Januari 10, 2020

[Resensi] Senandika Prisma karya Aditia Yudis


Judul: Senandika Prisma
Penulis: Aditia Yudis
Penyunting: Jia Effendie
Penerbit: PT Falcon
Cetakan: I, Desember 2016
Tebal: 212 hlm.
ISBN: 9786026051424

Sinopsis Novel
Sebulan menjelang pernikahan Ian dan Prisma, anak Iyan yang bernama Rory hilang ketika dia diajak belanja sepatu ke sebuah butik di mal bersama Prisma. Keberadaannya tidak diketahui dan susah dilacak, sampai kejadian ini mengubah semua rencana yang sudah dirancang oleh Ian dan Prisma. Salah duanya, rencana menikah dan rencana tinggal bersama di salah satu rumah yang ada di perumahan Blue Valley.

Kejadian ini juga membawa pertemuan Prisma dengan Niko, kakaknya Ian. Hubungan Ian dan Niko tidak harmonis setelah kebangkrutan bisnis ayah mereka yang berujung ayah mereka meninggal. Ada bara api yang nggak mudah dipadamkan di antara mereka.

Bagaimana nasib Rory selama dia menghilang?

Apakah hubungan Ian dan Niko akan kembali harmonis?

Resensi Novel

"Senandika atau solilokui adalah wacana seorang tokoh dalam karya susastra dengan dirinya sendiri di dalam drama yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, firasat, konflik batin yang paling dalam dari tokoh tersebut, atau untuk menyajikan informasi yang diperlukan pembaca atau pendengar." (sumber Wikipedia)

Novel Senandika Prisma ini merupakan buku kedua dari Blue Valley Series yang saya baca. Series ini tentu saja berlatar di perumahan Blue Valley dan pada buku ini pun karakter utamanya bersinggungan dengan karakter lain yang ada di buku lainnya. Pada buku ini Prisma bersinggungan dengan keluarga Gamal dan Nina yang kisahnya ada di buku Melankiloa Ninna. Dan juga ada tokoh Ayuni yang di buku ini hanya disinggung sesaat saja.

Upaya Pura-Pura Mengatakan Semua Baik-Baik Saja

Mungkin saya harus mengatakan di awal, jika tidak ada karakter di novel ini yang saya suka. Semua karakternya tidak membuat saya peduli padahal mereka menghadapi masalah yang pelik, yaitu hilangnya Rory. Alasannya karena karakter-karakter utama di novel ini tergolong orang-orang yang berusaha pura-pura kalau semua baik-baik saja padahal mereka itu sedang ketar-ketir.

Prisma masih menaruh harapan besar untuk pernikahannya padahal dia yang teledor membiarkan Rory bisa hilang. Bias pikirannya antara menyesal kehilangan Rory dengan gagalnya pernikahan membuat saya sebagai pembaca bingung harus bersimpati pada kesedihan dia yang mana. Walaupun saya paham kalau Rory bukan anaknya.

Ian pun demikian, dilema melanjutkan hidup tapi sedang kehilangan anak, atau terus fokus sama kasus anaknya sedangkan banyak dimensi hidupnya yang terabaikan. Seperti hubungan dia dengan Prisma, rencana pernikahan, dan bahkan urusan bisnis peninggalan ayahnya.

Yang paling mengganggu adalah Ian kelamaan memutuskan antara melanjutkan hubungan dengan Prisma atau fokus mencari anaknya. Soalnya dengan mengulur waktu begitu, Prisma dibuat galau antara Ian memang memaafkan kesalahannya dan mau menerima semuanya seperti semula, atau justru sebenarnya Ian kecewa. Ian di sini berpura-pura semua akan berjalan kembali adanya namun ujung-ujungnya dia memutuskan hal paling menyakitkan.

Niko pun berusaha baik-baik saja menghadapi Ian padahal ketika keluarganya jatuh, dia memilih kabur. Ibunya Ian dan Niko pun berusaha ikhlas selama ini kehilangan Niko, padahal dia merasa rindu kepada anaknya itu.

Menurut kalian karakter mana yang bisa menyenangkan pembaca?

Konflik yang berjarak dengan pembaca

Coba saja kalau Rory beneran ditemukan setelah menjadi mayat, mungkin kisah Ian dan Prisma lebih terhubung dengan pembaca. Setidaknya pembaca akan memaki kebiadaban si penculik. Dan rupanya penulis memilih dengan membuat pelaku sebagai orang terdekat. Ini jelas membuat pembaca mempertanyakan hubungan Ian dan Prisma dengan si pelaku. Sebab si pelaku pun sempat menemui mereka. 

Motif si pelaku terkesan dipaksakan. Saya kayaknya tidak pernah mendengar ada kasus penculikan dengan motif ini di kenyataan. Mengingat si pelaku juga pernah merasa kehilangan, masa dia tega membuat orang lain kehilangan juga.

Dan saya bingung, kenapa si pelaku yang menculik dan memperlakukan Rory dengan baik, sama sekali tidak terdeteksi padahal yang mencari Rory banyak sekali. Di tambah tidak ada keterangan Rory dibawa ke luar kota atau ke luar negeri. Saya justru mencak-mencak dengan ide cerita pada bagian ini sebab kenapa gajah di depan tidak kelihatan. Gajahnya bukan gajak agen rahasia pula. Aneh pokoknya.

Bingung menemukan pesan besar dari kisahnya

Ketika saya ingin menemukan pesan dari novel ini, saya kesulitan menemukan yang pas. Hubungan anak dan orang tua? Tidak ada yang bikin mengharu biru dan bisa dijadikan teladan. Hubungan Ian dan Prisma? Ujung-ujungnya tidak manis padahal keduanya sempat berjuang bareng. Hubungan Niko dengan keluarganya? Dia tetap menyebalkan sebagai bajingan.

Tapi dari pembahasan saya di awal, mungkin pesan moral yang paling jelas adalah untuk bisa mengungkapkan atau mengekspresikan apa yang kita rasa dan apa yang kita pikirkan. Sebab berpura-pura segalanya baik-baik saja, tidak akan menyelesaikan masalah yang sebenarnya. Justru dengan bersikap demikian, kita seperti sedang menyalakan bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

Kalau kalian sudah membaca novel ini dan ada pesan manis lainnya yang bisa dibagikan, tolong kasih tau saya. Siapa tau saya kurang peka menerima kisah Ian dan Prisma di novel ini.

Akhirnya dan Rating
Saya pikir akan menemukan cerita drama yang sama bikin hati hangat seperti yang ada di buku Melankolia Ninna. Tetapi ternyata tidak ada. Saya pun hanya memberikan novel ini nilai 2 dari 5.

*****

Januari 07, 2020

[Resensi] Wonderful Life - Kiki Raihan


Judul: Wonderful Life: The Novel
Penulis: Kiki Raihan
Berdasarkan skenario film: Jenny Jusuf
Penyunting: Anida Nurrahmi
Penataletak & Perancang sampul: Teguh Tri Erdyan
Ilustrasi: Aqillurachman A. H. Prabowo
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Cetakan: I, Oktober 2016
Tebal: iv + 147 hlm.
ISBN: 9786024241964

Sinopsis Novel
Prestasi Aqil di sekolah tidak membanggakan. Padahal Amalia sebagai Uminya berharap dia sama berprestasinya seperti kala dia dan ayah Aqil sekolah dulu. Namun sampai Aqil berusia delapan tahun, dia masih kesulitan menulis dan membaca.

Tekanan bertambah ketika ayah Amalia ikut campur dengan keadaan Aqil. Hubungan mereka yang sudah runcing sejak lama bertambah memprihatinkan.

Apa yang salah dengan Aqil? Dan bagaimana kelanjutan hubungan Amalia dengan ayahnya?

Resensi Novel
Saya sudah tahu kalau novel ini tuh banyak dikomentari positif oleh beberapa blogger buku. Selain kisahnya yang sederhana, novel ini mempunyai kisah yang mengharukan. Namun baru kesampaian saat ini saya bisa membaca setelah mendapatkan novel ini kala ada bazar buku murah di Gramedia Cipto Cirebon.

Bakal sedih ketika di antara keluarga ada konflik. Bakal bahagia ketika keluarga menjadi harmonis. 

Tema yang paling sering bikin saya berkaca-kaca adalah tema keluarga. Ketika membaca buku dengan tema keluarga, mendadak suka merasa terharu, merasa kehangatan, bahkan merasa rindu. Begitu juga dengan novel Wonderful Life ini, mampu membuat saya hampir menangis, karena di dalamnya mengusung kisah hubungan orang tua dan anak.

Hubungan Amalia dengan ayahnya, hubungan Amallia dengan Aqil. Hubungan Amalia dan ayahnya terjalin begitu kaku. Asal mulanya karena ayahnya kerap menuntut anak-anaknya untuk berprestasi. Kebahagian beliau seolah hanya diukur dari seberapa hebat anak-anaknya dalam nilai akademis, dalam level karir, bahkan dalam memilih kualitas pasangan.

Pola asuh yang dilakukan ayahnya Amalia membentuk Amalia menjadi serupa. Dia pun secara tidak sengaja menuntut Aqil untuk sama berprestasinya seperti saat dirinya kecil dulu. Makanya, begitu Aqil didiagnosa mengidap disleksia, Amalia merasa ketiban musibah besar.

Daripada malu, Amalia berupaya mencari pengobatan alternatif ketika pengobatan dokter dan psikolog tidak membuat perubahan pada Aqil. Dia rela cuti selama semingguan untuk menempuh perjalanan dari Jakarta ke daerah jawa.

Dalam kehidupan nyata pasti ada jenis orang tua yang menuntut anaknya berprestasi gemilang. Obsesinya itu tentu saja merampas hak anak untuk bermain dan merasa bebas karena si anak disibukkan dengan berbagai les dan dibebankan waktu belajar yang lebih banyak. Sebenarnya menjadikan anak berprestasi, apalagi dengan alasan agar masa depannya cerah, bukan kesalahan juga. Menurut saya, yang salah itu ketika harapan tadi menjadi obsesi. Kemudian anak dijadikan robot untuk mencetak banyak prestasi dan kemudian memproduksi kebahagiaan bagi orang tuanya.

Hubungan Amalia dan ayahnya yang kaku secara langsung menohok perasaan saya karena begitulah hubungan saya dengan orang tua. Tetapi alasannya bukan karena obsesi berprestasi. Saya dan saudara saya lahir di desa. Pada saat kami kecil, orang tua sibuk mencari uang dengan menggarap ladang. Dari pagi buta hingga menjelang senja. Begitu mereka sampai rumah, keadaan sudah kelelahan. Akhirnya jarang sekali mereka bertanya kepada kami apa yang kami lalui seharian, apa yang terjadi di sekolah atau pertanyaan apa lainnya.

Setiap hari kehidupan diisi oleh peran masing-masing dan dunia masing-masing. Kecuali jika ada kebutuhan saja, kami akhirnya saling berbicara. Sampai kami dewasa, jarang sekali menemukan momen dimana kami sebagai anak berbicara dari hati dengan orang tua. Sehingga begitu membaca novel ini, perasaan saya seperti dicubit. Ada rasa perih dan ada rasa rindu.

Ibu adalah pahlawan super hebat yang diciptakan Tuhan untuk anak-anaknya. 

Semua ibu akan mengorbankan apa pun demi kebahagian anak-anaknya. Karena bagi mereka, anak adalah harta paling berharga yang tidak punya nilai saking bernilainya. Begitu juga Aqil bagi Amalia.

Begitu Aqil diketahui mengidap disleksia, Amalia memang sedih luar biasa. Tetapi ketika ayahnya mengatakan Aqil sakit, Amalia justru menolak kenyataan itu dan mengatakan Aqil baik-baik saja dan dia anak yang sempurna.

“Setiap anak terlahir ke dunia apa adanya. Sesempurna apa adanya. Tugas kita hanya merawat dan mencintai mereka juga apa adanya. Kita bantu dia menemukan kekuatan dirinya.” (hal.18)

Amalia pun mencari cara untuk menyembuhkannya. Dia mendatangi beberapa psikolog dengan hasil yang nyaris sama. Disleksia tidak bisa disembuhkan dan psikolog menyarankan agar anak yang mengidapnya jangan dianggap sebagai pasien melainkan harus dijadikan sahabat.

Belum puas dengan saran psikolog, Amalia mencari pengobatan alternatif ke daerah jawa. Perjalanan seminggu yang dilakukan dia dan Aqil menjadi perjalanan yang membuka pikiran untuk melihat Aqil sebagaimana adanya. Perjalanan mereka begitu seru karena mengalami banyak masalah walau akhirnya menghasilkan makna kehidupan yang baru dan lebih baik.

Sebenarnya apa yang dialami Amalia, dialami juga oleh kakak perempuan pertama saya. Dia memiliki anak kedua, seorang anak perempuan, yang didiagnosa ada syaraf yang tidak benar. Sakit ini menyebabkan si anak mengalami perkembangan berpikir yang lambat dan tangan kirinya tidak bisa lurus. Tetapi saya mendengar langsung dari mulut ibunya jika dia ikhlas menerima kondisi anaknya dan dia akan berjuang sebaik mungkin untuk mengurus anaknya itu sampai dia tidak sanggup. Kakak saya sadar dari awal kalau anaknya akan mengalami banyak kesulitan seiring bertambah usianya. Sehingga sejak awal pula dia meniatkan diri.

“..., karena anak semua terlahir sempurna. Pandangan kita yang membuat mereka seolah cacat dan tak sempurna.” (Hal.50)

Metamorfosis manusia terjadi saat hal tidak menyenangkan menimpa.

Saya menyoroti betul karakter Amalia dari awal buku dan saya tidak suka dengan karakternya. Amalia digambarkan sebagai perempuan kota yang menginginkan kesempurnaan dalam banyak kehidupannya. Terutama soal pekerjaan dan kondisi anaknya. Dan begitu hal buruk menimpa, dia bertambah buas dan judes. Ini semata-mata akibat dia stres dengan kondisi buruk yang tidak bisa dikendalikan olehnya. Dia sebenarnya sudah kalah oleh keadaan buruk tadi tapi dia ngotot untuk memenangkannya sehingga yang terjadi dia berubah jadi seperti monster, tidak mampu mengendalikan diri.

Sepanjang perjalanan pun menempa Amalia dengan banyak keadaan apes. Sinyal internet tidak ada padahal dia butuh membuka email dan menghubungi kantor demi proyek raksasa yang sedang dia garap. Listrik mati ketika Amalia sedang mengerjakan laporan di sebuah warnet. Mobil ban kempes dalam perjalanan di antah berantah sedangkan jalan sudah sangat sepi yang akhirnya memaksa dia dan Aqil naik mobil bak terbuka yang ada kambingnya. Bahkan dompetnya sempat hilang yang akhirnya membuat Amalia dan Aqil kabur dari warung makan karena tidak bisa membayar.

Namun kita semua sepakat, dalam banyak kesusahan pasti ada nilai-nilai yang bisa dipetik. Hikmah inilah yang membuat kita sebagai manusia banyak mengalami perubahan. Ibaratnya ulat yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah.

Menikmati hidup dengan menikmati apa yang disediakan Tuhan tanpa menuntut lebih.

Dari Aqil yang tidak lancar menulis dan membaca, kita bisa belajar menikmati hidup yang sesungguhnya. Kepolosan Aqil membuat dia begitu mudah antusias dan girang ketika menemukan banyak hal baru. Dia berubah menjadi sosok yang ringan dan lepas.

Kita pun bisa belajar hal yang sama untuk mendapatkan kebahagian hidup. Mulailah untuk tidak memasang ekspektasi terhadap banyak hal dan tidak membuat banyak aturan untuk banyak hal. Ketika kita menjalani hari dengan kondisi minim ekspektasi dan aturan, kita akan menjadi pribadi yang ringan dan secara otomatis memunculkan sosok polos anak-anak.

Misalnya ketika kita mengerjakan proyek kerjaan, jangan memasang ekspektasi sempurna, karena hal ini justru membuat fokus kita hanya menyorot kepada ekspektasi. Bukan kepada banyak perbaikan dan inovasi dari proyek kerjaan tadi. Atau ketika kita memilih liburan, jangan membuat aturan nanti begini – harus begitu – nggak mau ini – nggak akan begitu, tetapi pasang diri saja dan menikmati proses perjalanan. Tersesat, biasa. Kelelahan, biasa. Kulit iteman, biasa. Dengan menanggap banyak kejadian menjadi hal biasa, pikiran kita akan lebih fokus menikmati perjalanan tanpa diganggu gusar oleh hal-hal tidak terduga.

Akhirnya dan Rating 

Novel Wonderful Life memiliki nilai keluarga yang sangat bagus. Siapa pun yang membaca novel ini semoga sama tercerahkannya seperti yang saya alami. Bisa melihat keluarga dengan sudut pandang yang jauh lebih baik. Bisa merubah kita semua menjadi orang-orang dengan kepribadian yang lebih santun. Akhirnya saya memberikan novel ini nilai 4 dari 5.

*****

Disleksia/Dyslexia
(sumber: www.alodokter.com)

Disleksia adalah gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, atau mengeja. Penderita disleksia akan kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan, dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat.

Disleksia tergolong gangguan saraf pada bagian otak yang memroses bahasa, dan dapat dijumpai pada anak-anak atau orang dewasa. Meskipun individu dengan disleksia kesulitan dalam belajar, penyakit ini tidak memengaruhi tingkat kecerdasan seseorang.


Januari 01, 2020

Selamat Tahun 2020


"Petualangan! Dimulai!"

Tahun 2019 sudah berlalu. Sekarang bukan lagi saatnya menyesali apa yang sudah lewat kemarin. Tapi waktunya kembali menyiapkan diri menghadapi tantangan baru. Pilihannya ada 2: Menjadi seperti setahun kemarin atau melakukan banyak hal baru.

Banyak orang yang bikin resolusi untuk tahun ini. Harapan dan impian yang akan diperjuangkan supaya terwujud. Saya pun rencananya demikian. Ingin membuat resolusi di tahun 2020 ini. Saya juga manusia biasa yang setiap awal tahun selalu punya nasihat ke diri sendiri, harus begini, harus begitu.

Tetapi resolusinya bakal saya catat di buku notebook pribadi. Enggak akan saya publikasi di blog ini apa saja daftarnya. Resolusinya semacam rahasia pribadi yang akan selalu saya buka setiap pagi. Dan kemungkinannya bakal terus saya tambahkan.

Tahun 2020 ini akan saya isi dengan banyak petualangan yang baru. Saya sadar betul kemarin-kemarin lebih nyaman ngedekem di kosan atau di rumah. Jarang melakukan hal nekat yang bikin adrenalin melonjak. Dan sebelum saya meninggal, saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik, lebih banyak berpetualang, dan lebih banyak bermanfaat.

"Petualangan! Dimulai!", kalimat ini bakal saya ucapkan setiap pagi, setiap kali saya menyerah, setiap kali saya merasa lelah. Supaya energi saya kembali bangkit. Dan supaya saya ingat terus kalau tahun ini banyak yang harus dilakukan.

Nah, apa yang berubah di tahun 2020 ini bagi kalian? Dan apa jargonnya buat setahun ke depan?

Desember 22, 2019

[Resensi] Zoom In Zoom Out Dunia Trisa - Eva Sri Rahayu


Judul: Zoom In Zoom Out Dunia Trisa
Penulis: Eva Sri Rahayu
Editor: Dion Rahman
Penata letak: Debora Melina
Desainer sampul: Aji Hermawan
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Cetakan: I, Desember 2019
Tebal: 265 hlm.
ISBN: 9786230011085
ISBN digital: 9786230011122

Sinopsis Novel
Novel Zoom In Zoom Out Dunia Trisa ini mengisahkan jatuh bangun seorang Trisa yang memiliki ambisi menjadi aktris. Berbagai casting dia ikuti dan banyak kegagalan dia lalui. Berbagai masalah dunia entertainment menimpa Trisa namun impiannya tidak juga mati.

Kisah asmara Trisa pun tidak sama mulusnya. Ada saja masalah yang membuat Trisa tidak bisa menikmati perasaan kasmaran dalam jangka waktu lama. Kadang, rasanya hidup Trisa hanya diisi oleh banyak ketidakberuntungan.

Bagaimanakah ujung kisah Trisa dalam dunia entertainment dan urusan asmaranya?

Resensi Novel
Perkenalan saya dengan penulis Eva Sri Rahayu ini lewat buku Love Puzzle yang dulu pernah saya resensi juga tapi di blog lawas yang kini sudah dihapus. Dan ketika saya buka Gramedia Digital lalu muncul novel baru yang ditulis oleh penulis, langsung saya unduh dan baca novel ini padahal saya sedang membaca novel yang lainnya.

Gemerlap Dunia Entertainment yang Membutakan Mata

Saya yakin pasti ada beberapa orang yang seperti Trisa, punya obsesi menjadi aktris dan sering mengikuti casting dimana-mana. Perjalanan yang enggak mudah untuk mewujudkan itu. Seperti Trisa, harus mengalami banyak kegagalan. Dan di awal-awal dia kebagian peran kecil, entah sebagai yang lewat, entah sebagai peran figuran yang munculnya hanya berapa adegan, atau bahkan sebagai pengisi suara saja.

Saya sedikit buta dengan alasan Trisa begitu terobsesi menjadi aktris. Apakah untuk memperbaiki ekonomi atau memang dia menyukai dunia entertainment? Kasih tau saya jika saya melewatkan alasan Trisa mengejar obsesinya sedemikian rupa ini.

Padahal dunia hiburan tidak pernah ada yang ramah. Penuh terjal dan bagi yang mengejarnya harus siap berdarah-darah. Trisa harus mengalami bentrokan dengan beberapa orang yang sudah lebih dulu terjun di dunia hiburan. Misalnya dengan aktris yang sudah lebih dulu tenar. Atau hubungan tidak baik dengan sutradara akibat terlambat datang saat syuting. Ternyata meski mengalami perlakuan tidak baik, Trisa tidak menyerah.

Sekali pun dia harus dihadapkan dengan kesibukan kuliah, casting tetap dilakoni Trisa. Bayangkan saja, demi mengejar karir aktris, di usia 25 tahun Trisa masih terdaftar sebagai mahasiswi. Perjuangan yang panjang namun hasilnya pelan sekali.

Ada jalan pintas yang sebenarnya bisa bikin Trisa cepat menjadi terkenal yaitu dengan mendekati sutradara. Hanya saja Trisa masih memilih berjuang di jalan yang benar.

Trisa Dan Segala Hal Yang Menyebalkan

Karakter Trisa di novel ini sangat menyebalkan. Dia tipe perempuan yang kepala batu dan ceroboh. Entah sejak kapan dia mengejar karir sebagai aktris, tetapi konflik di dunia hiburan selalu dihadapi Trisa dengan ceroboh seperti anak baru.

Di awal novel Trisa sudah marah-marah kepada Desta gara-gara dia terlambat casting. Padahal Desta bukan siapa-siapa dan masih mending ada yang mau antar-jemput Trisa kemana-mana. Bukannya terima kasih, Trisa malah menyalahkan Desta atas kejadian buruk yang menimpanya. Saya kaget membaca bagian ini dan ikutan kesal. Kalau beneran ada orang kayak Trisa, sudah saya getok kepalanya.

Dan ada banyak kelakukan Trisa yang bikin saya mengelus dada. Enggak habis pikir saja ada orang kayak Trisa di usia 25 tahun yang menyebalkan.

Formula Roda Berputar Dan Trisa Bermetamorfosis

Penulis menggunakan formula metamorfosis dalam cerita Trisa ini. Setelah perjuangan dan menghadapi banyak konflik di dunia hiburan, Trisa akhirnya berubah menjadi kupu-kupu. Walaupun di tengah jalan dia tetap diterpa badai. Di saat inilah orang-orang terdekat Trisa berperan besar menggenggam Trisa supaya tidak terjatuh.

Karakter Trisa pun berubah banyak. Sikapnya yang ceroboh dan kepala batu berkurang. Penulis menempatkan Trisa sebagai karakter yang sudah lebih baik tapi memiliki kesadaran sebelum dia berubah menjadi sekarang. Seperti rendah hati begitu. Dan waktu mengajarkan banyak hal untuk dirinya.

Pesan-pesan Moral yang Perlu Direnungkan

Jujur saja saya tidak mendapatkan banyak kesan bagus untuk novel ini. Sepanjang membacanya, saya lebih banyak kesal dengan karakter Trisa. Walaupun di akhir-akhir novel, Trisa berubah, tetap saja dia menyebalkan. Bahkan untuk hubungannya dengan Adam tidak menemukan titik terang lantaran Trisa mendahulukan obsesinya.

Yang paling bisa saya tangkap pesan moral dalam novel ini adalah kegigihan Trisa mengejar apa yang diimpikannya. Berbagai situasi buruk berhasil dia lalui dengan fokus ke impiannya itu.

Terakhir dan Rating
Untuk kisah Trisa dan obsesinya saya hanya bisa memberi nilai 3 dari 5. Rasanya novel ini cocok dibaca oleh mereka yang punya obsesi menjadi aktris juga supaya mendapatkan bayangan permasalahan apa saja yang akan muncul di dunia hiburan.

*****


Desember 18, 2019

[Resensi] Mencari Simetri - Annisa Ihsani


Judul: Mencari Simetri
Penulis: Annisa Ihsani
Penyunting: Mery Riansyah
Penyelaras aksara: Yuliono
Desain sampul: Sukutangan
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, Agustus 2019
Tebal: 240 hlm.
ISBN: 9786020629360
ISBN digital: 9786020629353

Sinopsis
Umur April sudah 29 tahun. Pekerjaannya sudah bagus dan fleksible, bisa dikerjain di kosan atau rumah. Tapi dia gundah oleh cerita asmaranya dengan Armin, rekan kerja prianya yang kadang cuek, kadang begitu perhatian. Hubungan mereka tidak jelas, sehingga April tidak bisa melanjutkan langkahnya mau kemana. Enam tahun April terus memupuk harapan kepada Armin. Sedangkan kalau dibandingkan dengan sahabatnya, Sita, dia sudah menikah dan akhirnya punya bayi.

Dalam keluarga, Mama harus ke Semarang untuk mengurus neneknya. Papa ditinggal di rumah dan mulai melupakan banyak hal. April kemudian memegang tanggung jawab terhadap papanya karena Kak Laras sibuk dengan keluarganya.

Apakah April bisa melewati krisis hidup di usianya yang sekarang?

Resensi
Nama penulis Annisa Ihsani merupakan salah satu penulis yang karyanya saya ikuti. Buku Mencari Simetri ini merupakan buku keempat karya Annisa yang saya baca. Untuk membaca resensi buku Annisa lainnya, silakan klik judulnya berikut ini: Buku A Untuk Amanda, Buku Teka-Teki Terakhir, dan Buku A Hole in The Head.

Menurut kabar, buku Mencari Simetri ini merupakan karya Annisa yang keluar dari kebiasaannya karena dia mengambil lini Metropop. Buku-buku terdahulunya terbilang di lini Teenlit/Remaja. Tentu saja ini bikin penasaran bagaimana Annisa meramu konflik dewasa, apakah akan sama serunya atau justru Annisa menjadi bukan Annisa.

Krisis Usia Menjelang Usia Tiga Puluh Tahun

Saya yakin banyak yang mengalami kegalauan ketika umur sudah mendekati angka tiga puluh. Biasanya mereka akan men-screening dirinya sendiri, lalu dibandingkan dengan orang lain di sekitarnya. Hasilnya adalah rendah diri. Seperti yang dialami tokoh April, dia merasa dirinya gagal, hidupnya tidak berhasil, dan merasa tertinggal dibandingkan dengan pencapaian orang terdekatnya. Contohnya, April melihat Sita, sahabatnya, sudah sangat enak karena di usia sekarang dia sudah menikah, bahkan sebentar lagi dia punya bayi. Sedangkan April merasa dirinya masih jauh untuk menyamai Sita.

Pikiran menikah saja tidak ada. April masih bergelut dengan perasaannya yang kerap di naik-turunkan oleh Armin. Kedekatan mereka tidak membawa mereka kemana-mana. Hanya senang berbagi letupan indah di dada ketika sedang bersama tanpa ada yang mau memulai membicarakan komitmen. April galau karena urusan ini.

Cinderella Syndrom Atau Hanya Ketidaksiapan?

Mengikuti kisah April dengan kebucinannya (budak cinta) membuat saya mempertanyakan pola pikirnya yang menolak segala bentuk komitmen besar. Misalkan dia belum memikirkan menikah dan masih senang dengan konsep berbunga-bunga ala remaja belia. Atau ketika dia bingung untuk pindah kosan ke rumah, sedang di depannya ada alasan besar yang mengharuskan dia pindah, dan keraguannya itu didasari ketidakinginan April memikul tanggung jawab merawat papanya yang akan membuat zona nyamannya terrenggut.

Kalian pernah dengar Cinderella syndrom? Sindrom yang menyebabkan orang dewasa bersikap kanak-kanak. Cinderella syndrom ini sebutan bagi penderita perempuan, sedangkan bagi penderita laki-laki disebutnya Peterpan syndrom. Begitu membaca kisah April, saya menduga dia mengidap sindrom ini. Apalagi ending cerita April digantung, yang bikin saya makin heran kenapa dia tidak bisa melihat kisah asmaranya dengan sudut pandang yang lain. Tapi saya tidak bisa memastikan hal itu, bisa saja April memang tipe perempuan yang memiliki prinsip kuat terkait keputusan yang menyangkut dirinya.

Berbakti Kepada Orang Tua Itu Tidak Mudah Dan Harus Dilakukan

Selain urusan asmara, April terseret untuk mengurus papanya yang mulai menunjukkan gejala pikun. Mamanya mendadak harus ke Semarang mengurus Eyang Uti yang mulai sakit-sakitan, bahkan sampai berbulan-bulan Mamanya di sana. April baru merasakan bagaimana sulitnya membagi waktu antara bekerja dan mengurus keluarga.

Ada beberapa bagian cerita yang akan mengingatkan kita untuk memperhatikan orang tua kita dan akan membuat hati kita terenyuh. Yaitu ketika kita mendapati sosok orang tua kita ternyata sudah tua. Melihat tubuh mereka yang mulai bungkuk, melihat kulit mereka yang mulai keriput, dan melihat rambut mereka yang mulai beruban. Ini bikin kita berpikir sudah sejauh mana kita berbakti kepada mereka.


Perubahan Bentuk Perkawanan Di Atas 25 Tahun

Ketika kita sudah lulus kuliah dan kemudian bekerja, ada yang berubah dari bentuk perkawanan. Jangan tanya soal perkawanan SD, SMP, dan SMA. Itu pasti sudah berubah sejak kita naik tingkat sekolah. Dan perkawanan kuliah pun berubah juga. Sebab kita akan disibukkan oleh pekerjaan, oleh pergaulan tempat kerja, bahkan oleh prioritas hidup lainnya.

Hubungan April dan Sita pun berubah ketika Sita menikah dan akhirnya punya anak. April merasakan betul waktu sahabatnya itu berkurang banyak untuk dirinya karena Sita punya prioritas baru. Pada saat beginilah dibutuhkan kedewasaan menyikapi perubahaan yang terjadi. Kita tidak bisa menuntut orang lain mengikuti ritme hidup yang kemarin-kemarin, tetapi yang dibutuhkan adalah menyesuaikan diri dengan prioritas kita yang baru.

Mereka Menyebalkan Dan Bikin Hilang Simpati

Sepanjang membaca buku Mencari Simetri ini, kita akan dikenalkan kepada beberapa tokoh. Sayangnya, saya tidak bertemu dengan satu tokoh pun yang saya sukai. Menurut saya tokoh utama di novel ini sangat menyebalkan.

April jelas-jelas perempuan yang begitu mengagungkan kebenaran pilihannya. Memilih pasangan saja dia begitu ingin yang sesuai dia mau dengan alasan, "Saya yang akan menjalani." Tidak salah sebenarnya, tapi ada kalanya sebagai manusia kita juga begitu didominasi egois dan belum tentu yang kita yakini itu benar. Banyak sekali orang di sekitar saya yang karena usia sudah matang, atau kelewat matang, akhirnya memilih pasangan dengan menurunkan egoisnya. Mereka mulai melihat dengan kacamata orang tua dan sahabat-sahabatnya. Toh tidak ada orang yang menyayangi kita akan memberikan kepada kita pilihan yang buruk.

Armin pun bukan pria yang patut dibanggakan walau senyumnya manis dan dia bisa sangat perhatian. Benar kata Sita, Armin tipe pria yang senang menebar remah-remah untuk perempuan, tapi enggan memberikan kue utuh. Dia senang di kelilingi perempuan, memperhatikan mereka, tapi tidak ada dipikirannya untuk memiliki. Senang sebatas itu saja. Orang menyebutnya pria pemberi harapan palsu.

Lukman juga membosankan. Kalau dari segi materi, dia mapan, Kalau soal perhatian, dia jagonya. Kalau soal membangun hubungan yang berwarna, ini dipertanyakan. Saya masih bingung dengan karakter dia yang ingin mengajak April serius tapi tanpa memberi kesan dulu. Kesan nyaman dan kesan membahagiakan. Bayangkan saja yang dilakukan Lukman itu sekadar ngajak makan dan nonton, lalu tiba-tiba memperkenalkan April ke keluarga. Caranya tepat tapi dia tidak mempertimbangkan perasaan April yang terkejut. Entah ini karena ceritanya dipersingkat atau beneran dikonsep demikian.

Akhirnya dan Rating
Pemilihan konflik yang pas untuk menyasar pembaca dewasa dan banyak mengingatkan soal beberapa hal yang akan dialami ketika menginjak usia tiga puluh. Fase krisis yang butuh ekstra tenaga untuk bisa melewatinya. Dan saya memberikan nilai untuk buku Mencari Simetri ini dengan nilai 3 dari 5.

*****

  • "... Ketika orang-orang menaruh ekspektasi mereka terhadapmu dan kau tidak mau memenuhinya, itu bukan salahmu. Kau tidak bisa memenuhi ekspektasi semua orang." (Hal. 52)
  • "Janganlah terlalu sering membanding-bandingkan hidupmu dengan orang lain...." (Hal. 96)



Desember 14, 2019

[EBook] Belenggu Ilse - Ruwi Meita


Judul: Belenggu Ilse
Penulis: Ruwi Meita
Editor: Dion Rahman
Penata letak: Divia Permatasari
Desainer sampul: Sukutangan
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Cetakan: I, Desember 2019
Tebal: 328 hlm.
ISBN: 9786230010033
ISBN digital: 9786230010040

Sinopsis
Setelah dua tahun menghilang, Ilse kembali datang ke rumah mewah miliknya dengan kondisi hilang ingatan dan tubuh yang tidak terurus juga penuh luka. Firas, suaminya, sangat terkejut. Padahal sebelumnya dia sudah memutuskan untuk membuka hati kepada Ralia, sahabat Ilse. Kembalinya Ilse mengubah semuanya.

Kemana saja Ilse selama dua tahun ini?
Dan bagaimana hubungan selanjutnya antara Firas dan Ralia?

Resensi
Nama penulis Ruwi Meita bukan nama baru bagi saya karena sebelumnya saya pernah tahu karya beliau, diantaranya: Misteri Patung Garam, Kaliluna: Luka di Salamanca, dan Carmine. Sayangnya, saya belum pernah membaca salah satu bukunya, dan baru kesampaian sekarang, setelah saya mengunduh ebook ini di Gramedia Digital.

Misteri Perempuan yang Menghilang dan Entah Siapa Pelakunya

Di buku Belenggu Ilse ini, penulis meramu cerita yang mengandung tema misteri. Kembalinya Ilse ke keluarganya setelah hilang dua tahun, memberikan pertanyaan kepada pembaca, kemana saja dia selama ini. Juga melihat penampilan Ilse yang tidak terurus dan dia bersikap seperti binatang (makan dan minum, meringkuk) menjadi pertanyaan, apa yang sudah terjadi dan dilewati Ilse selama dua tahun ini. Misteri inilah yang membuat pembaca bakal terus terpikat mencari tahu.

Rasa dari misteri yang disajikan Ruwi Meita dalam bukunya kali ini sangat pas dan memikat. Proses mengungkapkan jawabannya dibuat dengan melibatkan tokoh lain yaitu dua polisi: Saram dan Hana. Sehingga sepanjang buku pembaca akan dijejali cerita mengenai:


  1. Kehidupan Ilse setelah kembali ke tengah-tengah keluarganya. Di sini diceritakan hubungan Ilse dengan Firas suaminya, hubungan Ilse dengan Kale, anak perempuannya, hubungan Ilse dengan Ralia, dan hubungan Ilse dengan lingkungan pendukungnya (orang tua, tetangga).
  2. Kehidupan Ralia setelah Ilse kembali. Di sini Ralia memendam rasa kepada Firas dan berharap bisa hidup bersama. Tapi setelah Ilse kembali, harapan itu lenyap. Selain soal perasaannya kepada Firas, Ilse dipertemukan lagi dengan rekan kerjanya, Sura, chef di kafe yang desain interiornya dia garap. Ralia dan Sura mempunyai cerita yang panjang juga di buku ini.
  3. Proses menelusuri misteri deep website yang punya kaitan dengan kasus menghilangnya beberapa perempuan. Puncaknya adalah kebakaran sebuah rumah yang menewaskan seorang perempuan yang identitasnya sama dengan perempuan yang hilang beberapa bulan lalu. Dari kejadian itu Saram dan Hana mulai melakukan penyelidikan terhadap kasus besar ini.


Sepanjang membaca buku ini saya suka menebak pelaku utamanya. Sebab setiap babnya seolah memberi potongan-potangan jawaban. Namun ternyata dugaan-dugaan saya salah semua. Tetapi tokoh-tokoh yang saya curigai memang punya andil baik langsung maupun tidak langsung dengan menghilangnya Ilse.

Roman Yang Kata Orang Manis Memang Hanya Pemanis

Cerita misteri tanpa roman sebenarnya bisa saja tetap menarik. Tapi apa salahnya roman dimasukkan selama itu mendukung cerita, justru tambah mantap. Di buku ini sajian roman antar tokohnya terbilang rumit dan enggak manis. Firas dan Ilse mempunyai hubungan suami istri yang tidak harmonis sebelum Ilse menghilang. Dan ketika Ilse kembali, hubungan mereka bertambah pelik mengingat Ilse berubah, bukan Ilse yang dulu.

Hubungan Ralia dan Firas pun tidak berjalan lancar. Apalagi pada pembukaan buku ini diceritakan mereka telah tidur bareng. Begitu keduanya akan membuka hati untuk satu sama lain, Ilse datang dan otomatis mengurungkan niat mereka. Yang paling merana tentu saja Ralia yang harus memupus perasaannya.

Hubungan Ralia dan Sura pun tidak ada kemajuan. Bagaimana bisa maju kalau Ralia masih sibuk berkutat dengan perasaannya kepada Firas. Dalam sisi ini, Sura lah yang lebih banyak bersabar dan berusaha menarik perhatian Ralia meski lebih banyak diabaikan.

Kriminal Dan Kekejian Yang Tidak Manusiawi

Selama dua tahun Ilse mengalami kejahatan yang tidak manusiawi. Tujuan si pelaku adalah menghilangkan ingatan si korban dengan dalih membuat si korban lahir kembali sebagai manusia baru. Kriteria korban yang dipilih si pelaku adalah mereka yang memiliki dosa dan seharusnya mereka tidak ada di dunia ini. Pelaku memposisikan diri sebagai pengadilan manusia dengan menggunakan alter sejarah Yunani.

Proses menghapus ingatan korban mengingatkan saya dengan serial Treadstone. Bedanya, di buku ini korban yang dihapus ingatannya akan lahir sebagai manusia yang seperti binatang. Sedangkan di serial itu, korban akan menjadi senjata mematikan untuk membunuh target yang diincar.

Cerita Panjang Yang Mencoba Mengupas Sampai Akar

Sebelumnya saya sudah menuturkan tiga cerita besar di buku ini. Terbilang buku ini punya kepadatan cerita sehingga membuat saya merasa kelelahan membacanya. Dalam waktu bersamaan saya mesti memahami cerita ketiganya dan cerita di buku ini bukan cerita ringan, melainkan punya sisi kelam dan sisi tebak-tebakan yang bikin pembaca ikut menduga-duga. Kebayang bukan lelahnya menyelesaikan cerita Ilse!

Tetapi begitu menuju akhir cerita, rasa lelah tadi terbayar sebab memang ceritanya seru dan ekspektasi saya terhadap akhir ceritanya memang terpuaskan. Akhir cerita yang enggak buru-buru dan enggak dipaksakan. Rapi dan runut pokoknya.

Petik-Petik
Awal mula dari kasus besar itu adalah bentuk kebencian. Saya jadi ingat pernah menonton sebuah video yang berisi pesan kurang lebih begini, "Kamu boleh tidak suka dengan sesuatu. Tapi jangan pernah membencinya. Sebab kebencian itu bukan saja merusak sesuatu tadi, melainkan secara bersamaan merusak diri sendiri dari dalam."

Akhirnya dan Rating
Sebuah petualangan dan proses pemahaman akan misteri hilangnya Ilse membuat saya ikut simpati, pusing menebak-nebak, bahkan geram kepada si pelaku. Dan akhirnya saya memberikan nilai untuk buku Belenggu Ilse ini adalah nilai 4 dari 5.

*****


  • "...seorang lelaki yang bisa begitu cepat berubah pikiran biasanya nggak bisa diandalkan. Kalaupun ada, karena sesuatu hal yang terjadi, dia harus meluruskannya...." (Hal. 165)
  • "...Perasaan memang nggak bisa dibunuh, tapi kamu harus belajar untuk mendidik perasaanmu." (Hal. 223)


[gambar kover diunduh dari situs Goodreads]