September 24, 2016

[Intermeso] Penulis Favorit


Membaca buku menjadi hobi yang membanggakan. Banyak sekali kebaikan menekuni hobi yang satu ini. Salah satunya mengasah kepekaan perasaan. Dengan banyak membaca alur cerita, berbagai genre, pembaca buku dibawa memahami banyak kondisi hidup dengan sudut pandang baru. Satu cerita ketika dibaca hari ini dengan satu sudut pandang, akan berbeda sudut pandang ketika dibaca pada waktu yang lain. Ini yang membuat pembaca mengalami banyak pengalaman dari cerita yang dibacanya.

Akhir-akhir ini banyak buku yang terbit di Indonesia. Apalagi kehadiran aplikasi Wattpad, ikut menyumbangkan bermunculan karya baru dari penulis-penulis baru dengan label ‘sudah dibaca jutaan pembaca’. Maka, jumlah penulis pun ikut meningkat.

Dari sekian banyak jumlah penulis, tentu saja ada yang menjadi favorit. Alasannya, gaya menulis atau ide cerita yang bagus, membuat nama penulis tersebut sangat berkesan. Saya sebagai salah satu pembaca buku memiliki beberapa nama penulis yang berkesan.


Agung Rusmana
Penulis ini sudah menerbitkan dua judul novel, Malaikat dan Tiga. Kedua buku tersebut sudah saya baca dan saya menyukainya. Yang membuat saya terkesan karena ide cerita yang ditawarkan sangat out of the box. Ditambah penyampaian ceritanya yang sangat mengalir dan lugas. Tidak heran banyak umpatan dan kata-kata kasar yang dia ungkapkan untuk menunjang cerita.

Adhitya Mulya
Berkat bukunya yang berjudul Sabtu Bersama Bapak, saya memasukkan nama beliau menjadi penulis favorit. Ide ceritanya sangat sederhana dan disampaikan dengan diksi yang sederhana juga. Ini yang membuat buku Sabtu Bersama Bapak sangat menyentuh dan menghangatkan hati. Keunggulan lainnya, pesan yang disampaikan penulis melalui tokoh Bapak kepada kedua anaknya, Satya dan Cakra, bisa 
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh siapa pun.


Dewi Lestari
Melalui serial Supernova, saya berkenalan dengan penulis ini. Ada 6 judul menggenapi serialnya; Ksatria, Puteri danBintang Jatuh, Akar, Petir, Partikel, Gelombang, dan Inteligensi Embun Pagi. Hanya buku pertama hingga keempat yang sudah saya. Buku berikutnya saya tidak mengikuti karena merasa sangat berat mengikuti ceritanya. Yang membuat saya terkesan pada serial ini terletak pada banyak fakta ilmiah yang diungkapkan. Sedikit dibumbui pendapat pribadi penulisnya, buku ini tidak serta-merta bisa diiyakan mengenai fakta ilmiah tadi. Buat saya buku ini sangat cerdas.


Anna Triana
Tokoh Abim yang diceritakan penulis di novel My Pre-wedding Blues mengesankan saya. Kekonyolan dan keromantisan pada waktu bersamaan mengajarkan saya untuk menjadi diri sendiri. Gaya menulis cerita dia sangat enak. Tema menjelang pernikahan di novel tersebut membuat saya memahami perasaan tokoh utama menghadapi fase hidup yang Insya Allah akan dialami oleh siapa saja.
Memberi gelar sebagai penulis favorit bisa diukur dari banyak sisi dan setiap orang sebagai pembaca pasti berbeda-beda. Bisa karena ide cerita, penokohan, gaya menulis atau pesan bukunya. Yang pasti, penulis favorit selalu mengesankan pembacanya.

Lalu, siapakah penulis favorit kalian dan mengapa?

September 19, 2016

[Resensi] Senja Di Langit Ceko - Kirana Kejora

Setelah membaca tuntas Senja di Langit Ceko, justru muncul pertanyaan ‘kenapa?’. Penulis sengaja sekali merusak mood pembaca yang begitu hanyut dengan detail negara Ceko yang indah sekali dan suasana romantis ala Senja-Saujana, dengan ending cerita yang menohok. Ini tidak adil bagi kami para pembaca. Namun, ketidakadilan ini jadi prestasi penulis menghipnotis pembaca lewat cerita yang dibuatnya.

Judul: Senja di Langit Ceko
Penulis: Kirana Kejora
Cover: ANS
Layout: Rio Maykha
Editor: Agus Mutaram
Penerbit: Dua Media
Terbit: 2016
Tebal buku: 290 halaman
ISBN: 9786027270718
Harga: Rp65.000

Dua orang keras kepala, dua orang cerdas, yang awalnya sering debat kusir akhirnya memutuskan menikah. Sejarah mengenai kehilangan orang tua menjadi perantara keduanya untuk bersatu. Dan setelah menikah, mereka melakukan bulan madu ke negara Ceko. Senja menikmati perjalanannya. Saujana membawa pula misi mencari ayahnya yang hilang di kota itu. Perjalanan super romantis suami istri itu harus menjadi lara ketika takdir yang bicara. Ada apa dengan Senja dan Saujana?

Saya menyesal mengabaikan novel ini dari sejak saya menerimanya. Salah penulis juga, kenapa awal novel diceritakan debat kusir dua orang cerdas yang kata-katanya susah dipahami. Rasa yang saya temukan setelah melanjutkan baca, cukup tercekat dan dada merasa hangat. Ternyata dua orang cerdas itu hanya sedang jaga harga diri.

Ide cerita yang menyatukan dua orang keras kepala terus bulan madu di negara indah, sempat membuat saya pesimis. Jangan salah, hasil tangan penulis membuat ide itu briliant berkat detail negara Ceko yang indah yang dinarasikan dengan sangat rinci. Klasik, romantis, bersejarah, dingin, salju, berpadu menghanyutkan imajinasi. Ditambah, pembaca akan jadi lebih tahu mengenai negara Ceko berkat membaca novel ini yang sarat informasi sejarahnya.

Klimaks konflik akan ditemukan di akhir-akhir buku. Kejutan yang cukup tidak terduga dan tidak terlacak sebelumnya, membawa novel ini sedikit lebih menyenangkan. Sebab pada bagian akhir-akhir novel ini, pembaca akan dibuat merana oleh kejadian yang ‘kenapa harus terjadi?’.

Karakter tokoh utama sangat hidup. Keduanya manusia cerdas dan punya harga diri. Namun semua berubah ketika mereka sudah menikah. Kekonyolan, sifat manja, keras kepala dan adaptasi terhadap hubungan yang baru, keluar dengan sendirinya. Tidak berlebihan. Saya kira semua pasangan akan melakukan hal yang sama. Ada satu tokoh juga yang tidak akan saya sebutkan, sebagai peran vital juga dan dia sangat baik, besar hati, santun, juga cerdas. Penasaran, bukan?

Selama menjelajah negara Ceko, pembaca akan diajak ke beberapa lokasi, bangunan, monumen dan tempat yang indah. Sebut saja Kastil Praha, Katedral Santo Vitus, Jam Astronomi Orloj, Jembatan Karluv, Jembatan Charles, dan masih banyak lainnya. Saya membayang semuanya seolah saya yang sedang liburan.

Pembaca juga akan dikenalkan pada seorang penulis hebat bernama Franz Kafka. Akan diulas karyanya, kehidupannya, dan kisah percintaannya. Menarik sekali mengetahui bagian ini. Selain Franz Kafka, ada juga penulis lain yang sekaligus presiden bernama Vaclav Havel. Sosok seperti apakah mereka?

Saya mendapat pelajaran di novel ini untuk mencintai pasangan dengan cara memberi, mengimbangi, menghargai, dan menghormati. Dua kepala tidak akan selalu seiya sekata. Mantra tadi tepat untuk menengahi perbedaan. Juga rasa syukur karena masih diberikan kesehatan sehingga bisa menikmati hidup lebih lama.

“Cinta itu memberi, mengimbangi, menghargai, dan menghormati.” [hal. 57]
Novel ini saya rekomendasikan untuk semua orang yang hakikatnya akan dewasa. Mengingatkan kita makna cinta yang seharusnya, tidak menyakiti, harus tulus, dan menerima kelebihan dan kekurangan pasangan karena tidak ada manusia yang sempurna. Akhirnya, saya memberikan rating untuk novel Senja di Langit Ceko karya Kirana Kejora adalah 4 bintang dari 5 bintang.

:) :) :)

Typo:
luamayan = lumayan [hal. 42]
Senaj = Senja [hal. 77]
Pada tahun 28 Oktober 1918 = Pada tanggal 28 Oktober 1918 [hal. 150]
dainggapnya = dianggapnya [hal. 172]
suika = suka [hal. 177]
selama = selamat [hal. 186]
juag = juga [hal. 234]

Catatan:
  • “Senja, selama mata kita diberi kesempatan untuk memandang, gunakan dengan baik, untuk menangkap kebenaran. Demikian dengan telinga, bibir, dan hati, karena kita tak pernah tahu batasan waktu kita di bumi.” [hal. 5]
  • Senja, hidup hanya sekali, jangan meniadakannya tidak punya arti. Time change everything you know. [hal. 21]
  • “Kejujuran hati, itulah kebenaran sejati.” [hal. 33]
  • “Cinta itu tidak bisa mengikat, tapi membebaskan. Tidak bisa meminta tapi mempersembahkan.” [hal. 34]
  • “... Doa adalah pusaka buat sebuah keluhan yang akan jadi harapan.” [hal. 37]
  • “Semua manusia dilahirkan bebas dan sama dalam martabat dan hak. Mereka dibekali dengan akal dan hati nurani dan harus bertindak dalam semangat persaudaraan...” [hal. 82]
  • “...orang baik akan bertemu dengan orang baik dimana saja.” [hal. 186]

September 14, 2016

Wishful Wednesday: Ratu Salju dan Gerda

Selamat hari Rabu!
Selamat Wishful Wednesday!

Senang sekali bisa jumpa lagi di posting-an blog yang mulai saya prioritaskan kemunculannya. Sebab saya yakin 100%, menuliskan harapan sama dengan berdoa. Dan selama harapan tersebut dibarengi keyakinan, bukan tidak mungkin untuk jadi kenyataan. Setuju nggak? :)

Saya bersyukur sekali pada momen Wishful Wednesday: Anniversary Giveaway yang digagas PerpusKecil, nama saya muncul sebagai pemenang hasil pengundian. Keberuntungan yang sangat besar. Berikut link yang waktu itu saya buat: Wishful Wednesday; Happy Anniversary PerpusKecil.

Penasaran tidak minggu ini buku apa yang saya taksir? :) Yuk diintip!

Ratu Salju by H. C. Andersen 

Pasca membaca buku Where The Mountain Meets The Moon by Grace Lin, saya naksir beberapa buku yang diterbitkan Penerbit Atria. Banyak sekali koleksi buku ringan dari penerbit itu. Dan saya tahu, buku-buku itu memiliki kisah yang bagus dan penuh pelajaran.

Membaca blurb buku Ratu Salju, jika saya sampai membaca buku tersebut, saya akan diajak oleh Gerda, salah satu karakter, berpetualang menyelamatkan sahabat baiknya; Kai, dari sihir Ratu Salju. Lebih menariknya, buku ini ada label 'Dongeng Klasik yang mengilhami film animasi Frozen'. Bagaimana tidak tertarik jika buku ini menjadi cikal bakal film animasi yang populer itu?

Saya berharap punya kesempatan untuk memiliki buku ini dan juga mungkin buku-buku lainnya yang diterbitkan Penerbit Atria. Doakan yang kencang ya!

Nah, untuk kamu yang mau ikutan mem-posting Wishful Wednesday seperti yang saya lakukan ini, silakan mampir ke blognya Mbak Astrid; PerpusKecil

:) :) :).

September 12, 2016

[Resensi] Where The Mountain Meets The Moon - Grace Lin

Menakjubkan, satu kata untuk memuji cerita yang dibuat oleh penulis bernama Grace Lin. Sangat sederhana, berbudaya china, dan penuh pelajaran hidup. Saya sendiri selesai membaca buku ini, terusik dan merasa gerah. Kemurnian sebagai manusia yang bertuhan, terlalu lama digerus obsesi dunia. Padahal seharusnya manusiawi dan bernurani murni.

Judul: Where The Mountain Meets The Moon
Penulis: Grace Lin
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Penyelaras: Ida Wajdi
Pewajah isi: Aniza
Penerbit: Penerbit Atria
Terbit: November 2010
Tebal buku: vii + 266
ISBN: 9789790244603
Harga: Rp 10.000

Perjalanan seorang bocah perempuan bernama Minli untuk bertemu Kakek Rembulan dengan misi menanyakan peruntungan keluarganya dan nasib gersang Gunung Nirbuah. Tak disangka, keluguan dan kepolosan Minli membawa lebih dari sekedar peruntungan. Bukan untuk dirinya saja, untuk banyak makhluk yang ia temui sepanjang perjalanan.

Membaca buku ini, saya seperti sedang didongengkan cerita yang begitu indah. Cerita petualangan dengan latar alam yang mengundang imajinasi; hutan, kerajaan, sungai, langit dan hamparan tanah lapang, dan dipenuhi pesan kebaikan. Saya selalu menyukai cerita atau film yang ada perjalanan jauhnya, seakan saya ikut serta melakukan perjalanan atau ini bentuk kerinduan saya karena jarang bepergian.

Bersyukur adalah pesan besar yang saya pahami. Kondisi seburuk apa pun, kita pasti pernah mengandai-andai dihujani banyak kebaikan. Itu yang membuat kita resah dan tidak pernah bahagia menjalani hidup. Konsep bersyukur ini diutarakan penulis dengan tokoh Minli, Ba (Ayahnya) dan Ma (Ibunya) dengan sangat hangat dan menyentuh hati sekali.

“...Akulah yang seharusnya disalahkan. Minli tahu bahwa aku tidak puas dengan peruntungan kita; seandainya aku tidak begitu, dia tidak akan pergi meninggalkan kita. Maafkan aku.” [hal. 237]
Kekayaan bukanlah rumah yang dipenuhi emas dan batu giok, namun sesuatu yang jauh lebih bermakna daripada itu. Sesuatu yang dimilikinya dan tidak perlu diubahnya. [hal. 242]
Format yang diusung penulis dalam bukunya ini bisa disebut ‘kisah dalam kisah’. Buku ini menceritakan perjalanan Minli, dan buku juga menceritakan kisah yang diceritakan kepada Minli, Ma dan Ba oleh beberapa tokoh lainnya yang muncul.

Kisah yang menjadi subplot cerita ternyata berhubungan dengan masa ketika Minli melakukan perjalanan. Sebagai contoh, Naga yang ditolong Minli, adalah naga dari tempat tinggal Minli, yang sudah berpisah ratusan tahun.

Berikut judul kisah subplot tersebut:
  1.  Kisah Gunung Nirbuah
  2. Kisah Kakek Rembulan
  3. Kisah Naga
  4. Kisah Penjaja Ikan Mas
  5. Kisah Kertas Kebahagiaan
  6. Kisah Gerbang Naga
  7. Kisah Teman Si Penggembala Kerbau
  8. Bagian Yang Tak Diketahui Dari Kisah Kakek Rembulan
  9. Benang Takdir
  10. Kisah Yang Disampaikan Si Bocah Perempuan Pada Harimau Hijau
  11. Kisah Desa Hujan Rembulan
  12. Kisah Harimau Hijau dan Teh
  13. Kisah Para Leluhur Da-A-Fu
  14. Kisah Mutiara Naga
  15. Kisah Wu Kang
  16. Kisah Yang Dituturkan Oleh Ma

Nilai lebih dari buku ini, ada ilustrasi yang berwarna yang membuat betah membaca dan ilustrasi tadi memberikan gambaran mengenai cerita.


Saya kira buku ini harus dibacakan kepada anak-anak sekarang. Memupuk jiwa murni yang polos dan santun pada generasi yang kemungkinan akan banyak dipengaruhi gaya hidup yang kacau. Bukan rahasia umum jika masa kini termasuk masa yang sedikit meprihatinkan untuk perkembangan anak-anak, terutama akibat kehadiran gadget.

Saya sebagai orang dewasa saja, merasa terhibur dan tercerahkan oleh kisah Minli ini. Saya tertohok untuk mengembalikan kesantunan yang disampaikan penulis.

Akhirnya saya memberikan rating sebesar 5 bintang dari 5 bintang.

September 11, 2016

Patah Hati Terhebat Yang Pantas Ditertawakan


Siang hari yang panas. Kelas 3 SMA saat itu. Setelah bubaran les tambahan menjelang ujian akhir sekolah, saya langsung ke kantin beli minum. Biasanya bareng Hadi. Tapi dia tidak ikut. Karena lapar pula, saya pesan nasi campur yang dibuat Ibu Edo, si Ibu Kantin. Enak banget rasanya. Siang-siang lapar, obatnya makan siang. :)

Sekolah sudah luamayan sepi. Hanya terlihat beberapa murid saja yang masih berkeliaran. Saya tidak melihat Hadi. Padahal sudah waktunya untuk pulang. Hadi ini sahabat baik. Dia pernah jadi wakil ketua OSIS. Saya yang jadi ketua OSISnya. Dia juga anak pramuka. Sangat pramuka. Juga anak paskibra. Sedangkan saya murni paskibra. Makanya saya dengan Hadi sudah kayak keluarga.

Saya memutuskan kembali ke kelas. Setibanya di depan pintu kelas, muncul sosok Ratih dari dalam kelas. Matanya berair. Dia menangis? Ratih berlalu dengan tergesa-gesa sambil beberapa kali terlihat menyusut air mata.

Ratih salah satu anak PMR. Dia berhijab, pintar dan juga baik. Saya sangat-sangat-sangat-sangat mengagumi dia. Pokoknya Ratih ini sangat memikat hati. Ups! Waktu itu bukan pernyataannya begitu, mungkin membuat nyaman atau sangat nyaman.

Tidak lama setelah Ratih keluar dari kelas, muncul Hadi dari dalam kelas. Lho?

"Ratih nangis, kenapa?" tanya saya. Tidak ada pikiran buruk apa pun waktu itu. Kami adalah anak kampung yang tumbuh di kampung.

"Sini!" Hadi ngajak saya duduk di balai depan kelas. "Sebenarnya saya nembak dia."

Deg!! Hati saya tergores. Padahal seharusnya saya yang menembak dia. Bukan kamu, Hadi.

"Maksudnya?"

"Iya. Saya suka dia. Sangat suka, Din. Saya tidak mau terlambat. Dia nggak boleh diambil orang lain. Makanya saya tembak langsung. Tapi jawabannya, dia tolak saya. Katanya dia mau fokus belajar. Apalagi sekarang sudah kelas 3, sudah waktunya siap-siap tempur di ujian."

"Oh." Hati saya mendadak hancur tanpa sebab. Muncul rasa benci.

"Jangan bilang siapa-siapa ya, Din."

"Iya. Janji."

Sejak sore itu, saya merasa resah. Kenapa harus Hadi yang menembak Ratih? Saya kemudian membenci mereka; Hadi dan Ratih. Saya yang biasa duduk dengan Hadi, keesokan harinya pindah bangku. Saya memilih duduk dengan Novi, salah satu teman sekelas.

Dan saya menunjukkan ketidaksukaan saya kepada mereka dengan berhenti bersinggungan dengan mereka. Soal apa pun. Rasa benci yang kemudian saya diamkan dalam dada hingga berhari-hari. Namun saya kembali akrab, ketika menyadari jika persahabatan tidak bisa dirusak oleh hal sepele.

***

Bagaimana pengalaman saya di atas, hebatkah? Saya sih yakin ada yang meragukan kalau patah hati saya sebagai patah hati terhebat. Tapi saya harus menegaskan, saya adalah anak kampung, pertama kali mengagumi teman perempuan, dan yang lebih menyakitkan sebenarnya rasa kalah sigap dalam siapa yang dulu-duluan mengungkapkan kata hati. Kondisi pada waktu itu, bagi saya yang serba awam dan tidak mengerti harus berbuat apa, jadi patah hati paling dasyat dan rasa dipecundangi meruntuhkan harga diri. Seharusnya saya, seharusnya saya, saya yang mestinya mengungkapkan perasaan kepada Ratih.

Oke, itu masa lalu. Kalian pasti penasaran dengan kisah selanjutnya, saya-Hadi-Ratih, masa sekarang.

Saya sekarang masih mencari pasangan hidup. Ternyata pengecutnya saya masih terbawa hingga usia sekarang. Bukan sedang curhat ya :) Hadi kerja di Semarang. Ia lulusan jurusan Pertambakan. Belum menikah. Sedangkan Ratih, dia sudah menikah dan sudah punya anak. Dia menikah dengan senior di kampusnya sewaktu kuliah.

Patah hati kedua paling hebat justru dialami Hadi. Ternyata ketika keduanya kuliah, mereka sempat berhubungan. Hadi yang saat kuliah berada di Palembang, sedangkan Ratih di Cirebon, mereka hanya berkomunikasi via handphone. Menurut cerita Hadi, selama mereka berhubungan, tidak ada kata pacaran atau apalah. Sehingga pada satu waktu Hadi datang ke Cirebon dan mau menjadikan hubungan mereka serius, Ratih sudah tunangan dengan orang lain.

Hadi patah hati hebat. Bahkan ia yang biasanya rapi, berubah menjadi apa adanya atau sebut saja, amburadul. Rambut dipanjangkan, pakai baju semaunya dia tanpa lihat momennya apa. Pokoknya, saya dan teman yang lain hanya bisa geleng-geleng kepala.

Pada pernikahan Ratih pun, dia uring-uringan datang. Setelah dipaksa datang, justru pada pernikahan itu, Ratih yang menangis tersedu-sedu. Ada drama, dimana orang tua Ratih memohon pengertian Hadi atas pernikahan Ratih.

Kalian menyadari atau tidak, patah hati yang mungkin biasa saja untuk kalian, bagi saya atau bagi Hadi, bisa menjadi patah hati terparah. Karena pengalaman pertama saya mengagumi perempuan dan ingin menjadikannya pacar, namun tidak kesampaian.

Lalu mengenai bagian ditertawakan dari patah hati ini adalah :

  1. Kekonyolan saya yang membenci Hadi dan Ratih hanya ditimbulkan karena kekalahan adu cepat-cepatan dalam mengungkapkan perasaan. Dari kejadian ini kemudian saya belajar satu hal, untuk urusan hati, soal cinta mati atau tidak cinta mati, pikirkanlah 5 tahun kemudian ketika mengingat kejadian tersebut. Layak ditertawakan atau tidak. Sampai detik ini pun, saya masih mempertanyakan kebenaran hati saya yang cemburu gara-gara Hadi lebih dulu menembak Ratih.
  2. Kegalauan parah yang dirasakan Hadi, terlalu dramatis. Lantaran pikirannya yang mengesampingkan prihal takdir jodoh. Seharusnya, sedalam apa pun perasaannya terhadap Ratih, dia harus bisa mengikhlaskannya sebagai bukan takdir jodohnya. Dengan cara itu, kehidupan dia akan kembali pada rute yang semestinya.

Demikian pelajaran patah hati terhebat yang rasanya bisa di-share sebagai pengingat, 'Ada lho orang-orang konyol yang patah hati dan pantas ditertawakan'.


Terima kasih untuk gagasmedia yang memfasilitasi saya mengungkapkan pelajaran hebat dari patah hati terhebat yang pantas tertawakan. 

September 10, 2016

[Resensi] Gravity - Rina Suryakusuma

Saya mendapatkan lebih dari sekedar romantis. Gravity menawarkan hal lain, mengajarkan kebijakan dalam memilih di antara dua. Ini soal jodoh, ini soal cinta. Gravity juga menawarkan teladan memaafkan seburuk apa pun masa lalu. Saya mempelajari itu semua selama 3 hari, dan saya merasa perempuan-siapa pun dia- harus membaca buku ini.

Judul: Gravity
Penulis: Rina Suryakusuma
Desain sampul: Orkha Creative
Terbit: Februari 2016
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal buku: 328 halaman
ISBN: 9786020325125
Harga: Rp68.000 


Memilih pasangan hidup, bukan soal perkara kamu suka dia. Ternyata banyak hal yang harus dipertimbangkan. Dan itu tugas otak atau pikiran, bukan hati. Cecilia mengalami dilema, memilih Declan atau Bernard. Kedua pria tadi sangat berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Kedua pria tadi sama-sama membuat Cecilia bahagia.

Sebenarnya, cerita tentang memilih di antara 2 pilihan bukan kisah baru. Namun dari kisah yang umum tadi, ada perbedaan dalam memutuskan siapa yang dipilih, bagaimana memilih, bagi beberapa penulis. Membicarakan Cecilia yang dilema, saya memahami apa yang dirasakannya. Declan; pria yang keren, suka traveling, dan tidak terduga. Cecilia sangat menyukainya. Dan ada lubang pada bagian ini, cinta Cecilia pada Declan ini aneh karena saya tidak memahami sisi Declan yang mana yang Cecilia sukai. Bernard; pria kantoran, hidup teratur dan penyayang binatang. Saya bisa mengikuti penulis dalam membentuk chemistry antara Cecilia dan Bernard. Karena memang keduanya dipertemukan, didekatkan dan dibuat konflik oleh penulis.

Permasalahannya, Cecilia memang sudah lama menyukai Declan. Ketidakpastian keberadaan Declan sebagai seorang petualang  yang kemudian membuat Cecilia memikirkan ulang apa yang baik untuknya dan masa depan. Beruntung Cecilia memiliki rekan kerja yang care seperti Nolan. Dan sosok Nolan ini mengingatkan kita untuk selalu mencari opsi yang netral dari orang terdekat. Bagaimana pun pendapat orang terdekat yang netral, mampu mengangkat saran-saran yang mungkin kita hapus secara sengaja atau tidak sengaja.

Percintaan ketiga tokoh tadi diramu dengan dua subplot yang mempermanis novel Gravity ini. Subplot pertama, mengenai masa lalu Cecilia yang muncul berkat sebuah foto lama. Ini yang saya bilang, bagian memaafkan masa lalu. Subplot kedua, hubungan Cecilia dan Dianne, sepupunya, yang akhirnya retak akibat niat baik Cecilia pada nasib anak sepupunya itu. Tidak semua niat baik akan berakhir baik, bisa juga hasilnya salah paham. Dan pesannya, jangan pernah menunda menyelesaikan kesalahpahaman tadi. Sebab jika diundur-undur, permasalahan akan bertambah parah dan kacau.

Di novel Gravity juga akan ditemukan banyak adegan mengharukan. Saya contohkan satu, adegan ketika mamanya Cecilia berkunjung ke Jakarta hanya demi membawakan makanan. Si Ibu mengerti jika pekerjaan Cecilia kadang membuat anaknya itu mengesamping pentingnya makan. Naluri ibu di adegan ini membuat saya terharu sekaligus merasa hangat.

“Mama khawatir padamu. Dari kemarin-kemarin kamu kan tidak sempat makan malam. Jangankan untuk urusan pribadi, makan saja kamu tidak ada waktu…” [hal. 58]
Novel Gravity memang indah. Cover yang menampilkan 2 warna kontras, seakan menunjukkan kepribadian Declan dan Bernard. Declan diwakili warna merah kekuningan, sedangkan Bernard diwakili warna biru (kayaknya nama warnanya begitu). Gaya menulis Mbak Rina juga sangat luwes. Diksinya enak. Ditambah kalimat bahasa inggris yang digunakan tidak membuat saya puyeng. Saya memang kurang menyukai novel dengan kalimat asing yang banyak bertebaran.

Berikut ini beberapa catatan saya selama membaca novel Gravity:
  1. “Foto yang baik bukanlah refleksi tentang apa yang seseorang lihat, melainkan yang bercerita tentang apa yang seseorang rasakan ketika mata mereka menangkap gambar tersebut.” [hal. 70]
  2. “Waktu orang mengatakan padamu bahwa mereka sibuk, itu bukan mengacu pada jadwal mereka, melainkan pada urutan prioritas mereka.” [hal. 150]
  3. “Tidak peduli seberapa jauh seseorang mengembara, akan ada orang-orang tertentu yang menarik mereka kembali ke arah orang-orang itu…” [hal. 229]
  4.  “… Tak ada pria yang suka dijadikan pilihan.” [hal. 268]
  5. “Suatu hubungan bisa bertahan karena dua manusia di dalamnya memutuskan untuk berusaha dan berjuang.” [hal. 290]

Mungkin bagian romantis pada novel Gravity ini akan terasa kental. Tapi pada bagian lain yang bisa dilewatkan begitu saja, ada bagian yang seharusnya diperhatikan. Keberadaan sahabat yang kerap memberikan komentar atau nasihat tak sesuai keinginan kita, bisa menjadi konflik yang kemudian kita rindukan jika dia sudah menjauh. Sahabat baik selalu akan berada di sisi mendukung kita meksi cara yang digunakannya tidak sepaham dengan kita. Itu poin yang ingin saya tegaskan yang saya dapatkan di buku ini. Mulailah menghargai dan menyayangi sahabat dekat-baik  dengan lebih hangat sejak hari ini.

Akhirnya rating yang saya berikan untuk novel Gravity sebesar 3 bintang dari 5 bintang.
:) :) :)