Oktober 12, 2016

Wishful Wednesday: Way Back Home

Selamat hari Rabu!
Selamat wishful wednesday!

Senangnya ketemu lagi di posting-an yang Insya Allah saya buat rutin setiap hari Rabu. Kalau pun ternyata ada beberapa hari Rabu yang terlewat mem-posting wishful wednesday, mohon untuk dimaklumi. Bukan tidak mau buat, hanya kadang kesibukan dengan hal lain, wishful wednesday ini belum masuk prioritas yang utama.

Saya tidak akan bosan-bosannya untuk mengatakan alasan kenapa saya menyukai membuat posting-an wishful wednesday ini. Tidak lain karena saya suka menyimpan harapan. Harapan tidak jauh dengan mimpi. Dan goal dari mimpi itu sendiri adalah kesenangan ketika menjadi nyata. Yah, bayangkan saja menjadi orang yang tidak punya harapan, jelas sekali dia tidak akan menikmati kesenangan ketika mimpi jadi nyata. Bukan begitu?

Lalu, buku apa sih yang sedang saya taksir?

SATU MATA PANAH PADA KOMPAS YANG BUTA - Suarcani

Kompasmu, apakah kamu memperhatikannya? Ada dua arah di sana. Utara dan Selatan. Sama halnya seperti matamu sendiri, arah itu menyelamatkanmu dari kesesatan.

Tapi kompas miliki buta. Tidak ada utara selatan dalam hidupku, semua hanyut dalam ketakutan dan masa lalu. Lima belas tahun penjara mencuri jarum kompasku dan setelah bebas, aku pun masih belum tahu ke mana arah hidupku.

Aku pembunuh, korban hasrat yang menyimpang. Dunia luar menungguku, berpura-pura menyambutku dengan semarak, untuk kemudian kembali meremukkanku dalam ketakutan.

Aku butuh jalan, butuh mata kompasku. Apakah kamu bisa membantuku menemukannya?

Aku Ravit, bekas tahanan yang kini kembali terpenjara rasa takut.


Novel ini merupakan pemenang pertama lomba Way Back Home yang digelar penerbit Jendela O' Publishing House. Tentu saja membuat penasaran apa yang unggul pada novel ini sehingga bisa membuatnya menyandang juara pertama. Ah, namun selama ini saya menaruh harapan yang tinggi dengan alur yang tidak biasa dan berharap terbayar tuntas. Kalau sejenak dibaca blurb-nya, saya menangkap aura gelap dan kelam untuk cerita Ravit ini. Hanya saja karena belum membaca, rasanya tidak seyakin itu juga.

Oke, itulah buku pada kesempatan ini yang saya taksir. Dan selalu, selalu, selalu, saya tidak akan bosan semoga saya selalu diberikan kemudahan berjodoh dengan banyak buku-buku bagus dan keren. Amin.

Untuk yang ingin ikutan membuat postingan wishful wednesday seperti ini, silakan cek ke blognya Mbak Astrid di Blog Perpus Kecil.

Sampai jumpa hari Rabu depan ya! :) :) :)

Oktober 10, 2016

[Resensi] The Summer I Turned Pretty - Jenny Han

Mengharukan, begitulah yang saya rasakan setelah berada di halaman terakhir. Kisah keluarga yang dicampur dengan kisah percintaan remaja, membuat musim panas Belly mengesankan saya selaku pembaca.

Judul: The Summer I Turned Pretty
Penulis: Jenny Han
Penerjemah: Chefira Inda P
Penyunting: Nunung Wiyati
Penyelia: Ang Tek Khun
Penata letak: Techno
Desain sampul: Ellina Wu
Penerbit: Gradien Mediatama
Terbit: Februari 2012
Tebal buku: 288 halaman
ISBN: 9786022080503
Seorang gadis. Dua orang pemuda. Dan, musim panas yang mengubah segalanya.

Setiap kali musim panas tiba, Isabel (Belly) dan keluarganya menghabiskan waktu bersama keluarga Conrad dan jeremiah di rumah musim panas mereka di Cousins Beach – sejak mereka masih belia. Tahun demi tahun berlalu. Namun musim panas kali ini, Conrad dan Jeremiah telah menjadi pemuda-pemuda yang mencuri hati para gadis, sementara si anak bawang Belly telah menjelma menjadi seorang gadis remaja yang rupawan.

Belly telah memuja Conrad semenjak ia dapat mengingat hal itu. Namun, Jeremiah lebih lugas dalam mengutarakan isi hatinya. Di antara keduanya, hadir Cam – seseorang yang muncul dengan perhatian mendalam di masa kecil mereka.

Apakah musim panas kali ini akan menjadi musim panas berbeda yang akan mengubah segalanya?

Ini merupakan perkenalan pertama saya dengan karya penulis bernama Jenny Han. Nama penulis ini sudah wara-wiri di kalangan blogger buku untuk novelnya yang berjudul To All The Boys I’ve Loved Before dan P.S. I Still Love You. Sayangnya, saya belum berjodoh untuk membaca kedua judul buku tadi. Enggak apa-apa, Insya Allah di kesempatan lain akan saya usahakan baca.

The Summer I Turned Pretty, yang diterjemahkan penerbit Ketika Aku Menjelma Cantik, merupakan bagian paling kecil yang tidak saya sukai. Bukankah seharusnya Musim Panas Ketika Aku Menjelma Cantik? Lupakan saja soal judulnya dan saya harus mengakui kalau ide cerita yang digarap penulis ini berhasil sesuai keinginannya membuat cerita tentang persahabatan yang abadi, persahabatan yang melampaui cinta seorang kekasih, dan melampaui segala bentangan pantai, buah hati, dan masa hidup, seperti yang tertulis di halaman 5.

Pada awalnya saya sedikit tersendat-sendat dengan kalimat terjemahan yang menurut saya belum mengalir dan bisa dinikmati. Namun karena ide cerita yang bagus, saya bertahan membaca hingga selesai. Kalian juga akan mudah terserang jenuh ketika di awal-awal cerita sebab penulis masih berkutat membeberkan hubungan keluarga Belly dan keluarga Conrad. Plot campuran perpaduan antara plot maju dan diselingi plot mundur, menegaskan lebih detail mengenai banyak kenangan yang mempengaruhi masa kini. Kilas balik yang diselipkan menjadi bagian utuh cerita sehingga tidak ada yang janggal atau tertinggal.

Yang menarik di novel ini menurut saya ada dua konflik. Pertama, konflik mengenai cinta remaja yang dialami Belly terhadap Conrad namun harus rumit oleh kehadiran Jeremiah yang lebih terbuka dan Cameron. Penulis sukses membuat percintaan ini menjadi cerita panjang karena tokoh yang terlibat memiliki karakter yang rumit. Belly merasa kalau Conrad hanya menganggapnya adik dari seorang temannya. Conrad tentu saja bukan tipe pemuda yang bisa mengungkapkan langsung apa yang ia rasakan. Sedangkan Jeremiah adalah sosok ekspresif sekaligus menyebalkan dengan gurauannya dan itu membuat Belly tidak pernah melihat keseriusan padanya. Kehadiran Cam yang manis tentu saja semakin membuat kisah percintaan menjadi runcing, terutama untuk Belly, Conrad, dan Jeremiah.

Kedua, konflik keluarga yang penulis ungkap ketika menjelang akhir cerita. Banyak sekali fakta tak terduga mengenai kondisi keluarga Susannah dan itu jelas membuat keluarga Belly ikut merasakan bebannya. Pada bagian inilah saya merasa diaduk-aduk rasa haru. Dua keluarga yang dekat dan layak dicontoh bagaimana mereka menghargai satu dengan yang lain. Hubungan persahabatan yang abadi yang menguatkan kritis apa pun. Dijamin kalian akan ikut berkaca-kaca membaca bagian ini.

Melihat kovernya, saya suka sekali dengan gambar seorang gadis memakai earphone dan sentuhan bunga matahari, menyiratkan suasana musim panas yang kental. Sedikit harapan saja, akan lebih bagus jika kover menampilkan pemandangan pantai, sehingga setting cerita akan lebih terasa.

Jadi masih ragu untuk membaca novel Jenny Han yang ini? Saya sih berharap bisa membaca kelanjutan kisahnya di novel It’s Not Summer Without You!

Menurut saya, novel The Summer I Turned Pretty ini sangat cocok dibaca oleh perempuan muda dan para ibu. Bagi perempuan muda, novel ini semacam panduan mengenai memahami perasaan cinta dan memahami peran anak perempuan di dalam keluarga. Lalu, bagi para ibu, novel ini juga menjadi pandangan baru dalam memberikan pengertian sekaligus pendidikan terhadap anak-anaknya yang menjelang atau sudah dewasa.


Rating dari saya: 3/5

Oktober 01, 2016

Rekapan Buku September 2016


Alhamdulillah, bulan September 2016 sukses dilalui. Banyak hal yang terjadi selama satu bulan ini. Namun posting-an ini bukan ajang curhat, jadi momen itu untuk diketahui saya saja. Oya, ini kali pertama saya membuat postingan berupa rekapan buku apa saja yang saya baca dan buku apa saja yang saya tambahkan untuk dibaca, selama membaca di bulan September 2016 kemarin.

Inilah buku-buku yang saya baca selama bulan September 2016:



1. Sebuah Usaha Melupakan by Boy Candra
2. Gravity by Rina Suryakusuma
3. Where The Mountain Meets The Moon by Grace Lin
4. Senja Di Langit Ceko by Kirana Kejora
5. Sewindu by Tasaro GK
6. Roma by Pia Devina

Inilah buku-buku tambahan koleksi saya selama bulan September 2016:



  • Point Of Retreat (Titik Mundur) by Colleen Hoover (beli)
  • Sewindu by Tasaro GK (beli)
  • Where The Mountain Meets The Moon by Grace Lin (beli)
  • Milea by Pidi Baiq (2, beli, hadiah giveaway)
  • Roma by Pia Devina (hadiah giveaway)
  • Wander Woman by Nina Addison, Irene Dyah, Fina Thorpe, Silvia Iskandar (hadiah giveaway)
  • The Girl on Paper by Guillaume Musso (persembahan penerbit)

Selain buku-buku di atas, sebenarnya ada beberapa buku yang memang sudah diumumkan untuk dikirim ke alamat saya. Namun karena belum sampai di tangan, saya menganggap itu jatah bulan depan, Oktober 2016.

Bulan September 2016 ini, seperti momentum yang penting buat saya, ketika saya memutuskan untuk memberikan perhatian lebih pada hobi saya ini, membaca buku. Bukan sekedar membaca saja, saya berharap bisa mengulas buku dengan jujur, cerdas, dan informatif. Sehingga apa yang saya baca dan saya resensi bisa memberikan masukan untuk calon pembaca dalam memilih bacaan yang menarik.

Jadi buku apa saja yang sudah kalian baca dan kalian dapatkan selama bulan September 2016 ini?

September 29, 2016

[Resensi] Roma - Pia Devina

Jujur, novel ini tidak meninggalkan kesan yang mendalam untuk saya. Proses membaca terbilang lancar, kalau pun sempat terhenti itu karena saya mengantuk. Tapi saya mendapatkan pelajaran untuk selalu membahagiakan seorang Ibu atas perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukannya. Meskipun sebagai anak kita tidak bisa melunasi jasa Ibu.

Judul: Roma (seri A Love Story City)
Penulis: Pia Devina
Editor: Cicilia Prima
Desiner kover: Teguh
Penata isi: Putri Widia Novita
Penerbit: PT Grasindo
Terbit: Agustus 2016
Tebal buku: vi + 194 halaman
ISBN: 9786023756537
Harga: Rp55.000 

Setelah tidak bertemu hampir dua minggu karena kesibukan workshop kepenulisan, Chalinda ‘Chal’ Neomi bertemu mamanya di salah satu restoran di Bandung. Tapi mama datang tidak sendiri, ia membawa sosok pria eropa yang kemudian diketahui bernama Terenzio Lambardi. Pria ini, kata mama, akan menjadi suami ketiga mama. Kabar ini jelas menjadi badai bagi Chal. Ia masih ingat memori buruk pernikahan kedua mamanya dengan guru fisika di SMP-nya dulu. Pernikahan yang bertahan hanya tiga tahun, rusak karena suami mama melakukan KDRT.

Rencana pernikahan akan dilakukan di Roma. Itu sesuai permintaan keluarga besar Terenzio. Sedangkan syukuran kecil-kecilan akan dilakukan di Indonesia. Dan lima bulan setelah pertemuan di restoran, Chal menginjakkan kaki di kota Roma. Di bandara Fiumicino, pertama kalinya Chal bertemu Maurizio Folliero, pemuda yang menjemput. Pada hari pertama itu, Chal dan Maurizio mendengar pembicaraan dua saudara Terenzio yang mencurigakan mengenai pernikahan mamanya dan Terenzio. Chal takut sesuatu yang buruk terjadi pada mamanya. Maurizio yang pada awalnya ingin tidak peduli, akhirnya ikut membantu mencari tahu.

Berhasilkah Chal dan Maurizio mengungkap di balik maksud kedua paman Terenzio? Lalu bagaimanakah kelanjutan rencana pernikahan mamanya Chal?

*****
Saya memilih novel Roma ini karena blurb yang mengundang rasa penasaran, terutama pada bagian usaha Chal mengijinkan pernikahan mamanya untuk ketiga kali. Saya membayangkan akan saya temukan cerita yang membuat hati merasa hangat oleh konflik hubungan ibu anak, di sini diperankan Chal dan mamanya; Ermina Darra. Hasilnya, saya menemukan konflik yang saya maksud namun tidak sampai membuat saya merasakan kesan hangat tadi. Alasannya, plot yang bagus dicurangi oleh penulis dalam memaparkan setting Roma yang terlalu banyak (menurut saya).

Saya juga menyayangkan konflik percintaan Chal, yang seharusnya cinta segitiga, yang tidak tergali dengan maksimal. Karakter Ryan Watkins seharusnya diperkuat untuk menjadi saingan Maurizio dalam menaklukan hati Chal. Di buku ini, Ryan Watkins hanya muncul –kalau tidak salah- hanya dua kali. Pertama, ketika ia mengobati kaki Chal yang terkilir, yang merupakan pertemuan pertama Chal dengan Ryan. Kedua, ketika Chal pergi kembali ke BlueLeaves, kafe Ryan, untuk menghibur diri setelah berhasil mengungkapkan rasa tidak percayanya pada Terenzio dan membuat mamanya membatalkan pernikahan. Rasa persaingan itu tidak muncul dengan kuat.

Pemberian nama pada ‘hampir’ semua tokoh yang muncul di dalam cerita juga sangat mengganggu. Penulis bahkan memberikan nama pada pelayan di kafe Ryan yang muncul hanya sekali, juga pada asisten rumah tangga di rumah keluarga besar Terenzio. Pendapat saya, setiap nama tokoh yang diberikan, ada kewajiban penulis untuk menggali karakternya. Gara-gara ini saya sering terkecoh oleh nama-nama baru yang porsi kehadirannya tidak seberapa. Ditambah nama-nama Eropa yang susah saya ingat.

Lalu apa yang unggul dari novel Roma ini?

Saya suka konfliknya yang ringan. Percintaan yang digarap penulis lewat Chal dan Maurizio sangat manis. Awalnya tidak suka, kemudian suka akibat kebersamaan dan hukum mutualisme. Proses penulis mendekatkan dua karakter ini patut diacungi jempol. Apalagi saat keduanya mengelak dari perasaan aneh yang perlahan-lahan timbul.

Juga, cara penulis bercerita saya bilang mengalir. Saya tidak tersendat-sendat ketika membaca oleh kalimat-kalimat yang ambigu. Pemilihan diksi yang tepat membuat novel ini aman dilahap. Berikut penokohan yang kuat untuk karakter utamanya; Chal dan Maurizio, sudah sangat baik. Chal yang manja dan gampang panik. Maurizio yang cuek campur simpati. Perpaduan yang kemudian membuat keduanya rada alot untuk saling memahami.

Kovernya sendiri sangat memikat dalam sekali lihat. Warna merah yang dominan menjadikan Roma kelihatan menonjol, apalagi pemilihan warna putih untuk tulisan lainnya, membuat kover terlihat bersih dan kontras.

Menurut saya novel ini pas untuk pembaca yang suka dengan tema romantis berlatar kota yang romantis, salah satunya kota Roma.

Rating dari saya: 2/5



Typo:

  • Mulus-mulut = Mulus-mulus [Hal. 21]
  • Membuaku = Membuatku [Hal. 164]

September 28, 2016

Wishful Wednesday: Mengenal Nabi Muhammad Lewat Novel

Selamat hari Rabu!
Selamat Wishful Wednesday!

Seperti biasa ya, setiap hari Rabu, saya InsyaAllah akan mem-posting buku yang sedang diinginkan. Ternyata dengan menuliskannya, ini seperti doa. Kapan kesempatan itu datang, harapan itu akan terkabul. Saya mengalaminya sendiri. Jadi untuk yang lain, jangan berkecil hati. Dengan lebih banyak menuliskan, itu artinya kita sedang berdoa lebih banyak. Jangan pula menyerah ya untuk memelihara harapan. :)

Saya mau berterima kasih kepada PerpusKecil karena buku wish list saya di Wishful Wednesday: Happy Anniversary PerpusKecil sudah tiba dengan selamat. Paketnya terdiri dari 2 buku: Milea by Pidi Baiq dan Roma by Pia Devina, sesuai yang saya mau.

Nah, mau tau buku apa yang sedang saya inginkan kali ini? 

Buku MUHAMMAD; Lelaki Penggenggam Hujan


Sebelumnya, saya sudah menyelesaikan baca buku Sewindu karya Tasaro GK. Dan di dalam buku ini diceritakan bagaimana susahnya penulis menuliskan buku mengenai Nabi Muhammad, yang akhirnya diberi judul Muhammad; Lelaki Penggenggam Hujan, dalam format fiksi. Menurut ceritanya, banyak sekali hujatan dan makian pada proses pembuatan buku tersebut. Dan saya sangat ingin membaca  buku ini karena mau mengenal Nabi Muhammad dalam konteks yang berbeda. Sebelumnya, saya pernah membaca buku serupa, biografi Nabi Muhammad. Mungkin dengan format lain, saya bisa semakin mengenal Nabi Muhammad dengan pemahaman yang berbeda.


Itu dia buku yang saya inginkan untuk minggu ini. Semoga saja saya cepat berjodoh untuk segera membaca buku tersebut. Amin :) :)

Buku apa yang masuk wish list kalian sekarang? Kalau mau ikutan posting wishful wednesday, silakan mampir di blog PerpusKecil ya. Ada kok aturannya di situ. Akhir kata, selamat ber-wishful wednesday!

September 26, 2016

[Resensi] Sewindu - Tasaro GK

Setelah membaca buku Sewindu ini, saya banyak belajar mengenai menjadi pria dewasa. Terutama pada bagian tanggung jawab. Seorang pria dewasa, sudah bukan waktunya mementingkan kesenangan egonya sendiri. Ada banyak bentuk tanggung jawab yang harus ditunaikan kepada istri, keluarga mertua, keluarga sendiri, anak, atasan, rekan kerja, sahabat, dan tetangga. Tidak ada sekolah yang mengajarkan itu semua. Terima kasih, Taufik Saptoto Rohadi, atas curhatnya yang menginspirasi dan mencerahkan.

Judul: Sewindu
Penulis: Tasaro GK
Editor: A. Mellyora
Proofreader: Hartanto
Desain sampul dan isi: Rendra TH
Penata letak isi: Diyantomo
Ilustrator: Bayu
Penerbit: Metagraf, Creative Imprint of Tiga Serangkai
Terbit: Maret 2013
Tebal buku: x + 382 halaman
ISBN: 9786029212785
Harga: Rp82.000

8 tahun sejak ia menikah, rentang waktu itu pula yang ia rekam melalui buku ini. Dimulai dari kehidupan awal pernikahan yang masih menumpang di rumah mertua, hingga ia mewujudkan mimpi besarnya menjadi orang yang berguna bagi banyak umat. Banyak sekali episode-episode yang dilewati dan direnungkan hikmahnya dengan seksama. Beruntunglah pembaca yang menyempatkan membaca buku ini, sebab kita diingatkan terlebih dahulu oleh penulis mengenai kehidupan setelah menikah, sebelum merasakan kagetnya memangku tanggung jawab keluarga.

Buku Sewindu ini saya kategorikan sebagai buku non-fiksi. Cerita di dalamnya merupakan pengalaman penulis sendiri menjalani kehidupan setelah menikah hingga hari-harinya menjadi seorang penulis. Akan ditemukan kegetiran, kegundahan, keresahan, dan suka duka kehidupan pasangan suami istri baru.

Awal-awal buku akan diceritakan mengenai sulitnya kondisi ekonomi bagi pasangan tadi. Membaca bagian ini, saya menyadari, ternyata lebih baik mempersiapkan materi sebelum berani memindah tanggung jawab seorang ayah dari seorang perempuan ke tangan kita. Saya jadi ingat pesan mengenai kondisi ini; Istri yang baik akan ikhlas ikut sengsara bersama suami. Suami yang baik tidak akan membiarkan istrinya sengsara.

Banyak sekali momen-momen yang diceritakan penulis. Kejadian kekurangan air bersih, kejadian istri mau melahirkan, kejadian kepenulisan, kejadian belajar ngaji, kejadian memahami anak yang pertumbuhannya terlambat, dan masih banyak lagi cerita yang lain. Yang paling berkesan tentu saja mengenai meninggalnya Ummi dari penulis dan Mimih dari istrinya. Saya sampai menangis membaca bagian ini. Saya jadi merasa belum siap kehilangan Bapak Ibu kelak.


Keunggulan Tasaro tentu saja dari kalimat-kalimat yang disusunnya sangat sederhana dan mengalir. Sehingga untuk menyelesaikan buku ini tidak membuat saya bosan. Selain tema buku mengenai keseharian suami istri yang ringan dan mudah dipahami, ilustrasi berwarna yang disisipkan di buku ini juga memikat.

Buku ini sangat bermanfaat bagi pasangan muda yang akan menginjak fase hidup yang baru; pernikahan. Atau berguna sebagai cerminan bagi mereka yang sudah menikah dan memiliki anak. Akhirnya, rating saya berikan sebesar 3 poin dari 5 poin.




Catatan.
  • Melakukan hal-hal bersahaja yang dengan itu kata cinta yang terucapkan tanpa kata-kata. [Hal. 44]
  • Cinta adalah habis-habisan memberikan yang terbaik untuk anaknya. [Hal. 73]
  • Ternyata, ada waktunya, cinta harus dikatakan, harus diungkapkan. Bahkan, jika itu berarti keluarnya air mata. [Hal. 78]
  • Setiap kelahiran anak manusia membutuhkan perjuangan luar biasa seorang perempuan yang menjadi ibunya.Cukuplah dengan itu dia mesti dihormati dan dicintai. [Hal. 214]
  • Melangkah terus, meskipun satu dua ayunan, pada akhirnya akan sampai ke tempat tujuan. [Hal. 315]
  • Masa lalu adalah lembaran terbuka yang hanya perlu dibuka untuk mengambil kebaikan-kebaikan  darinya. [Hal. 360]