Oktober 30, 2016

[Buku] Wonder Fall by Elektra Queen

Judul: Wonder Fall
Penulis: Elektra Queen
Editor: Alit Tisna Palupi
Designer sampul: Dwi Annisa Anindhika
Penata letak: Gita Mariana
Penerbit: Twigora
Cetakan: Pertama, Juli 2016
Tebal buku: 328 halaman
ISBN: 9786027036260
Harga: Rp77.000

Novel Wonder Fall ini bercerita mengenai wanita bernama Amelie yang berstatus janda dengan anak satu. Dua tahun setelah kematian suaminya, ia dihadapkan pada rencana perjodohan dengan iparnya, Otto, yang digagas ibu mertua. Amelie bingung harus menjawab apa.

Sedangkan di kantor, Amelie pindah menjadi asisten kepala Departemen Personalia, Zach, yang gosipnya galak sekali. Namun, setelah melihat sikap Zach kepada keponakannya, penilaian Amelie berubah. Ada sisi lain di diri Zach.

Lalu siapakah yang akan dipilih Amelie, Otto atau Zach?

“Suka atau tidak, sebagian besar masyarakat kita masih beranggapan kalau janda itu adalah statu nyaris hina yang dianggap sebagai ancaman. Yang orang tahu, para janda cenderung suka mengganggu lelaki lain, baik yang masih sendiri atau sudah punya pasangan. Kesepian adalah alasan utama yang dipercayai.” [hal. 107]
Tema cerita mengenai kehidupan wanita berstatus janda sebenarnya bukan hal baru di novel. Hal yang digali seputar cibiran dan hinaan pada wanita janda. Karena memang di masyarakat luas, status janda menjadi sangat sensitif, mengesankan wanita kesepian yang kapan saja bisa menggoda pria mana saja. Pandangan itulah yang dibawa Elektra Queen dalam novel Wonder Fall ini, untuk  ia luruskan dengan pendapatnya. Melalui sosok Amelie, penulis menggambarkan sosok janda yang terhormat dan elegan. Proses ini yang membuat saya salut kepada penulis karena penyajian ceritanya dibuat dengan tidak terburu-buru dan tanpa doktrin.

Ditambah ada bumbu plot lain seperti plot keluarga (keluarga Lita dan anak-anaknya) dan plot pertemanan (Arianna-Visca-Amelie dan Amelie-Tara). Plot samping ini tidak membuat garis besar cerita menjadi samar. Justru, penulis membuat garis besar cerita semakin utuh melalui persinggungan dengan plot kecil tadi, saling menunjang.

Dinamika ceritanya tidak begitu terasa, menurut saya. Penulis lebih banyak mengurai hubungan Amelie dan Zach, dan menonjolkan konflik perjodohan yang digagas ibu mertua. Sekalinya ada lompatan konflik tinggi hanya pada bagian ketika salah paham Zach pada Amelie urusan rencana pernikahan Amelie dengan iparnya. Di luar itu, semua gejolak hanya berupa letupan yang timbul tenggelam. Sebabnya, penulis membawa karakter yang memang tidak ada yang memiliki tempramen meledak-ledak. Sehingga, rasanya segala kemunculan konflik kecil bisa terselesaikan dengan bijak. Ini yang membuat saya tidak menemukan kesan mendalam pada novel ini.

Untuk eksekusi konflik, karena tokoh dewasa yang dihadirkan, jadi terasa biasa saja. Semua sudah bisa ditebak akan kemana dan konflik yang dihadirkan tidak akan menjadi badai luar biasa. Kecuali, keberadaan pertanyaan yang sempat disodorkan penulis di awal buku, yang kemudian menjadi  satu alasan saya mengejar jawabannya sampai akhir buku. Selama pernikahan itu, Amelie yakin kebahagiaannya sudah maksimal. Ryan adalah tipe suami yang sangat pengertian dan sabar. Kecuali untuk satu masalah yang selama ini disembunyikan Amelie rapat-rapat dari dunia [hal. 24]. Namun, jawaban yang saya dapatkan tidak membuat saya terkejut ala drama. Padahal saya menaruh ekspektasi yang tinggi untuk misteri yang satu ini.

Tokoh utama di novel ini adalah Amelie Rashad dan Zachary Barata. Amelie Rashad digambarkan sosok wanita berstatus janda, pekerja keras, penyuka anak-anak dan sifat mencoloknya tidak bisa tegas menolak pendapat orang lain. Gara-gara sifat ketidaktegasan inilah yang membuat masalah perjodohan ia dengan Otto semakin panjang. Zachary Barata digambarkan pria yang dewasa, pekerja keras, mapan, menyayangi anak, dan tentu saja susah berkomunikasi baik dengan orang lain. Kenapa harus selalu marah kalau bisa menggunakan bahasa lain yang nyaman untuk telinga? [hal. 55].

Sedangkan lainnya berupa tokoh figuran yang ikut menguatkan posisi tokoh utama. Ada Lita (Mamanya Amelie), Arianna & Arabel (adik Amelie), Nadim & Kalila (Orang tua Ryan), Otto (Ipar sekaligus saudara kembar Ryan), Gina (adik Ryan), Elsa (anak Amelie), Lionel (keponakan Zach), Tara, Marco & Jonas Li (rekan kerja Amelie), Visca (teman Amelie dan Arianna), Inge (wanita yang suka Zach).

Gaya bercerita penulis juga baik dan tata bahasanya mengalir. Apalagi, di novel ini saya menemukan kata yang jarang digunakan, seperti kata; terpentang, lengar, impak, pengar, menyugar, bindam. Ini menambah kosa kata saya sebagai pembaca buku.

Menilai kovernya, saya tidak suka. Sebab, sangat feminim. Bolehkah saya meminta kepada penerbit untuk menggarap kover yang aman dan nyaman dibawa pembaca pria, sekalipun ceritanya tentang wanita dan penulisnya seorang wanita? Kalau harus berpendapat dan menanggalkan permasalahan gender, kovernya memang menarik. Menampilkan sisi seksi melalui banyak warna merah yang diaplikasikan melalui bibir berlipstik merah, kuku bercat merah, bunga mawar merah dan warna hurup tulisan penulis pun dipilih warna merah. Tentu saja, warna dan penggambaran kovernya menunjukkan jika cerita Wonder Fall ini untuk wanita dewasa. Kekurangannya, sebegitu seksinya kovernya, tidak ada adegan panas di dalamnya. Lho?!

Melalui novel ini saya belajar untuk bisa mengekspresikan keinginan hati, suka atau tidak suka. Bersikap tegas selalu dibutuhkan dalam kondisi apa pun sebab keraguan lebih banyak membawa kemalangan. Jadi, bersikap tegaslah untuk banyak urusan, apalagi urusan asmara. Dan novel ini pas dibaca oleh pembaca perempuan menjelang dewasa dan pembaca perempuan dewasa.

Rating dari saya: 3/5


Catatan:
  • Tampaknya kata-kata orang bijak ada benarnya, waktu bisa menyembuhkan luka. [hal. 8]
  • Tapi, pengalaman memang guru yang sempurna. [hal. 24]
  • Sayang, tidak ada yang abadi di dunia ini. [hal. 25]
  • Kritik tidak kehilangan maknanya hanya karena diucapkan dengan bahasa yang enak didengar. [hal. 59]
  • Tapi, perempuan kadang membuat hal sederhana menjadi drama. [hal. 100]
  • “..., kadang kita hanya harus tahu cara menghadapi seseorang. Cara yang tepat akan memberi hasil yang memuaskan.” [hal. 169]

Typo:
  • tapi = Tapi [hal. 108]
  • Zachary Bastian = Zachari Barata [hal. 130]
  • ama = Lama [hal. 234]

Oktober 28, 2016

[Giveaway] Milea


Halo! Berjumpa lagi dengan saya di posting-an giveaway. Buku yang akan jadi hadiah adalah buku Milea by Pidi Baiq. Saya punya buku Milea ini 2 eksemplar dari beli sendiri dan hadiah giveaway. Daripada buku ini saya simpan sendiri, saya memilih membagikan kepada pecinta buku agar ikut merasakan kesenangan dan keberuntungan seperti yang saya rasakan.

Oke, ada 1 eksemplar buku Milea yang akan saya berikan. Silakan untuk kalian yang berminat memiliki buku ini untuk memperhatikan syarat-syarat berikut ini:

  • Punya alamat di Indonesia
  • Follow akun twitter saya @adindilla dan follow blog saya via GFC
  • Share informasi giveaway ini di twitter dengan mention akun saya dan beri hashtag #GAMilea
  • Tulis di komentar berupa akun twitter kalian dan link share
  • Periode giveaway tanggal 28 s/d 30 Oktober 2016
  • Pemenang ditentukan dengan diundi dan akan diumumkan tanggal 31 Oktober 2016, atau paling lambat tanggal 01 November 2016

Cukup mudahkan persyaratannya? Saya tunggu ya keikutsertaan kalian.


**[ UP DATE ]**

#GAMilea sudah berakhir tadi malam ya.

Sebelumnya saya ingin mengucapkan kepada peserta-peserta yang sudah ikut. Saya senang ternyata giveaway-nya diminati banyak orang. Sayang sekali, buku yang saya bagikan hanya 1 eksemplar saja. Tidak berlama-lama lagi, inilah pemenangnya...

Jreng!

Jreng!

Jreng!


Selamat! Kamu mendapatkan 1 eksemplar buku Milea karya Pidi Baiq

Untuk konfirmasi pemenang, silakan kirimkan; Nama - Alamat - No. Telepon, untuk pengiriman hadiah, melalui via DM Twitter atau email ke hapudincreative(at)gmail(dot)com. Ditunggu segera ya!


Oktober 26, 2016

Wishful Wednesday: Pembaruan Dongeng Cinderella

Selamat hari Rabu!
Selamat Wishful Wednesday!

Saya akan menjadi penasaran terhadap satu buku jika saya dijejali dengan penilaian baik terhadap buku tersebut dari beberapa blogger. Semacam penumpukan sugesti yang akhirnya menjadi harapan. Parahnya, harapan itu menagih untuk segera diwujudkan segera.

Keadaan menjadi sulit, sebagai pembaca buku, saya banyak mendapatkan informasi mengenai buku-buku bagus. Bertambah juga jumlah buku-buku yang masuk harapan. Sementara kemampuan mewujudkan sangat terbatas. Membeli hanya sebagian buku, yang lainnya mengadu peruntungan ikut kuis.
barui

Tapi, seperti prinsip, saya bersyukur setiap bulan ada saja buku baru yang menjadi bacaan.

Penasaran buku apa yang saya harapkan minggu ini?

Cinder: The Lunar Chronicles by Marissa Meyer


Buku ini adalah buku pertama dari seri The Lunar Chronicles. Buku yang membarui dongeng klasik Cinderella. Kisah yang paling dihafal mengenai ketinggalan sepatu kacanya. Namun, saya tidak bisa membayangkan dongeng klasik tadi dibuat dengan menambahkan teknologi dan lebih kekinian. Alasan ini membuat saya sangat penasaran.

Seri ini diterbitkan oleh Penerbit Spring. Usai mengintip web-nya, sudah ada empat buku yang menggenapkan kisahnya. Dan beberapa kali saya mampir juga di beberapa blog teman yang mengulas buku ini, rata-rata mereka menyukai kisah klasik yang dibawakan kembali penulis dengan kekinian.

Demikian buku harapan saya untuk minggu ini. doakan ya agar buku-buku bagus itu berjodoh dengan saya. Amin.

Untuk kalian yang mau menuliskan harapan tentang buku yang diinginkan, silakan mampir ke blognya PerpusKecil untuk tahu aturannya.

Terima kasih.

Oktober 25, 2016

[Resensi] The Adventures of Pinocchio - Carlo Collodi

Judul: The Adventures of Pinocchio
Judul terjemahan: Petualangan Pinocchio
Penulis: Carlo Collodi
Alih bahasa: Lulu Wijaya
Desain & ilustrasi sampul: Ratu Lakhsmita Indira
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 2014
Tebal buku: 208 halaman
ISBN: 9786020304663
Harga: Rp40.000

Saya yakin banyak yang sudah tahu garis besar kisah Pinocchio ini seperti apa. Secara, kisah klasik ini sudah dibuat film kartunnya. Namun , saya ingin meringkasnya supaya kita lebih ingat. Awalnya hanya sebongkah kayu biasa. Ia ditemukan oleh Mastro Antonio dan hendak dibuat kaki meja. Pada saat pengerjaannya, Mastro Antonio mendengar suara-suara aneh. Bersamaan itu, datang Mastro Geppeto yang sedang mencari kayu untuk dibuat boneka tali. Seperti takdir, sebongkah kayu jadi milik Mastro Geppeto dan dibuat olehnya menjadi boneka tali anak laki-laki yang ia beri nama Pinocchio.

Belum selesai menjadi boneka, Pinocchio sudah membuat Mastro Geppeto kewalahan. Pinocchio menjadi boneka tali yang aktif, pembangkang, dan tentu saja pembohong.  Berangkat dari sini, kisah Pinocchio bergulir seru. Lebih seru dari filmnya, sebab banyak sekali bagian cerita yang tidak terrekam di film. Apakah Pinocchio akan berubah menjadi anak laki-laki seperti di filmnya?

Membaca kisah klasik Pinocchio ini seperti sedang beristirahat dari kegiatan membaca novel-novel yang lebih serius. Saya katakan, buku ini memang memuat kisah yang sederhana. Dimaklumi saja, sebab kisah Pinocchio ini memang ditujukan untuk anak-anak. Namun, saya sedikit kurang setuju dengan label ‘cerita anak-anak’, dengan pernyataan anak-anak boleh membaca buku ini. Sebab, kenakalan Pinocchio yang dikisahkan penulis terlalu keterlaluan.Misal, membunuh jangkrik dengan palu, berkata tidak sopan dengan orang yang lebih tua, tukang ingkar janji, dan pembohong. Saya menyarankan buku ini dibaca orang tua, kemudian diceritakan kembali kepada anak dengan bahasa yang lebih halus.

Ide cerita yang dikembangkan penulis memang sederhana. Melalui tokoh boneka tali, penulis menuturkan perubahan dari sosok nakal menjadi baik. Selain itu, penulis mengemas dengan apik melalui petualangan yang dialami Pinocchio dan mempertemukannya dengan banyak karakter seru. Contoh; Jangkrik Berbicara, Harlequin & Pulcinella (boneka tali ), Pemakan Api (Sutradara Teater), Rubah, Kucing, Pembunuh, Peri Cantik Berambut Biru, Pak Burung Nuri, Seekor Ular Raksasa, Si Petani, Musang, Burung Dara, dan masih banyak karakter lainnya.

Di buku ini, saya ingin menggambarkan jika klimaks dibagi dua. Penilaian saya pada cerita yang membuat saya benci/gemas/suka/jatuh cinta/mengesankan. Pertama, bagian ketika Pinocchio melakukan banyak kenakalan dan kembali sadar, kemudian nakal lagi dan sadar lagi, terus hingga beberapa kali. Itu membuat saya tidak menyukai karakter Pinocchio. Apalagi, dia berdalih sebagai boneka kayu yang tak berotak. Menyebalkan sekali. Kedua, bagian ketika perubahan sifat Pinnochio yang berangsur-angsur menjadi baik dan bertanggung jawab terhadap hidup Geppeto dan dirinya sendiri. Ending-nya cukup melegakan dan saya kira karena judul buku ini adalah petualangan, spoiler akhir cerita tidak akan mengurangi petulangan itu sendiri.

Saya sedikit kurang puas juga untuk bagian adegan ketika Pinocchio bohong kemudian hidungnya akan memanjang. Sebab, ternyata itu salah satu bagian adegan kecil di novel ini, ketika ia bersama Peri Cantik Berambut Biru. Kebohongan sebelum dan sesudahnya, tidak lantas membuat hidung Pinocchio jadi panjang. Padahal, yang paling terkenal dari kisah Pinocchio ini terletak pada hidungnya yang bisa memanjang jika ia berbohong.

Untuk hasil terjemahannya sudah sangat baik. Selama membaca buku ini, saya lancar jaya. Meski, saya menemukan beberapa typo, namun tidak cukup mengganggu.

Untuk karakter utama adalah Pinocchio dan Mastro Geppeto. Pinocchio ini boneka tali yang aktif, pembangkang, nakal, pengumpat, pemalas, bodoh, polos dan pembohong. Sebagian buku akan menceritakan semua keburukan yang dimiliki Pinocchio. Mastro Geppeto ini pria tua si tukang kayu yang berhati lembut, mudah menangis, penyayang, dan pemaaf. Senakal apa pun Pinocchio, Geppeto selalu bisa menyayanginya dengan tulus. Beberapa peran figuran sudah saya singgung di atas ya!

Memerhatikan kovernya yang didominasi warna cokelat kayu dan ada pola seratnya, membuat novel ini mengesankan klasik sekali. Sedangkan gambar boneka kayu yang belum kelar, menegaskan kembali cerita isi bukunya, tentang petualangan si Pinocchio. Yang ganjil adalah cap dari lilin berwarna merah yang biasa digunakan pada jaman kerajaan dulu. Sebab, tidak ada cerita yang berhubungan dengan objek ini. Maksudnya apa ya?

Buku ini menyampaikan pesan moral untuk jujur, hormat kepada yang tua, menjadi dermawan, tidak berburuk sangka, menjaga pergaulan, dan masih banyak nilai-nilai moral yang bisa disampaikan kepada anak-anak selaku generasi masa depan. Dan, saya justru menangkap pesan dari buku ini untuk mengajarkan kepada orang tua menanamkan nilai-nilai kebaikan melalui mendongeng. Tugas orang tua bukan sekedar memberi anaknya makanan, hiburan, namun harus ikut serta membentuk karakter si anak.

Rating dari saya: 3/5


Catatan:
  •  “Kau lihat,” cetus Geppeto, “benar kataku tadi, yaitu kita tidak boleh terlalu cerewet dan rewel tentang makanan. Sayangku, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari!” [hal. 31]
  • “Anak-anak selalu berjanji begitu kalau menginginkan sesuatu,” tukas Geppeto. [hal. 32]
  • “Tetapi ingatlah, seseorang tidak bisa dinilai dari pakaiannya, kecuali kalau pakaiannya itu rapi dan bersih.” [hal. 34]
  • “Ingatlah bahwa anak-anak yang memaksakan keinginan mereka, lambat-laun pasti menemui nasib malang.” [hal. 57]
  • “... Hari ini (tapi sudah terlambat!) aku telah mengambil kesimpulan bahwa untuk mendapatkan uang yang halal, orang harus bekerja dan tahu cara mencari nafkah dengan menggunakan tangan atau otak mereka.” [hal. 85]
  • “Lapar, anakku, bukan alasan untuk mengambil sesuatu yang merupakan milik orang lain.” [hal. 93]
  • “Sama sekali tidak. Ingatlah, tidak ada kata terlambat untuk belajar.” [hal. 116]
  • “... Kau berbuat baik padaku, dan di dunia ini, apa yang diberikan selalu dikembalikan....” [hal.130]
  • “Anak-anak mudah berjanji, tetapi juga mudah melupakan janji.” [hal. 144]

Oktober 23, 2016

[Resensi] Rooftoppers - Katherine Rundell

Judul buku: Rooftoppers
Judul terjemahan: Para Penghuni Atap
Penulis: Katherine Rundell
Alih bahasa: Ambhita Dhyaningrum
Editor: Ferrial Pondrafi
Ilustrasi sampul dan isi: Fatimah Zahra
Desain sampul dan isi: Dian Nurwendah
Penata letak isi: Diyantomo
Proofreader: Hartanto
Penerbit: Metamind (Creative Imprint of Tiga Serangkai)
Cetakan: Pertama, Juni 2016
Tebal buku: iv + 300 halaman
ISBN: 9786029251319
Harga: Rp50.000 

Novel Rooftoppers ini bercerita mengenai seorang anak perempuan berumur satu tahun yang selamat dari kapal yang tenggelam dan ditemukan oleh pria bernama Charles Maxim di dalam kotak cello. Anak perempuan tadi diberi nama Sophie. Karena Charles bukan orang kaya, Miss Elliot yang berasal dari Agen Perlindungan Anak Nasional di Westminster, berpendapat jika Sophie ini tidak cocok diasuhnya. Dan entah bagaimana bisa, Sophie kecil meyakini dirinya punya ingatan mengenai sosok wanita yang ia akui sebagai ibunya.

Dan pada usia 12 tahun, surat vonis untuk memisahkan Charles dan Sophie itu dikeluarkan agen. Dalam keadaan sedih dan putus asa, sebuah alamat di Paris ditemukan Sophie dalam plakat kotak cello yang hendak ia hancurkan.Berdasarkan kesepakatan bersama antara Charles dan Sophie, mereka memutuskan untuk mencari alamat itu yang diduga adalah alamat ibunya Sophie.

Berhasilkah Charles dan Sophie menemukan wanita yang diduga ibunya Sophie?

Menurut saya, ide umum cerita novel Rooftoppers ini sangat biasa yaitu pencarian sosok ibu. Justru ide ‘bagaimana pencarian ibu’ itu dikembangkan oleh penulis, patut mendapatkan dua jempol. Sampai saya menyelesaikan membaca novel ini, saya masih merasa tidak habis pikir jika di Paris sana ada yang namanya Penghuni Atap. Penghuni Atap ini adalah anak-anak yang memilih beraktifitas di atap berbagai bangunan. Aktifitasnya seperti makan, tidur dan banyak lainnya. Bagi mereka atap adalah dunianya. Yap, Sophie bisa menjadi bagian Penghuni Atap setelah ia berkenalan dengan anak laki-laki bernama Matteo.

Novel ini bisa dikatakan berisi cerita petualangan. Sebab, 2/3 dari buku menceritakan hari-hari Sophie bersama Matteo selama di atap. Banyak sekali hal yang diceritakan penulis mengenai kegiatan mereka berdua. Tapi, cerita tersebut tidak menyisihkan alur utama ‘pencarian ibu’ dan sebaliknya, cerita itu menguatkan proses pencarian. Yang sangat disayangkan oleh saya justru pada eksekusi ceritanya. Sebab, penulis tidak membuat akhir pencariaan itu menjadi adegan dramatis. Malah terkesan sangat datar. Untuk klimaks dari novel ini saya temukan menjelang akhir novel, ketika gerombolan Sophie, Matteo, Anastasia, Gerard dan Safi bertempur melawan gerombolan Garier yang dikenal jahat dan bersenjata. Pembaca juga akan diberikan bocoran kenapa Matteo sangat bermusuhan dengan gerombolan Garier ini.

Berbicara gaya bahasa penulis, rasanya tidak adil dinilai sebab saya baca terjemahannya. Saya pun akan berkomentar dari sisi terjemahannya. Saya harus mengatakan jika terjemahan novel Rooftoppers ini belum baik. Banyak sekali kalimat yang aneh dibaca dan untuk memahaminya saya harus membaca berulang-ulang. Ini jelas menghambat saya membaca.

Bayi itulah satu-satunya mahkluk hidup yang ada sejauh bermil-mil. Hanya bayi itu, beberapa kursi makan, dan ujung kapal yang menghilang ke dalam lautan. Ada suara musik di ruang makan. [hal. 1]

Tokoh utama di novel ini adalah Charles Maxim (wali Sophie), Sophie, dan Matteo (salah satu Penghuni Atap). Charles Maxim ini pria yang cerdas dan digambarkan memiliki banyak buku di rumahnya, bijaksana, dewasa, menyukai anak-anak, dan tidak mengekang. Beberapa kali Charles membiarkan Sophie melakukan apa yang ia sukai, membiarkan Sophie memakai apa yang ia mau, dan tentu saja mendukung semua apa yang dipikirkan Sophie. Sophie itu anak perempuan yang sederhana, aktif, banyak ingin tahu, mengormati Charles, berpikiran positif, dan optimis. Ia tidak ragu dengan kenangannya tentang wanita yang diduga ibunya dan ia memperjuangkan apa pun tentang ibunya meski petunjuk yang ia dapatkan sangat sedikit. Lalu, Matteo ini tipe anak yang suka kebebasan, liar, namun peduli. Ia pun membantu Sophie mencari ibunya padahal ia dan Sophie tidak ada unsur balas budi. Tokoh figuran yang sering muncul, ada Anastasia (Penghuni Atap), Asfi (Penghuni Atap), Gerard (Penghuni Atap), dan Miss Susan Eliot (Agen perlindungan Anak Nasional.

Untuk kovernya, i love it. Menampilkan sosok Sophie yang sedang duduk di atap dengan pandangan ke penjuru kota Paris. Warna biru langit dan burung terbang membuat pemandangannya terlihat cerah. Komposisi yang sangat relevan dengan keseluruhan cerita di dalamnya.

Berkat novel Rooftoppers ini, pembaca (saya) diingatkan untuk selalu memiliki pikiran optimis. Seperti kalimat yang kerap diucapkan Charles dan Sophie, jangan pernah mengabaikan kemungkinan, sekecil apa pun kemungkinan itu. Kita tidak pernah tahu, apa yang kita perjuangkan akan berakhir bagaimana. Novel ini tentu saja menginspirasi untuk menjadi orang yang selalu bersemangat.

Rating dari saya: 3/5


Catatan:

  • “Jangan terlalu yakin, sayangku. Memercayai sesuatu adalah bakat.” [hal. 47]
  • “... Cinta bukan untuk membuatmu merasa istimewa. Cinta membuatmu merasa berani....” [hal. 278]
Typo:

  • Lebh = Lebih [hal. 27]
  • Bekhayal = Berkhayal [hal. 107]
  • Mungkn = Mungkin [hal. 277]

Oktober 21, 2016

[Resensi] Kastil Es & Air Mancur Yang Berdansa - Prisca Primasari

Judul buku: Kastil Es & Air Mancur Yang Berdansa
Penulis: Prisca Primasari
Editor: eNHa
Proofreader: Gita Romadhona
Penata letak: Wahyu Suwarni
Desain sampul: Dwi Annisa Anindhika
Penerbit: GagasMedia
Cetakan: Pertama, 2012
Tebal buku: viii + 292 halaman
ISBN: 9797805891
Harga: Rp45.000 

Seorang perempuan 28 tahun bernama Florence, kabur dari rumah karena akan dijodohkan oleh orang tuanya dengan sorang pria yang belum dia temui. Tujuannya meninggalkan Paris menuju Honflour. Selama lari tasnya rusak. Dan setelah naik kereta, seorang pemuda ijin duduk di sebelahnya. Florence mengintip tas kertas si pemuda yang berisi tas. Setelah basa-basi, tas itu pun diberikan kepada Florence dengan sedikit rasa tidak enak sebab ia tahu tas itu akan diberikan kepada seorang wanita.

Si pemuda yang belakang diketahui bernama Vinter, kelihatan bingung karena seniman yang akan ia bawa kepada temannya membatalkan tampil. Sebagai balas budi, Florence setuju menggantikan. Di rumah Zima, teman Vinter, Florence berhasil menampilkan membuat lukisan, membaca puisi, bernyanyi sambil main piano. Pada kesempatan drama akhirnya Florence gagal sebab ia sendirian. Keluar dari rumah Zima, mereka harus berpisah.

Benarkah mereka akan terpisah sedangkan Florence merasa tidak ingin berpisah dengan Vinter?


Kisah Kastil Es & Air Mancur Yang Berdansa sangat terasa romantis. Penulis menggiring kedua tokoh untuk terus berhubungan dengan cara mereka merasa saling membutuhkan. Ada sedikit salah paham di antara keduanya,tapi  itu hanya pemanis saja dan bukan satu babak yang menjadikan cerita ini memiliki klimaks. Justru saya bingung klimaksnya dimana. Sebab tidak ada bagian cerita yang tiba-tiba nilai serunya tinggi. Yang saya tangkap hanya berupa letupan yang penulis sebar di beberapa bagian. Contohnya, ketika Zima meninggal karena sakit kanker, atau ketika Florence menceritakan asmaranya dengan Jean kandas setelah ia memberikan segalanya. Bagian-bagian itu yang membuat saya terharu.

Kisah di novel ini juga dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama menceritakan masa pelarian Florence di daerah Honflour. Bagian kedua menceritakan satu bulan setelah kejadian di Honflour dan berlatar di Paris. Bagian ketiga menceritakan sosok Vinter mulai dari masa lalu hingga ia bertemu dengan Florence di kereta. Jadi, pembagian cerita seperti ini membuat semua sudut antara kedua tokoh terceritakan utuh.

Sebenarnya, di novel ini ada yang tidak saya sukai yaitu penulis terlalu banyak memberikan informasi seni; seni lukis, seni drama dan seni musik. Judul lagu, lukisan, drama, ditambah penciptanya, semua itu tidak membuat saya kenal dengan karya seni itu. Terus terang saya pun tidak merasa harus mencari tahu karena seni di negara itu tetap akan asing buat saya. Ini berlaku untuk semua novel yang saya baca. Saya akan menyebutnya sebagai pemaksaan memberikan pengetahuan, apalagi sejarah seni, yang sebenarnya bagi si pembaca tidak ada gunanya.  Itu catatan bagi saya, walau pun saya memang tidak punya hak untuk protes terhadap penulis. Tapi harus diketahui efeknya, saya akan membaca informasi itu sebagai rangkaian kalimat saja.

Sebagai pengalaman pertama saya membaca karya Prisca Primasari, saya jatuh cinta dengan gaya berceritanya yang ringan. Kalimat yang disusunnya sederhana dan lugas. Tidak saya temukan kalimat yang puitis. Dan untuk kalimat dialog, penulis membuat strukturnya seperti dialog orang berbicara pada kenyataannya. Saya mengukur keberhasilan penulis dalam bercerita dari waktu yang saya butuhkan untuk menyelesaikan membaca novel ini; 1 hari.

Tokoh utama novel ini adalah Florence dan Vinter. Florence itu gadis multitalenta dalam seni, pemberani, dan ekspresif. Sedangkan si Vinter ini condong ke sosok penyendiri, dewasa, dan rapuh karena suka menyalahkan diri sendiri untuk musibah masa lalu. Tokoh figuran yang muncul ada Zima, Celine, Didier Leroy (papa Florence), Yvonne Leroy (mamam Florence), Annalies dan masih ada beberapa lainnya yang perannya tidak lebih besar dari yang saya sebutkan.

Penokohannya sendiri sangat kuat. Florence yang ekspresif dibuktikan dengan gampangnya bagi dia untuk mengungkapkan rasa suka sama Vinter dan ketidakinginannya berpisah. Untuk Vinter, sifat menyendirinya sangat terasa. Apalagi dikatakan jika setelah musibah yang menimpa adik kembarnya, Vinter kerap melukai diri untuk mengalihkan rasa sakit perasaan dalam bentuk menyayat tangan. Di tambah, profesi Vinter sebagai pemahat es, membuat Vinter ini makin terasa dingin.

Kalau menilai kover bukunya, ini terlalu feminim. Sudah warna backround-nya biru telur asin yang lembut, ada juga bunga-bunga di bagian pojok, dan gambar bola kaca yang berisi entah bangunan apa. Masih menyambung dengan cerita di dalamnya, mungkin masalahnya karena saya pembaca pria sehingga sedikit malu kalau harus membawanya ke tempat umum.

Pesan yang paling tersirat dalam cerita Florence dan Vinter adalah untuk menjadi lebih baik dengan berdamai dengan masa lalu, menyayangi diri sendiri, dan tentu saja menyayangi sesama. Disinggung sekilas, jika kita akan lebih bahagia ketika kita bisa memberi lebih banyak kepada yang lain.

Rating dari saya: 3/5


Catatan:
  • “Kereta seindah apapun tidaklah berguna bila tidak mempunyai kuda yang menariknya. Lama-lama akan terbengkalai dan terpendam salju. Sama halnya dengan manusia, yang tidak akan bertahan lama bila tidak ada yang mendukung atau mendampinginya; betapapun hebatnya, mereka pasti akan terlupakan.” [hal. 41]
  • Tentu saja karena saat itu aku bodoh... perasaan tergila-gila selalu membuatmu bodoh. [hal. 89]
  • Ada hal-hal yang semakin mustahil diraih ketika dia malah amat mengharapkannya. [hal. 186]
  • “Masa lalu tidaklah penting. Orang yang punya masa lalu buruk belum tentu akan menjadi pribadi yang buruk juga. Semua tergantung pilihan hidup. [hal. 226]
  • “Hidup terus berjalan,” kata Zima jengkel. “Tidak akan ada peri yang datang padamu. Hanya kau satu-satunya orang yang dapat membuat dirimu bahagia.” [hal. 273]