[Resensi] Pertanyaan Kepada Kenangan - Faisal Oddang



Judul: Pertanyaan Kepada Kenangan

Penulis: Faisal Oddang

Editor: Jia Effendi & Tesara Rafiantika

Penerbit: GagasMedia

Terbit: Januari 2016, cetakan pertama

Tebal buku: xii + 188 hlm.

ISBN: 979780853X

***

Di Makasar, dan barangkali di tempat kau sekarang membaca kisah ini; kenangan sering kali datang bukan pada waktu dan tempat yang tepat. Rinailah Rindu, perempuan Jawa itu memandang Pantai Losari sekali lagi. Mengenang rencana pernikahannya yang karam tiga tahun silam. Namun, bukan kehilangan itu yang ia sesali, melainkan mengapa dia kembali? Tanya itulah yang menuntut jawaban pada kisah yang seharusnya telah usai.

Kehilangan telah mebuat Rinai mengerti bahwa manusia tidak pernah memiliki apa pun, bahkan perasaannya sendiri. Ia bersetuju dengan keadaan, bahwa Wanua, laki-l;aki Bugis itulah harapan baru baginya. Lamba, bangsawan Toraja yang pernah mematahkan hatinya, hanya perlu berakhir sebagai kenangan.

Sayangnya, terkadang hati dan ingatan tak selalu sejalan. Rinai tak ingin terluka lagi, tetapi kali ini, apakah takdir akan berbaik hati pada cinta juga kebahagiannya?

***

Dalam series Indonesiana, penerbit GagasMedia mengabarkan kepada pembaca kisah yang dibalut kental kebudayaan. Tujuannya agar kisah yang disajikan kepada pembaca bukan melulu kisah roman semata yang disisipkan konflik ala-ala sinetron. Bisa jadi series Indonesiana ini adalah bentuk komitmen penerbit bersikap nasionalis dengan kembali mengangkat tema budaya kepada masyarakat.

Novel Pertanyaan Kepada Kenangan merupakan salah satu judul dalam series Indonesiana, yang ditulis oleh penulis novel Puya ke Puya, Fasial Oddang. Novel Puya ke Puya sendiri begitu saya puji karena memiliki cerita menarik. Kesamaan dua novel ini menyinggung budaya yang ada di Tana Toraja, Rambu Solo, menyemayamkan orang meninggal agar rohnya naik ke Puya, surga. Ritual ini merupakan ritual paling mahal karena bisa menghabiskan uang ratusan juta, bahkan milyar.

Kegagalan Pernikahan Karena Beda Budaya

Konflik pertama yang diberikan penulis ke pembaca berupa kandasnya hubungan Rinai dan Lamba karena adat yang berbeda. Proposal pernikahan yang diajukan Lamba kepada mamanya, ditentang lantaran ritual Rambu Solo kematian papanya belum digelar. Tidak boleh ada perayaan kebahagian sebelum selesai perayaan kedukaan. Dan bagi keluarga Lamba, pantang menentang adat.

Rinai nelangsa. Selain gagal menikah, pertemanan dia dengan dua orang, Lamba dan Manua, berubah.  Karena diketahui kemudian kalau Manua selama ini menyimpan perasaan suka kepada Rinai. Kedekatan bak keluarga, berubah jadi dingin dan membuat mereka asing satu sama lain.

Cinta Segitiga Anak Manusia

Dalam catatan awal, Faisal menganggap proyek novel Pertanyaan Kepada Kenangan ini seperti proyek istirahat setelah ia menyiapkan novel Puya ke Puya yang menurutnya lebih rumit. Tema roman menjadi pilihan yang menyenangkan baginya dan Faisal memilih konflik cinta segitiga.

Bentuk cinta segitiga sudah menjadi bahan novel yang banyak diangkat oleh penulis lain, namun dasarnya tema roman tidak ada matinya, yang ditunggu oleh pembaca tentu saja bagaimana penulis mengeksekusi konflik cinta segitiga ini. 

Dan menurut saya, akhir kisah Rinai - Lamba - Wanua ini belum begitu jelas arahnya. Saya sampai bingung, ini si Rinai jadinya pilih siapa?


Di dalam saku kemejaku, kotak berwarna gusi pemberian Lamba barangkali telah menunggu jawaban pula. Kotak itu belum kubuka sejak kami pulang dari Bukit Sion. Isinya utuh. Di dalam dadaku, cinta buat Wanua juga belum ada yang membukanya. Isinya utuh. (hal. 185)

Toraja, Makasar, dan Kekayaannya

Kebudayaan Toraja dan Makasar digali sangat mendalam oleh penulis. Termasuk tempat wisata, sejarah kota, dan kesenian, diracik menjadi bumbu cerita yang makin menguatkan konflik antara tokoh-tokoh yang ada, dan itu bukan sekadar tempelan biar ada tema budaya. Misalnya: Rambu Solo, Kete Kesu, Pantai Losari, Tongkonan, Tau-Tau, Fort Roterdam, dan masih banyak lainnya.

Tau-tau (replika mayat) - sumber gambar dari filckr.com

Menurut saya penulis berhasil menjadikan kebudayaan menjadi pelengkap dalam ceritanya. Bahkan pada akhirnya kebudayaan menjadi titik awal kenapa muncul konflik perasaan antara ketiga tokoh utamanya.

Kenalan dengan Tokoh-Tokohnya

Jujur saja, saya merasa tokoh yang paling menonjol adalah tokoh Rinai. Perempuan yang tengah dilema memilih antara Lamba atau Wanua. Karakternya, dia bisa memikirkan matang sebelum memutuskan, dia gampang gamang dan pasti butuh waktu agak lama sampai dia yakin, dan yang paling mengganggu ketika cerita akan diakhiri, Riani ini seolah-olah menjadi perempuan yang jinak-jinak merpati. Saat itu dia sudah dihadapkan harus memilih, tapi entah kenapa Rinai mengulur sedemikian rupa. 

Tokoh Lamba dan Wanua tidak meninggalkan kesan buat saya. Mereka ada untuk menjadi lawan konflik Rinai, dan penulis hanya membuat dua karakter ini mempunyai perbedaan, kayak siang dan malam. Wanua dibentuk sebagai pemuda yang berprofesi wartawan, berambut gondrong, dan lebih urakan. Sedangkan Lamba jadi sosok pengusaha muda, klimis, dan anak penurut.

Tidak ada pendalaman karakter untuk Lamba dan Wanua. Adanya mereka hanya untuk mengikuti alur cerita yang dibuat maju-mundur. Maju - mengetengahkan proses Rinai berkompromi dengan perasaannya ketika dua sahabat dekatnya menginginkan hubungan lebih dari sahabat. Mundur - menyibak awal mula mereka (Rinai - Lamba - Wanua) bertemu, kedekatan persahabatan, bahkan menjabarkan kronologis awal mula adanya perang dingin.

Apakah novel Pertanyaan Kepada Kenangan menarik?

Bagi saya, ini novel ringan yang berisi. Roman dikawinkan dengan kebudayaan. Pembaca akan dapat dramanya, akan dapat juga wawasannya. Setelah membaca novel ini, kita akan sadar ternyata banyak PR bagi kita sebagai warga Indonesia untuk mengenal negeri sendiri yang luasnya dari Sabang sampai Merauke, dengan memiliki kebudayaan yang beraneka ragam.

Jika saya harus memberikan nilai, saya berikan 3 bintang dari 5 bintang.

Demikian ulasan kali ini, terakhir dari saya, jaga terus kesehatan dan tetap membaca buku!

***

Catatan: 

  • Dua kali kehilangan orang yang sama, jauh lebih menyakitkan daripada memiliki orang yang salah lebih dari sekali. - 8
  • Cinta tidak pernah menyalahkan siapa pun dan apa pun, tetapi manusia selalu saja menyalahkan banyak hal atas nama cinta. - 32

0 komentar:

Posting Komentar