saya akan diajak oleh Gerda, salah satu karakter, berpetualang menyelamatkan sahabat baiknya; Kai, dari sihir Ratu Salju. Lebih menariknya, buku ini ada label 'Dongeng Klasik yang mengilhami film animasi Frozen'. Bagaimana tidak tertarik jika buku ini menjadi cikal bakal film animasi yang populer itu?

Saya berharap punya kesempatan untuk memiliki buku ini dan juga mungkin buku-buku lainnya yang diterbitkan Penerbit Atria. Doakan yang kencang ya!

Nah, untuk kamu yang mau ikutan mem-posting Wishful Wednesday seperti yang saya lakukan ini, silakan mampir ke blognya Mbak Astrid; PerpusKecil

:) :) :).

September 12, 2016

[Resensi] Where The Mountain Meets The Moon - Grace Lin

Menakjubkan, satu kata untuk memuji cerita yang dibuat oleh penulis bernama Grace Lin. Sangat sederhana, berbudaya china, dan penuh pelajaran hidup. Saya sendiri selesai membaca buku ini, terusik dan merasa gerah. Kemurnian sebagai manusia yang bertuhan, terlalu lama digerus obsesi dunia. Padahal seharusnya manusiawi dan bernurani murni.

Judul: Where The Mountain Meets The Moon
Penulis: Grace Lin
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Penyelaras: Ida Wajdi
Pewajah isi: Aniza
Penerbit: Penerbit Atria
Terbit: November 2010
Tebal buku: vii + 266
ISBN: 9789790244603
Harga: Rp 10.000

Perjalanan seorang bocah perempuan bernama Minli untuk bertemu Kakek Rembulan dengan misi menanyakan peruntungan keluarganya dan nasib gersang Gunung Nirbuah. Tak disangka, keluguan dan kepolosan Minli membawa lebih dari sekedar peruntungan. Bukan untuk dirinya saja, untuk banyak makhluk yang ia temui sepanjang perjalanan.

Membaca buku ini, saya seperti sedang didongengkan cerita yang begitu indah. Cerita petualangan dengan latar alam yang mengundang imajinasi; hutan, kerajaan, sungai, langit dan hamparan tanah lapang, dan dipenuhi pesan kebaikan. Saya selalu menyukai cerita atau film yang ada perjalanan jauhnya, seakan saya ikut serta melakukan perjalanan atau ini bentuk kerinduan saya karena jarang bepergian.

Bersyukur adalah pesan besar yang saya pahami. Kondisi seburuk apa pun, kita pasti pernah mengandai-andai dihujani banyak kebaikan. Itu yang membuat kita resah dan tidak pernah bahagia menjalani hidup. Konsep bersyukur ini diutarakan penulis dengan tokoh Minli, Ba (Ayahnya) dan Ma (Ibunya) dengan sangat hangat dan menyentuh hati sekali.

“...Akulah yang seharusnya disalahkan. Minli tahu bahwa aku tidak puas dengan peruntungan kita; seandainya aku tidak begitu, dia tidak akan pergi meninggalkan kita. Maafkan aku.” [hal. 237]
Kekayaan bukanlah rumah yang dipenuhi emas dan batu giok, namun sesuatu yang jauh lebih bermakna daripada itu. Sesuatu yang dimilikinya dan tidak perlu diubahnya. [hal. 242]
Format yang diusung penulis dalam bukunya ini bisa disebut ‘kisah dalam kisah’. Buku ini menceritakan perjalanan Minli, dan buku juga menceritakan kisah yang diceritakan kepada Minli, Ma dan Ba oleh beberapa tokoh lainnya yang muncul.

Kisah yang menjadi subplot cerita ternyata berhubungan dengan masa ketika Minli melakukan perjalanan. Sebagai contoh, Naga yang ditolong Minli, adalah naga dari tempat tinggal Minli, yang sudah berpisah ratusan tahun.

Berikut judul kisah subplot tersebut:
  1.  Kisah Gunung Nirbuah
  2. Kisah Kakek Rembulan
  3. Kisah Naga
  4. Kisah Penjaja Ikan Mas
  5. Kisah Kertas Kebahagiaan
  6. Kisah Gerbang Naga
  7. Kisah Teman Si Penggembala Kerbau
  8. Bagian Yang Tak Diketahui Dari Kisah Kakek Rembulan
  9. Benang Takdir
  10. Kisah Yang Disampaikan Si Bocah Perempuan Pada Harimau Hijau
  11. Kisah Desa Hujan Rembulan
  12. Kisah Harimau Hijau dan Teh
  13. Kisah Para Leluhur Da-A-Fu
  14. Kisah Mutiara Naga
  15. Kisah Wu Kang
  16. Kisah Yang Dituturkan Oleh Ma

Nilai lebih dari buku ini, ada ilustrasi yang berwarna yang membuat betah membaca dan ilustrasi tadi memberikan gambaran mengenai cerita.


Saya kira buku ini harus dibacakan kepada anak-anak sekarang. Memupuk jiwa murni yang polos dan santun pada generasi yang kemungkinan akan banyak dipengaruhi gaya hidup yang kacau. Bukan rahasia umum jika masa kini termasuk masa yang sedikit meprihatinkan untuk perkembangan anak-anak, terutama akibat kehadiran gadget.

Saya sebagai orang dewasa saja, merasa terhibur dan tercerahkan oleh kisah Minli ini. Saya tertohok untuk mengembalikan kesantunan yang disampaikan penulis.

Akhirnya saya memberikan rating sebesar 5 bintang dari 5 bintang.

September 11, 2016

Patah Hati Terhebat Yang Pantas Ditertawakan


Siang hari yang panas. Kelas 3 SMA saat itu. Setelah bubaran les tambahan menjelang ujian akhir sekolah, saya langsung ke kantin beli minum. Biasanya bareng Hadi. Tapi dia tidak ikut. Karena lapar pula, saya pesan nasi campur yang dibuat Ibu Edo, si Ibu Kantin. Enak banget rasanya. Siang-siang lapar, obatnya makan siang. :)

Sekolah sudah luamayan sepi. Hanya terlihat beberapa murid saja yang masih berkeliaran. Saya tidak melihat Hadi. Padahal sudah waktunya untuk pulang. Hadi ini sahabat baik. Dia pernah jadi wakil ketua OSIS. Saya yang jadi ketua OSISnya. Dia juga anak pramuka. Sangat pramuka. Juga anak paskibra. Sedangkan saya murni paskibra. Makanya saya dengan Hadi sudah kayak keluarga.

Saya memutuskan kembali ke kelas. Setibanya di depan pintu kelas, muncul sosok Ratih dari dalam kelas. Matanya berair. Dia menangis? Ratih berlalu dengan tergesa-gesa sambil beberapa kali terlihat menyusut air mata.

Ratih salah satu anak PMR. Dia berhijab, pintar dan juga baik. Saya sangat-sangat-sangat-sangat mengagumi dia. Pokoknya Ratih ini sangat memikat hati. Ups! Waktu itu bukan pernyataannya begitu, mungkin membuat nyaman atau sangat nyaman.

Tidak lama setelah Ratih keluar dari kelas, muncul Hadi dari dalam kelas. Lho?

"Ratih nangis, kenapa?" tanya saya. Tidak ada pikiran buruk apa pun waktu itu. Kami adalah anak kampung yang tumbuh di kampung.

"Sini!" Hadi ngajak saya duduk di balai depan kelas. "Sebenarnya saya nembak dia."

Deg!! Hati saya tergores. Padahal seharusnya saya yang menembak dia. Bukan kamu, Hadi.

"Maksudnya?"

"Iya. Saya suka dia. Sangat suka, Din. Saya tidak mau terlambat. Dia nggak boleh diambil orang lain. Makanya saya tembak langsung. Tapi jawabannya, dia tolak saya. Katanya dia mau fokus belajar. Apalagi sekarang sudah kelas 3, sudah waktunya siap-siap tempur di ujian."

"Oh." Hati saya mendadak hancur tanpa sebab. Muncul rasa benci.

"Jangan bilang siapa-siapa ya, Din."

"Iya. Janji."

Sejak sore itu, saya merasa resah. Kenapa harus Hadi yang menembak Ratih? Saya kemudian membenci mereka; Hadi dan Ratih. Saya yang biasa duduk dengan Hadi, keesokan harinya pindah bangku. Saya memilih duduk dengan Novi, salah satu teman sekelas.

Dan saya menunjukkan ketidaksukaan saya kepada mereka dengan berhenti bersinggungan dengan mereka. Soal apa pun. Rasa benci yang kemudian saya diamkan dalam dada hingga berhari-hari. Namun saya kembali akrab, ketika menyadari jika persahabatan tidak bisa dirusak oleh hal sepele.

***

Bagaimana pengalaman saya di atas, hebatkah? Saya sih yakin ada yang meragukan kalau patah hati saya sebagai patah hati terhebat. Tapi saya harus menegaskan, saya adalah anak kampung, pertama kali mengagumi teman perempuan, dan yang lebih menyakitkan sebenarnya rasa kalah sigap dalam siapa yang dulu-duluan mengungkapkan kata hati. Kondisi pada waktu itu, bagi saya yang serba awam dan tidak mengerti harus berbuat apa, jadi patah hati paling dasyat dan rasa dipecundangi meruntuhkan harga diri. Seharusnya saya, seharusnya saya, saya yang mestinya mengungkapkan perasaan kepada Ratih.

Oke, itu masa lalu. Kalian pasti penasaran dengan kisah selanjutnya, saya-Hadi-Ratih, masa sekarang.

Saya sekarang masih mencari pasangan hidup. Ternyata pengecutnya saya masih terbawa hingga usia sekarang. Bukan sedang curhat ya :) Hadi kerja di Semarang. Ia lulusan jurusan Pertambakan. Belum menikah. Sedangkan Ratih, dia sudah menikah dan sudah punya anak. Dia menikah dengan senior di kampusnya sewaktu kuliah.

Patah hati kedua paling hebat justru dialami Hadi. Ternyata ketika keduanya kuliah, mereka sempat berhubungan. Hadi yang saat kuliah berada di Palembang, sedangkan Ratih di Cirebon, mereka hanya berkomunikasi via handphone. Menurut cerita Hadi, selama mereka berhubungan, tidak ada kata pacaran atau apalah. Sehingga pada satu waktu Hadi datang ke Cirebon dan mau menjadikan hubungan mereka serius, Ratih sudah tunangan dengan orang lain.

Hadi patah hati hebat. Bahkan ia yang biasanya rapi, berubah menjadi apa adanya atau sebut saja, amburadul. Rambut dipanjangkan, pakai baju semaunya dia tanpa lihat momennya apa. Pokoknya, saya dan teman yang lain hanya bisa geleng-geleng kepala.

Pada pernikahan Ratih pun, dia uring-uringan datang. Setelah dipaksa datang, justru pada pernikahan itu, Ratih yang menangis tersedu-sedu. Ada drama, dimana orang tua Ratih memohon pengertian Hadi atas pernikahan Ratih.

Kalian menyadari atau tidak, patah hati yang mungkin biasa saja untuk kalian, bagi saya atau bagi Hadi, bisa menjadi patah hati terparah. Karena pengalaman pertama saya mengagumi perempuan dan ingin menjadikannya pacar, namun tidak kesampaian.

Lalu mengenai bagian ditertawakan dari patah hati ini adalah :

  1. Kekonyolan saya yang membenci Hadi dan Ratih hanya ditimbulkan karena kekalahan adu cepat-cepatan dalam mengungkapkan perasaan. Dari kejadian ini kemudian saya belajar satu hal, untuk urusan hati, soal cinta mati atau tidak cinta mati, pikirkanlah 5 tahun kemudian ketika mengingat kejadian tersebut. Layak ditertawakan atau tidak. Sampai detik ini pun, saya masih mempertanyakan kebenaran hati saya yang cemburu gara-gara Hadi lebih dulu menembak Ratih.
  2. Kegalauan parah yang dirasakan Hadi, terlalu dramatis. Lantaran pikirannya yang mengesampingkan prihal takdir jodoh. Seharusnya, sedalam apa pun perasaannya terhadap Ratih, dia harus bisa mengikhlaskannya sebagai bukan takdir jodohnya. Dengan cara itu, kehidupan dia akan kembali pada rute yang semestinya.

Demikian pelajaran patah hati terhebat yang rasanya bisa di-share sebagai pengingat, 'Ada lho orang-orang konyol yang patah hati dan pantas ditertawakan'.


Terima kasih untuk gagasmedia yang memfasilitasi saya mengungkapkan pelajaran hebat dari patah hati terhebat yang pantas tertawakan. 

September 10, 2016

[Resensi] Gravity - Rina Suryakusuma

Saya mendapatkan lebih dari sekedar romantis. Gravity menawarkan hal lain, mengajarkan kebijakan dalam memilih di antara dua. Ini soal jodoh, ini soal cinta. Gravity juga menawarkan teladan memaafkan seburuk apa pun masa lalu. Saya mempelajari itu semua selama 3 hari, dan saya merasa perempuan-siapa pun dia- harus membaca buku ini.

Judul: Gravity
Penulis: Rina Suryakusuma
Desain sampul: Orkha Creative
Terbit: Februari 2016
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal buku: 328 halaman
ISBN: 9786020325125
Harga: Rp68.000 


Memilih pasangan hidup, bukan soal perkara kamu suka dia. Ternyata banyak hal yang harus dipertimbangkan. Dan itu tugas otak atau pikiran, bukan hati. Cecilia mengalami dilema, memilih Declan atau Bernard. Kedua pria tadi sangat berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Kedua pria tadi sama-sama membuat Cecilia bahagia.

Sebenarnya, cerita tentang memilih di antara 2 pilihan bukan kisah baru. Namun dari kisah yang umum tadi, ada perbedaan dalam memutuskan siapa yang dipilih, bagaimana memilih, bagi beberapa penulis. Membicarakan Cecilia yang dilema, saya memahami apa yang dirasakannya. Declan; pria yang keren, suka traveling, dan tidak terduga. Cecilia sangat menyukainya. Dan ada lubang pada bagian ini, cinta Cecilia pada Declan ini aneh karena saya tidak memahami sisi Declan yang mana yang Cecilia sukai. Bernard; pria kantoran, hidup teratur dan penyayang binatang. Saya bisa mengikuti penulis dalam membentuk chemistry antara Cecilia dan Bernard. Karena memang keduanya dipertemukan, didekatkan dan dibuat konflik oleh penulis.

Permasalahannya, Cecilia memang sudah lama menyukai Declan. Ketidakpastian keberadaan Declan sebagai seorang petualang  yang kemudian membuat Cecilia memikirkan ulang apa yang baik untuknya dan masa depan. Beruntung Cecilia memiliki rekan kerja yang care seperti Nolan. Dan sosok Nolan ini mengingatkan kita untuk selalu mencari opsi yang netral dari orang terdekat. Bagaimana pun pendapat orang terdekat yang netral, mampu mengangkat saran-saran yang mungkin kita hapus secara sengaja atau tidak sengaja.

Percintaan ketiga tokoh tadi diramu dengan dua subplot yang mempermanis novel Gravity ini. Subplot pertama, mengenai masa lalu Cecilia yang muncul berkat sebuah foto lama. Ini yang saya bilang, bagian memaafkan masa lalu. Subplot kedua, hubungan Cecilia dan Dianne, sepupunya, yang akhirnya retak akibat niat baik Cecilia pada nasib anak sepupunya itu. Tidak semua niat baik akan berakhir baik, bisa juga hasilnya salah paham. Dan pesannya, jangan pernah menunda menyelesaikan kesalahpahaman tadi. Sebab jika diundur-undur, permasalahan akan bertambah parah dan kacau.

Di novel Gravity juga akan ditemukan banyak adegan mengharukan. Saya contohkan satu, adegan ketika mamanya Cecilia berkunjung ke Jakarta hanya demi membawakan makanan. Si Ibu mengerti jika pekerjaan Cecilia kadang membuat anaknya itu mengesamping pentingnya makan. Naluri ibu di adegan ini membuat saya terharu sekaligus merasa hangat.

“Mama khawatir padamu. Dari kemarin-kemarin kamu kan tidak sempat makan malam. Jangankan untuk urusan pribadi, makan saja kamu tidak ada waktu…” [hal. 58]
Novel Gravity memang indah. Cover yang menampilkan 2 warna kontras, seakan menunjukkan kepribadian Declan dan Bernard. Declan diwakili warna merah kekuningan, sedangkan Bernard diwakili warna biru (kayaknya nama warnanya begitu). Gaya menulis Mbak Rina juga sangat luwes. Diksinya enak. Ditambah kalimat bahasa inggris yang digunakan tidak membuat saya puyeng. Saya memang kurang menyukai novel dengan kalimat asing yang banyak bertebaran.

Berikut ini beberapa catatan saya selama membaca novel Gravity:
  1. “Foto yang baik bukanlah refleksi tentang apa yang seseorang lihat, melainkan yang bercerita tentang apa yang seseorang rasakan ketika mata mereka menangkap gambar tersebut.” [hal. 70]
  2. “Waktu orang mengatakan padamu bahwa mereka sibuk, itu bukan mengacu pada jadwal mereka, melainkan pada urutan prioritas mereka.” [hal. 150]
  3. “Tidak peduli seberapa jauh seseorang mengembara, akan ada orang-orang tertentu yang menarik mereka kembali ke arah orang-orang itu…” [hal. 229]
  4.  “… Tak ada pria yang suka dijadikan pilihan.” [hal. 268]
  5. “Suatu hubungan bisa bertahan karena dua manusia di dalamnya memutuskan untuk berusaha dan berjuang.” [hal. 290]

Mungkin bagian romantis pada novel Gravity ini akan terasa kental. Tapi pada bagian lain yang bisa dilewatkan begitu saja, ada bagian yang seharusnya diperhatikan. Keberadaan sahabat yang kerap memberikan komentar atau nasihat tak sesuai keinginan kita, bisa menjadi konflik yang kemudian kita rindukan jika dia sudah menjauh. Sahabat baik selalu akan berada di sisi mendukung kita meksi cara yang digunakannya tidak sepaham dengan kita. Itu poin yang ingin saya tegaskan yang saya dapatkan di buku ini. Mulailah menghargai dan menyayangi sahabat dekat-baik  dengan lebih hangat sejak hari ini.

Akhirnya rating yang saya berikan untuk novel Gravity sebesar 3 bintang dari 5 bintang.
:) :) :)

September 08, 2016

[Intermeso] Sulitnya Membaca Buku Tebal


Nah, berbicara soal judul di atas, tebal yang saya maksud pasti ukurannya berbeda-beda setiap orang. Ukuran buku tebal menurut kamu itu berapa halaman?

Saya sendiri mulai memilih beberapa buku yang tebal halamannya tidak lebih dari 300 halaman. Kemampuan saya memahami cerita tidak perlu ditanyakan. Saya sudah lama menyukai kegiatan membaca. Namun sebagai orang yang suka meresensi, ada kalanya saya juga harus jeli memahami detail cerita dan kadang itu membuat saya justru tidak mendalami cerita. Sayang sekali bukan, apalagi jika cerita bukunya sangat, sangat, sangat menarik.

Untuk buku yang halamannya lebih dari 300 halaman, yang saya takutkan adalah ketika kemudian saya harus berhenti membaca karena merasa jenuh. Rasanya sedih jika mengalami pengalaman begitu. Waktu yang dihabiskan jadi dirasa percuma. Resensi pun tidak bisa dilakukan pada buku tersebut. Nah, itu jika bukunya tebal. Saya punya pengalaman membaca buku yang kurang dari 300 halaman dan ternyata harus mentok juga. Biasanya terjadi karena mood saya yang anjlok akibat ada masalah pribadi. Jangankan membaca buku, otak melulu diisi memikirkan masalah yang menghadang.

Tantangannya ketika membaca buku yang kurang dari 300 halaman, pas ketemu momen mentok, saya bisa memaksakan diri menuntaskan baca. Perjuangan yang dilakukan tidak terasa berat hingga harus berlelah-lelah. Dan imbalan menyenangkan tentu saja sebuah resensi di blog ini. 

Jadi seberapa kuatkah kalian membaca banyak halaman buku?

September 07, 2016

Wishful Wednesday: Berkenalan Dengan Spring & Lara Jean

Selamat hari Rabu!
Selamat Wishful Wednesday!

Tidak ada kata bosan untuk terus memupuk harapan buku-buku apa yang diinginkan. Seiring fakta yang mengatakan jika hampir setiap minggu ada buku bagus terbit, selama itu pula harapan mengoleksi buku tidak akan raib. Maka berterima kasih sekali saya kepada Perpuskecil yang menggagas mengakomodir harapan tadi melalui postingan di blog.

Minggu ini saya jatuh cinta pada buku yang judulnya To All The Boys I've Loved Before karya Jenny Han. Saya memang pernah mendapati promosi yang hype untuk buku ini, namun saya belum terlalu ngeh buku macam apa. Hingga sampai pada hari ini, saya mampir di blog Mbak Dian Putu, dan yang diceritakan dia mengenai buku ini membuat saya ingin membacanya juga.

To All The Boys I've Loved Before by Jenny Han

Novel ini bercerita mengenai Lara Jean yang membuat surat cinta dan menyimpannya. Lalu takdir memainkan peran hingga surat itu sampai kepada cowok-cowok yang pernah ditaksirnya. Kemelut antara Lara Jean dan cowok-cowok tadi membuat novel ini dilabeli sebagai novel romantis dan humoris. Beberapa blogger buku berpendapat jika novel ini keren. Sebab akan ditemukan banyak kekonyolan Lara Jean yang memang karakternya lugu. Aih, saya tambah penasaran ingin berkenalan dengan Lara Jean.

Dan mungkin jika sampai saya bisa membaca buku ini, artinya saya pecah telur mencicipi dapur penerbit Spring. Penerbit yang satu ini memang cukup spesifik mempublikasikan buku-buku terjemahan dari luar. 

Segitu saja wishful wednesday kali ini. Doakan terus ya semoga saya banyak berjodoh dengan banyak buku sehingga saya juga bisa mengabari buku-buku apa saja yang pas untuk dibaca pada berbagai keadaan dan mood. Amin ya Rabb! :) :)

Untuk yang mau ikutan wishful wednesday, silakan mampir di blognya Kak Astrid ya!

:) :) :)