Oktober 11, 2021

[Resensi] Let It Be love - Vilda Sintadela


Judul: Let It Be Love

Penulis: Vilda Sintadela

Editor: Mita M. Supardi & Tesara Rafiantika

Penerbit: GagasMedia

Terbit: November 2015, cetakan pertama

Tebal: viii + 260 hlm.

ISBN: 9797808467

***

Ariana, seorang desainer furniture yang selalu mengandalkan dirinya sendiri atas nama kemandirian, telah lama bersembunyi dari cinta. Meski diam-diam, ia berharap, suatu hari, seseorang akan menyelamatkannya dari rasa kesepian. Mempertemukannya dengan cinta yang nyata.

Ahda, seorang seniman rupa yang tak pernah menganggap cinta benar-benar ada. Tak banyak celah dalam hatinya untuk diselusupi rasa. Meski ada kalanya logika dan hatinya seakan tak sejalan, mencoba membuka ruang untuk rasa yang tak sepenuhnya ia percayai.

Keduanya bertemu. Namun, cinta tak ubahnya sebuah seni yang mereka geluti. Yang terkadang tampak rumit, sekaligus menantang. Yang memerlukan kesabaran untuk memahami dan menyelesaikannya. Sementara, Ariana dan Ahda adalah dua orang yang telah lama tak terlalu berharap banyak pada cinta.

Lalu, akankah cinta selalu punya cara mempertemukan meski mereka berlari menjauhinya?

***

Di twitter saya sempat mengatakan kalo saya kayaknya perlu membaca buku yang ringan-ringan saja karena sedang banyak pikiran. Dan setelah menyelesaikan membaca novel Traveline Past karya Luna Torashyngu, saya melanjutkan membaca novel Let It Be Love ini.

Pilihan saya tepat. Novel ini ringan dan menghangatkan hati selama proses membacanya. Saya seperti sedang bernostalgia dengan ciri khas novel dari Penerbit GagasMedia yang heartwarming, lembut, menenangkan, dan tidak meledak-ledak.

Novel ini mengisahkan seorang Ariana, berusia 25 tahun, yang sibuk bekerja sebagai desain furnitur. Urusan cinta bagi dia ada di urutan bawah. Namun karena proyeknya, dia harus bekerjasama dengan sebuah bengkel. Disitulah Ariana bertemu dengan Ahda, pemuda tukang berbakat yang jarang bicara, kalo bicara langsung ke poinnya.

Hubungan keduanya berkembang seiring proyek yang dikerjakan. Ariana mengenal lebih dalam sosok Ahda, seorang seniman, yang baginya menyimpan keunikan dan perbedaan, jika dibandingkan dengan Damar, sosok lelaki yang dikenalkan Maya untuknya.

Dinamika hubungan mereka seru diikuti lantaran keduanya saling suka tapi enggan mengungkapkannya. Sehingga apa yang mereka rasakan harus menunggu jeda dan liku-liku sebelum akhirnya menemukan kesimpulan yang jelas. Perjalanan mereka inilah yang kadang membuat saya merasa tergelitik sendiri. Apalagi ketika babak muncul orang-orang ketiga yang membuat keduanya merasa cemburu.

Roman yang dibawa penulis bukan roman yang meledak-ledak atau ekspresif. Ini cocok bagi pembaca dewasa karena karakter dewasa pada tokoh-tokohnya sangat relate. Ahda tau menghadapi Ariana yang pemalu untuk mengungkapkan perasaannya. Begitu pun Ariana paham menghadapi sosok Ahda yang kaku. Yang membuat salut lagi, tokoh Damar dan Renggani diberikan karakter dewasa dalam menghadapi gebetan yang ternyata tidak bisa mereka miliki. 

Sehingga konflik-konflik yang muncul tidak membuat pembaca membenci salah satu tokoh yang ada. Justru kita akan diajak untuk mengiyakan cara-cara mereka menghadapi masalah percintaan yang bikin gemes ini. Kita akan bergumam sendiri, "Oh iya, memang begini harusnya."


Porsi latar tempat di novel ini cukup membangun untuk menunjang karakter tokoh sehingga meninggalkan kesan yang mendalam bagi pembaca. Bandung menjadi latar yang membangun karakter Ariana si pekerja keras. Bali menjadi latar yang membangun karakter Ahda si seniman yang dewasa, kaku, dan tenang. Sedangkan Paris menjadi transisi sejenak bagi Ahda untuk meyakinkan perasaannya kepada Ariana.

Simbolisasi karakter di novel ini juga mengesankan saya. Ariana digambarkan sebagai bunga teratai atau lotus. Sedangkan Ahda digambarkan sebagai petrichor, atau aroma lembab tanah seusai hujan turun. Simbolisasi ini diramu dengan apik kepada alur cerita sehingga memiliki peranan penting untuk kisah Ariana dan Ahda.

Kebudayaan Bali, ilmu desain, dan tempat wisata yang disisipkan penulis juga tidak kebanyakan. Sangat cukup menjadi wawasan baru bagi pembaca sekaligus menjadi ornamen penting dan berwarna untuk merajut kisah tokoh utama. Saya cukup menikmati pengetahuan baru yang dibawa penulis dalam novelnya ini.

Keseruan dan kehangatan yang ditularkan novel ini membuat saya berani memberikan nilai 4 bintang dari 5 bintang. Karakter Ariana dan Ahda jadi kandidat pasangan romantis karakter novel.

Terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku ya!

[Resensi] Traveline Past - Luna Torashyngu


Judul: Traveline Past

Penulis: Luna Torashyngu

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Mei 2021

Tebal: 240 hlm.

ISBN: 9786020650562

***

Sembilan puluh enam tahun lalu, bangsa Planet Gorb menyerang Bumi dan memicu perang melawan penduduk Bumi. Aliansi militer Bumi akhirnya menemukan cara untuk mengakhiri peperangan: mengirim sebuah tim ke masa lalu menggunakan mesin waktu untuk mencegah bangsa Gorb menyerang Bumi.

Namun, beberapa saat sebelum tim tersebut pergi ke masa lalu, mereka diserang bangsa Gorb. Seluruh anggota tim tewas. Hanya Orin yang selamat. Dia prajurit berusia enam belas tahun yang sebetulnya bukan anggota tim. Orin terpaksa melanjutkan misi sendirian. Dia kembali ke tahun 2021, satu bulan sebelum Gorb menyerang, dan bertemu Yoko, pemuda sebayanya. Walau awalnya tidak percaya, Yoko akhirnya bersedia membantu Orin.

Sambil menunggu pesawat Gorb pertama tiba di Bumi, Orin bersekolah di tempat yang sama dengan Yoko. Di sekolah inilah Orin mendapat kehidupan serta teman baru, juga menghadapi masalah yang umum dihadapi remaja seusianya seperti pelajaran, persahabatan, perundungan, sampai soal asmara.

Dalam misinya mencegah perang, Orin menemukan fakta-fakta baru mengenai penyebab bangsa Gorb menyerang Bumi. Fakta-fakta yang selama ini disembunyikan pemerintah aliansi Bumi.

***

Begitu selesai di halaman terakhir, disitu tertulis kalimat, 'Bersambung ke Traveline Present', yang artinya ada buku lanjutannya. Ternyata Traveline Past adalah buku pertama dari series Traveline yang dibuat penulis. Saya pun mencari informasi buku keduanya dan tidak mendapatkan apa-apa, baik di goodreads maupun di store gramedia(dot)com. 

Mari kita nantikan saja buku keduanya!

Novel dibuka dengan adegan peperangan yang terjadi tidak lama sebelum tim aliansi militer Bumi masuk ke mesin waktu untuk mencegah perang antara bangsa manusia bumi dengan bangsa Gorb. Sayangnya sebelum berhasil masuk ke mesin waktu, mereka tewas dibantai oleh serangan bangsa Gorb. Yang selamat hanya Chlorina Foley atau Orin, adik angkat dari Kapten Akira Yamada. Dia akhirnya ditunjuk oleh Jenderal Hudson untuk pergi ke masa lalu dan membawa misi mencegah perang.

Orin tiba di tahun 2021, tepatnya sebulan sebelum pesawat Gorb menyerang bumi. Dia mendarat di rumah Yoko. Dan remaja laki-laki ini yang kemudian menjadi teman Orin sekaligus yang akan membantu Orin menyelesaikan misinya.

Menurut saya ada dua poin yang membuat novel ini menarik diikuti. Pertama, bagaimana Orin mencegah perang dengan menghadapi kehadiran pesawat pertama bangsa Gorb di Bumi. Kedua, bagaimana Orin beradaptasi di tahun 2021.

Karena genrenya teenlit, novel ini tergolong ringan, baik dari cerita maupun bahasanya. Penulis mampu meramu dengan apik latar masa depan dengan teknologi maju dibanding sekarang. Dan penulis juga berhasil membawa suasana perang di tahun 2117 seperti perang ketika tim Avengers menghadapi Thanos dan anak buahnya. Kontrasnya begitu terasa antara Orin di masa perang dengan Orin di tahun 2021.

Proses adaptasi Orin di tahun 2021 cukup lancar berkat bantuan Yoko. Padahal saya sudah bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Orin sambil menunggu munculnya pesawat pertama bangsa Gorb datang ke Bumi. Namun berkat SIVA, jam tangan terkomputerisasi dengan canggih, penyesuaian Orin masuk akal. SIVA ini sistem yang punya rekaman dari masa lalu hingga masa depan sehingga dia bisa mengkoneksikan datanya untuk banyak hal. 

Contoh andil SIVA dalam membantu penyesuaian Orin adalah dia menelusuri pemilik rumah di samping rumah Yoko yang akan dikontrakan sehingga Orin bisa tinggal disitu. SIVA juga membantu pemberkasan seolah-olah Orin adalah murid pindahan di sekolah Yoko. Yang paling keren, SIVA bisa memunculkan semua rekaman kamera dari waktu kapan pun sehingga bantuannya ini bisa mencegah tindakan perundungan yang dialami Arini, salah satu teman sekolah Orin.

Di novel ini juga disinggung sedikit romansa ala-ala remaja. Yoko yang naksir Dhea harus berhadapan dengan Bandi, pacarnya Dhea. Tapi Yoko akhirnya tahu Dhea hanya mempermainkannya. Yoko akhirnya menyadari perasaan sukanya kepada Orin namun Orin tidak bisa gegabah karena ada alasan besar yang merupakan plot twist novel ini di akhir ceritanya. Romansa ini jadi bumbu manis bagi perjalanan Orin mengemban misi utamanya.

Ada juga nilai persahabatan yang ditunjukkan penulis lewat Genta dan Yoko. Keduanya dekat dan akrab. Namun saya terusik ketika sosok Genta digambarkan sebagai remaja yang gendut. Sebab nama Genta melekat dengan sosok Genta di novel 5 cm yang dewasa, asyik, banyak tahu, dan solid bersahabat. Tapi biar berbeda sekali dengan Genta di novel itu, Genta di novel ini sangat menghibur.

Novel Traveline Past ini seru dibaca. Tidak terlalu tegang dan cukup memberikan hiburan. Bagi saya nilai novel ini adalah 3 bintang dari 5 bintang. Saya penasaran apa yang akan dibahas oleh penulis di novel keduanya, Traveline Present.

Terakhir dari saya, jaga kesehatan dan terus membaca buku!

Oktober 01, 2021

Rekap Bookmail September 2021

Halo! Apa kabar? 

Teman-teman, mungkin ke depannya akan ada postingan terbaru di blog saya ini, yaitu "Rekapan Bookmail". Di artikel ini akan saya ceritakan secara singkat buku apa saja yang saya dapatkan -baik hasil beli, hadiah, atau hibahan- dan alasan kenapa saya tertarik memilikinya.

Tujuannya agar saya bisa berterima kasih kepada diri sendiri, kepada mereka yang menjodohkan saya dengan buku, dan kepada kesempatan yang saya dapatkan untuk menikmati pengalaman memiliki buku.

1. Cinta Terakhir Baba Dunja -  Alina Bronsky

Alhamdulillah, ini gratis, hehe

Buku ini saya dapat sebagai hadiah penanya terbaik dari Gramedia pas ikutan talkshow Sahabat Baca Novel via zoom dengan tema Bocoran Editor pada hari Jumat, 27 Agustus 2021. Di acara itu hadir empat editor yang mewakili penerbit di bawah naungan Gramedia: Gramedia Pustaka Utama, Kepustakaan Populer Gramedia, Grasindo, dan Bhuana Ilmu Populer.

Dan atas hadiah ini, saya ingin berterima kasih kepada Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

***


2. Creative Writing - A. S. Laksana

Harganya 79.200,-

Buku Creative Wraiting ini saya beli di akun shopee Dema Buku dengan menimbang saya perlu ilmu menulis untuk bekal saya menjadi blogger buku. Saya berharap buku ini bisa ngasih pandangan menjadi penulis yang lebih apik daripada yang sudah saya jalani sekarang.

***


3. Storm Sister #1: The Sinking World - Mintie Das

4. Storm Sister #2: The Frozen Seas - Mintie Das

1 paket ini seharga 40.000,-

Saya beli kedua novel preloved ini pas lagi menjelajah akun Literary Base. Dulu saya pernah baca buku pertamanya, yang kover merah, dan suka. Sayangnya saya lupa buku itu kemana, diberikan atau dijual. Beberapa kali sempat maju-mundur untuk punya kembali buku dan ternyata kemarin itu momen beruntung saya bisa beli buku ini lagi dengan harga yang murah. Beruntung banget karena pas bukunya sampe, kualitasnya masih sangat-sangat-sangat bagus. Alhamdulillah...

***


5. Saha Mansion - Cho Nam-Joo

6. Merakit Kapal - Shion Miura

1 paket ini seharga 110.000,-

Kedua buku ini juga preloved yang saya temukan di base yang sama. Saya tertarik beli ini karena kondisi buku yang kelihatannya bagus dan dihargai murah. Dan benar aja, pas bukunya datang, kondisi buku masih sangat bagus. Makanya saya merasa senang banget karena meskipun beli buku preloved, buku-buku yang saya pilih kondisinya kayak baru, hanya lepas segel aja.

***


7. Keajaiban Toko Kelontong Namiya - Keigo Higashino

8. Funiculi Funicula - Toshikazu Kawaguchi

1 paket ini seharga 124.200,-

Karena merasa terus beruntung dapat buku preloved bagus, saya akhirnya makin sering mantengin base itu. Dan secara nggak sengaja ketemu lagi dengan buku preloved kedua buku ini. Begitu bukunya sampai, saya langsung cek kondisinya, dan alhamdulillah masih bagus banget. Pokoknya sampai hari ini saya sangat puas dengan buku-buku preloved yang sudah saya beli.

***


9. Dragon Pearl - Yoon Ha Lee

10. Orang-Orang Bloomington - Budi Darma

1 paket ini seharga 99.000,-

Kedua buku ini saya beli pas akun Mizan Official di shopee mengadakan promo "pilih 2 bayat 99K". Setelah menimbang buku mana yang mau dibeli, akhirnya saya membayar kedua buku ini. Saya penasaran sama karya almarhum Budi Darma. Lalu alasan lainnya, saya pengen baca fiksi yang petualangan begitu.

***


11. Jangan Pulang Jika Kamu Perempuan - Riyana Rizki

seharga 57.800,-

Kalau buku ini saya beli lantaran pengen ikutan lomba meresensi buku. Syarat salah satunya adalah memilih buku ini untuk diulas. Sebenarnya ada satu judul lagi, tapi kalo nonfiksi saya menyerah dulu, belum paham gimana menyajikan ulasan yang menarik ala-ala saya.

***


12. Potret Keluarga - Reda Gaudiamo

13. Perang - Rama Wirawan

Perang seharga 52.000,- & Potret Keluarga seharga 55.000,-

Saya tertarik membeli buku Potret Keluarga karena menurut info promosinya, buku ini sarat cerita soal keluarga. Saya yang menyukai cerita drama keluarga, nggak akan melewatkan untuk menikmati kisahnya.

***

14. Miss Peregrine's Home for Peculiar Children - Ransom Riggs

seharga 56.000,- (include ongkir 11.000,-)

Karena saya keingetan sama enaknya diksi terjemahan di buku ini, jadi saya memutuskan untuk kembali mengkoleksi seriesnya. Dan saya kebetulan ketemu buku ini saat memburu preloved dengan harga murah dan kualitas buku yang sangat baik.

***


15. Walden - Henry David Thoreau

seharga 70.000,-

Beli buku ini karena rame di twitter - base buku. Terus beberapa orang memperlihatkan isinya, dan menurut saya menarik, sebab ini kumpulan memoar yang membahas banyak hal. 

***


16. Hollow City (Miss Peregrine's Peculiar Children #2) - Ransom Riggs

seharga 44.000,-

Begitu ketemu akun yang jual buku series kedua dari Miss Peregrine, saya langsung chat dan beli bukunya. Ini juga preloved, kondisi barang masih bagus. Harga juga murah.

***


17. Dollagoot: Toko Penjual Mimpi - Lee Mi Ye

hadiah GA

Kalau buku ini saya dapatkan untuk hadiah GA dari akun Kak Khansaa di twitter. Waktu itu syaratnya mengisi survey kebiasaan membaca. Saya bersyukur sekali bisa menjadi salah satu pemenangnya sehingga bisa punya buku yang sedang hype ini.

Saya ingin berterima kasih kepada Kak Khansaa karena sudah memilih saya sebagai satu dari tiga pemenang :)

***


18. Cantik Itu Luka - Eka Kurniawan

seharga 98.000,-

Buku ini saya beli lantaran sepanjang pengalaman saya membaca buku, belum pernah mencicipi buku tebal Eka Kurniawan, padahal buku beliau dipuja-puji bagus. Rasanya tertinggal banget karena belum membaca buku-buku bagus dari beliau.

***


19. The Magic Library - Jostein Gaarder

20. Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh - Dee Lestari

paket seharga 72.600,-

Saya membeli kedua buku ini sebenarnya mengincar buku Supernova #1 -nya karena ada niatan mau mengoleksi karya Dee Lestari, utamanya yang fiksi. Tetapi karena sistem budlling, jadi saya beli saja sekalian, padahal buku Jostein Gaarder-nya sudah punya.

***


Nah, teman-teman segitu posting-an bookmail untuk bulan September ini. Total ada 20 buku. Jumlah yang banyak. Dan saya lumayan kaget dengan uang saya keluarkan. Mungkin bulan depan saya akan puasa dulu beli buku, atau jika mau beli buku pun, harus ketat sesuai budget. Semoga bisa, hehe.

Oke, sekian dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!


September 28, 2021

Lebih Manfaat Mana: Membaca Buku Fiksi atau Non-Fiksi?


Bukan pertanyaan baru soal lebih bermanfaat mana antara membaca buku fiksi dan non-fiksi. Ini menjadi momen yang mengesalkan ketika masyarakat suka membandingkan dua hal ini. Saya sendiri mengalami hal serupa ketika sering membagi link resensi buku di blog ini, di status whatsapp.

Sekelas atasan kerja pun sempet menyinggung hal ini ketika beliau menelepon saya. “Kamu jangan kebanyakan membaca novel,” ucapnya dengan intonasi meremehkan. Sejak itu saya membatasi untuk membagikan link di WA. Saya jadi lebih sering membagikannya di twitter. Jengah, iya, tapi nggak begitu menyakiti hati. Pembenaran lainnya, “Mungkin banyak yang terganggu dengan status WA saya, jadi alangkah baiknya dihindari saja.”

Oke, saya akui bacaan saya lebih banyak di golongan fiksi, sehingga jika sebulan saya bisa menyelesaikan 3 sampai 4 novel dan 1 buku pengembangan diri. Atau mungkin tidak berhasil membaca buku non-fiksi satu pun. Lalu, apa jeleknya membaca novel

Menurut saya yang jelek itu mereka yang nggak pernah baca buku tapi doyan nyinyir ke orang yang suka baca buku.

Pola pikir masyarakat menilai novel sebagai bacaan yang imajinatif dan halu. Sehingga bagi mereka isi novel ini tak lain dan tak bukan hanya cerita kosong karangan orang yang disebut penulis. Bukan sesuatu yang nyata, dan karena bukan kenyataan dianggapnya sepele dan nggak berguna.

Berbeda dengan buku non-fiksi, bagi masyarakat buku jenis ini lebih berbobot dan untuk beberapa buku bisa meningkatkan kemampuan pembacanya. Saya akui soal meningkatkan kemampuan seseorang itu memang benar. Tapi bukan berarti buku fiksi tidak berbobot juga.

Saya jadi gemas pengen menjelaskan apa manfaat saya membaca novel.


  1. Membaca novel justru mengasah empati. Novel yang saya baca (dan semua novel umumnya) selalu memuat nilai-nilai kehidupan manusia sehingga novel sebenarnya memotret dinamika kehidupan manusia yang punya masalah kompeks. Dari tokoh-tokoh di dalam novel kita bisa belajar banyak nilai kehidupan yang belum tentu kita alami. Dengan membaca banyak novel, makin kaya juga kita memahami pelajaran hidup tanpa harus mengalaminya. Kita akan lebih peka dan empati menghadapi masalah hidup yang mungkin ke depannya akan menimpa kita.
  2. Membaca novel membuat sisi logis otak makin tajam. Perpaduan membaca, memahami, bahkan menghayati isi novel membuat pembaca lebih cerdas baik secara otak dan hati. Saya merasakan betul manfaat ini ketika saya menghadapi pekerjaan kantor yang berhubungan dengan sistem komputerisasi akuntansi dan logika jurnal keuangan, padahal saya karyawan yang kuliahnya nggak selesai. Nilai plus pembaca buku adalah mereka suka inovasi, mereka bisa menyederhanakan pekerjaan sehingga selesai cepat dan tepat, dan mereka lebih teliti. Ini karena kebiasaan membaca mengharuskan teliti, mengikuti alur cerita, dan menguasai lebih banyak isi novelnya.
  3. Membaca novel bukan kegiatan yang merugikan orang lain. Ini yang perlu dipahami oleh orang-orang yang nyinyir soal manfaat membaca fiksi, jika membaca bukan kegiatan yang akan mengganggu, apalagi merugikan orang lain. Jadi selama kalian tidak terganggu, stop, sudah jangan mengomentari soal lebih baik yang mana.


Kesimpulannya, membaca itu punya manfaat. Bukan soal fiksi atau non-fiksi. Membaca komik pun itu masih lebih baik dibandingkan dengan tidak membaca apa pun. Justru kegiatan membaca membuat kita sadar kalau ternyata selera orang itu berbeda-beda. Kita justru belajar hal lain, soal menghargai kesukaan orang lain, dan tidak dibenarkan menilai orang lain berdasarkan buku yang dibacanya.

Nah, sekian artikel sekaligus uneg-uneg dari saya. Jika ada yang mau menambahkan, silakan tulis di kolom komentar ya!

Terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!



September 26, 2021

[Resensi] Funiculi Funicula - Toshikazu Kawaguchi


Judul: Funiculi Funicula

Penulis: Toshikazu Kawaguchi

Penerjemah: Dania Sakti

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Mei 2021, cetakan kedua

Tebal: 224 hlm.

ISBN: 9786020651927

***

Di sebuah gang kecil di Tokyo, ada kafe tua yang bisa membawa pengunjungnya menjelajahi waktu. Keajaiban kafe itu menarik seorang wanita yang ingin memutar waktu untuk berbaikan dengan kekasihnya, seorang perawat yang ingin membaca surat yang tak sempat diberikan suaminya yang sakit, seorang kakak yang ingin menemui adiknya untuk terakhir kali, dan seorang ibu yang ingin bertemu dengan anaknya yang mungkin takkan pernah dikenalnya.

Namun ada banyak peraturan yang harus diingat. Satu, mereka harus tetap duduk di kursi yang telah ditentukan. Dua, apa pun yang mereka lakukan di masa yang didatangi takkan mengubah kenyataan masa kini. Tiga, mereka harus menghabiskan kopi khusus yang disajikan sebelum kopi itu dingin.

Rentetan peraturan lainnya tak menghentikan orang-orang itu untuk menjelajahi waktu. Akan tetapi, jika kepergian mereka tak mengubah satu hal pun di masa kini, layakkah semua itu dijalani?

***

Satu hari Fumiko Kiyokawa dan Goro Katada janjian ketemu di satu tempat makan, tapi tutup. Lalu mereka mencari tempat lain, sayangnya mereka hanya menemukan kafe Funiculi Funicula. Pertemuan itu diharapkan menjadi lamaran Goro. Namun ternyata justru jadi perpisahan Goro karena harus ke Amerika mengejar impian pekerjaannya.

Setelah kejadian itu, setelah melihat informasi di televisi, Fumiko baru sadar kalau kafe kemarin adalah kafe yang legendaris sebab rumornya bisa membawa pengunjung pergi ke masa lalu. Fumiko kembali datang ke kafe dan meminta tolong kepada Kazu Tokito, pekerja kafe, untuk membantunya pergi ke masa lalu. Di kafe Funiculi Funicula, Fumiko mengenal Yaeko Hirai, Kumi HiraiKotake, Fusagi, Kei Tokita (istri sepupu Kazu), dan Nagare Tokita (sepupu Kazu).

Ada lima peraturan rumit yang harus diketahui oleh pengunjung ketika ingin pergi ke masa lalu. Gara-gara peraturan ini, kebanyakan pengunjung mengurungkan niat mereka.


Walau dengan lima aturan sulit ini, Fumiko bisa kembali ke masa lalu. Disusul oleh yang lainnya. 

Lalu, masa lalu seperti apa yang mereka kunjungi? Jawaban apa yang mereka cari?

Masa Lalu Tetaplah Masa Lalu

Kebanyakan alasan seseorang ingin kembali ke masa lalu karena ingin memperbaiki sesuatu yang sudah berlalu, yang dianggap sebagai kesalahan. Dengan harapan bisa merubah keadaan sekarang. Namun, di novel ini kita akan diberikan kebalikannya.

Konsep masa lalu yang tidak dapat diubah merupakan aturan bijaksana. Sebab jika masa lalu bisa dirubah, masa depan ikut berubah. Dan cerita tipe itu pasti membingungkan kita, sebab teori paradoks akan berlaku. Misalnya Grandfather - Paradox: Jika kamu kembali ke masa lalu dan membunuh kakekmu, maka keberadaan kamu dipertanyakan. Sebab jika kakekmu meninggal, orang tuamu tidak ada, dan kamu pun tidak ada. Lalu kamu yang membunuh pun tidak ada.

Rumit, kan?

Dengan aturan yang ketat soal masa lalu yang tidak dapat berubah, tokoh yang pergi ke masa lalu hanya akan menemukan jawaban dari yang selama ini belum mereka ketahui atas suatu kejadian atau peristiwa.

Ada empat bab di novel ini, yang setiap bab-nya menceritakan kunjungan para tokoh melintasi waktu. Bab pertama, Kekasih, menceritakan Fumiko yang ingin mengungkapkan keinginannya menahan Goro supaya jangan pergi. Bab kedua, Suami-Istri, menceritakan rasa penasaran Kotake dengan surat yang dipegang suaminya, Fusagi, yang mengidap Alzhemier. Bab ketiga, Kakak-Adik, menceritakan Hirai yang menyesal karena kehilangan adiknya. Bab keempat, Ibu-Anak, menceritakan perjalanan Kei ke masa depan untuk melihat putrinya.

Dominan Tema Keluarga

Karena ada empat kisah menjelajah waktu, dan semuanya membahas soal hubungan, saya bisa menyebut tema novel ini didominasi tema keluarga. Tema yang selalu bikin hati saya menghangat ketika membacanya, dan terkadang justru bikin mata berkaca-kaca. 

Tema keluarga lebih banyak menggali konflik yang biasa muncul di tengah rumah tangga, lalu dibandingkan dengan kondisi ideal. Misal, hubungan suami-istri itu harusnya mesra dan romantis, tapi jika kenyataan salah satu pasangan ditimpa sakit, keadaan mesra dan romantis tadi menguap. Yang ada justru usaha keras untuk membuat kondisi tetap stabil. Pencapaian ini paling minimal yang diupayakan.

Contoh lainnya, Ibu-Anak harusnya akrab dan harmonis. Tetapi jika anak itu ditinggal mati ibunya sejak bayi, apakah akrab dan harmonis akan berlaku? Yang ada adalah bagaimana si anak melanjutkan hidup tanpa kasih sayang seorang ibu.

Kondisi-kondisi seperti inilah yang paling gampang mengaduk emosi pembaca sebab tema ini relate dengan hati pembaca kebanyakan.

Heartwarming

Saya sempat membaca salah satu twett yang menanyakan, "Apakah 'Heartwarming' termasuk salah satu genre buku?" Tentu saja bukan. Heartwarming atau menghangatkan hati merupakan salah satu kesan yang timbul setelah membaca novel. Biasanya kesan ini muncul untuk novel-novel yang bergenre roman dan keluarga.

Novel Funiculi Funicula ini termasuk salah satu novel yang meninggalkan kesan heartwarming tadi. Menurut saya hal itu terjadi karena emosi yang dimainkan penulis tidak sampai meledak (marah-marah, kesal, menggerutu, atau emosi negatif lainnya). Pembaca justru diajak untuk bersikap positif thinking, ikhlas, sabar, dan berlapang dada dengan kenyataan yang tidak dapat diubah semau kita.


Apakah novel Funiculi Funicula ini menarik?

Bagi saya novel ini meninggalkan kesan adem. Saya belajar banyak nilai hidup dari berbagai bentuk hubungan. Pesan yang dikandung novel ini mengajak pembaca untuk lebih menyayangi keluarga atau orang terdekat. Sebab ketika kita kehilangan waktu indah bersama mereka, yang tersisa tinggal penyesalan. Di novel ini para tokoh bisa menemukan jawaban dengan menjelajah waktu. Sedangkan di kenyataan, kita tidak bisa berbuat apa-apa.

Saya memberikan nilai 4 bintang dari 5 bintang untuk kafe sederhana dan dingin, kafe Funiculi Funicula.

Terakhir dari saya, jaga kesehatan dan terus membaca buku!

September 25, 2021

[Resensi] Dollagoot: Toko Penjual Mimpi - Lee Mi Ye



Judul: Dollagoot: Toko Penjual Mimpi

Penulis: Lee Mi Ye

Penerjemah: Dwita Rizki

Penyunting: Jia Effendi

Penerbit: Penerbit Baca

Terbit: Juli 2021, cetakan pertama

Tebal: vi + 294 hlm.

ISBN: 9786026486608

***

Ada sebuah desa yang hanya bisa kamu kunjungi dalam tidurmu. Tempat paling populer di desa ini adalah Dollagoot: Toko Penjual Mimpi yang mengumpulkan dan menjual segala macam mimpi. Toko ini selalu ramai oleh manusia dan hewan yang ingin tidur panjang atau tidur siang. Setiap lantainya dilengkapi dengan mimpi-mimpi dari berbagai macam genre istimewa, termasuk mimpi tentang masa kecil, perjalanan menyenangkan, melahap makanan lezat, hingga mimpi buruk dan mimpi misterius.

Di toko ini ada Dollagoot, si pemilik toko; Penny, karyawan baru yang ceroboh dan penuh rasa ingin tahu; Aganef Coco. produser legendaris; dan Vigo Myers, manajer lantai dua.

Penny ditugaskan untuk bekerja di lantai satu dengan karyawan veteran, Bibi Weather. Namun, pada hari pertama dia bekerja, mimpi yang paling mahal dicuri....

Kisah menawan ini akan meninggalkan gaung yang lama. Tidak hanya menyenangkan bagi pembaca remaja, tetapi juga memberikan kehangatan dan penghiburan bagi pembaca dewasa yang lelah dengan kenyataan hidup.

***

Sejauh ini saya baru membaca 2 buku yang diterbitkan oleh Penerbit BACA: The Hen Who Dreamed She Could Fly karya Hwang Sun-mi dan Vegetarian karya Han Kang. Kesan saya, buku mereka kebanyakan berasal dari asia sehingga tempo dan tema cerita terasa lembut, dingin, sesekali diliputi misteri.

Novel Dollagoot: Toko Penjual Mimpi langsung memikat saya ketika mulai dibuka PO-nya. Tetapi saya yang sedang berusaha mengatur budget beli buku -walau gagal- belum memasukan buku ini ke keranjang. Jodoh memang nggak kemana, saya bisa mendapatkan buku ini dihadiahi oleh Kak Khansaa di twitter karena terpilih sebagai pemenang beruntung pengisi survey mengenai kebiasaan membaca buku.

Novel Dollagoot: Toko Penjual Mimpi menceritakan tentang Penny yang akhirnya bisa bekerja di toko penjual mimpi yang dikelola oleh Dollagot. Dia kemudian mengenal manajer setiap lantai toko yang memiliki karakter berbeda-beda. 

Bibi Weather, manajer lantai satu, sosok yang keibuan. Dalam bayangan saya, badannya gemuk. Dia murah senyum dan ramah. Vigo Myers, manajer lantai dua, memiliki kesan kaku, sangat suka kerapihan dan kebersihan. Tipe yang perfeksionis. 

Mogberry, manajer lantai tiga, sosok perempuan yang bebas dan ceria sehingga lantai tiga terasa lebih berwarna dan bising. Speedo, manajer lantai empat, tipe yang aktif, nyentrik, dan bawel sebab dia memegang lantai yang menjual mimpi bagi manusia dan hewan. Dan Motale, bukan manajer lantai lima, merupakan teman Penny waktu SMA yang dikenal bersikap gaduh, suka tampil, dan bersemangat.

Selama bekerja di Dollagoot, Penny mendapatkan banyak nilai hidup, baik dari Dollagoot, manajer setiap lantai, maupun dari pelanggan. Dia merasa beruntung bisa bekerja di tempat yang tepat.

Pondasi cerita yang kuat

Kontradiksi sebenarnya ketika saya menyatakan pondasi cerita yang kuat dalam novel ini, padahal di awal saya kebingungan membayangkan latar tempat, waktu, dan alur ceritanya. Kotanya tidak jelas, mahluk Noctiluca itu apa, sirop penenang itu minuman apa. Dan dengan mengabaikan sementara, saya akhirnya bisa memahami dunia mimpi yang diciptakan penulis.

Yang terlintas di otak saya ketika membayangkan masyarakat di kota mimpi ini tertuju ke film animasi Soul dan Inside Out, dimana karakter pada kedua film ini adalah jiwa dan emosi. Orang-orang yang ada di kota terbagi menjadi dua golongan. Pertama, penduduk asli kota mimpi yang menjalankan industri mimpi. Kedua, pelanggan yang jadi tamu di kota adalah jiwa dari orang sungguhan yang sedang berada di fase setengah tidur.

Sejarah toko Dollagoot diulas lengkap dalam buku mungil berjudul Kisah Dewa Waktu dan Ketiga Murid. Buku yang diberikan Assam kepada Penny yang secara tidak langsung memuluskan dia untuk diterima bekerja di toko Dollagoot. Pengetahuan soal ini akan memudahkan pembaca memahami siapa Dollagoot dan bagaimana cerita toko ini menjadi penting dan terkenal di kota.

Pesan moral yang mengena ke hati

Saya menyebut jika alur cerita dalam novel Dollagoot ini tidak biasa. Umumnya, urutan alur cerita begini: perkenalan, konflik, titik puncak konflik, lalu penyelesaian, yang berfokus kepada tokoh utama. Tapi Dollagoot ini punya alur begini: perkenalan, konflik, perkenalan, konflik, perkenalan, dan konflik. Karena memang tipe cerita Dollagoot ini lebih ke menjelaskan apa yang terjadi selama kurun waktu tertentu di kota Mimpi.

Misal, ketika perayaan natal, perayaan tahun baru, pagelaran Grand Prix, keseharian Bibi Weather pagi hari sebelum berdinas, kegiatan Dollagoot melayani pesanan mimpi untuk orang lain, dan lain-lain. Semua berupa potongan kegiatan yang dilakukan para tokoh pekerja di Dollagoot, termasuk pelanggan yang bersinggungan dengan Penny dkk.

Konflik besarnya tidak tampak. Tapi tenang saja, jalan ceritanya tetap bisa dinikmati karena muatan pesan moral yang relate dengan kondisi kita masa sekarang.

Saya setuju dengan pernyataan di atas. Selain menambah pengetahuan, kebiasaan membaca dapat melatih otak untuk lebih mengerti suatu masalah. Ini terbukti ketika kita mempelajari rumus excel. Banyak orang yang tidak memahami rumus fungsi IF, padahal bagi orang yang suka membaca, rumus ini sebenarnya berupa kalimat. Jadi ketika rumus-rumus excel dikombinasikan antara satu rumus dengan rumus lain, kita akan lebih paham maksudnya karena rumus tersebut membentuk kalimat.

Pada halaman 106 dibahas mengenai arti masa depan dan tujuan hidup. Kurang lebih menyatakan, "Hidup akan terasa sempurna kalau bisa melewati prosesnya, bukan sekadar tau ujung akhirnya." Penulis menyentil kita semua untuk menikmati proses hidup, jangan terpaku kepada hasil. Jika terpaku kepada hasil, kita bisa berhenti di tengah proses karena melihat hasil yang ingin dicapai tidak sesuai ekspektasi.

Tidur merupakan wahana untuk menghidupkan mimpi. Dan arti penting tidur dibahas di halaman 172-173. Penulis mengingatkan orang-orang yang rela begadang demi main gim, mengutak-atik smartphone, dan menelepon pacar. Padahal, esok harinya mereka harus beraktifitas. Bagi industri mimpi ini kerugian sebab penjualan mimpi menurun drastis karena orang-orang memilih tidur nyenyak dibanding tidur bermimpi.

Pesan lebih mendalam disampaikan penulis lewat pertanyaan yang langsung menohok.

"Sampai kapan aku harus hidup begini?" (hal. 73) menyoroti keputusasaan seorang perempuan muda berusia 28 tahun, yang merasa kehidupannya tidak menarik. Relate banget dengan saya pribadi, yang sejak mendapatkan jabatan baru, kehidupan saya tersedot hampir seluruhnya untuk menyelesaikan pekerjaan. Sehingga keseharian saya tidak menarik dan terasa membosankan sekali.

"Kapan kalian merasa tidak bebas?" (hal. 207) memaksa kita merenungkan keresahan-keresahan apa yang tengah kita rasakan dan itu membuat kita merasa tidak bebas. Salah satu cara untuk bebas adalah dengan menerima kehidupan apa adanya dan paham kalau kehidupan bebas itu memang tidak ada.

Industri Mimpi bagian dari bisnis

Mimpi dalam novel Gollagoot ini menjadi salah satu industri bisnis. Dalam setiap mimpi yang dialami kita, ada produser di belakangnya. Setiap produser memiliki sentuhan dan spesifikasi tertentu pada karyanya. Begitu membaca soal seluk-beluk mimpi, saya membayangkan industri mimpi ini mirip industri film. 

Mimpi dan film sama-sama diputar untuk disaksikan. Keduanya sama-sama dijual-beli. Sampai pada puncaknya, industri mimpi di Dollagoot pun ada malah anugerahnya. Semacam piala penghargaan. Dan dijelaskan malam penghargaan ini merupakan tontonan yang menarik banyak orang dan meriah.



Apakah novel Dollagoot: Toko Penjual Mimpi ini menarik?

Menurut saya buku ini sangat menarik. Bagi saya, novel yang membahas dinamika manusia, selalu punya nilai tersendiri. Saya seperti sedang belajar memahami nilai kebijaksanaan dari cerita-cerita beragam manusia. Dan itu akan membuat kita semua sadar, tidak ada manusia yang sempurna.

Jika saya harus memberi nilai pada novel ini, saya akan menganugerahkan 4 bintang dari 5 bintang.

Nah, sekian ulasan dari saya. Terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!