November 06, 2023

Resensi Novel Silence (Hening) - Shusaku Endo


Judul:
Silence (Hening)

Penulis: Shusaku Endo

Alih bahasa: Tanti Lesmana

Sampul: Staven Andersen

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juni 2021, cetakan kelima

Tebal: 304 hlm.

ISBN: 9786020337173


Berita tersebut sampai kepada Gereja di Roma. [kalimat pertama, Silence]



Christovao Ferreira, yang seorang misionaris Kristen dikabarkan murtad di Jepang. Gereja Roma tahu situasi berat di Jepang. Dan untuk melanjutkan karya misionaris ini, dikirimlah Bapa Rubino dan keempat rekan lainnya untuk memasuki Jepang. Tetapi ada tambahan tiga orang pastor muda yang dulunya murid dari Ferreira: Francisco Garrpe, Juan de Santa Marta, dan Sebastian Rodrigues. Mereka ingin menyelidiki apa yang menimpa gurunya dengan kepala sendiri.

Untuk sampai di Jepang, rombongan akan memulai perjalanan dari Lisbon menuju India. Butuh berbulan-bulan untuk sampai ke sana dan merupakan perjalanan laut yang tidak mudah. Setelah tiba di Goa, mereka mendapatkan kabar jika kapal Portugis tidak diijinkan memasuki wilayah Jepang, dan membuat rombongan mesti berhenti di Kota Macao. 

Rombongan disambut oleh Bapa Valignano dan dia tidak mengijinkan melanjutkan perjalanan ke Jepang karena sedang marak penyiksaan oleh pemerintah Jepang kepada siapa pun yang memeluk Kristen. Namun murid Ferreira memaksa untuk memasuki Jepang dengan dibantu oleh orang Jepang bernama Kichijiro. Dan yang berangkat akhirnya hanya Garrpe dan Rodrigues, Santa Marta tidak diijinkan ikut karena sakit malaria.

Setiba di Jepang, dimulailah perjuangan berat dua pastor muda ini untuk menemukan guru mereka dan orang-orang Kristen yang saat itu ketakutan identitasnya diketahui sebab akan membuat mereka terbunuh dengan penyiksaan yang sangat menyakitkan. 

Keduanya mengalami masa berat harus sembunyi-sembunyi, menahan kelaparan, ditangkap oleh prajurit, dipenjara di pegunungan, menyaksikan pembantaian orang Jepang Kristen yang membantu mereka, dan semua itu terjadi karena mereka enggan menyangkal keyakinan mereka terhadap Kristen.

Apakah mereka mampu mempertahankan kekristenan mereka yang harus dibayar oleh banyak kematian warga kristen lainnya? Atau apakah mereka akan murtad seperti guru mereka Ferreira?




Novel ini tuh menceritakan dukanya seorang pastor melakukan misionaris di Jepang. Cerita ini malah mengingatkan saya kepada perjuangan Nabi Muhammad SAW sewaktu menyebarkan ajaran Islam. Ada yang menentang terbuka, menghina-dinakan, bahkan sampai ancaman pembunuhan. Enggak kebayang bagaimana pedihnya mereka menghadapi hal itu.

Konflik muncul sewaktu Rodrigues dihadapkan pada penderitaan siksaan seperti dipenjara atau menyaksikan orang lain dibunuh karena keukeuh dengan Kristen-nya. Batinnya resah mempertanyakan misionaris yang dilakukannya ini memang perlu atau tidak dilanjutkan sebab yang jadi korban bukan dirinya sendiri. Korbannya bisa menimpa siapa pun yang menolongnya. Seorang pastor harusnya mengasihi dengan kasih tapi yang terjadi justru menjadi sebab orang lain disiksa dan dibunuh.

Puncaknya, sesuai judul novel ini - Hening, Rodrigues mempertanyakan peran Tuhan ketika dirinya dan pemeluk Kristen lainnya didera siksaan pedih, Dia ada dimana. Kenapa Tuhan tidak menolongnya dan hanya hening saja saat dia dan yang lainnya berdoa dengan sangat keras meminta pertolongan.

Ada dua poin menarik yang mengesankan saya yaitu soal peran organisasi agama bagi umatnya dan soal status di agama yang disindir oleh Rodrigues. Jika ia murtad demi menyelamatkan umat lainnya agar tidak terbunuh akan menjadi kekecewaan bagi Gereja Roma di sana. Sementara peran mereka di sana hanya mengirimkan pastor ke Jepang, hidup mereka aman dan nyaman, tidak mengalami penderitaan yang sama, tetapi dengan entengnya bisa melabelkan, memberi cap kalau tindakan murtad itu sebagai kesalahan besar. Padahal yang murtad terpaksa kemudian harus menderita karena pilihannya itu. 

Selain itu, status pastor yang disandang Rodrigues membuatnya harus bersikap terus mengasihi, memberi berkat dengan santun, dan harus mempresentasikan ajaran Kristen dalam situasi apa pun. Padahal pastor sendiri adalah manusia biasa. Ketika mengalami penyiksaan, ia pun ingin mengakhirinya segera dengan menyangkal keyakinan. Tetapi ia tetap menolak keluar dari keyakinan karena ia pastor dan di luar sana banyak yang menyebutnya Bapa. Label pastor inilah yang kemudian membuatnya tidak leluasa mengekspresikan emosi secara natural dan jujur sebagai manusia. Rodrigues dibuat resah dengan situasi yang membingungkan ini.

Sewaktu membaca novel ini, saya harus ekstra sabar sebab novel ini tipikal yang slow pace. Beruntungnya saya sudah menyiapkan diri jadi bisa melewatinya dengan baik. Dan format berceritanya lebih banyak deskripsi dibanding dialog. Tidak heran sih sebab keunggulan novel ini tuh kelihatan dari bagaimana penulis menggambarkan situasi yang dialami si tokoh dengan detail. Banyak banget narasi yang membuat kita akan membayangkan visualnya. Contohnya, sewaktu Rodrigues dipenjara di ruangan gelap dan pada pagi hari akan kelihatan sinar matahari yang masuk melalui celah, itu dideskripsikan dengan apik dan bisa membangun imajinasi pembaca.

Sudut pandang di novel ini ada di tokoh Rodrigues. Di awal kita akan membaca surat-surat yang dikirim Rodrigues ke Gereja Roma untuk mengabarkan perjalanannya ke Jepang. Isi suratnya sangat runut dan sarat informasi. Kemudian akan berubah menjadi pencerita saat kondisi Rodrigues tertangkap dan tidak memungkinkan untuk mengirim surat ke luar Jepang. Bentuk bercerita yang menarik dan tidak membingungkan juga.

Karena hanya ada satu POV, karakter Rodrigues juga yang paling berkembang. Dia ini pastor yang baik dan taat tapi kemudian mengalami kebingungan dengan ajarannya ketika mengalami penyiksaan. Tokoh-tokoh lainnya muncul sebagai pendukung saja dan porsinya tidak cukup banyak.

Usai membaca novel ini saya tidak mau membahas soal keyakinan beragama itu harus bagaimana sebab saya hanya manusia biasa yang imannya mudah naik dan turun. Orang paling taat pun akan ada fase dia menjadi manusia biasa yang punya nafsu, niat jelek, pikiran buruk, dan dosa yang mungkin disembunyikan dengan rapi dari pandangan orang lain. Yang paling tegas pesan dari novel ini adalah kita harus peka dengan orang sekitar agar kita bisa memiliki manfaat baik di situ.

Dosa adalah kalau orang menginjak-injak kehidupan orang lain secara brutal dan sama sekali tidak peduli akan luka-luka yang ditimbulkannya (hal. 145)

Kesimpulannya, secara pribadi saya suka dengan cerita di novel ini dan saya akan merekomendasikannya untuk pembaca yang menyukai cerita perenungan soal agama yang slow pace

Sekian ulasan saya untuk novel ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



November 02, 2023

Resensi Novel The Architecture of love - Ika Natassa


Judul:
The Architecture of Love

Penulis: Ika Natassa

Editor: Rosi L. Simamora

Sampul: Ika Natassa

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Agustus 2023, cetakan kedelapan belas

Tebal: 304 hlm.

ISBN: 978602329260


Semua orang pasti pernah merasa tersesat, literally atau figuratively, dan tidak ada yang membuat Raia merasa lebih salah tempat daripada sebuah pesta tahun baru[kalimat pertama, the architecture of love]

 



Raia Arsjad adalah penulis yang kehabisan ide untuk novel barunya dan memutuskan menemui temannya, Erin, di New York. Dan pada malam tahun baru ia bertemu pertama kali dengan River, kakak Aga, yang sedang menggambar sketsa di ruang gelap. Disusul dengan pertemuan berikutnya, Raia dan River sepakat untuk menjelajahi Kota New York.

Sebagai seorang arsitek, River mempunyai banyak kisah mengenai bangunan-bangunan di NY. Semakin banyak tempat yang mereka datangi, semakin banyak cerita yang diungkapkan, semakin membuat River bingung dengan kedekatan yang terjalin. Rasanya ia ingin melangkah maju ke Raia tapi masa lalunya masih memberatkan.

Ada persamaan antara Raia dan River yaitu sama-sama pernah kehilangan ditinggalkan orang yang dicintai. Dan alasan ini yang membuat keduanya berpikir lebih lama untuk melangkah saling mendekat.





Novel The Architecture of Love ini memiliki tema romantis. Kita akan menemukan kisah percintaan yang mendominasi, tetapi di bagian lain kita juga akan menemukan kisah persahabatan dan kisah keluarga yang walau porsinya sedikit tapi cukup menghangatkan hati. Yang membedakan dari novel lainnya, di novel ini romansanya dikemas bukan dengan tokoh lajang, melainkan dipresentasikan lewat tokoh yang sudah menikah namun karena satu hal harus menjadi single. Karena status tokoh-tokohnya ini kita akan dikasih intip romantika dan konflik yang salah satunya bisa saja muncul ketika kita berumah tangga nanti.

Saya sangat suka dengan jalinan kisah cinta antara Raia dan River di sini karena penulis mengemasnya dengan elegan. Narasi yang digunakan terasa lugas dan tidak bertele-tele, khas Kak Ika sih, persis seperti di novel Critical Eleven. Selama membaca novel ini saya mendapatkan pengalaman baik sebab akhirnya bisa membaca dengan penuh nikmat, tidak terburu-buru, dan bisa lebih memahami narasi yang ditulis Bahasa Inggris. Jujur saja, saya tuh berjarak dengan novel-novel yang Bahasa Inggrisnya kebanyakan. Namun di novel ini saya bisa membaur karena memang sejak awal saya sudah menyiapkan diri jika harus menerjemahkannya di google.

Novel ini punya part yang membuat saya terharu yaitu ketika Raia ngobrol dengan ibunya dan membahas soal apa yang ia alami. Raia ingin tahu apakah ibunya kecewa dengan segala keputusan yang ia ambil dan ada keputusan yang ternyata gagal. Dan ibunya menjawab dengan lugas kalau Raia tidak pernah mengecewakan mereka sebagai orang tua. Selalu dan selalu saja kalau cerita atau film yang membahas hubungan orang tua dan anak selalu bisa membuat saya terenyuh.





Yang menarik lainnya di novel ini adalah dunia kepenulisan yang diungkapkan Kak Ika sangat jelas, bukan sebagai tempelan semata. Tentu saja tidak meragukan, ibaratnya Kak Ika ini sedang membuka pintu dapurnya dan membiarkan pembaca melongok ada apa di dalamnya. Sebenarnya bukan teknik menulis yang dibocorkan melainkan kehidupan apa yang dialami penulis. Dibahas soal fase writing block, pencarian ide, proses promosi buku dan konflik pribadi versus profesi. Menurut saya ini sangat menarik diketahui siapa tahu kita nanti bisa jadi penulis juga, hehehe. Amin.

Setting Kota New York menjadi begitu indah dengan pendeskripsikan yang baik. Berbagai sudut kota dikulik, berbagai tempat ditunjukkan, dan dipadukan dengan narasi situasi seperti musim dan cuaca, membuat kita seperti ikutan berkunjung ke sana. Enak kali ya kalau bisa jalan-jalan ke New York?

Dan kalau membahas karakter, sosok Raia dan River ini terbilang utuh penggambarannya. Mereka ini baik, tulus, yang laki-laki sangat gentle, yang perempuan begitu manis, tapi bagi saya belum cukup mengesankan. Mungkin karena karakter sempurna tadi dibentuk hanya untuk menyokong adegan-adegan romantis sehingga kebaikan tadi terasa dangkal. Berbeda jika diselipkan konflik non-romantis dan penulis menonjolkan karakter baik tadi, pasti akan terasa lebih dalam. Karena seseorang kelihatan baik itu harus untuk berbagai situasi, bukan hanya ketika kasmaran.

Kesimpulannya, novel ini menarik dan menyenangkan, membawa perasaan hangat juga. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca kisah Raia dan River di sini sebelum kita ketemu dengan filmnya yang sedang tahap produksi.



Sekian ulasan dari saya, jika ada yang tidak berkenan dengan tulisan ini, semata-mata ini adalah opini saya sebagai yang sudah membaca novelnya. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Oktober 21, 2023

Resensi Komik Detektif Conan No. 2 - Aoyama Gosho


Judul:
Detektif Conan No. 2

Komikus: Aoyama Gosho

Alih bahasa: M. Gunarsah

Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Terbit: Januari 1997

Tebal: 176 hlm.

ISBN: 9789796378340



[1]

Masaki Negisi (42) ditemukan tewas terbakar saat pesta api di Kota Gunma. Kabar ini mengejutkan Detektif Mouri karena selama tiga hari kemarin dia membuntutinya atas suruhan Yutaka Abe, teman lamanya Masaki. Dan kematian Masaki membuat Yutaka Abe menjadi ahli waris asuransi jiwanya sebesar lima miliar. 

Fakta ini membuat Detektif Mouri yakin kalau pembunuhnya Yutaka Abe. Sayangnya dia punya alibi kuat kalau saat kejadian pembunuhan itu dirinya sedang liburan. Apa yang keliru dengan urutan waktu antara saat pembunuhan dan ditemukan mayatnya?

[2]

Seorang gadis muda bernama Masami datang ke kantor Detektif Mouri meminta bantuan untuk mencari keberadaan ayahnya, Kenzo Hirota, yang menghilang sudah sebulan. Berkat nama kucing yang dimiliki Hirota, Detektif Mouri bisa menemukan tempat tinggalnya. Masami dan Hirota pun dipertemukan. Namun sejak itu, Masami susah dihubungi. Ran khawatir dan saat mereka mengunjungi rumah Hirota lagi, mereka dikabari kalau Hirota tewas menggantung dan menurut polisi itu pembunuhan.

Dalam kasus ini, Detektif Mouri berhadapan dengan detektif lain yang sama-sama diminta untuk mencari Hirota dengan cerita yang berbeda yang disampaikan Masami. Namun, orang yang membayar detektif lain itu ikut terbunuh. Tersangka utamanya adalah Masami. Tapi apa motifnya?

[3]

Conan yang masuk SD harus dilibatkan untuk membasi hantu di Puri Kuno yang berada di RW 4. Kabarnya pemilik Puri ini dibunuh dan keluarganya pindah entah kemana. Menurut Ayumi, setiap malam sering terdengar jeritan dari dalam puri dan mereka ingin mencari tahu ada apa. Akhirnya kesepakatan dibuat berempat; Conan, Ayumi, Mitsu, dan Genta.

Saat mereka mulai melakukan penelusuran di Puri tersebut, Mitsu menghilang lebih dulu, kemudian disusul Genta. Conan dan Ayumi menemukan pintu menuju ruang bawah tanah dan mereka menemukan penjara. Rahasia pembunuhan lima tahun lalu pun terungkap, tapi siapa pelaku sebenarnya?



Shinici Kudo yang berubah jadi kecil dan mengganti nama menjadi Conan Edogawa akhirnya masuk SD. Ia pun merasa terjebak dengan bocah-bocah tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Bagian dia berinteraksi dengan teman sekelasnya lumayan seru dan lucu.

Di komik ini Conan mendapatkan alat-alat baru dari Profesor berupa sepatu untuk menedang dengan kekuatan lebih besar dan kacamata pelacak. Tubuh kecilnya memang tidak bisa diandalkan untuk membekuk penjahat dan perlu alat pendukung setelah sebelumnya dia mendapatkan dasi kupu-kupu pengubah suara.

Pada kasus kedua, Shinici Kudo juga mendapatkan informasi tipis mengenai perkumpulan jubah hitam yang menyebabkannya menjadi anak kecil. Semangatnya menyala untuk membongkar keberadaan perkumpulan tersebut karena pada kasus ini semakin jelas kalau perkumpulan itu membahayakan.

Resensi Komik Detektif Conan No. 1

Resensi Komik Detektif Conan No. 3

Resensi Komik Detektif Conan No. 5

Ada pesan moral yang sangat jelas untuk kasus ketiga dimana pembunuh pemilik Puri dilatarbelakangi oleh perasaan marah karena hinaan. Untuk itu kita harus menjaga lisan sebaik mungkin ketika berbicara dengan siapa pun, termasuk dengan keluarga sendiri. Sebab ketika seseorang sakit hati, akal jernihnya keruh sehingga siapa pun bisa nekad melakukan kejahatan, walau pun ujung-ujungnya akan menyesal.

Secara keseluruhan kisah di komik ini sangat seru dan mengaduk adrenalin. Saya suka komik nomor ini karena banyak adegan aksinya. Ditambah ada cerita yang mengarah ke hantu membuat rasa takutnya makin terasa. Bisa dibilang komik ini punya suasana nano-nano.

Oke, sekian ulasan saya untuk komik ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Oktober 20, 2023

[NOTICE!] Novel Pengantin-Pengantin Loki Tua karya Yusi Avianto Pareanom

 Halo... Halo... Halo...

Ada yang pernah membaca buku Raden Mandasia Si Pencuri Daging?

Saya sebenarnya sudah punya bukunya tapi belum dibaca, padahal katanya buku ini bagus banget, banget, banget.

Dan baru-baru ini penulis Yusi Avianto Pareanom kembali merilis buku yang menurut beberapa pembaca sama bagusnya dengan buku Raden Mandasia. Judulnya adalah Pengantin-Pengantin Loki Tua yang diterbitkan oleh Banana Publisher.


Kalau saya baca resensi pembaca lain, bukunya sama punya cerita kolosal gitu. Di sini kita bakal ketemu dengan sosok Loki yang pinter masak dan kisah asmaranya. Ada adu masak juga. Duh, menu-menu apa ya yang bakal muncul di sepanjang ceritanya? Jujur, saya penasaran banget.

Doakan saya ya supaya berkah rejekinya sehingga bisa membeli dan membaca buku ini. Tentu saja nanti saya tulis juga resensinya di blog ini.

Amin... Amin... Amin...

Oktober 19, 2023

Resensi Buku Anak Angin Dari Tebing 1 - Clara NG, Yustina Antonio


Judul: Angin Dari Tebing 1

Penulis: Clara Ng

Ilustrasi: Yustina Antonio

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Maret 2020

Tebal: 140 hlm.

ISBN: 9786020637372




Ada sebuah sekolah sederhana di tepi tebing. Orang-orang menyebutnya Sekolah Tebing. Ada 13 anak yang menjadi muridnya. Dan ini kisah keseharian segala yang berada di sekitar Sekolah Tebing.



Bersyukur banget bisa meminjam buku anak ini sebab gambar di dalamnya benar-benar menghibur. Kalau membaca profil ilustratornya, Kak Yustina, gambar-gambar ini dibuat menggunakan cat air. Tekstur dan warnanya lembut dan menyenangkan. Sangat bagus untuk sajian buku anak dan sudah pasti gambar-gambarnya bakal memikat pembaca berlama-lama memandangi detailnya.

Buku anak ini memiliki 28 judul cerita. Menurut saya sih tergolong banyak tetapi jangan panik dulu, setiap ceritanya pendek-pendek karena setiap halamannya ada gambar-gambarnya juga. Membaca buku begini bisa habis dalam sekali duduk lho.

Ceritanya sendiri berputar pada keseharian penghuni di dalam dan sekitar Sekolah Tebing. Ada 13 murid yang lucu-lucu dan memiliki kekhasan masing-masing. Ada mahluk hidup yang berbagi kisah  juga seperti anak kucing, ulat, anjing, kura-kura, laba-laba, tumbuhan bugenvile, dan masih banyak lagi.






Setiap ceritanya punya tema yang ringan. Seperti ketakutan Tia ketika pindah rumah, aksi kejar-kejaran tiga tikus yang menghebohkan kelas, tidurnya ulat yang pas bangun sudah jadi kupu-kupu, mimpi Bu Sheila bertemu Gatotkaca, dan masih banyak lainnya. Semua ceritanya aman kok untuk dibacakan buat anak-anak. Mereka pasti senang mendengar kisah yang unik dan sederhana, ditambah karakternya bermacam-macam.






Kak Clara Ng berhasil membangun imajinasi tentang sebuah sekolah dan pernak-perniknya yang begitu asyik buat anak-anak. Ditambah lingkungan sekitar dan suasananya yang mirip di pedesaan membuat jiwa kanak-kanak saya merindukan momen bisa lari-larian di lapangan dengan riang. Nostalgia sekali bagi pembaca yang punya masa kecil di lingkungan yang asri.

Oya buku ini juga ada bagian keduanya. Saya tidak sabar ingin meminjam dan membacanya juga. Dan sekian ulasan saya untuk buku anak ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Oktober 16, 2023

Beli Buku di Buka Gudang Gramedia

Hari Sabtu kemarin (14/10/23) saya ke Jakarta untuk mengikuti training pajak. Dan sebelumnya saya sudah memikirkan sepulang training bakal mau kemana, bingung antara langsung balik lagi ke Cirebon atau menginap semalam. 

Kalau saya langsung balik pasti badan capek banget, ditambah perjalanan kereta 3 jam (bakal sampe Cirebon pukul 21.00), belum lagi saya mesti nyetir motor dari stasiun ke rumah sekitar 45 menit. Sedangkan kalau menginap saya mesti nyari penginapan murah dan ini PR banget secara saya belum tau penginapan yang nyaman di Jakarta. Tapi kalau menginap saya bisa mampir ke acara Buka Gudang Gramedia yang lagi hype banget di X a.k.a twitter.



Dan akhirnya saya memutuskan untuk menginap semalam karena sore itu perut saya bener-bener kurang enak. Maka sepulang training saya memesan ojek online ke arah acara Buka Gudang Gramedia. 

Drama sedikit, saya malah salah lokasi ke Gedung Kompas yang di Palmerah, padahal acara adanya di Kebon Jeruk. Alhasil muter-muter dulu tuh.

Setiba di lokasi, beneran ramai pisan. Seneng sih lihat banyak buku bertumpuk. Tetapi begitu masuk dan mulai mau memilih, saya kesulitan sebab tumpukkan bukunya sudah enggak beraturan. Kalau salah tarik saja, bisa berjatuhan ke lantai. 

Yang bikin ribet juga, jarak antara tumpukan bukunya mepet banget. Saya yang bawa tas lumayan berisi beberapa kali kesenggol atau menyenggol orang lain. Udaranya pun lumayan panas, baru beberapa saat aja keringat sudah mengucur di dahi. Hiruk pikuknya bikin susah buat foto-foto jadi saya pun tidak mengeluarkan ponsel untuk mengabadikan acara tersebut.

Hanya beberapa kali mondar-mandir dan akhirnya saya memutuskan untuk membeli 4 buku saja seharga Rp 80.000,-.


Rencana mau puasa beli buku akhirnya gagal. Judul-judul ini otomatis menambah TBR saya dan yah entah kapan akan dibacanya.

Dan semisal ada acara begini di Gramedia Cirebon pasti saya mampir lagi. Tetapi setelah saya tanya ke admin Gramedia Cirebon, belum ada informasi bakal ada jadwal acara serupa, huhuhu.

Nah sekian dulu sharing pengalaman saya mampir ke acara Buka Gudang Gramedia yang ada di Kebon Jeruk. Semoga makin banyak acara obral buku begini, siapa tahu ini bisa membangun kebiasaan membaca buku di masyarakat.

Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!